PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obesitas dapat didefinisikan sebagai keadaan dengan akumulasi lemak yang
tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat menggangu
kesehatan. Peningkatan jumlah lemak tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah
sel lemak, penambahan isi lemak pada masing-masing sel lemak, atau gabungan
keduanya (Rahmatullah, 2000). Kelebihan bobot badan atau overweight
didefinisikan sebagai Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih besar daripada 25
kg/m² , dimana BMI > 30 kg/m³ disebut sebagai obesitas (Dipiro dkk., 2008).
1
menjadi enzim yang berperan sebagai katalis reaksi hidrolisis trigliserida menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol yang akan diabsorpsi oleh tubuh, sehingga
terjadi obesitas. Namun penggunaan Orlistat masih sangat terbatas, karena selain
harganya yang relatif mahal juga beberapa efek sampingnya terhadap saluran
pencernaan, fungsi ginjal dan hati. Sehingga banyak masyarakat lebih memilih
herbal untuk menjaga kesehatannya. Salah satu upaya pencegahan obesitas dapat
dilakukan dengan memanfaatkan bahan alam atau herbal Indonesia.
2
BAB II
3
2.1.2 Daun Katuk
Katuk memiliki beberapa nama daerah antara lain: mamata (Melayu),
simani (Minangkabau), katuk (Sunda), babing, katukan, katu (Jawa), kerakur
(Madura), katuk (Bengkulu), cekur manis (Malaysia), kayu manis (Bali), binahian
(Filipina/Tagalog), ngub (Kamboja). Katuk tersebar di berbagai daerah di India,
Malaysia dan Indonesia. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada tempat yang cukup air
dan agak teduh, dari dataran rendah sampai dengan pegunungan. Dapat tumbuh
berkelompok atau secara individu. Di Jawa katuk dapat tumbuh hingga 1300 dpl.
Selain di Jawa, budidaya katuk juga ada di Kalimantan Barat, Sumatera Utara,
Bengkulu dan lain-lain.
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Graniales
Suku : Euphorbiaceae Tumbuhan Katuk (Sauropus
androgynus L. Merr)
Anak suku : Phyllanthoideae /Phyllanth
Marga : Sauropus
Jenis : Sauropus androgynus L. Merr
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Ericales
Famili: Theaceae
Dedaunan Camellia sinensis
Genus: Camellia
Spesies: C. sinensis
4
Teh hijau merupakan salah satu jenis teh
yang prosesnya tidak melalui proses fermentasi.
Teh hijau berdasarkan hasil penelitian memiliki
kandungan katekin yang merupakan golongan
polifenol. Senyawa ini diketahui efektif dalam
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,
diabetes, penurunan berat badan, sebagai
Teh Hijau
antiinflamasi, antivirus dan antibakteri.
5
dapat mencegah komplikasi karena sifatnya sebagai anti inflamasi, memperbaiki
resistensi insulin dan mengurangi stres oksidatif. Sebagai anti obesitas, Garcinia
dapat menekan nafsu makan, meningkatkan oksidasi lemak dan meningkatkan
keluaran energi (energy expenditure). Asam hidroksisitrat (HCA) sebanyak 30%
terdapat pada bagian perikarp buah Garcinia (Chuah et al., 2013)
2.2.2 Kandungan Zat Aktif dari Daun Katuk
Daun katuk merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat indonesia untuk terapi dan pengobatan berbagai macam penyakit.
Bagian tanaman katuk yang digunakan berupa daun yang masih muda, akhir akhir
ini beberapa penelitian menyebutkan daun katuk mengandung saponin dan tanin
yang memiliki efek sebagai pelangsing atau anti obesitas, jus daun katuk diyakini
cukup efektif untuk menurunkan bobot badan, obat tekanan darah tinggi,
hiperlipidemia, dan konstipasi (Bunawan, Noraini, Nataqain, & Noor, 2015).
Dari uraian di atas maka daun katuk berpotensi sebagai sayuran kaya akan
zat gizi seperti provitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin C, vitamin B, mineral
seperti kalsium, fosfor, kalium dan besi serta kaya akan protein. Berdasarkan
kandungan gizi tersebut maka daun katuk dapat digunakan untuk mencegah
berbagai penyakit akibat kekurangan zat gizi. Selain itu, daun katuk juga kaya akan
zat metabolic sekunder yang menjadikan sebab daun katuk bisa dijadikan sebagai
obat herbal. Beberapa penyakit dapat disembuhkan dengan pemberian daun katuk
(Santoso, 2013).
6
2.2.3 Kandungan Zat Aktif dari Teh Hijau
Komponen aktif yang terkandung dalam teh, baik yang volatile maupun
yang nonvolatile yaitu polyphenols, methylxanthines, asam amino, peptida,
komponen organik lain, tannic acids, vitamin C, vitamin E, vitamin K, ß-
carotene, kalium, magnesium, mangan, fluor, zinc, selenium, copper, iron,
kalsium, caffein.
7
peningkatan oksidasi lemak, (4) downregulation gen-gen yang berhubungan
dengan obesitas
8
asam lemak bebas sifatnya tidak stabil dan dapat berubah bentuk menjadi lakton.
Agar lebih stabil, asam lemak bebas dari HCA berikatan dengan garam dalam
bentuk garam natrium, magnesium, kalsium atau kalium (Chuah et al., 2013)
9
lebih rendah, lingkar pinggang yang lebih kecil dan penurunan rasio pinggang
panggul.
Rahasia utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada
tiga komponen/bahan utamanya, yaitu epigallocatechin gallate (EGCG) Caffein,
dan L- theanine. EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme
tubuh kita. Kita dapat membakar lemak hanya dengan duduk dan minum teh.
Jadi, dengan minum teh dapat meningkatkan gelombang otak neurotransmitter dan
metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan energi dan menurunkan nafsu atau
selera makan. EGCG dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak
yang pada akhirnya dapat membantu menurunkan berat badan.
Efek Samping
Pemanfaatan Gacinia
Pemberian paling singkat selama 5 hari dengan kadar 250 g/hari pada wanita
menunjukkan peningkatan metabolism lemak saat aktivitas fisik. Penelitian Anton
dkk membuktikan HCA berperan pada asupan makanan, rasa kenyang, penurunan
berat badan dan stress oksidatif dengan dosis 2800 mg/hari dan 5600 mg/hari.
Pemberian HCA selama 3 hari dengan dosis 500 mg/hari dapat menurunkan sintesis
lemak de novo pada manusia saat terjadi asupan karbohidrat dan kalori total
berlebihan (Semwal dkk, 2015).
10
2.4.2 Daun Katuk sebagai Herbal
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ekstrak daun katuk mempunyai
aktivitas antiobesitas. Ekstrak daun katuk dapat menurunkan bobot badan dan
indeks makan, meningkatkan bobot feses dan konsistensinya yang sebanding
dengan orlistat, menurunkan indeks lemak dan retroperitoneal, mempengaruhi
indeks organ dengan meningkatkan bobot organ hati dan testis. Dosis ekstrak daun
katuk terbaik dalam menurunkan bobot badan adalah 400 mg/kg (Patonah, Elis
Susilawati, 2017).
Kontraindikasi
Efek Samping
Daun katuk sudah dikonsumsi di Taiwan dalam bentuk jus katuk mentah
(150 g) sebagai obat pelangsing. Mengkonsumsi jus katuk selama 2 minggu sampai
7 dengan dosis di atas menimbulkan efek samping seperti sulit tidur, tidak enak
makan dan sesak nafas. Hasil penelitian membuktikan bahwa orang yang
mengkonsumsi jus katuk mentah terkena Bronkiolitis obliterasi. Kao et al. (1999)
menemukan bahwa mengkonsumsi katuk menyebabkan luka pada paru-paru. Lin
11
et al. (1996) daun katuk menyebabkan flu-like illness yang lama dengan batuk
kering, dyspnea dan sesak nafas. Penyebab gejala ini diduga adalah papaverine
yang ada dalam daun katuk meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa
papaverine tidak selalu ada dalam daun katuk. Daun katuk secara selektif dapat
merusak sel MRC-5 yang berasal dari paru-paru manusia, dibandingkan dengan sel
Hep G2 yang berasal dari hati manusia. Tidak terdapat kerusakan yang secara nyata
pada materi genetik sel Hep G2 (Xin et al., 2011). Selain itu, daun katuk juga
mengganggu metabolisme mineral khususnya kalsium dan fosfor, sehingga dapat
menyebabkan osteoporosis. Hal ini disebabkan oleh karena metabolisme senyawa
aktif daun katuk menghasilkan glokokortikoid (Santoso, 2013).
Orang yang menderita diabetes harus menghindari teh hijau, karena bisa
mengganggu kontrol gula darah. Penderita diabetes tipe 2 juga sebaiknya tidak
minum teh hijau, karena bisa menyebabkan gangguan pada kadar insulin.
12
Efek Samping
Karena teh hijau mengandung kafein, Jumlah asupan kafein yang berlebihan
dapat menyebabkan efek samping berupa :
a. Gangguan pencernaan, nyeri perut, diare dan mual, kandungan kafein yang
bisa meningkatkan asam di perut
b. Sakit kepala, teh hijau dapat menyebabkan sakit kepala ringan sampai berat
karena kandungan kafein. Hal ini juga bisa menyebabkan pusing bagi orang
yang menderita sakit kepala kronis. Pasien migrain dapat dengan aman
meminum minuman ini tapi tidak dengan sakit kepala kronis.
c. Gangguan tidur (insomnia), kandungan kafein dalam teh hijau dapat
menghambat bahan kimia penginduksi tidur di otak dan mempercepat
produksi adrenalin
d. Anemia, mengkonsumsi terlalu banyak teh hijau dapat menyebabkan
anemia. Hal ini karena Teh hijau mengandung tanin dan polifenol yang
menghalangi penyerapan zat besi dengan mengikat besi, sehingga kurang
tersedia untuk tubuh.
e. Jantung berdebar, kandungan kafein dalam teh hijau dapat mempercepat
detak jantung Anda dan menyebabkan detak jantung tidak teratur. Hal ini
juga dapat menyebabkan palpitasi jantung.
f. Kejang otot, konsumsi berlebihan teh hijau dapat menyebabkan kejang otot
dan kedutan. Ini karena kafein dikaitkan dengan sindrom kaki gelisah, yang
memaksa otot rangka berkontraksi dan menyebabkan kejang otot di kaki.
g. Osteporosis, kandungan kafein dalam teh hijau menghambat penyerapan
kalsium dalam tubuh. Konsumsi berlebihan teh hijau dapat meningkatkan
tingkat ekskresi kalsium, yang dapat menyebabkan penyakit tulang seperti
osteoporosis.
Teh hijau diproses dengan cara khusus. Setelah dipetik, daun teh akan
mengalami pengasapan. Proses ini akan mengeringkan daun teh, namun tidak
sampai mengubah warna daun. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan daun
13
teh tetap terlihat berwarna hijau muda. Proses ini kemudian terbukti dapat
mempertahankan berbagai kandungan nutrisi, antara lain zat antioksidan
polyphenols pada daun teh, yang lebih besar dibandingkan teh hitam maupun
teh merah.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Garcinia
https://id.wikipedia.org/wiki/Teh_hijau
https://id.wikipedia.org/wiki/Camellia_sinensis
Bunawan, H., Noraini, S., Nataqain, S., & Noor, N. M. (2015). Sauropus
androgynus ( L .) Merr . Induced Bronchiolitis Obliterans : From Botanical
Studies to Toxicology. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine, 2015.
Chuah, L. O., Ho, W. Y., Beh, B. K., & Yeap, S. K. (2013). Updates on Antiobesity
Effect of Garcinia Origin ( − ) -HCA. Evidence- Based Complementary and
Alternative Medicine, 2013, 1–17.
16