Anda di halaman 1dari 20

TOKOH-TOKOH PENYEBAR ISLAM

DI NUSANTARA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


ANGGOTA :
1. NISYAH AMELIA
2. ELLEN CAHYA RAMADANI
3. MIRNA WATI
4. SUNDARI
5. MELIN MELIA AGUSTIN
6. RAGIL MAVIANA
KELAS : IX.H

MTSN 2 MUARA ENIM


TAHUN AJARAN 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Wali Songo “ ini dengan tepat waktu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulus ikhlas penyusun menyampaikan terima kasih yang
tak terhingga kepada kedua orangtua penyusun, Bapak /Ibu guru dan teman-teman yang telah
memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil untuk
keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan manfaatnya
bagi para pembaca. Amin.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................... 1


Kata Pengantar ................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................ 3
Tokoh-tokoh Penyebar Islam di Indonesia ........................................................................ 4
1. Sunan Kalijaga ....................................................................................................... 4
2. Sunan Drajat ........................................................................................................... 6
3. Sunan Gunung Jati ................................................................................................. 12
4. Sunan Kudus .......................................................................................................... 15
5. Sunan Muria ........................................................................................................... 17
Kesimpulan ........................................................................................................................ 19
Daftar Pustka ...................................................................................................................... 20

3
TOKOH-TOKOH PENYEBAR ISLAM DI INDONESIA

1. Sunan Kalijaga
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said dan diperkirakan lahir pada tahun
1450. Beliau adalah anak dari Adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta atau lebih
dikenal dengan Raden Sahur. Sunan Kalijaga mempunyai beberapa nama lain yaitu
Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban dan Raden Abdurrahman.
Asal-usul nama Kalijaga ini menurut masyarakat Cirebon berasal dari Desa
Kalijaga di Cirebon. Pada saat beliau tinggal di sana, beliau sering berdiam diri di
sungai, atau dalam bahasa jawa adalah jogo kali. Untuk lebih lengkapnya, berikut
adalah penjelasan tentang sejarah Sunan Kalijaga.
a. Ilmu Sunan Kalijaga
1) Ilmu Asmak Kidung
Ilmu ini berguna untuk menangkal serangan gaib seperti santet, guna-guna,
pellet dan teluh. Selain untuk menangkal, ilmu ini dapat menjadi pagar
penghalang serangan gaib. Sunan Kalijaga menciptakan lagu yang berjudul
Kidung Rumekso Ing Wengi. Kidung ini memiliki kandungan doa keselamatan,
mampu menolak kekuatan – kekuatan jahat dari setan.
2) Ilmu Asmak Sunge Rajeh
Ilmu Sunan Kalijaga tingkat tinggi yang satu ini dapat dikatakan sebagai rajanya
ilmu hikmah tingkat tinggi. Konon cerita pada masa lalu, Ilmu Asmak Sunge
Rajeh adalah ilmu yang berasal dari Nabi Khidir a.s. Seseorang yang mampu
menguasai ilmu ini, maka seorang tersebut akan merasakan keberkahan yang
luar biasa.
3) Ilmu Sapu Angin
Kegunaan dari ilmu ini ialah untuk mentransfer energi untuk segala keperluan.
Ilmu sapu angin ini sangat cocok diamalkan untuk menghindari dari mara
bahaya. Seorang yang dapat menguasai ilmu ini akan dapat mempercepat dan
melincahkan gerakan tubuh pada saat terkena bahaya.
4) Ilmu Singkir Sengkolo
Ilmu tingkat tinggi ini adalah ilmu yang dapat menyingkirkan kesialan dalam
hidup. Seseorang yang dapat menguasai ilmu ini niscaya hidupnya akan
mendapat keberuntungan dan selalu diridhoi oleh Allah. Kesialan dan
keburukan hidup akan disingkirkan oleh Allah.

4
Sengkala atau kesialan dalam hidup terdiri dari 6 jenis yaitu Sengkala Rerewo
Bodes, Sengkala Caluring, Sengkala Bahu Lawean, Sengkala Cangkring,
Sengkala Kebo Cemani, Sengkala Patek Jangkar.
Jika ada seseorang yang dapat menguasai ilmu Singkir Sengkolo ini maka
hidupnya akan terhindar dari enam jenis kesialan. Tetapi hanya sedikit orang
yang dapat menguasai ilmu ini karena proses yang begitu sulit dan panjang.
Selain itu juga belum ada guru yang terpercaya dapat melatih atau mengajarkan
ilmu ini.
5) Aji Tapa Pendem
Ilmu tingkat tinggi ini adalah ilmu yang berkhasiat untuk keselamatan dan
mengandung kekuatan supranatural yang tinggi. Untuk mendapatkan ilmu ini
ada dua cara. Cara yang pertama adalah mengubur badan sebatas leher di dalam
tanah dalam waktu yang lama. Kemudian cara yang kedua adalah mengubur
seluruh badan di dalam tanah.
Untuk cara yang kedua ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai
ilmu yang benar-benar tinggi. Selain itu juga harus didampingi guru spiritual
yang memang sudah menguasai ilmu aji tapa pendem ini. Jika tidak didampingi
guru,maka akan membahayakan diri sendiri.
6) Ilmu Aji Kungkum
Ilmu dari Sunan Kalijaga ini merupakan ilmu yang bermanfaat sebagai ajian
silat ghaib untuk perlindungan dan keselamatan diri. Kata kungkum diambil dari
Bahasa Jawa yang artinya adalah berendam. Untuk mendapatkan ilmu ini
seorang harus berendam di sungai dalam waktu yang lama.
7) Ilmu Sapu Jagad
Ilmu ini dipercaya banyak orang sebagai sarana doa untuk mewujudkan seluruh
hajat di dunia seperti kekayaan dan kemakmuran hidup. Maka dari itu banyak
orang yang ingin memiliki ilmu ini untuk hidup yang lebih baik. Tetapi dalam
menguasai ilmu ini harus melakukan beberapa latihan dan usaha yang keras.
Itu tadi adalah tujuh ilmu tinggi yang dimiliki oleh Sunan Kalijaga. Ilmu yang
sangat bermanfaat membuat banyak orang yang ingin menguasainya. Ilmu-ilmu
tersebut diwariskan oleh Sunan Kalijaga kepada keturunannya, sehingga
keturunannya juga ada yang menjadi tokoh Walisongo.

5
2. Sunan Drajat
Raden Qosim atau Sunan Drajat merupakan putra kedua dari Sunan Ampel, dan
juga termasuk dalam anggota Walisongo yang sangat berpengaruh di pulau Jawa.
Beliau merupakan wali Allah yang sangat berjiwa sosial dan bijaksana, terutama dalam
mensejahterakan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan di sekitar Paciran. Selain itu
beliau juga ahli dalam bidang kesenian dan merupakan pelopor dari terciptanya melodi
orkestra gamelan Jawa.
Menurut buku-buku sejarah walisongo, nama asli Sunan Drajat yaitu Raden
Qosim. Beliau lahir sekitar tahun 1470 M, dan merupakan putra dari Sunan Ampel
bersama Nyai Ageng Manila atau Dewi Condrowati.
Sunan Drajat merupakan anak kedua dari lima bersaudara, bersama dengan Sunan
Bonang, Siti Muntisiyah (istri dari Sunan Giri), Nyai Ageng Maloka (istri dari Raden
Patah), dan istri dari Sunan Kalijaga.
Dari silsilah Sunan Ampel, maka Sunan Drajat termasuk cucu dari Syekh
Maulana Malik Ibrahim, seorang perintis dan pelopor pertama yang membawa Islam di
tanah Jawa.
Sementara itu, Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Asmarakandi merupakan anak
dari seorang ulama besar dari Persia, yakni Syekh Jamaludin Akbar atau Jumadil Kubro
yang dipercaya sebagai keturunan ke-10 Sayidina Husein, cucu dari Nabi Muhammad
SAW.
Ibu dari Sunan Drajat merupakan putri dari adipati Tuban yaitu Arya Teja IV, dan
masih memiliki nasab dengan Ronggolawe. Ketika masih muda Sunan Drajat sering
dipanggil dengan nama Raden Syarifuddin.
Selain itu beliau juga memiliki gelar Sunan Mayang Madu yang diberikan oleh
Sultan Demak pertama (Raden Patah), dan masih banyak gelar lainnya seperti Sunan
Muryapada, Maulana Hasyim, dan Syekh Masakeh.
a. Perjalanan Dakwah Sunan Drajat
Sunan Drajat merupakan salah satu dari anggota walisongo yang terkenal
akan kecerdasannya. Setelah beliau selesai dengan riyadhoh dan menguasai
pelajaran agama Islam, beliau kemudian diperintahkan untuk menyebarkan ajaran
agama di sebelah barat Surabaya khususnya pesisir Gresik.
Namun, dalam perjalanannya mengarungi lautan, perahu yang ditumpangi
beliau mengalami musibah ombak besar hingga akhirnya tenggelam dan
menyebabkan beliau terdampar di daerah pesisir Lamongan.

6
1) Perjalanan di tengah laut
Alkisah setelah belajar di Ampel Denta, Sunan Drajat memperoleh tugas
dakwah pertama dari Sunan Ampel untuk memusatkan penyebaran Islam di
daerah pesisir Gresik. Namun di tengah perjalanan dari Surabaya
menggunakan perahu, beliau dihantam oleh ombak yang cukup besar
sehingga membuat perahunya tenggelam.
Beliau bertahan dengan berpegangan pada dayung perahu, yang pada
akhirnya diselamatkan oleh ikan cucut dan ikan talang (cakalang).
2) Pertolongan ikan dan hikmah di dalamnya
Jika melihat ke belakang sejarah, maka peristiwa Sunan Drajat ini
hampir mirip dengan kisah Nabi Yunus dan juga kisah Sri Tanjung. Yang
mana ketika Nabi Yunus dilempar ke tengah laut, beliau kemudian
diselamatkan oleh ikan hiu yang sangat besar.
Jika kita mengambil hikmah dari ketiga kisah tersebut maka harusnya
kita belajar dari ikan yang tidak pernah terlepas dari lingkungannya (air).
Sama seperti ikan yang hidup di air maka manusia juga tidak boleh
terlepas dari tanggung jawabnya di lingkungan masyarakat. Ia harusnya
menolong dan membantu bilamana dalam lingkungan tersebut mengalami
keterbelakangan, bodoh, miskin, atau sebagainya.
Dan sebagaimana ikan yang memasuki lorong-lorong bebatuan untuk
mencari kebaikan, maka manusia juga harus bisa membaca, mendengarkan,
dan mencari tahu apa yang tengah diinginkan oleh masyarakat
3) Terdampar di pesisir Jelak, Banjarwati
Dengan menaiki kedua ikan tersebut, akhirnya Sunan Drajat berhasil
mendarat di sebuah pesisir yang dikenal sebagai desa Jelak, Banjarwati.
Menurut beberapa sumber, kejadian tersebut terjadi sekitar tahun 1485 M.
Di desa Jelak tersebut, beliau mendapat sambutan yang hangat oleh tetua
kampung yaitu Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar yang diyakini sudah
masuk Islam dengan bantuan pendakwah yang berasal dari Surabaya.
4) Menetap di desa Jelak
Sunan Drajat kemudian menetap di desa Jelak dan menikah dengan putri
dari Mbah Mayang Madu yaitu Nyai Kemuning. Beliau kemudian
mendirikan surau yang akhirnya berkembang menjadi sebuah pesantren
untuk mengaji ratusan penduduk disana.

7
Sunan Drajat berhasil mengubah desa Jelak yang tadinya hanyalah
kampung kecil dan terpencil menjadi desa yang berkembang dan ramai.
Nama desa tersebut akhirnya diubah menjadi desa Banjaranyar.
5) Babat alas wilayah yang baru
Setelah lebih dari setahun di Jelak, Sunan Drajat akhirnya memutuskan
untuk mencari tempat dakwah lain yang lebih strategis. Beliau kemudian
berpindah sekitar satu kilometer ke arah selatan dan membuka lahan baru
yang masih berupa hutan belantara.
Untuk menempati lahan tersebut, beliau bersama dengan Sunan Bonang
meminta izin kepada Sultan Demak I dan mendapatkan ketetapan pemberian
tanah tersebut tahun 1486 M.
Hutan yang berada di pegunungan tersebut dianggap sangat strategis
karena jauh dari banjir saat musim hujan. Selain itu, pemilihan gunung juga
dipercaya dekat dengan Allah sebagaimana Nabi Musa dan Nabi Muhammad
yang mendapatkan wahyu untuk pertama kalinya.
Menurut beberapa kisah, selama pembukaan lahan, banyak sekali
makhluk halus yang marah, meneror warga, serta menyebarkan penyakit,
namun bisa diatasi oleh Sunan Drajat.

6) Mendirikan pesantren di perbukitan selatan (Ndalem Duwur)


Setelah proses pembukaan lahan selesai, Sunan Drajat beserta
pengikutnya mendirikan pemukiman seluas 9 hektar. Berdasarkan petunjuk
yang disampaikan Sunan Giri lewat mimpi, beliau menempati daerah sisi
selatan perbukitan dan dinamai Ndalem Duwur (kini menjadi komplek
pemakaman).
Sunan Drajat juga mendirikan masjid agak jauh di bagian barat tempat
tinggalnya, untuk dijadikan sebagai pusat dakwah dan menghabiskan sisa
hidupnya di daerah tersebut.
Berkat kecerdasannya, beliau mampu memegang kendali otonomi atas
wilayah perdikan Drajat melalui kerajaan Demak selama 36 tahun. Atas
kesuksesannya tersebut maka orang-orang menyebut beliau dengan nama
“Kadrajat” yang artinya terangkat derajatnya.
Dari sebutan itulah akhirnya muncul nama Sunan Drajat. Selain itu,
beliau juga mendapatkan gelar Sunan Mayang Madu (1520 M) dari Sultan

8
Demak I, atas keberhasilannya dalam mensejahterakan kehidupan
masyarakat.
b. Metode Dakwah Sunan Drajat
Menurut seorang antropologi bernama E. Vogt, masyarakat akan cenderung
bersifat kolot dan juga progresif dalam menerima perubahan budaya. Mereka
yang memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat cenderung tidak menyukai
adanya perubahan yang mampu mengubah kedudukannya.
Sedangkan orang yang tidak memiliki kedudukan akan cenderung bersifat
progresif. Dalam mengatasi hal-hal tersebut maka Sunan Drajat memiliki metode
yang sangat bijak sebagaimana yang dijelaskan berikut.
1) Menjadi bagian terpenting dalam masyarakat
Untuk bisa dihormati dan diikuti oleh masyarakat maka Sunan
Bonang menjadi bagian terpenting dalam lingkungan dakwahnya. Dalam
beberapa naskah disebutkan bahwa beliau menikahi putri-putri dari petinggi
desa atau wilayah kabupaten.
Dengan demikian maka cukup mudah bagi beliau untuk mengajak
pemimpin dan rakyatnya masuk dalam agama Islam, atau mengajak orang-
orang yang lebih kaya untuk menginfakkan sebagian harta mereka pada
fakir miskin.
Selain itu, beliau juga mampu mengambil hati masyarakat dengan
menyembuhkan warga yang sakit melalui doa dan juga ramuan tradisional.
Beliau juga terkenal dengan kesaktiannya, terbukti dengan adanya
Sumur Lengsanga di daerah Sumenggah, yang diciptakan dari sembilan
lubang bekas umbi hutan yang dicabut dan akhirnya memancarkan air
bening untuk menghilangkan dahaga para pengikutnya selama perjalanan.
2) Mengayomi masyarakat
Sunan Drajat kerap sekali memperhatikan rakyatnya, terutama setelah
pembukaan lahan baru di perbukitan Drajat. Beliau sering melakukan ronda
atau mengitari perkampungan di malam hari untuk mengamankan dan
melindungi rakyatnya dari gangguan makhluk halus yang sering meneror
warga.
Bahkan setelah sholat ashar, beliau juga sering berkeliling sembari
berzikir dan mengingatkan penduduk untuk menghentikan pekerjaan
mereka, serta mengajak untuk melaksanakan sholat maghrib.

9
3) Mengentaskan kemiskinan rakyat
Sunan Drajat terkenal dengan jiwa sosialnya yang tinggi dengan
selalu memperhatikan kaum fakir miskin. Sesuai dengan namanya Al-
Qosim yang berarti orang yang suka memberi harta warisan, rampasan
perang, dan sebagainya.
Ajaran Sunan Drajat lebih ditekankan pada kesejahteraan masyarakat
berupa kedermawanan, solidaritas, gotong royong, menciptakan
kemakmuran, dan pengentasan kemiskinan. Setelah hal itu terwujud barulah
beliau memberikan ajaran dan pemahaman tentang Islam.
4) Dengan kearifan dan kebijaksanaan
Sunan Drajat menyampaikan ajaran Islam melalui metode dakwah
bil-hikmah atau dengan cara-cara yang bijak dan tidak memaksa. Beliau
menggunakan pendekatan lewat pengajian-pengajian di masjid,
menyelenggarakan pendidikan pesantren, dan memberikan fatwa/petuah
untuk berbagai masalah.
Selain itu, beliau juga mengajarkan kepada muridnya tentang kaidah
untuk tidak saling menyakiti baik secara perkataan maupun perbuatan,
seperti: “Hindari pembicaraan yang menjelek-jelekkan orang lain, apalagi
melakukannya”.
5) Melalui kesenian tradisional
Sama seperti Sunan Bonang, Sunan Drajat juga sering berdakwah
melalui adat lokal dan kesenian tradisional, asalkan tidak menyimpang dari
ajaran Islam. Beliau sering menyampaikan petuah melalui tembang pangkur
yang diiringi dengan alat musik gending.
Beberapa tembang pangkur yang diubah telah disimpan rapi di
museum Sunan Drajat. Selain itu, keahlian bermusik Sunan Drajat juga
dibuktikan dengan adanya seperangkat gamelan ‘Singo Mengkok’.
6) Lewat pitutur sosial
Di sisi lain, Sunan Drajat juga mengajarkan tata cara hidup sebagai
makhluk sosial yang harus saling membantu. Terbukti dengan adanya
artefak di komplek makam yang bertuliskan catur piwulang.
Adapun empat pokok yang diajarkan oleh Sunan Drajat tersebut
meliputi: berikan tongkat pada orang buta, berikan makan orang yang

10
kelaparan, berikan pakaian pada orang telanjang, dan berikan payung pada
orang yang kehujanan.
c. Makam Sunan Drajat
Selama 36 tahun, Sunan Drajat menghabiskan sisa hidupnya untuk
mengajarkan Islam di Ndalem Duwur. Beliau wafat sekitar tahun 1522 M dan
dimakamkan di perbukitan Drajat, Paciran, Lamongan. Makam beliau terletak di
posisi paling tinggi dan berada di belakang.
Sementara itu, di dekat makam terdapat museum peninggalan Sunan Drajat,
termasuk kumpulan tembang pangkur, gamelan, dan juga dayung perahu yang
pernah menyelamatkannya.
Kompleks pemakaman terbagi menjadi tujuh halaman yang secara
keseluruhan terdapat di perbukitan. Berbagai pemugaran di komplek makan
Sunan Drajat diberikan langsung oleh pemerintah setempat untuk mendukung
pelestarian warisan sejarah tersebut.
Ada pintu Gapura Paduraksa dengan hiasan cungkup, serta pagar kayu
bermotif sulur dan teratai yang mampu menguatkan kesan lambang sebuah
gunung. Selain itu ada juga pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat.

3. Sunan Gunung Jati


Di Indonesia terkenal dengan sebuah utusan atau waliyullah sebagai sunan yang
biasa disebut dengan walisongo. Terdapat 9 sunan atau wali yang tersebar di beberapa
daerah, salah satunya adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Salah satu dari tokoh Walisongo ini berasal dari Kasultanan Cirebon atau yang
lebih dikenal sebagai Gunung Sembung Gunung Jati, Cirebon. Kisah Sunan Gunung
Jati ini identik dengan perjalanannya dalam mensyiarkan agama islam ke berbagai
daerah dan negara.
Selain itu, kisah cintanya dengan seorang gadis Cina juga membuat ceritanya
kental akan budaya islam Cina pada kala itu. Sunan Gunung Jati dikenal sebagai
pribadi yang taat dan mempunyai berbagai kemampuan terutama dalam bidang agama
dan religi.
Namanya pun seakan menjadi tonggak sejarah dengan diabadikan sebagai salah
satu nama universitas islam di daerah Tangerang, Banten yakni Universitas Islam

11
Negeri Syarif Hidayatullah. Sedangkan nama sunan Gunung Jati diabadikan sebagai
nama sebuah universitas islam di wilayah Bandung provinsi Jawa Barat.
Ayahnya yang merupakan salah satu penguasa Mesir, dan ibunya yang merupakan anak
dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran, membuat Sunan Gunung Jati menjadi
sangat disegani. Dengan mewarisi ajaran spiritual dari kakeknya, Syarif Hidayatullah
mulai mendalami ilmu agama dengan memasuki pesantren dan mensyiarkan ajaran
agama islam ke daerah Timur Tengah.
a. Kisah Singkat Biografi Sunan Gunung Jati
Syarif Hidayatullah atau yang biasa dikenal sebagai Sunan Gunung Jati
lahir dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim dan Nyai
Rara Santang. Beliau lahir pada tahun 1448 Masehi dan saat mulai beranjak
dewasa beliau ditugaskan oleh ayahnya untuk memimpin kerajaan. Namun ia
menolak dengan alasan ingin menyebarkan ajaran agama islam
Syarif Hidayatullah yang tadinya tinggal bersama kedua orang tuanya di
Timur Tengah, memutuskan kembali ke tanah jawa untuk melanjutkan niatnya
dalam penyebaran agama islam. Pada usia 25 tahun beliau sudah dikenal sebagai
ulama penyebar islam yang sangat dihormati. Tidak hanya itu saja, beliau
juga disegani karena kepemimpinannya yang sangat adil dan bijaksana.
Sunan Gunung Jati yang dikenal sebaga cucu Prabu Siliwangi ini
merupakan seorang ulama yang sangat berpengaruh dalam penyebaran agama
islam di Cirebon. Beliau berhasil menyebarkan agama islam dengan mengajak
seluruh prajuritnya ataupun masyarakat untuk masuk ke dalam agama islam.
Berkat kegigihannya inilah ia menjadi salah satu tokoh yang berpengaruh dalam
sejarah islam.
Syekh Syarih Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati wafat pada tanggal 19
September 1569 dalam usia 121 tahun. Beliau dimakamkan di Gunung
Sembung yang berada di Desa Astana Kabupaten Cirebon. Makam beliau juga
termasuk salah satu tujuan wisata religi walisongo yang hingga sekarang masih
ramai dikunjungi masyarakat dan para wisatawan.
b. Riwayat Dan Perjalanan Hidup Sunan Gunung Jati
Kisah Sunan Gunung Jati memang patut untuk diketahui mengingat
perjuangannya dalam menyebarkan agama islam. Dengan tidak pernah
memandang siapapun untuk diajak memeluk agama islam, membuatnya dijadikan

12
sebagai tokoh teladan ataupun ulama besar para masyarakat khususnya warga
Cirebon.
Berikut beberapa informasi mengenai perjalanan hidup Sunan Gunung Jati
yang dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan dan sejarah para ulama walisongo di
Indonesia.
1) Keahlian Yang Dimiliki
Terdapat beberapa keahlian yang dimiliki oleh Sunan Gunung Jati.
Antara lain seperti dalam hal keagamaan, ilmu kedokteran, ahli bahasa, dan
beberapa dalam strategi politik dan perang. Terutama keahliannya dalam
bidang strategi politik yang telah berhasil meruntuhkan kerajaan Padjajaran
hingga berhasil mengusir bangsa Portugis yang kala itu menjajah daerah
Selat Sunda.
Selain keahliannya dalam bidang politik, Sunan Gunung Jati juga
dikenal ahli dalam bidang kesehatan dan penyembuhan penyakit. Beliau
dikenal sangat mahir dalam mendeteksi gejala penyakit ataupun
menyembuhkan sebuah penyakit hanya dengan kesaktiannya. Mungkin
memang itulah anugerah keahlian yang diberikan oleh Allah kepada salah
satu tokoh Walisongo ini.
2) Menikah Dengan Seorang Putri Cina
Pernikahannya yang terkenal dengan seorang putri kaisar Cina, Nyi Ong
Tin berawal dari sebuah tantangan yang diberikan oleh kaisar Cina tersebut.
Kaisar Cina memberikan sebuah tantangan yang berhasil dilakukan oleh
Sunan Gunung Jati dengan kesaktiannya. Sunan Gunung Jati berhasil
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kaisar Cina.
Pada awalnya kaisar Cina menganggap jawaban itu salah dengan
mengusir Sunan Gunung Jati, namun pada akhirnya jawaban itu terbukti
benar dengan menyusul Sunan Gunung Jati untuk menemuinya. Selain
berhasil menikahi putri Ong Tin, ia juga berhasil mengajaknya untuk masuk
ke dalam agama islam.
3) Memuslimkan Ribuan Prajurit
Setelah berhasil mengajak istrinya untuk menjadi seorang mualaf, beliau
juga berhasil mengajak seluruh prajurit perang Kaisar Cina untuk ikut
memeluk agama islam. Jumlahnya yang ratusan bahkan ribuan, membuat

13
keahlian Sunan Gunung Jati dalam agama islam sudah tidak perlu diragukan
lagi.
4) Menyebarkan Agama Islam Dengan Cara Yang Unik
Sunan Gunung Jati mempunyai caranya sendiri dalam menyebarkan
agama islam. Yaitu dengan menggunakan media kesenian gamelan di
Cirebon. Konon, setiap orang yang ingin melihat pertunjukan gamelan dari
Sunan Gunung Jati harus mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dahulu.
Itulah mengapa gamelan digunakan beliau sebagai media syiar islam
Hingga sekarang, gamelan tersebut masih di mainkan oleh pihak keraton
walaupun usianya sudah ratusan tahun. Rangkaian gamelan yang berupa
gong, bonang, dan saron tersebut masih tersimpan rapi di museum pusaka
keraton kasepuhan Cirebon. Untuk terkadang digunakan pada acara
pementasan saat hari-hari kebesaran tertentu agama islam.
5) Kasultanan Cirebon
Sekitar tahun 1487, Syarif Hidayatullah berhasil diangkat menjadi sultan
Cirebon. Hal ini memang berkaitan dengan kehadiran walisongo termasuk
Sunan Gunung Jati yang memberikan peranan penting dalam sejarah
pembentukan kasultanan Demak. Hal ini sesuai dengan rencana Sunan
Ampel (ulama yang dituakan dalam walisongo) dalam penyebaran agama
islam di tanah Jawa.
Selain mahir dalam urusan penyebaran agama islam, Sunan Gunung Jati
memang dikenal memiliki berbagai jenis keahlian dan kesaktian. Tak sedikit
para pengikutnya yang menganggap bahwa Sunan Gunung Jati yang menjadi
salah satu anggota Walisongo memang benar adanya sebagai utusan atau
wali dari yang maha kuasa.
Untuk mengenang perjuangan dan pengabdiannya dalam penyebaran
agama islam, semua dapat kita saksikan ketika berkunjung ke area makam
salah satu tokoh Walisongo ini. Tempat ini memang dijadikan sebagai
wisata ziarah religi yang dibuka untuk masyarakat umum. Namun sayang,
makam Sunan Gunung Jati sangat dilarang untuk dilihat secara langsung.
Bangunan dan arsitektur khas Cina akan nampak pada seluruh ruangan
dan bagian makam. Para pengunjung hanya bisa berdoa di depan teras pintu
masuk makam yang dikelilingi dengan tembok yang berbahan dasar keramik

14
khas Cina. Hanya keturunan asli wali lah yang diperbolehkan untuk masuk
menuju perjalanan ke area makam beliau.

4. Sunan Kudus
Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan atau lebih dikenal dengan nama Sunan Kudus
misalnya. Beliau terkenal dalam mengajarkan ilmu fiqih, sehingga menjadi salah satu
anggota Walisongo yang terkenal sebagai wali ilmu. Tidak hanya itu, Sunan Kudus
juga menjadi imam syiah yang ke enam.
Tokoh yang sangat disegani masyarakat karena ajarannya dalam menyampaikan
ilmu agama Islam. Sampai dengan sekarang nama Sunan ini dikenal masyarakat dan
peninggalannya masih dilestarikan. Untuk mengenal lebih banyak lagi, berikut akan
dibahas mengenai Sunan Kudus.
a. Riwayat Hidup Sunan Kudus
Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan lahir pada tanggal 9 September 1400 M /
808 H diPalestina. Anak dari Raden Usman Hajji atau yang dikenal dengan
sebutan Sunan Ngudung, seorang panglima perang Kesultanan Demak Bintoro.
Ayahnya merupakan putra dari Sultan di Palestina yang bernama Sayyid
Fadhal Ali Murtazha (Raja Pandita / Raden Santri).
Kemudian berhijrah sampai ke Pulau Jawa dan tiba di Kesultanan Islam
Demak lalu diangkat menjadi panglima perang. Sunan Kudus belajar agama
dengan ayahnya sendiri dan kepada Kyai Telingsing serta Sunan Ampel.
Kyai Telingsing merupakan ulama China yang datang ke Jawa bersama
Cheng Hoo, yang kemudian menyebarkan agama Islam dan membuat tali
persaudaraan dengan orang Jawa.
Setelah itu beliau berdakwah di tengah-tengah masyarakat yang masih
beragama Hindu dan Budha. Selama hidupnya Ja’far Shadiq menjabat beberapa
pekerjaan di Kekhalifahan Islam Demak, diantaranya adalah
1) Penasehat Khalifah (Sultan Demak)
2) Panglima Perang
3) Qadhi
4) Mufti
5) Imam besar Masjid Demak dan Masjid Kudus
6) Mursyid Tarekat
7) Naqib Nasab keturunan Azmatkhan

15
8) Ketua Pasar Islam Walisongo
9) Penanggung Jawab Pencetak Dinar Dirham Islam
10) Ketua Baitulmal Walisongo

b. Metode Dakwah Sunan Kudus


Zaman dahulu, mayoritas masyarakat memeluk agama Hindu dan Budha.
Tidak mudah dalam memperkenalkan dan mengajari agama Islam, namun tidak
bagi Sunan Kudus, beliau menggunakan metode syiar atau pendekatan budaya
sehingga dengan mudah diterima masyarakat. Berikut ini cara dakwah yang
disampaikan beliau :
1) Mendekati Masyarakat Hindu
Masyarakat Hindu sangat berpegang teguh pada kepercayaannya
sehingga metode ini sulit dilakukan, namun beliau mencoba agar
masyarakat memeluk agama Islam. Ja’far Shadiq mengajarkan bahwa umat
Islam bertoleransi tinggi terhadap masyarakat Hindu sehingga berjalannya
waktu mereka mau masuk agama Islam.
Ajaran tersebut berupa menghormati sapi yang dikeramatkan umat
Hindu serta membangun menara Masjid yang hampir sama dengan
bangunan candi Hindu.

2) Mendekati Masyarakat Budha


Metode ini berbeda dengan yang diterapkan ke masyarakat Hindu,
disini beliau membuat tempat wudhu yang berbentuk pancuran sebanyak
delapan titik pancuran.
Setiap pancuran diberi arca Kebo Gumarang yang dihormati di agama
Budha. Sehingga mereka menjadi penasaran dan akhirnya masuk ke area
masjid kemudian terpengaruh dengan penjelasan Sunan lalu ikut menjadi
umat Islam.
3) Mengubah Ritual Mitoni (Selametan)
Acara ini merupakan acara yang sejak zaman dahulu disakralkan oleh
masyarakat Hindu-Budha. Isi dari mitoni adalah cara mengungkapkan rasa
syukur karena telah dikaruniai seorang anak.

16
Wujud syukur mereka dipersembahkan kepada patung dan arca, bukan
kepada Allah SWT. Tugas utama Sunan adalah meluruskan isi acara
tersebut yaitu acara dibuat ke jalan islami dan tidak dihilangkan begitu saja.
c. Wafatnya Sunan Kudus
Beliau wafat pada tahun 1550 M. Meninggal dunia pada saat menjadi Imam
sholat subuh di Masjid Menara Kudus dalam posisi sujud. Kemudian di
makamkan di lingkungan masjid tersebut. sampai sekarang makam beliau masih
ramai dikunjungi dengan tujuan berziarah atau mendoakan.
Kebesaran hati dan kesabaran Sunan Kudus tidak hanya dalam
menyampaikan dakwahnya saja, namun juga meninggalkan sejarah yang pantas
untuk dilestarikan. Tokoh penting dalam masyarakat Islam dan menjadi panutan
menjadikan beliau masih dikenang sampai sekarang.
Cara menyampaikan ajaran Islam yang berbeda dari Wali lainnya
menjadikan beliau dengan mudah diterima oleh masyarakat. Peninggalan yang
sekarang menjadi landmark Kota Kudus ini sangat ramai dikunjungi masyarakat
dari berbagai Kota.

5. Sunan Muria
Sunan Muria, seorang tokoh Islam yang berperan penting dalam menyebarkan
agama Islam kepada masyarakat Hindu dan Budha.
Pada zaman dahulu para tokoh ini tersebar ke berbagai daerah di Pulau Jawa.
Berdakwah dan mengambil hati umat Hindu dan Budha untuk ikut memeluk agama
Islam. Masing-masing memiliki cara sendiri dalam menyampaikan ilmunya dan
berhasil mengajak masyarakat untuk bergabung.
Beliau berhasil mengajak masyarakat menjadi umat Islam. Tokoh agama Islam
yang sampai sekarang masih dikenang karena ajaran dan peninggalan sejarahnya.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang kisahnya, simak cerita berikut ini.
a. Biografi Sunan Muria
Dengan nama asli Raden Umar Said dan nama kecilnya adalah Raden
Prawoto. Merupakan anak dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Bertempat
tinggal di Gunung Muria tepatnya di Puncak Colo, terletak di sebelah utara Kota
Kudus. Sunan Muria adalah wali yang kuat dan sakti, terbukti dengan lokasi
tempat tinggalnya yang berada di Puncak Gunung.

17
Sama dengan ayahnya, beliau menyampaikan dakwahnya secara halus.
Beliau dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah
sehingga seringkali dijadikan penengah dalam konflik internal di Kesultanan
Demak.
Solusi pemecahannya selalu dapat diterima oleh semua pihak. Selain itu
beberapa ketrampilan yang dimilikinya adalah bercocok tanam, berdagang, dan
melaut. Dengan kepribadiannya yang baik, beliau sangat disegani oleh banyak
masyarakat karena mampu berbaur dengan rakyat.
b. Cara Menyampaikan Dakwahnya
Sunan Muria menggunakan metode kesenian dalam menyampaikan
dakwahnya, yaitu menggunakan gamelan dan wayang. Beliau menyebarkan
agama Islam kepada masyarakat pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata
dengan cara yang halus.
Tidak hanya dari media itu, Sunan juga menciptakan tembang Jawa seperti
Sinom dan Kinanti. Dalam pewayangan, diselipkan cerita islami dan
dikombinasikan dengan alunan gamelan menjadikan penonton antusias dalam
mendengarkan dakwahnya. tidak hanya itu, pada tembang yang diciptakannya
pun di buat dengan lirik tentang ajaran agama.
Dengan cara tersebut, masyarakat menjulukinya Sunan yang suka berdakwah
topo ngeli, yaitu dengan menghanyutkan diri dalam masyarakat. Tempatnya
dalam mengajari agama Islam berada disekitar Gunung Muria, kemudian
diperluas hingga Tayu, Juwana, Kudus, dan Lereng Gunung Muria. Asal usul
nama beliau pun diambil dari tempat tinggal dan tempat dakwahnya.

18
KESIMPULAN

Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat
Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian,
kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang
dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat
3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
4. Sunan Drajat atau Raden Qasim
5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq
6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
7. Sunan Kalijaga atau Raden Said
8. Sunan Muria atau Raden Umar Said
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tt. Sunan Drajat. [online]. (thegorbalsla.com, diakses tanggal 29 Oktober 2019)
Anonim. Tt. Sunan Gunung Jati. [online]. (www.romadecade.org, diakses tanggal 29
Oktober 2019)
Anonim. Tt. Sunan Kalijaga. [online]. (www.romadecade.org, diakses tanggal 29 Oktober
2019).
Anonim. Tt. Sunan Kudus. [online]. (www.romadecade.org, diakses tanggal 29 Oktober
2019)
Anonim. Tt. Sunan Muria. [online]. (www.romadecade.org, diakses tanggal 29 Oktober
2019)

20

Anda mungkin juga menyukai