Anda di halaman 1dari 16

Pengobatan Tradisional..... (S.

Dloyana Kusumah) 245

PENGOBATAN TRADISIONAL
ORANG BUGIS-MAKASSAR
THE TRADITIONAL MEDICINE OF BUGIS-MAKASSAR PEOPLE

S. Dloyana Kusumah
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
e-mail: yanakusumah@yahoo.co.id

Naskah Diterima: 8 Mei 2017 Naskah Direvisi: 31 Juni 2017 Naskah Disetujui: 11 September 2017

Abstrak

Sesungguhnya, masyarakat Bugis-Makassar sebagaimana halnya suku-suku bangsa lain


di Indonesia, sejak lama telah memiliki sistem pengetahuan tentang pengobatan tradisional yang
bersumber dari kearifan lokal mereka. Namun sangat disayangkan pengetahuan tersebut kini
hanya diketahui oleh kalangan terbatas yaitu orang tua, sementara tulisan yang ada masih dalam
bahasa dan aksara daerah. Oleh karena itu sedikit sekali yang memahami pengetahuan tentang
pengobatan tradisional. Dengan tujuan untuk mengkaji sistem pengetahuan pengobatan
tradisional Bugis-Makassar dan menyediakan alternatif pilihan bagi warga untuk pengobatan
penyakit. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode etnografi, sebagai cara untuk
memahami sistem budaya dan model perawatan kesehatan mereka, pengumpulan data juga
dilakukan dengan studi kepustakaan, observasi, dan wawancara mendalam. Diketahui bahwa
hingga kini masyarakat Bugis Makassar masih memegang teguh pengetahuan tentang pengobatan
tradisional sebagai bagian dari sistem budaya mereka.
Kata kunci : kearifan lokal, pengobatan tradisional, orang Bugis-Makassar.

Abstract
Indeed, Bugis-Makassar society as well as other tribes in Indonesia has long had a
system of knowledge of traditional medicine sourced from their local wisdom. But, unfortunately
the knowledge is now only known by the limited circles, while the existing writing is still in the
language and local script. Therefore, very few understand the knowledge of traditional medicine.
In order to assess the traditional Bugis-Makassar treatment system and provide alternative
options for citizens for health care, this study was conducted by using ethnographic methods, as a
way of understanding their cultural systems and health care models, data collection was also done
by literature study, observation , And in-depth interviews. It is known that until now the Bugis-
Makassar people still hold the firm knowledge of traditional medicine as part of their cultural
system.
Keywords: local wisdom, traditional medicine, Bugis-Makassar people.

A. PENDAHULUAN aktif. Manusia tidak menyerah dan


Kelangsungan hidup manusia memanfaatkan lingkungan hidup
sebagai makhluk lingkungan (territolial sebagaimana adanya, melainkan membina
being) tergantung kepada kemampuannya hubungan dalam memenuhi kebutuhan
beradaptasi terhadap lingkungan hidup hidup yang dihadapinya sebagai makhluk
tempatnya bermukim. Akan tetapi, berbeda unggulan (super being).
dengan makhluk hidup lainnya, manusia Berkat kemampuan akalnya untuk
beradaptasi dengan lingkungannya secara berfikir secara berperlambang (metaphoric
246 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 245 - 260

mind) dan keterampilan kerja kedua finansial kurang mampu, jika terserang
tangannya, manusia mampu menata gejala suatu penyakit, yang pertama dilakukan
alam di sekitarnya untuk mempermudah adalah mencari sesuatu (umumnya
pendekatan dalam penguasaannya. tumbuhan yang ada di sekitar
Demikian pula keterampilan kedua kediamannya), meminta bantuan kepada
tangannya , menyebabkan manusia mampu pengobat tradisional, dan baru
menciptakan peralatan dan cara menghubungi dokter apabila penyakit yang
pengendaliannya secara efektif, sehingga dideritanya tidak juga hilang.
mempermudah upaya pemenuhan Apa yang diuraikan di atas
kebutuhan hidupnya dengan mengolah tersebut menunjukkan bahwa sekalipun
sumber daya alam yang tersedia. pengobatan modern telah menunjukkan
(Boedhisantoso S., 2009). Dari sejumlah kemajuan yang pesat, juga paramedis yang
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia membidangi pengobatan modern tersebut
dan suatu masyarakat, adalah pengetahuan sudah banyak, akan tetapi fungsi dan peran
yang berkenaan dengan usaha menghindari obat tradisional yang umumnya terbuat
dan menyembuhkan suatu penyakit secara dari berbagai tanaman /herbal masih tetap
tradisional, yang berbeda dengan sistem dibutuhkan dan dicari orang. Hal serupa
pengetahuan pengobatan modern. juga dijumpai dalam kehidupan
Sakit, secara umum dapat masyarakat Bugis-Makassar yang hingga
didefinisikan sebagai suatu kondisi/ kini konsisten dengan sistem pengobatan
keadaan yang tidak seimbang baik tradisional yang mereka warisi secara
terhadap diri sendiri maupun turun temurun dari leluhurnya.
lingkungannya (Foster). Oleh sebab itu, Namun demikian, kekayaan hayati
jika seseorang tidak bisa menjaga tersebut belum bisa digunakan secara
keseimbangan diri dengan lingkungannya, maksimal karena permasalahan sebagai
dapat dikatakan bahwa organisme berikut:
tubuhnya tidak berfungsi sebagaimana 1) Masyarakat Bugis-Makassar adalah
mestinya maka orang tersebut dikatakan salah satu suku bangsa yang sejak
sakit. lama memiliki pengetahuan tentang
Pada umumnya, masyarakat pengobatan tradisional, akan tetapi hal
mengatakan bahwa ketidakseimbangan itu tersebut belum banyak diteliti.
disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor
fisik dan non-fisik. Faktor fisik yang 2) Penguasaan akan pengetahuan tentang
dimaksud adalah gajala-gejala alam seperti pengobatan tradisional sangat terbatas
karena angin, kelembaban, panas, dingin pada kalangan orang-orang tua, dengan
dan hujan. Sementara itu faktor non-fisik pewarisan melalui tuturan kata atau
dimaksudkan adalah makhluk-makhluk perbuatan. Sementara itu naskah lama
gaib/halus seperti dewa, roh halus, setan, yang berisi ilmu pengetahuan tentang
dan benda-benda yang dipandang tanaman obat dan cara pengobatannya
mempunyai kekuatan gaib melalui ditulis dalam bahasa daerah,
seseorang yang mampu menguasai dan sedangkan orang yang mampu
mengendalikannya. membaca dan menterjemahkan
Sistem pengobatan untuk dua kandungan isinya juga sangat terbatas.
fenomena yang berbeda dan tidak pernah
bertemu itu sama-sama diperlukan oleh 3) Masih banyak warga yang mempunyai
masyarakat kita, baik mereka yang berada daya beli rendah sehingga, keberadaan
di perkotaan juga yang berada di pedesaan obat tradisional yang bersumber dari
sekalipun coraknya berbeda satu dengan kekayaan hayati bisa menjadi alternatif
lainnya. Pada umumnya orang yang tinggal pilihan.
di pedesaan atau mereka yang secara
Pengobatan Tradisional..... (S. Dloyana Kusumah) 247

Sehubungan dengan masalah yang menggunakan tanaman-tanaman tertentu


diuraikan di atas, dipandang perlu sebagai bahan untuk dijadikan obat.
dilakukan penelitian/pengkajian tanaman Secara konseptual, pengobatan
obat dan cara pengobatannya, sehingga di tradisional di Indonesia merupakan bagian
kemudian hari bisa membantu pemerintah kebudayaan bangsa Indonesia yang
dalam program pembangunan bidang diturunkan dari generasi ke generasi
kesehatan. berikutnya secara lisan atau tulisan
Menyikapi permasalahan yang (Djlantik, 1983: 3). Dalam kaitan ini
dikemukakan di atas maka tujuan muncul kepustakaan yang memaparkan
penelitian ini mencakup beberapa hal jenis dan tumbuhan obat yang kemudian
antara lain: dikenal dalam masyarakat bahkan kini
• Menggali dan mengkaji salah satu dilengkapi dengan kandungan ilmiahnya.
aspek pengetahuan budaya orang Untuk menumbuhkan pemahaman
Bugis-Makassar yang berkenaan yang sama terhadap berbagai istilah dalam
dengan sistem pengobatan tradisional konsep pengobatan tradisional dipandang
dan upaya perawatan dengan perlu dijelaskan secara rinci hal-hal yang
memanfaatkan tanaman obat/herbal. berkaitan dengan definisi, prinsip-prinsip
yang digunakan dalam dunia pengobatan
• Menyediakan alternatif pilihan bagi tradisional, sebagai berikut.
warga masyarakat yang memiliki daya Pengobatan tradisional (battra),
beli rendah atau kurang mampu, adalah pengobatan dan atau perawatan
sehingga bisa memanfaatkan dengan cara obat dan pengobatannya yang
pengetahuan tradisional ini untuk mengacu kepada pengalaman dan
perawatan kesehatan mereka. keterampilan turun temurun dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku dalam
• Menyediakan tulisan tentang masyarakat 1.
pengetahuan tradisional yang Obat tradisional, definisi World
berkenaan dengan obat dan Health Organisazion (WHO), adalah total
pengobatan tradisional, khususnya kombinasi pengetahuan dan praktik-
bagi warga masyarakat yang ingin praktik, apakah dijelaskan atau tidak
mendalami pengetahuan tersebut. digunakan untuk mendiagnosis, mencegah
atau menghilangkan penyakit fisik, mental
Dalam penelitian ini ruang lingkup atau sosial dan mungkin mengandalkan
pengkajian terbagi atas dua hal, yaitu hanya pada pengalaman masa lalu dan
sasaran material dan sasaran spasial observasi diturunkan dari generasi ke
(kewilayahan). Sasaran material meliputi generasi, lisan atau tertulis. Istilah obat
persepsi masyarakat Bugis-Makassar pelengkap atau obat alternatif digunakan
tentang konsep sehat dan sakit, ciri-ciri antar-changeably dengan obat tradisional
penyakit dan obatnya, serta pengetahuan di sejumlah negara. Mereka merujuk
tentang berbagai tanaman yang dapat kepada sekumpulan luas praktik perawatan
dimanfaatkan untuk pengobatan kesehatan yang bukan merupakan bagian
tradisional. dari negara itu sendiri dan tidak
Adapun ruang lingkup spasial terintegratif ke dalam sistem perawatan
(kewilayahan), penelitian dipusatkan di kesehatan yang dominan.
Kota Makassar dan Kabupaten Barru. Obat tradisional, yang dimaksud
Pertimbangan pemilihan lokasi selain bisa adalah obat-obatan yang diolah secara
mewakili seluruh masyarakat dalam tradisional, turun temurun berdasarkan
wilayah kebudayaan Bugis-Makassar, di
1
kedua lokasi tersebut masih banyak (Zulkifli, Fakultas kesehatan Masyarakat
dijumpai praktik pengobatan yang Universitas Sumatera Utara), http://
docs.google.com.
248 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 245 - 260

resep nenek moyang, adat istiadat, c. Penghargaan terhadap pentingnya


kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik peran individu dalam hidup.
bersifat magic maupun pengetahuan Sedangkan sakit merupakan proses di
tradisional. Menurut penelitian masa kini, mana fungsi individu dalam satu atau
obat-obatan tradisional memang lebih dimensi yang ada mengalami
bermanfaat bagi kesehatan, dan kini perubahan atau penurunan bila
digencarkan penggunaannya karena lebih dibandingkan dengan kondisi individu
mudah dijangkau oleh masyarakat, baik sebelumnya4.
harga maupun ketersediaannya. Obat
tradisional pada saat ini banyak digunakan B. METODE PENELITIAN
karena menurut beberapa penelitian tidak Penelitian yang berjudul
terlalu menyebabkan efek samping, karena Pengobatan Tradisional Orang Bugis-
masih bisa diterima oleh tubuh2. Makassar merupakan sinkronisasi antara
Konsep sehat (White,1977), kebutuhan manusia dengan akumulasi
mengatakan bahwa sehat adalah suatu pengetahuan ilmiah. Dengan demikian
keadaan di mana seseorang pada waktu dapat dikatakan bahwa kegiatan ini
diperiksa tidak mempunyai keluhan merupakan “penelitian strategis”. Dalam
ataupun tidak terdapat tanda-tanda hal ini peneliti memulai pekerjaan dengan
penyakit dan kelainan. Sedangkan sehat menggunakan metode etnografis yang
menurut masyarakat adalah sebagai suatu dikembangkan oleh James Spradley
kemampuan fungsional dalam (1997), diawali dari perhatian terhadap
menjalankan peran-peran sosial dalam berbagai masalah kemanusiaan. Sebagai
kehidupan sehari-hari3. contoh penelusuran terhadap suatu
Pendekatan pada abad ke-21, sehat pemahaman tentang sistem perawatan
dipandang dengan perspektif yang lebih kesehatan yang memberikan solusi yang
luas meliputi, rasa memiliki kekuasaan, tepat bagi semua anggota masyarakat
hubungan kasih sayang, semangat hidup, khususnya mereka yang kurang mampu.
jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa Agar hasil penelitian dapat
berarti dalam hidup, atau tingkat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
kemandirian tertentu (Haber, dalam Iwan dilakukan langkah-langkah sebagai
Purnawan, S. Kep. NS. 1994). berikut:
Sementara itu World Health a. Penelitian ini diawali dengan
Organization (WHO), menyatakan bahwa melakukan studi kepustakaan (library
karakteristik yang dapat meningkatkan research), maksudnya agar
konsep sehat yang positif adalah seperti: memperoleh pemahaman yang lebih
a. Memperhatikan individu sebagai mendalam mengenai hal-hal yang
sistem yang menyeluruh. berkaitan dengan materi penelitian.
Hasil studi kepustakaan bermanfaat
b. Memandang sehat dengan sebagai bahan penyusunan kerangka
mengidentifikasi lingkungan internal konseptual, selain menjadi bahan
dan eksternal. referensi, dan mempermudah analisis
data.

b. Observasi yakni pengamatan langsung.


2
http://obat-trad.com/2009/5/definisi- Jorgensen (dalam Metode Penelitian
obattradisional-hcml. Diunggsah 21 April,
4
2015 tyaoktarinaputeri.blogspot.com/2012/03/k
3
Pungkasnugrahautami.com/2011/03/24 onsep-sehat-dan-dimensinya.html.
konsep-sehat/diunggah Tanggal 4 juLI 2013, Diunggah tanggal 17 Juli 2015.
Pukul 09.30 WIB.
Pengobatan Tradisional..... (S. Dloyana Kusumah) 249

Kualitatif, 2001) mengatakan bahwa 1. Kota Makassar Selayang Pandang


metode pengamatan langsung atau Letak geografis Kota Makassar
berperanserta dapat didefinisikan adalah sebagai berikut: sebelah utara dan
sebagai fondasi penelitian dan timur berbatasan dengan Kabupaten
metodenya, memperoleh data dalam Maros, sebelah selatan dengan Kabupaten
situasi nyata langsung dari pribumi di Gowa, dan sebelah barat dengan Selat
lapangan. Berkaitan dengan Makassar. Kota Makassar memiliki luas
pernyataan tersebut telah dilakukan wilayah sebesar 175.77 Km2 dan secara
pengamatan tentang tata cara administratif terbagi atas 14 kecamatan
pengobatan tradisional dengan ramuan dan 143 kelurahan.
tanaman tertentu yang dilakukan oleh Topografi wilayah pada umumnya
praktisi sanro (Bugis), atau berupa dataran tinggi, dataran rendah, dan
mencermati tindakan para pengobat daerah pantai. Dataran rendah merupakan
tadi ketika menangani orang sakit. wilayah yang paling dominan di daerah ini.
Selain itu juga memiliki beberapa wilayah
c. Wawancara dengan berbagai pihak kepulauan yang dapat kita lihat sepanjang
seperti narasumber yakni praktisi garis pantai Kota Makassar.
pengobatan tradisional, warga Jumlah penduduk Kota Makassar
masyarakat (yang terpilih berdasarkan tahun 2010 tercatat sebanyak 1.223.530
random sampling) yang menggunakan jiwa yang terdiri atas 611.044 jiwa laki-
tanaman obat untuk penyembuhan laki, atau 49,37% dan 612,48 jiwa
penyakit. Wawancara dalam bentuk perempuan atau 51,36% dari total
pertanyaan bersifat struktural dan penduduk Makassar. Iklim Kota Makassar
terbuka yang memungkinkan berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi
tergalinya informasi mengenai domain Maritim Paotere menunjukkan rata-rata
unsur-unsur dasar dalam pengetahuan kelembaban udara 81-91 persen, curah
budaya responden/narasumber. hujan 2729 Mm, hari hujan 144 hari,
Pertanyaan-pertanyaan itu temperatur udara sekitar 26,7 C dan rata-
memungkinkan peneliti menemukan rata kecepatan angin 4 Knot.
bagaimana responden atau narasumber Meskipun sarana kesehatan
mengorganisir pengetahuan mereka modern sudah banyak dibangun dan
tentang tanaman obat dan tata cara sumber daya manusia di bidang kesehatan
pengobatan tradisional dalam upaya tersedia, akan tetapi pengobat tradisional
pencegahan dan perawatan kesehatan. masih tetap berperan dan banyak didatangi
warga. Di Kota Makassar sendiri, dijumpai
C. HASIL DAN BAHASAN banyak pengobat tradisional yang
Untuk kepentingan penelitian berlatarbelakang pegawai negeri sipil
Pengobatan Tradisional Orang Bugis (PNS) atau ibu rumah tangga. Namun
Makassar dipilih Kota Makassar dan karena keahlian yang mereka miliki,
Kabupaten Barru. Kedua lokasi tersebut khususnya pengetahuan tentang meramu
dipandang mewakili unsur budaya tumbuhan menjadi obat, membuat para
masyarakat Sulawesi Selatan secara pengobat tradisional tersebut tetap eksis
keseluruhan. Selain itu, di kedua lokasi dalam kehidupan masyarakat Kota
masih dijumpai pengobat tradisional yang Makassar.
menggunakan ramuan tumbuhan, mudah Berdasarkan pengamatan langsung
dijangkau baik dari sisi jarak maupun di lapangan, ada dua pengobat tradisional
biaya. Dengan demikian diharapkan hasil yang sangat populer di kalangan
penelitian ini sesuai dengan topik yang masyarakat Makassar, hingga setiap
ditetapkan. praktik selalu didatangi oleh lebih dari 200
(dua ratus) orang pasien dari berbagai
250 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 245 - 260

pelosok kota. Demikian pula sentra 2. Sekilas Kabupaten Barru


penjualan obat yang berasal dari Sebelum dibentuk menjadi sebuah
tumbuhan/herbal kini banyak dijumpai di daerah otonom berdasarkan UU No. 29
sudut-sudut kota. Dapat diasumsikan Tahun 1959, daerah ini terdiri atas 4
bahwa kesadaran masyarakat akan wilayah swapraja di dalam Kewedanaan
pentingnya kesehatan telah semakin Barru Kabupaten Pare-Pare lama, masing-
berkembang dengan menyandingkan dua masing Swapraja Barru, Swapraja Tanete,
kutub yang berbeda yakni pengobatan Swapraja Soppeng Riaja, dan bekas
modern dan pengobatan tradisional. Swapraja Mallusetasi. Ibu kota Kabupaten
Jika sistem pengobatan modern Barru kini bertempat di bekas ibu kota
yang dilakukan oleh paramedis atau dokter Kewedanaan Barru.
diperoleh melalui pendidikan formal, Kabupaten Barru lahir berdasarkan
sebaliknya pengetahuan tentang tumbuhan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1959
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tentang Pembentukan Daerah-daerah
diperoleh masyarakat melalui beberapa Tingkat II di Sulawesi Selatan. Dengan
cara. Pertama, memperoleh pengetahuan luas wilayah 1.174,72 Km2, Kabupaten
dengan membaca lontarak (pabbura) yakni Barru dihuni oleh 154,008 jiwa. Batas
naskah kuno yang berisi pengetahuan wilayah: di sebelah utara berbatasan
tentang tanaman dan cara penggunaannya dengan Kabupaten Pare-Pare, di sebelah
untuk penyembuhan penyakit. Kedua, selatan berbatasan dengan Kabupaten
seperti keterangan beberapa pengobat Pangkep, di sebelah barat berbatasan
diperoleh karena turunan, atau warisan dari dengan Kabupaten Makassar dan di
orang tua dan leluhurnya, dan beberapa di sebelah timur berbatasan dengan
antaranya karena keistimewaan yakni Kabupaten Soppeng.
secara gaib. Pengertian gaib ini tidak dapat Secara administratif Kabupaten
dijelaskan secara ilmiah karena berkaitan Barru terbagi atas 7 kecamatan dan 54
dengan sistem kepercayaan yang mereka desa/kelurahan. Sebagaimana halnya
miliki. Ketiga, berdasarkan pengalaman penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan,
yakni mendengar dari orang lain dan orang Barru umumnya mempunyai mata
mencoba meramu obat sendiri, hal ini pencaharian sebagai petani, nelayan,
dapat dilakukan karena umumnya buruh, jasa, dan PNS. Adapun tingkat
tumbuhan yang digunakan dapat dijumpai pendidikan sangat bervariatif dari tingkat
di sekitar lingkungan hidup mereka (Dinas Sekolah Dasar (SD) hingga ke Perguruan
Kesehatan Kota Makassar, 2011). Tinggi. Di Kabupaten Barru terdapat
beberapa pesantren besar, dan
menghasilkan santri yang berkualitas baik
dari sisi spiritual maupun mental.
Dalam bidang kesehatan, seperti
daerah tetangganya orang Barru selain
mempercayai praktik dokter, juga masih
memiliki kepercayaan yang besar terhadap
peran para penyembuh tradisional seperti
sanro. Oleh sebab itu tidak heran jika di
daerah ini masih dijumpai sejumlah
penyembuh tradisional yang dapat
menyembuhkan macam-macam penyakit,
baik penyakit fisik maupun mental.
Di Kabupaten Barru, para
Gambar 1. Lontarak penyembuh tradisional ini rata-rata sudah
Sumber: S. Dloyana Kusumah, 2016.
bergelar haji/hajah, hingga setiap tindakan
Pengobatan Tradisional..... (S. Dloyana Kusumah) 251

penyembuhan yang dilakukannya selain Banyak ahli filsafat, antropologis,


menggunakan ramuan dari berbagai sosiologis, psikologis, kedokteran dan
tumbuhan, juga dilengkapi dengan bidang ilmu pengetahuan telah mencoba
mantera-mantera, atau doa yang diambil memberikan pengertian tentang konsep
dari ayat suci Al Quran (Monografi sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing
Kabupaten Barru, 2011). disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit
Dipilihnya lokasi penelitian seperti merupakan proses yang berkaitan dengan
yang dipaparkan di atas, didasarkan kemampuan atau ketidakmampuan
pertimbangan dan masukan dari tokoh- manusia beradaptasi dengan lingkungan
tokoh masyarakat di Sulawesi Selatan. baik secara biologis, psikologis maupun
Dipilihnya dua lokasi yang akan dijadikan sosio budaya.
sasaran penelitian yakni: Kota Makassar, Dalam Undang-Undang No. 23
dan Kabupaten Barru karena alasan Tahun 1992, tentang kesehatan dinyatakan
sebagai berikut. bahwa: "Kesehatan adalah keadaan
Masih banyak warga masyarakat sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
yang memanfaatkan tanaman sebagai memungkinkan hidup produktif secara
bahan pengobatan untuk macam-macam sosial dan ekonomi". Dalam pengertian ini
penyakit, dalam arti sistem pengobatan maka kesehatan harus dilihat sebagai suatu
tradisional masih tetap digunakan oleh kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur
masyarakat pendukungnya, sekalipun fisik, mental, dan sosial dan di dalamnya
unsur pengobatan modern telah dikenal kesehatan jiwa merupakan bagian integral
dan diterapkan dalam kehidupan sehari- kesehatan.
hari. Selanjutnya diuraikan bahwa
Di dua lokasi tersebut masih definisi sakit tidak lain adalah, seseorang
dijumpai tokoh/praktisi pengobatan dikatakan sakit apabila ia menderita
tradisional, baik yang digolongkan sebagai penyakit menahun (kronis) atau gangguan
dukun sanro, maupun orang biasa yang kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
memiliki kemampuan mengobati macam- kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun
macam penyakit dengan memanfaatkan seorang dikatakan sakit (istilah sehari-hari)
tanaman sebagai bahan bakunya. seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia
Di lokasi penelitian tersebut, tidak merasa terganggu untuk
hingga kini masih banyak ditemukan melaksanakan kegiatannya maka ia
berbagai tanaman yang bisa dimanfaatkan dianggap tidak sakit.
untuk bahan pengobatan. Dalam hal ini, sehat harus dinilai
Dalam praktik pengobatan, selain sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri atas
memanfaatkan tanaman sebagai bahan unsur-unsur fisik, mental, dan sosial dan di
baku, juga menggunakan unsur budaya asli dalamnya kesehatan jiwa merupakan
seperti mantera yang diucapkan dalam bagian integral kesehatan. Keempat
bahasa daerah setempat dan disertai dimensi kesehatan tersebut saling berkaitan
pembacaan ayat-ayat tertentu yang dan mempengaruhi dalam mewujudkan
dicuplik dari Al-Quran. tingkat kesehatan seseorang.
Pada dasarnya, pengetahuan Kesehatan fisik terwujud apabila
tentang kondisi sehat dan sakit tidak terlalu seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit
mutlak dan universal karena ada faktor- atau tidak adanya keluhan dan memang
faktor lain di luar kenyataan klinis yang secara obyektif tidak tampak sakit. Semua
mempengaruhinya terutama faktor sosial organ tubuh berfungsi normal atau tidak
budaya. Kedua pengertian tersebut saling mengalami gangguan.
mempengaruhi dan pengertian yang satu Kesehatan mental (jiwa)
hanya dapat difahami dalam konteks mencakup tiga komponen, yakni: pikiran,
pengertian yang lain. emosional, dan spiritual. Pikiran sehat
252 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 245 - 260

tercermin dari cara berfikir atau jalan seseorang disebabkan oleh dua faktor,
fikiran, emosional sehat tercermin dari yaitu: faktor internal (pengaruh yang
kemampuan seseorang untuk berasal dari dalam diri individu) dan faktor
mengekspresikan emosinya, misalnya eksternal (pengaruh yang datang dari luar).
takut, gembira, kuatir, sedih dan Menurut mereka faktor yang pertama
sebagainya. Spiritual sehat tercermin dari disebabkan antara lain oleh adanya kondisi
cara seseorang dalam mengekspresikan organ tubuh yang tidak berfungsi
rasa syukur, pujian, kepercayaan. sebagaimana mestinya, atau bisa juga
Kesehatan sosial terwujud apabila disebabkan oleh faktor keturunan.
seseorang mampu berhubungan dengan Sementara itu faktor eksternal, disebabkan
orang lain atau kelompok lain secara baik, oleh beberapa unsur seperti adanya wabah
tanpa membedakan ras, suku, agama atau penyakit yang menyerang, perubahan iklim
kepercayaan, status sosial, ekonomi, atau keadaan suhu udara, gangguan
politik, dan sebagainya, serta saling toleran makhluk halus, keracunan, dan berbagai
dan menghargai. unsur yang disebabkan oleh kerusakan
Kesehatan dari aspek ekonomi lingkungan termasuk perbuatan sesama
terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, manusia.
dalam arti mempunyai kegiatan yang Sesuai dengan faktor-faktor
menghasilkan sesuatu yang dapat penyebab penyakit tadi, masyarakat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau setempat mengenal berbagai penyakit.
keluarganya secara finansial5. Sekalipun demikian, setiap jenis penyakit
Ahli lainnya mengatakan bahwa dapat dimasukkan dalam kategori penyakit
keluhan sakit (illness) berbeda dengan dalam dan penyakit luar. Menurut istilah
penyakit (desease). Pengertian sakit orang Bugis penyakit dalam disebut lasa
berkaitan dengan gangguan psikososial rilaleng (penyakit tersembunyi atau
yang dirasakan seseorang dan bersifat penyakit dalam) dan penyakit luar disebut
subyektif. Sedangkan pengertian penyakit lasa massobu dan lasa talle atau penyakit
berkaitan dengan gangguan yang terjadi luar yang bisa dilihat secara kasat mata.
pada organ tubuh berdasarkan diagnosis Selain istilah di atas, masyarakat di
medis dan bersifat objektif (Rosenstock, lokasi penelitian juga mengenal
Irwin M., 1974, 2(4): 354). pengelompokkan jenis penyakit menjadi
Sementara itu konsep sehat dan dua kategori, masing-masing: lasa ati
sakit dalam pemahaman sosial budaya (penyakit hati: kejiwaan: rohaniah), dan
masyarakat Bugis-Makassar di Provinsi lasa tubuh atau lasa watakalle (penyakit
Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut. jasmani; gangguan kesehatan pada bagian
Persepsi mereka tentang sakit tubuh). Pengelompokkan tersebut
terungkap dalam berbagai istilah yang bersumber dari pemahaman atau
digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, pengetahuan mereka tentang diri makhluk
antara lain seperti malasa, madoko, manusia yang terdiri atas dua unsur, yaitu
makdokkong. Kata-kata tersebut mengacu jasmani dan rohani, jiwa dan raga, lahiriah
kepada konsep sakit yang berarti kondisi dan batiniah. Perpaduan dua unsur inilah
atau keadaan fisik seseorang sedang tidak yang membentuk sosok tubuh manusia
seimbang. Dalam pemahaman mereka sebagai suatu kesatuan organisme.
ketidakseimbangan yang dialami oleh Menurut mereka, tubuh manusia
yang berbentuk ragawi itu merupakan
5
Biro Pusat Statistik, Profil Wanita, Ibu dan perpaduan dari empat zat alamiah yaitu
Anak di Indonesia, Jakarta, 1994. tanah, air, angin, dan api, sedangkan
tyaoktarinaputeri.blogspot.com/2012/03/konse aspek rohaniah dikenal sebagai sumangek
p-sehat-dan-dimensinya.html. Diunggah 17 Juli (sukma). Sukma yang berada dalam tubuh
2015. manusia dipandang hanya berdiam untuk
Pengobatan Tradisional..... (S. Dloyana Kusumah) 253

sementara, dan akan berpisah ketika tersebut terdiri atas bahan-bahan antara
manusia itu mati. Peristiwa kematian itu lain: buah pala, kepingan batang kayu
sendiri menyebabkan seluruh unsur tubuh atakka (sejenis pohon kayu yang berukiran
manusia kembali ke asalnya atau ke alam besar dan tinggi dengan daun yang
fana, sedangkan sukma akan tetap hidup rimbun). Kayu tersebut dipandang
dan melanjutkan proses kehidupannya di memiliki kekuatan magis dan sakral karena
alam gaib yang bersifat abadi. bertalian dengan proses kehadiran manusia
Sesuai dengan pandangan tersebut, pertama ke bumi (dewa). Ramuan lain
maka konsep pengetahuan budaya orang yang digunakan berasal dari jenis rempah-
Bugis-Makassar khusus yang berkaitan rempah antara lain, merica putih, bawang
dengan istilah "sakit" tidak lain adalah putih, intan hitam dan putih, temu, daun
mengacu kepada adanya kondisi fisik yang jeringo, jeruk purut, tapak dara, kunyit,
tidak stabil, akibat terjadinya gangguan kencur dan sebagainya. Semua bahan tadi
serta disfungsional antara zat-zat alam biasanya dicampur menjadi satu kemudian
yang terdapat dalam diri manusia itu dilumat dan digosokkan pada bagian tubuh
sendiri. yang sakit. Ramuan tersebut digunakan
Dalam konteks ini hakikat untuk penyembuhan jenis penyakit luar.
keberadaan alam ditentukan coraknya oleh Masih banyak tanaman lainnya
suhu udara. Suhu udara itu sendiri ditandai yang menjadi bahan untuk pengobatan
oleh sifat panas dan dingin, dengan sumber berbagai penyakit. Karena berada di
yang berbeda pula. Udara panas bersumber sekeliling kehidupan manusia, dan mudah
dari matahari, sedangkan udara dingin diperoleh tidak heran apabila sebagian
bersumber dari bulan. Sesuai dengan besar masyarakat Bugis-Makassar hingga
pengelompokkan penyakit menurut kini masih akrab dengan tata cara
kategori panas dan dingin tersebut, pengobatan tradisional.
pengetahuan budaya yang berkaitan Dari sisi perilaku pencarian
dengan sistem pengobatan tradisional pun pengobatan pada orang sakit di Sulawesi
terbagi ke dalam dua kelompok dasar. Selatan pada umumnya terdiri atas tiga hal
Pertama, pengobatan terhadap gejala pokok yakni :
panas, disebut urang pella, dan kedua, a) sumber pengobatan apa yang dianggap
pengobatan yang bertalian dengan gejala mampu mengobati sakitnya,
dingin disebut urang cekkek.
Konsep ini, seperti dalam b) kriteria apa yang dipakai untuk
kenyataannya telah mendorong tumbuhnya memilih salah satu dari beberapa
bermacam-macam cara dan praktik sumber pengobat yang ada, dan
pengobatan, baik melalui sistem ramuan
maupun mantera-mantera di samping c) bagaimana proses pengambilan
adanya upaya lain seperti upacara tolak keputusan untuk memilih sumber
bala, meditasi, penggunaan sistem pengobat tersebut.
penangkal dan azimat. Adapun pengobatan
tersebut biasanya dilakukan oleh seseorang Sumber pengobatan itu sendiri
yang dipandang ahli yaitu sanro, atau sesungguhnya meliputi tiga faktor, yakni
dapat juga anggota masyarakat biasa yang pengobatan rumah tangga/pengobatan
mempunyai keahlian di bidang pengobatan sendiri dengan menggunakan obat, obat
tradisional. tradisional atau cara tradisional,
Adapun pengobatan/ pengobatan medis yang dilakukan oleh
penyembuhan melalui pemanfaatan praktik perawat, praktik dokter, pusat
ramuan obat yang berasal dari tanaman, kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau
pada umumnya dilakukan dengan cara rumah sakit, serta pengobat tradisional
digosokkan ataupun dibuat parem. Ramuan (Young, James C., 1980,7(1): 106-131).
254 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 245 - 260

Namun demikian terdapat kriteria dikeluarkan relatif murah, jarak yang harus
tertentu yang digunakan masyarakat untuk ditempuh, dan kepuasan kepada pelayanan
memilih sumber pengobatan seperti juga pengobat.
yang dijumpai pada masyarakat Bugis-
Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan 3. Pengetahuan tentang Tanaman yang
yakni: pengetahuan tentang sakit dan Dapat Dimanfaatkan untuk
pengobatannya, keyakinan terhadap Pengobatan Tradisional
obat/pengobatan, keparahan sakit, Selain pemahaman tentang konsep
keterjangkauan biaya dan jarak. Dari sehat dan sakit, serta berbagai
empat kriteria tersebut pada sebagian besar pertimbangan yang menjadi pegangan
masyarakat setempat faktor keparahan masyarakat untuk tetap percaya kepada
sakit dan keterjangkauan biaya dan jarak pengobatan tradisional, khususnya yang
menduduki tempat yang paling dominan. menggunakan bahan ramuan tumbuhan,
Kenyataan di atas sangat faktor lain yang mengukuhkan eksistensi
signifikan dengan teori Green (1980) yang pengobatan tradisional tidak lain adalah
mengatakan bahwa perilaku kesehatan pengetahuan masyarakat setempat tentang
dapat dilihat sebagai fungsi pengaruh tanaman obat yang dapat dimanfaatkan
kolektif dari tiga faktor yaitu: sebagai bahan pengobatan. Sesungguhnya
a. faktor predisposisi antara lain pengetahuan tadi diwarisi dari para orang
pengetahuan, sikap, dan persepsi, tua dan ahli pengobatan tradisional yang
telah ada sejak zaman dahulu. Namun
b. faktor pemungkin antara lain demikian, sebagian warga ada juga yang
ketersediaan dan keterjangkauan yang memperoleh pengetahuan tersebut dari
terkait dengan biaya untuk pengalaman pribadi, yakni dengan
mendapatkan obat tradisional dan jarak mencoba-coba berbagai tanaman yang ada
yang harus ditempuh, di sekeliling rumahnya. Seperti tanaman
pala, bawang putih, jeruk purut, jeringo,
c. faktor penguat antara lain dukungan tapak dara, dan kencur. Berbagai penyakit
lingkungan sosial (Green, Lawrence memang dapat disembuhkan dengan cara
W., etc.,1980: 14-15). meramu tanaman obat dengan tuntunan
orang “pintar”. Pengetahuan tersebut
Ketika seorang individu atau didengar dan dilihat oleh sebagian orang
anggota masyarakat memutuskan dan lainnya, dan di kemudian hari semakin
mengambil sikap untuk menentukan banyak warga masyarakat yang mulai
pilihan terhadap sumber pengobatan dapat beralih dari penggunaan obat-obatan
dipastikan bahwa sebelumnya ia telah modern ke pengobatan tradisional.
memperoleh atau menerima informasi dari Menurut keterangan warga, hampir
orang lain tentang pengobat yang akan sebagian besar penduduk di lokasi
didatanginya, selanjutnya ia akan penelitian melakukan pengobatan sendiri
memroses berbagai kemungkinan dan terhadap penyakit tertentu seperti gatal-
dampaknya atas putusan yang ia buat, serta gatal, diare, luka bakar dengan
kemudian membulatkan niat dan memanfaatkan tanaman yang ada di
melaksanakannya. Di samping faktor pekarangan rumahnya. Interaksi yang
tersebut, kepastian sikap untuk intens antara warga masyarakat dengan
menentukan sumber pengobatan juga berbagai jenis tanaman dan dengan
dipertimbangkan atas dasar: kepraktisan bimbingan ahli pengobatan tradisional,
waktu, kepercayaan terhadap obat kini telah melahirkan semangat baru untuk
tradisional yang umumnya terbuat dari kembali ke alam (back to nature).
tumbuhan, masalah privasi (yang dapat Gerakan kembali ke alam, telah
menutupi masalah pribadi), biaya yang merubah sebagian besar pekarangan yang
Pengobatan Tradisional..... (S. Dloyana Kusumah) 255

semula ditumbuhi tanaman hias, menjadi mengetahui dengan dalam berbagai jenis
apotik hidup, yang dapat dimanfaatkan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
dalam keadaan darurat. Demikian juga mengobati jenis-jenis penyakit tertentu.
pusat-pusat penyembuhan penyakit dengan Dengan demikian, dapat dipastikan
memanfaatkan tanaman obat bermunculan seorang sanro akan memiliki banyak
di banyak sudut kota, hal ini membuktikan koleksi tanaman yang berkhasiat obat.
bahwa kini telah tumbuh kepercayaan Dalam praktiknya, masyarakat
masyarakat terhadap pengobatan dengan setempat mengelompokkan sanro menjadi
tanaman/herbal. Di lain pihak, penggunaan beberapa kategori seperti:
pengobatan tradisional tersebut bisa a. Sanro pekdektek tolo, atau pemotong
menjadi alternatif pilihan, ketika obat- ari-ari bayi.
obatan modern tidak mampu dijangkau
oleh masyarakat kelas bawah/kalangan b. Sanro pabbura-bura, ahli mengobati
masyarakat yang kurang mampu secara berbagai macam penyakit dengan
finansial. ramuan tanaman obat.

c. Sanro pajjappi, mengobati melalui


pembacaan mantera-mantera.

d. Sanro tapolo, ahli pengobatan dan


penyembuhan penyakit patah tulang,
melalui praktik urut dan pembacaan
mantera.

e. Sanro pattirotiro, pengobat tradisional


yang memusatkan diri pada usaha
pengobatan melalui ramalan/nujum.

Menurut konsep kebudayaan orang


Bugis-Makassar sanro tidak hanya dikenal
sebagai orang yang mampu memberikan
Gambar 2. Daun Sirih, Umum Digunakan bantuan kepada orang sakit yang datang
sebagai Bahan Pengobatan Tradisional kepadanya melalui praktik pengobatan,
Sumber: S. Dloyana Kusumah, 2016. akan tetapi sanro juga dikenal sebagai
orang yang mampu mengendalikan bahkan
4. Kategori Pengobat Tradisional
melakukan pemunahan penyakit-penyakit
Dalam referensi, pengetahuan tertentu. Dengan demikian sanro memiliki
tradisional tentang tanaman obat dan tata pengertian yang lebih luas, artinya tidak
cara pengobatan di Provinsi Sulawesi sekedar pengobat tradisional. Warga
Selatan tidak terlepas dari peran yang masyarakat di Makassar dan Barru,
penting seorang sanro. Ia adalah seorang mengatakan bahwa sanro dapat disebut
cerdik pandai atau cendekiawan lokal yang sebagai penyembuh tradisional karena
berperan sebagai penolong dan kemampuannya tidak terbatas pada
mengupayakan penyembuhan orang-orang pengetahuan tentang ramuan herbal
yang sakit. Pada umumnya pengobat (tumbuh-tumbuhan) tetapi juga
tradisional itu bukanlah seorang paramedis kemampuan melakukan penyembuhan
yang berpendidikan formal di bidang dengan sistem doa, dan mantera-mantera.
kesehatan, melainkan seorang anggota
masyarakat biasa yang mempunyai
keahlian dan kemampuan dalam bidang
pengobatan tradisional. Diapun
256 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 245 - 260

5. Analisis dicuplik dari Al Quran. Dengan demikian


Konsepsi pengetahuan budaya tidak heran apabila sanro-sanro tadi
orang Bugis-Makassar yang berkenaan sebagian besar dari mereka sudah bertitel
dengan sistem pengobatan tradisional atau haji dan hajah. Hal ini mengandung arti
pemanfaatan tanaman untuk penyembuhan bahwa mereka dikenal sebagai penyembuh
penyakit, pada awalnya hanya dilafalkan bukan semata-mata penyakit lahir internal
dan tersimpan dalam ingatan atau memori (tubuh manusia) tetapi juga yang berkaitan
para tokoh pengobat. Namun ketika tradisi dengan penyakit batin (umumnya berasal
tulis mulai berkembang, sebahagian dari luar/eksternal, “dibuat” orang).
pengetahuan tersebut kemudian dicatat Sementara itu latar belakang
dalam naskah-naskah kuno yang kemudian mengapa kepercayaan terhadap alam gaib
dikenal dengan sebutan lontarak. masih bertahan terus sampai kini,
Ketika lahir gerakan kembali ke dijelaskan dengan teori cara berfikir yang
alam (back to nature) termasuk di bidang salah, koinsidensi, predileksi (kegemaran)
kesehatan yang ditandai dengan secara psikologis umat manusia untuk
menggeliatnya penggunaan obat dengan percaya kepada yang gaib-gaib, ritus
bahan dasar tumbuhan (herbal), peralihan hidup, teori keadaan dapat hidup
keberadaan lontarak atau naskah kuno terus (survival), perasaan ketidaktentuan
yang berisi pengetahuan tentang tanaman akan tujuan-tujuan yang sangat
dan pengobatan tradisionalpun kembali didambakan, ketakutan akan akan hal-hal
dicari orang. yang tidak normal atau penuh resiko dan
Lontarak, khususnya yang berisi takut akan kematian; serta pengaruh
catatan tentang pengetahuan tumbuhan dan kepercayaan bahwa tenaga gaib dapat tetap
pengobatan tradisional adalah salah satu hidup berdampingan dengan ilmu
warisan budaya yang kemudian banyak pengetahuan dan agama (Danandjaja,
dicari orang. Selain dapat menjadi 1984).
alternatif untuk mengurangi penggunaan Berdasarkan konsep yang disusun
obat-obatan yang mengandung bahan dan berbagai pertanyaan yang diajukan
kimia, obat yang dibuat dari tumbuhan kepada warga masyarakat yang terpilih
juga menjadi solusi bagi mereka yang sebagai responden, narasumber, dan para
secara finansial kurang mampu membeli pengobat dapat diketahui bahwa
obat-obatan yang relatif lebih mahal. pandangan orang Bugis dan Makassar
Selain filolog, sanro adalah terhadap pengobatan tradisional dapat
anggota masyarakat Bugis dan Makassar dikategorikan sebagai berikut:
yang mampu membaca tulisan lontarak.
Oleh sebab itu pengetahuan yang semula No. Variabel Definisi Operasional
hanya ada dalam naskah kemudian digali
dan diungkapkan lewat keahlian para 1. Kelompok : Rata-rata yang datang
sanro menjadi sistem pengobatan Umur atau menggunakan
tradisional. Jika kini sistem pengobatan pengobatan
tradisional tersebut tetap bertahan dalam tradisional adalah
kehidupan masyarakat Bugis-Makassar itu anak-anak, di bawah
tidak lain karena tumbuhan yang menjadi usia lanjut (sebelum
bahan dasar pembuatan obat tersedia di 56 tahun), usia lanjut
sekitar lingkungan hidup mereka. (setelah usia 56
Kemampuan mengolah tumbuhan menjadi tahun).
obat, juga harus dilengkapi dengan
persyaratan lain yakni kemampuan 2. Jenis : Yang datang berobat
menghafal sejumlah mantera yang diwarisi Kelamin atau menggunakan
dari para pendahulunya, juga doa-doa yang obat tradisional dari
Pengobatan Tradisional..... (S. Dloyana Kusumah) 257

ramuan tumbuhan orang atau guna-guna, dan penyakit akibat


laki-laki dan gangguan makhluk halus.
perempuan. Penyakit fisik disebabkan oleh
terjadinya ketidakseimbangan organisme
3. Status : Belum kawin, kawin, fisik karena organ-organ tubuh tidak dapat
Perkawinan dan termasuk mereka berfungsi secara wajar, atau karena adanya
yang cerai hidup atau gangguan alam seperti suhu, udara dan
cerai mati. peredaran musim. Penyakit yang
disebabkan oleh guna-guna ialah penyakit
yang “dibuat” oleh manusia dengan
4. Pendidikan : Bervariasi dari belum
memanfaatkan kekuatan gaib maupun
sekolah, Sekolah
makhluk-makhluk halus. Penyakit ini
Dasar, sampai dengan
dikenal dalam dunia antropologi dengan
Pendidikan Tinggi
sebutan magi, baik magi putih maupun
magi hitam. Sementara penyakit yang
5. Pekerjaan : Kegiatan rutin yang diakibatkan oleh gangguan makhluk halus
dilakukan setiap hari terjadi karena manusia dianggap
untuk mendapatkan melanggar pemali (tabu), pantangan atau
uang, antara lain hal lain yang pantang dilakukan.
belum/tidak bekerja, Pengobat tradisional sanro masih
petani, nelayan, tetap berfungsi sebagai orang yang
buruh, jasa, PNS. dimintai bantuan oleh masyarakat untuk
menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
6. Tempat : Perkotaan dan Jika dilihat dari sikap masyarakat terhadap
Tinggal Pedesaan. pengobat tradisional ini dapat
dikategorikan menjadi dua jenis yakni:
7. Keluhan : Umumnya menderita, pertama anggota masyarakat bila sakit
sakit kepala (migren, hanya minta bantuan sanro/dukun, kedua,
pusing, vertigo),
mereka meminta bantuan jasa sanro/dukun
setelah berulangkali ke dokter atau klinik
demam, batuk, sesak
namun merasa belum ada kemajuan.
nafas, sakit perut
Adapun model pengobatan yang
(macam-macam
dilakukan oleh para pengobat tradisional
jenis), pencernaan
dikategorikan atas tiga macam yaitu:
(maag, lambung), a. Dengan menggunakan ramuan obat
patah tulang, keseleo, yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan
otot kaku, kurang tertentu, tata caranya dioleskan atau
perkasa, belum punya dibalurkan pada bagian tubuh yang
anak, dibuat orang. sakit.

b. Dengan cara mengurut atau memijat,


D. PENUTUP dilengkapi dengan ramuan obat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Bugis- c. Dengan doa atau mantera sebagai
Makassar hingga kini masih memegang pelengkap tata cara pengobatan.
teguh pengetahuan tentang pengobatan
tradisional sebagai bagian dari sistem Dengan memanfaatkan tanaman/
budayanya. Dalam kehidupan mereka tumbuhan obat untuk pencegahan berbagai
dikenal tiga macam penyakit yakni: penyakit sekaligus perawatan kesehatan
penyakit fisik, penyakit karena “dibuat” masyarakat, sesungguhnya merupakan
258 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 245 - 260

teknologi tepat guna yang potensial untuk dengan menggunakan berbagai tanaman
menunjang pembangunan bidang yang dijumpai di sekeliling kehidupan
kesehatan. Hal tersebut perlu menjadi masyarakat.
perhatian para peneliti untuk melakukan Makassar, sebagai bagian dari
kegiatan penelitian, pengkajian dan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, juga
penganalisisan tanaman/tumbuhan obat memiliki tradisi pengobatan yang
untuk kepentingan tersebut di atas dan menggunakan tanaman sebagai bahan
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk ramuan, dan hingga kini masih fungsional
kesejahteraan masyarakat luas. dalam kehidupan sehari-hari
Pengetahuan tentang alam fauna masyarakatnya.
merupakan pengetahuan dasar bagi suku-
suku bangsa yang hidup dalam tradisi UCAPAN TERIMA KASIH
agraris, termasuk di dalamnya pengetahuan Dalam kesempatan penelitian, saya
tentang ciri-ciri dan sifat-sifat benda di bersama teman-teman Damardjati Koen
seklilingnya. Sistem pengetahuan Marjanto, Ihya Ulumuddin, dan Budhiana
tradisional ini erat kaitannya dengan Setiawan berkesempatan untuk menggali
pemahaman tentang penyembuhan lebih banyak tentang sikap masyarakat
berbagai penyakit yang berlaku dalam setempat terhadap sistem pengobatan
kehidupan masyarakat. Peran dukun (sanro tradisional, dan melihat langsung proses
= Bugis-Makassar) memanfaatkan potensi pembuatan maupun pengobatan yang
alam flora dan fauna untuk pengobatan menggunakan tanaman. Untuk itulah saya
berbagai penyakit , letak dan susunan urat- merasa perlu menyampaikan penghargaan
urat dan sebagainya (Koentjaraningrat, dan ucapan terima kasih atas kerja sama
1989). yang telah terjalin selama penelitian
Dilihat dari pengetahuan mereka, berlangsung. Semoga budi baik rekan-
dapat dikatakan bahwa orang Bugis dan rekan tersebut mendapat balasan dari
Makassar memiliki wawasan yang luas Tuhan Yang Maha Esa. Demikian pula
tentang lingkungan hidup, lebih dalam sahabat-sahabat saya di Makassar, yang
mencakup dimensi kebudayaan dan sosial. dengan keikhlasannya mengantar dan
Artinya urusan mereka tidak terbatas pada mendampingi saya dari awal hingga
alam yang nampak, tetapi meliputi dunia penelitian selesai, jasa-jasanya tidak
kecil dan dunia besar, keselarasan antara mungkin saya lupakan. Hanya Tuhan jua
dunia mikro dan dunia makro, ada saling yang akan membalasnya. Mereka adalah
keterkaitan antara keduanya. Dra. Andi Maryam, Drs. H. Makmun
Dapat dikatakan bahwa seluruh Badaruddin, M. Hum, dan pihak-pihak lain
suku bangsa yang mendiami wilayah yang tidak dapat saya sebutkan satu
Nusantara ini memiliki kekayaan hayati persatu, sekali lagi terima kasih tak
yang sangat besar jumlah dan terhingga.
keanekaragamannya. Demikian juga
kemampuan masyarakat untuk DAFTAR SUMBER
memanfaatkan berbagai tanaman yang 1. Buku
diduga dapat menyembuhkan berbagai Anonim.
penyakit pada manusia telah mereka warisi Undang-Undang No 23 Tahun 1992,
secara turun temurun dari generasi ke tentang Kesehatan.
generasi. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan apabila kita jumpai Anonim. 2011.
Monografi Kabupaten Barru.
demikian banyaknya sistem pengobatan
yang menggunakan tanaman. Dalam Biro Pusat Statistik. 1994,
bahasa keilmuan, hal tersebut dikenal Profil Statistik Wanita, Ibu, dan Anak
dengan sistem pengobatan tradisional di Indonesia.
Pengobatan Tradisional..... (S. Dloyana Kusumah) 259

Boedhisantoso, S. 2009. 2. Makalah, Laporan Penelitian


Perspektif Budaya, kumpulan tulisan
Koentjaraningrat Memorial Lectures Djlantik. 1983. “Peranan Pengobatan
I-IV/2004/2009. Jakarta: Rajagrafindo Tradisional pada Upaya Pelayanan
Persada. Kesehatan dalam Sistem Kesehatan
Nasional “, dalam Pertemuan Ilmiah
Danandjaja, James. 1984. Pengobatan Tradisional Indonesia,
Folklore Indonesia, ilmu gosip, Surabaya: Pusat Penelitian
dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PT. Pengambangan Obat Tradisional
Grafitipers. Lembaga Penelitian Universitas
Dinas Kesehatan Kota Makassar. 2011. Erlangga, 1983.
Profil Dinas Kesehatan Kota
Makassar. 3. Internet

Foster. 1986. http://docs.google.com/zulkifli, Fakultas


Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Kesehatan Masyarakat Universitas
Press. Sumatera Utara.

Geertz, Clifford. 1992. http://obat-trad.com/2009/5/definisi-


Refleksi Budaya “Tafsir obattradisional-hcml.
Kebudayaan”. Jogyakarta: Kanisius. pungkasnugrahautami.com/2011/03/2
4 konsep-sehat. Diunggah 21 April
Green, Lawrence W., Keuter, Sigridge, Deeds, 2015.
dan Kay B. Partridge. 1980.
Health Education Planning, a tyaoktarinaputeri.blogspot.com/2012/03/konse
Diagnostic Approach. California: p-sehat-dan-dimensinya.
Mayfield Publishing Company, 14-15. Pungkasnugrahautami.com/2011/03/24 konsep-
Jorgensen dalam Deddy Mulyana, Dr. M. A. sehat/diunggah Tanggal 4 juLI 2013,
2001. Pukul 09.30 WIB.
Metodologi Penelitian Kualitatif, Biro Pusat Statistik, Profil Wanita, Ibu dan
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Anak di Indonesia, Jakarta, 1994.
dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
tyaoktarinaputeri.blogspot.com/2012/
PT Remaja Rosdakarya.
03/konsep-sehat-dan-
Koentjaraningrat. 1989. dimensinya.html. Diunggah 17 Juli
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
2015.
Aksara Baru.
Purnawan, Iwan S. Kep. NS. 1994.
Konsep Sehat dan Sakit.
Rosenstock, Irwin. M.1974.
The Health of Belief and Preventive
Health Behaviour Health Education
Monograph, 2(4):354.
Spradley, James P. 1997.
Metode Etnografi (Pengantar DR.
Amri Marzalui M.A). Jogya: PT Tiara
Wacana.
Young, James C. 1980.
“A Model of Illness Treatment
Decision in A Tarascan Town”, dalam
American Ethnologist, 7(1):106-131.
260 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 245 - 260

Anda mungkin juga menyukai