Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
39
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
treatments according to culture carried out by a bhisa (shaman) to cure it. Muna
people believe that there are some diseases that cannot be cured through medical
treatment / doctors and can only be cured through traditional medicine by a bhisa
(shaman). Besides, there are also diseases that can be cured through treatment
using herbs. The reason for the Muna's defense is because of their beliefs, costs,
and the fear of medical treatment.
Keywords; Culture, Muna people, beliefs, treatment, disease, tradition.
40
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
41
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
42
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
43
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
44
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
penyakit ini adalah kepala terasa sakit satu gelas. Setelah itu didiamkan
yang biasanya disertai dengan perut beberapa menit kemudian disaring
mual. Cara pengobatan penyakit kedalam gelas lalu diminumkan
tersebut menggunakan akar ilalang kepada pasien.
yang disebut parakano odana
dan roono paria (daun paria). Akar Domarangkuni (Penyakit kuning)
ilalang tersebut dicuci dengan air Menurut pemahaman masyara
bersih kemudian dicampur daun paria kat setempat, penyakit domarangkuni
yang diremas terlebih dahulu. Kedua merupakan penyakit luar biasa yang
bahan ramuan obat tersebut direndam dapat membahayakan si penderita.
selama lima belas menit ke dalam air Gejala penyakit ini adalah air seni si
bersih secukupnya. Air rendaman penderita berwarna kuning, kuku,
tersebut kemudian diminum pasien. mata dan muka pucat dan berwarna
Hal itu dilakukan sebanyak dua kekuning-kuningan. Secara medis,
sampai tiga kali sehari hingga penyakit ini disebabkan karena
sembuh. adanya gangguan organ tubuh bagian
dalam, yaitu berlebihnya cairan
Nngkaredu (Demam) empedu di dalam darah manusia.
Penyakit ngkaredu atau biasa Bilamana cairan empedu dalam tubuh
pula disebut dosodo-sodo (demam) melebihi kapasitas normal, maka
merupakan salah satu penyakit yang empedu akan pecah dan bercampur
sering mengganggu kesehatan dengan darah kemudian akan
masyarakat setempat, Gejala penyakit mempengaruhi perubahan pada warna
demam adalah seluruh tubuh pasien kulit dan mata menjadi kuning. Selain
terasa panas. Untuk mendeteksinya itu penyakit kuning juga banyak
biasanya menggunakan telapak disebabkan karena kurang istirahat,
tangan yang diletakkan di dahi pasien. terlalu capek, dan sering kehujanan.
Penyakit demam biasanya pula Untuk pengobatan penyakit tersebut
disertai dengan sakit kepala dan mual- dapat diobati dengan ramuan obat
mual. Demam yang sangat tinggi tradisional yang dilakukan oleh bhisa.
biasanya pula membuat si
penderitanya kejang-kejang, mata Ohoda (Penyakit batuk)
membelalak, atau mengeluarkan air Ohoda merupakan gejala suatu
mata. Untuk mengobati penyakit penyakit atau reaksi tubuh terhadap
tersebut biasanya menggunakan iritasi di tenggorokan karena adanya
ramun obat yang terdiri atas parakano lendir yang berlebihan, makanan,
dana (akar rumput ilalang), dan kulit debu, asap dan sebagainya. Namun
pohon libo. Cara meramu obat demikian, batuk merupakan gangguan
tersebut, pertama-tama kesehatan tubuh, sehingga banyak
pohon libo dan pohon haghuse-ghuse pula yang mengatakan penyakit. Pada
dikeruk kulitnya dengan umumnya penyakit batuk menyerang
menggunakan pisau atau parang. anak-anak dan orang dewasa. Adapun
Jumlah kerukan relatif banyak cara mengobati penyakit batuk ini
kemudian diremas-remas bersama adalah dengan cara mengambil
akar rumput ilalang di dalam daun bamalaka (jambu biji) sebanyak
mangkuk yang telah diisi air sebanyak tujuh setengah lembar setelah itu
45
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
46
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB
budaya.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung. Pt
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rivers, W.H.R (1915) "Medicine,
Magic and Religion" (Fitzpatrick
Lects. 1915) (originally
published in stages. Lancet
XCIV., pp. 59–65, 117–23).
Sugioyono, 2014. Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung.
CV. Afabeta
47