Anda di halaman 1dari 9

Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)

Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

Pengobatan Penyakit Menurut Budaya Orang Muna


di Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna
1 2
Bainudin, La Niampe, dan 3*La Aso

Mahasiswa Program Studi Kajian Budaya, Program Pascasarjana,


Universitas Halu Oleo, Kendari
Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo, Kendari
Program Studi Sastra Inggris, Jurusan Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Halu Oleo, Kendari

*Corresponding Author: La Aso (la.aso.uho@gmail.com)

Abstrak: Orang Muna sebagai sebuah masyarakat memiliki budaya terhadap


pengobatan penyakit yang dapat diidentifikasi dan disebarluaskan untuk
dilestarikan Tujuan artikel ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan
budaya orang Muna terhadap pengobatan penyakit. Teori untuk membaca data
adalah pemikiran Rivers (1915: 59-65) tentang tiga pandangan dunia yang
berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dapat menghubungkan sistem-sistem
kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memiliki model perilaku pengobatan
yang sesuai. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pemilihan informan
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara obserfasi, dokumentasi, dan
wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa orang Muna
masih aktif melakukan pengobatan penyakit menurut budaya yang dilakukan
oleh seorang bhisa (dukun) untuk menyembuhkannya. Orang Muna penyakit
mempercayai bahwa ada sebahagian penyakit yang tidak dapat disembuhkan
melalui pengobatan medis/dokter dan hanya dapat di sembuhkan melalui
pengobatan secara tradisional yang dilakukan seorang bhisa (dukun). Selain
terdapat juga penyakit yang dapat disembuhkan melalui pengobatan
menggunakan ramuan. Penyebab orang Muna mempertahaknannya karena
keyakinan, biaya, dan adanya rasa takut untuk melakukan pengobatan secara
medis.
Kata kunci; Budaya, orang Muna, kepercayaan, pengobatan, penyakit,
tradisi

Abstract: Muna people as a society have a culture of treatment of diseases that


can be identified and disseminated to be preserved. The purpose of this article is
to identify and describe the culture of Muna people towards the treatment of
diseases.. The theory for reading data is that Rivers's thoughts (1915: 59-65) about
three different worldviews (occult, religious, and naturalistic) can link belief
systems, and each view has an appropriate model of medical behavior. This type
of research is descriptive qualitative. The selection of informants in this study was
carried out by means of purpossive sampling. Data collection were carried by
means of observation, documentation, and in-depth interviews. The results of this
study showed that the Muna people are still actively conducting medical

39
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

treatments according to culture carried out by a bhisa (shaman) to cure it. Muna
people believe that there are some diseases that cannot be cured through medical
treatment / doctors and can only be cured through traditional medicine by a bhisa
(shaman). Besides, there are also diseases that can be cured through treatment
using herbs. The reason for the Muna's defense is because of their beliefs, costs,
and the fear of medical treatment.
Keywords; Culture, Muna people, beliefs, treatment, disease, tradition.

PENDAHULUAN satu kecamatan yang terdapat di kota


Konsep sehat menurut WHO Raha. Namun kepercayaan mereka
secara garis besar adalah suatu dalam melakukan praktek
keadaan seseorang yang terbebas dari pengobatan penyakit masih
gangguan fisik, mental, sosial, dipergunakan ilmu magik, yaitu
spiritual serta tidak mengalami semua proses tindakan yang di
kecacatan. Sebagai bagian dari lakukan oleh manusia dalam
angoota WHO, Indonesia memiliki mencapai suatu maksud tertentu
kekayaan dan keanekaragaman dapat melalui kekuatan-kekuatan
budaya yang tampak melalui yang terdapat di alam, seperti
tindakan keseharian ketika orang meminta kepada dewa-dewa , ruh
mengalami kondisi sakit. Produk halus, Tuhan dan lain sebagainya
budaya yang berhubungan langsung untuk menyembuhkan penyakitnya.
dengan penyakit terwujud dalam Cara pengobatan yang
bentuk pengobatannya untuk dilakukan oleh seorang dukun
mendapatkan kesembuhan dari (bhisa) sangat jauh berbeda dengan
penyakit yang diderita. Sebagai cara pengobatan yang dilakukan oleh
negara hukum, Indonesia seorang yang menggunakan cara-cara
menjalankannya berlandaskan pada yang bersifat ilmiah dan
undang-undang. memanfaatkan teknologi modern
Undang-Undang No.36 tahun yang yang di sediakan di rumah sakit
2009, pasal 59 menyatakan bahwa atu di klinik pengobatan modern.
berdasarkan cara pengobatannya, Berbeda dengan pengobatan dari
pelayanan kesehatan tradisional seorang dukun (bhisa), pengobatan
terbagi menjadi pelayanan kesehatan dengan cara – cara yang bersifat
tradisional yang keterampilan dan tradisional. Walaupun cara
pelayanan kesehatan tradisional yang penyembuhan yang dilakukan oleh
menggunakan ramuan. Keseharian seorang dukun (bhisa) tidak bersifat
tersebut berlaku pula pada suku Muna ilmiah atau sangat sulit untuk diterima
di Propinsi Sulawesi Tenggara oleh ilmu kedokteran, namun orang
(Sultra). masih mempercayai adanya dukun
Suku Muna tersebut, mayoritas (bhisa) sebagai penyembuh
berdomisili di kabupaten Muna dan penyakit. Hal ini dapat dilihat dari
Muna Barat, di perkotaan dan di praktek-praktek yang dilakukan
perdesaan. Penelitian ini dilakukan di oleh para dukun (bhisa) dalam
Kecamatan Bata Laiworu kabupaten mengobati penyakit pasiennya.
Muna dengan pertimbangan bahwa Praktek dukun (bhisa) tersebut tidak
kecamatan tersebut merupakan salah diakui secara resmi, karena sifatnya

40
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

yang sangat tradisional, tetapi masih dan fungsi mantra,sedangkan pada


ada masyarakat yang penelitian ini akan mengkaji dan
mempercayainya. Frazer (dalam menganalisis tentang system
Koentjaraningrat, 1990: 224) pengobatan tradisional yang di
mengungkapkan bahwa kepercayaan lakukan oleh masyarakat orang Muna
yang berkenaan dengan tahyul atau dalam mengobati berbagai penyakit
hal-hal yang brsifat gaib, sangatlah baik yang sifatnya personalistik
erat dengan kehidupan masyarakat. maupun naturalistik, dan
Kepercayaan-kepercayaan mereka mendeksprisikan alasan masyarakat
dalam melakukan praktek medis melakukan pengobatan tradisional.
dipergunakan ilmu magik, seperti Adapun keunikan dari penelitian ini
meminta penyembuhan kepada adalah ada salah seorang bhisa di
dewa-dewa, ruh, Tuhan dan kecamatan Batalaiworu mengobati
sebagainya penyakit menggunakan media batu
Hal tersebut juga untuk mengobati para pasien-
mempengaruhi masyarakat dalam pasienya.
usaha pencegahan dalam Teori untuk membaca data
mengobatan penyakit, karena penelitian adalah pemikiran Rivers
sebagian masyarakat masih meyakini (1915: 59-65) menyatakan bahwa
dan mempercayai bahwa penyakit itu kepercayaan medis dan praktiknya
timbul karena disebabkan oleh tidak dapat dipisahkan dari aspek
makhluk halus ( makhluk abstral) yang lain yaitu kepercayaan dan
yang marah kepada manusia itu organisasi sosial . Ia menyatakan
sendiri, karena telah mengganggu praktik medis primitif mengikuti dari
ketenangan mereka. Masyarakat dan membuat pengertian dalam
menghubungkan kepercayaan syarat-syarat yang mendasari
tersebut dengan penyakit yang kepercayaan terhadap medis. Ia pula
dialaminya dan meyakini telah menyatakan bahwa keberadaan tiga
melanggar beberapa hal yang tabu tiga pandangan dunia yang berbeda (gaib,
atau pantangan-pantangan seperti religi, dan naturalistik) dapat
tidak boleh lewat kuburan atau menghubungkan sistem-sistem
kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan
tempat-tempat yang di anggap memiliki model perilaku medis yang
angker pada waktu-waktu tertentu, sesuai kepercayaan dan definisi budaya.
tidak boleh keluyuran pada tengah
hari. Jika dilanggar, maka makhluk- Salah satu fakta yang
makhluk halus tersebut akan marah menarik dari orang Muna yang
dan penyakit akan datang terdapat di kecamatan Batalaiworu
menimpanya. adalah pilihan pengobatan yang
Adapun Perbedaan penelitian dilakukan oleh di zaman
ini dengan penelitian-penelitian perkembangan ilmu pengetahuan
terdahulu yaitu terletak pada lokasi teknologi yang semakin canggih ini,
penelitianya. Selain itu juga terdapat mereka masih mempercayaai system
perbedaan lain yaitu: penelitian pengobatan tradisional yang
terdahulu memfokuskan kajiannya dilakukan oleh dukun.
pada pengobatan tradisional pada
dukun sandro , dukun pata tulang,

41
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

METODE PENELITIAN menyatakan bahwa keberadaan tiga


Jenis penelitian ini adalah tiga pandangan dunia yang berbeda (gaib,
penelitian deskriptif kualitatif. religi, dan naturalistik) dapat
Penelitian ini dlaksanakan mulai menghubungkan sistem-sistem
Februari sampai dengan Mei 2019. kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan
Pemilihan informan dalam penelitian memiliki model perilaku medis yang
ini dilakukan dengan cara purposive sesuai kepercayaan dan definisi
sampling, yaitu pemilihan informan budaya. Pengobatan penyakit secara
dilakukan dengan sengaja oleh tradisional dilakukan oleh bhisa
peneliti sesuai dengan kebutuhan. (dukun) pada masyarakat Kecamatan
Jumlah informan dalam penelitian ini Batalaiworu dapat diklasifikasikan
berjumlah 16 orang, terdiri dari 6 menjadi dua kelompok, yakni
orang bhisa, dan 10 orang pasien penyakit yang bersifat personalistik
(orang yang berobat). Informan yang dan penyakit yang bersifat
dipilih adalah informan yang naturalistik.
dianggap bisa memberikan informasi
yang akurat kepada peneliti dengan Penyakit Personalstik
mengacu kepada Endaswara (2003: Penyakit personalistik
206-208) bahwa informasi yang baik merupakan suatu sistem dimana
adalah mereka yang terlibat langsung penyakit disebabkan oleh intervensi
dalam kebudayaan dan memiliki dari suatu agen yang aktif, yang dapat
waktu untuk wawancara. berupa makhluk supranatural seperti
Pengumpulan data dalam penelitian makhluk gaib atau dewa, maupun
ini dilakukan dengan cara observasi, makhluk yang berupa manusia seperti
dokumentasi, dan wawancara tukang sihir atau tukang tenung.
mendalam dengan mengacu pada Penyakit yang tergolong personalistik
Maleong (2006: 103). Teknik analisis yang dapat diobati dengan
data dalam penelitian mengacu pada pengobatan tradisional yang ada di
model analisis Miles dan Huberman Kecamatan Batalaiworu adalah: (1)
(dalam Sugiyono, 2014: 337), yaitu: Kasundua/osumanga (Gangguan roh
pengumpulan data, reduksi data, leluhur), (2) Kasuntuno lalo
penyajian data, dan penarikan (Kecewa), (3) Kantisele (Kaget), (4)
kesimpulan. Okatau (Guna-guna), dan (5)
Kahaweri (Gangguan roh halus).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Budaya Orang Muna dalam Kasundua/Osumanga (Gangguan
Pengobatan Penyakit. roh leluhur)
Orang Muna memiliki Kasundua/osumanga merupakan
kepercayaan terhadap medis dan penyakit yang disebabkan oleh
praktiknya tidak dapat dipisahkan dari gangguan roh halus yang bersumber
aspek yang lain yaitu kepercayaan dari keluarga arwah leluhur yang
dan organisasi sosial . Ia menyatakan yang telah lama meninggal oleh si
praktik medis primitif mengikuti dari penderita. Gejala penyakit kasundua,
dan membuat pengertian dalam yaitu si penderita biasanya berkata-
syarat-syarat yang mendasari kata atau merontak bagaikan orang
kepercayaan terhadap medis. Ia pula gila, atau diam bagaikan menghayal

42
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

dengan pandangan mata kosong, biasa dinamakan dokantisele,


pula tubuh kejang-kejang tanpa yaitu ntonuana (roh) yang keluar
sadarkan diri. dipanggil kembali untuk masuk
kembali dalam jiwanya. Cara yang
Kasuntuno lalo (Kecewa) dilakukan untuk memanggil roh
Penyakit kasuntuno lalo tersebut dinamakan karoro.
disebabkan oleh faktor psikis, yaitu Pengobatan seperti itu tidak dapat
karena kecewa berat terhadap orang dilakukan secara sendiri, tetapi harus
yang disayangi atau orang yang dekat dilakukan oleh bantuan seorang bhisa.
dengannya terutama orang tuanya. Pengobatan dengan cara karoro
Anak-anak yang terkena penyakit diawali dengan menyiapkan bahan
kasuntuno alo karena dimarahi atau ramuan, yaitu lima ruas jahe atau
tidak dapat digantikan dengan tongkol
dikabulkan permintaannya. Penyakit jagung. Bahan ramuan tersebut
kasuntuno lalo harus diobati dengan dipotong-potong kecil, lalu dikunyah
cara mendatangkan orang yang telah oleh bhisa sambil membacakan
mengecawakannya lalu di-soowi mantera. Setelah ramuan tersebut
(memberikan permintaan atau sesuatu lumat kemudian disemprotkan.
yang pernah dijanjikan kepadanya) Pada bagian-bagain tertentu tubuh
sambil dibacakan mantra oleh pasienPertama-tama, bhisa
seorang bhisa. Pasien yang di-soowi menyemprotkan ramuan tersebut
tersebut kemudian di- pada hinde (dahi) pasien, kemudian p
karoro (dipanggil rohnya ongke (telinga)siku, ntabhala (ibujari)
kembali kedalam tubuhnya). , otu (lutut), jari kaki dan
Pelaksanaan soowi dilakukan dengan berakhir pada bagian kapupuki (muka
cara, pasien dipakaikan sarung baru pasien). Pengobatan tersebut biaanya
oleh bhisa sambil mengucapkan dilakukan pada waktu sore hari
bhatata (permohonan). menjelang magrib.

Kantisele (Kaget) Okatau (Guna-guna)


Penyakit kantisele Menurut pemahaman
merupakan penyakit yang umumnya masyarakat Di Kecamatan
menyerang anak-anak, baik laki-laki Batalaiworu, penyakit guna-guna
maupun perempuan. Gejala penyakit disebabkan oleh orang lain melalui
tersebut, yakni kurang nafsu perantaraan wurake (tukang sihir).
makan,serin Penyebab melakukan guna-guna
kalau tidur terjadi reaksi nohihida wel adalah karena dendam akibat sakit
okalodono (terkejut atau kaget), kalau hati yang berlebihan, sehingga
telinganya dipegang akan nomalusi p membalasnya dengan mengirimkan
ongkeno (terasa lembek). Penyakit ini penyakit kepada lawannya tersebut.
disebabkan karena anak-anak masih Adapun cara pengobatanya yaitu
memiliki jiwa penakut, sehingga dengan menggunakan air doa-doa/
sering terjadi peristiwa sangat mantra yang di bacakan oleh bhisa
menakutkan pada diri mereka. (dukun) untuk membantu
Pengobatan yang dilakukan untuk penyembuhanya.
menyembuhkan penyakit tersebut

43
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

Kahaweri (Gangguan makhluk dotongka (munta-munta), 7)


halus) Nokoghule taghi (cacingan), 8) Nolea
Makhluk halus yang dimaksud wangka (sakit gigi), dan masih ada
berupa penunggu tempat-tempat yang lagi jenis penyakit lainnya Artikel ini
di anggap angker, seperti hutan, hanya menjelaskan 8 jenis penyakit
pohon besar, sungai, kuburan, atau karena terbatasnya halaman untuk
rumah yang sudah tidak berpenghuni memuat semua deskripsi jenis
lagi . Gangguan ini berupa teguran penyakit tersebut.
dari makhluk halus yang di sebabkan
karena pasien pernah melakukan Okhabela atau okanda (Luka)
sesuatu yang tidak disukai oleh Okhabhela/okanda (luka)
makhluk halus sehingga makhluk biasanya disebabkan karena terkena
halus tersebut merasa terganggu, benda tajam, seperti pisau, parang,
adapun cara mengobati penyakit pecah beling, paku dan sebagainya;
kahaweri dengan cara meniup-niup atau kadang kala terkena benda-benda
(busoki) wajah pasien. Penyakit ini keras, seperti batu, kayu, besi dan
juga dapat diobati dengan sebagainya. Gejala penyakit tersebut
menggunakan daun atau rumput. dimulai terasa sakit atau perih ketika
Daun atau rumput yang dapat luka, kemudian terjadi robekan pada
digunakan untuk mengobati penyakit bagian kulit dan mengeluarkan darah.
ini adalah daun papaya, daun jarak Cara pengobatannya adalah
dan daun rogo. Langkah-langkah mengunakan daun-daun,
yang digunakan dalam proses seperti roono patiwala, komba-
pengobatan dengan menggunakan komba, odana, dan sebagainya. Daun-
daun tersebut adalah dengan cara daun tersebut mudah didapatkan di
memanaskan atau melayukan daun sekitar rumah penduduk. Pohonnya
teresebut ke atas bara api, setelah layu banyak tumbuh di halaman, kebun,
maka daun-daun tersebut akan maupun di semak belukar. Daun
digosokan ke wajah, dada, telapak tersebut diambil beberapa lembar
tangan dan telapak kaki. kemudian dibersihkan lalu
doramasie (diremas-remas)
Penyakit Naturalistik menggunakan telapak tangan hingga
Penyakit Naturalistik adalah hancur, setelah itu diperas hingga
sistem dimana penyakit-penyakit mengeluarkan air dan diteteskan pada
dapat dijelaskan dengan istilah-istilah luka. Kalau lukanya lebih besar
yang sifatnya secara sistematik dan hendaknya ditetesi obat lebih banyak
bukan bersifat pribadi. Penyakit lalu dibalut dengan kain bersih.
naturalistik yang dapat diobatai
melalui pengobatan tradisional oleh Kaleano fotu (Sakit kepala)
seorang bhisa (dukun) yang terdapat Penyakit okaleano fot,
di Kecamatan Batalaiworu, antara penyakit ini dapat menyerang
lain: 1) Kabhela atau okanda (luka), siapapun, baik anak-anak maupun
2) Nolea fotu ( sakit kepala), 3) orang dewasa sekalipun. Penyakit ini
Ongkaredu (demam), 4) biasanya disebabkan karena masuk
Kamarangkuni (penuakit kuning), 5) angin, kena hujan, banyak pikiran,
Ohoda (penyakit batuk), 6).Nenturu mabuk dan sebagainya. Gejala

44
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

penyakit ini adalah kepala terasa sakit satu gelas. Setelah itu didiamkan
yang biasanya disertai dengan perut beberapa menit kemudian disaring
mual. Cara pengobatan penyakit kedalam gelas lalu diminumkan
tersebut menggunakan akar ilalang kepada pasien.
yang disebut parakano odana
dan roono paria (daun paria). Akar Domarangkuni (Penyakit kuning)
ilalang tersebut dicuci dengan air Menurut pemahaman masyara
bersih kemudian dicampur daun paria kat setempat, penyakit domarangkuni
yang diremas terlebih dahulu. Kedua merupakan penyakit luar biasa yang
bahan ramuan obat tersebut direndam dapat membahayakan si penderita.
selama lima belas menit ke dalam air Gejala penyakit ini adalah air seni si
bersih secukupnya. Air rendaman penderita berwarna kuning, kuku,
tersebut kemudian diminum pasien. mata dan muka pucat dan berwarna
Hal itu dilakukan sebanyak dua kekuning-kuningan. Secara medis,
sampai tiga kali sehari hingga penyakit ini disebabkan karena
sembuh. adanya gangguan organ tubuh bagian
dalam, yaitu berlebihnya cairan
Nngkaredu (Demam) empedu di dalam darah manusia.
Penyakit ngkaredu atau biasa Bilamana cairan empedu dalam tubuh
pula disebut dosodo-sodo (demam) melebihi kapasitas normal, maka
merupakan salah satu penyakit yang empedu akan pecah dan bercampur
sering mengganggu kesehatan dengan darah kemudian akan
masyarakat setempat, Gejala penyakit mempengaruhi perubahan pada warna
demam adalah seluruh tubuh pasien kulit dan mata menjadi kuning. Selain
terasa panas. Untuk mendeteksinya itu penyakit kuning juga banyak
biasanya menggunakan telapak disebabkan karena kurang istirahat,
tangan yang diletakkan di dahi pasien. terlalu capek, dan sering kehujanan.
Penyakit demam biasanya pula Untuk pengobatan penyakit tersebut
disertai dengan sakit kepala dan mual- dapat diobati dengan ramuan obat
mual. Demam yang sangat tinggi tradisional yang dilakukan oleh bhisa.
biasanya pula membuat si
penderitanya kejang-kejang, mata Ohoda (Penyakit batuk)
membelalak, atau mengeluarkan air Ohoda merupakan gejala suatu
mata. Untuk mengobati penyakit penyakit atau reaksi tubuh terhadap
tersebut biasanya menggunakan iritasi di tenggorokan karena adanya
ramun obat yang terdiri atas parakano lendir yang berlebihan, makanan,
dana (akar rumput ilalang), dan kulit debu, asap dan sebagainya. Namun
pohon libo. Cara meramu obat demikian, batuk merupakan gangguan
tersebut, pertama-tama kesehatan tubuh, sehingga banyak
pohon libo dan pohon haghuse-ghuse pula yang mengatakan penyakit. Pada
dikeruk kulitnya dengan umumnya penyakit batuk menyerang
menggunakan pisau atau parang. anak-anak dan orang dewasa. Adapun
Jumlah kerukan relatif banyak cara mengobati penyakit batuk ini
kemudian diremas-remas bersama adalah dengan cara mengambil
akar rumput ilalang di dalam daun bamalaka (jambu biji) sebanyak
mangkuk yang telah diisi air sebanyak tujuh setengah lembar setelah itu

45
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

daun jambu biji dikunya-kunya lalu KESIMPULAN


ditelan airnya. Berdasarkan klarifikasi yang
dipaparkan dalam hasil penelitian ini,
Domaratongka (Muntah-muntah) maka pengobatan penyakit pada
Untuk mengobatai penyakit orang Muna di Kecamatan
domaratongka dibuatkan ramuan Batalaiworu dapat diklasifikasikan
obat yang terdiri atas dua macam, menjadi dua kelompok, yakni
yaitu obat yang dapat diminum dan penyakit yang bersifat personalistik
obat yang dapat dioleskan ke perut si dan penyakit yang bersifat
penderita. Obat yang dapat dimunim naturalistik. Penyakit yang bersifat
terbuat dari daun kelapa muda personalistik yang dapat diobati
sebanyak tiga lembar direbus dalam dengan pengobatan tradisional bagi
panci yang berisi dua gelas air. Daun orang Muna yang ada di Kecamatan
tersebut direbus hingga susut menjadi Batalaiworu antara lain: antara lain:
satu gelas. Air rebusan tersebut (1) kasundua (gangguan roh leluhur),
ditapis kemudian diminumkan ke (2) kasuntuno lalo (kecewa), (3)
penderita. Hal itu dilakukan sebanyak kantisele (kaget), (4) okatau (guna-
dua atau tiga kali dalam sehari sampai guna), dan (5) kahaweri (gangguan
penyakitnya sembuh. roh halus). Sedangkan penyakit yang
tergolong naturalistik yang dapat
Nokoghule taghi (Cacingan) diobati dengan pengobatan tradisional
Menurut pemahaman orang bagi orang Muna yang ada di
Muna di Kecamatan Batalaiworu, Kecamatan Batalaiworu antara lain:
penyakit nokoghule taghi dapat (1) okabhela/okanda (luka),
disembuhkan dengan berbagai cara, (2) kaleano fotu (sakit kepala), (3)
yaitu dengan ramuan tradisional yang ongkaredu (demam), (4)
dibuat sendiri atau bantuan orang lain. domarangkuni (penyakit kuning), 5)
Ramuan obat yang biasanya ohoda (batuk), (6) domaratongka
diguakan adalah bhawa ngkadea (muntah-muntah), (7) nokoghule
(bawang merah) dikunya oleh pasien taghi (cacingan), dan (8) nolea
hingga luma kemudian ditelan hal ini wangka (sakit gigi).
dilakukan setiap hari hingga penyakit
tersebut sembuh. DAFTAR PUSTAKA

Kaleano wangka (Sakit gigi) Anderson, Foster. 2009. Antropologi


Untuk mengobati penyakit Kesehatan. Jakarta: Universitas
kaleano wangka tersebut digunakan Indonesia.
ramuan obat dari daun fafa (sejenis Endraswara, Swardi. 2003.
kayu yang sangat keras, biasa Metodologi Penelitian
digunakan untuk perahu) sebanyak Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah
tujuh setengah lembar. Daun Mada Universiti Press.
fafa tersebut dikunya-kunya pada gigi Koentjaraningrat. 1990. Metode
yang sakit selama beberapa menit. Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Hal itu dimaksudkan agar zat-zat pada Penerbit PT Gramedia.
daun tersebut dapat mengobati Liliweri. A (2003).Dasar- dasar
langsung gigi yang sakit. Komunikasi antar

46
Volume 4 No 2, (OKTOBER Tahun 2019)
Hal. 39-47
Copyright © 2019 Jurnal Penelitian Budaya
Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

budaya.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung. Pt
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rivers, W.H.R (1915) "Medicine,
Magic and Religion" (Fitzpatrick
Lects. 1915) (originally
published in stages. Lancet
XCIV., pp. 59–65, 117–23).
Sugioyono, 2014. Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung.
CV. Afabeta

47

Anda mungkin juga menyukai