Anda di halaman 1dari 10

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya ISSN: 2622-4909 (online)

Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2022 ISSN: 2613-9006 (print)


http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani lisani.tradisilisan@uho.ac.id

KASUNDU DAN PENGOBATANNYA PADA MASYARAKAT MUNA DI DESA


KUSAMBI KECAMATAN KUSAMBI KABUPATEN MUNA BARAT

Hamniyanti1, Wa Ode Sitti Hafsah2, Rahmat Sewa Suraya3


Jurusan Tradisi Lisan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Email: hamniyanti926@gmail.com

ABSTRAK
Pengobatan tradisional kasundu ialah penyakit yang disebabkan oleh roh leluhur atau
orang yang sudah meninggal, yang tidak dapat diobati melalui tenaga medis melainkan dengan
pengobatan tradisional saja. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengetahuan masyarakat
terhadap kasundu dan pengobatannya serta mendeskripsikan proses dan makna pengobatan
tradisional kasundu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap sebab dan akibat kasundu serta
pengobatanya. Ciri sakit kasundu yakni demam tinggi, sakit kepala, muntah-muntah, meronta-
ronta atau menangis tak terhentikan (penderita anak kecil). Biasanya penyakit akan terasa lebih
sakit pada sore hari maupun tengah malam. Menurut pengetahuan masyarakat Desa Kusambi
pengobatan kasundu tidak dapat disembukan melalui tenaga medis melainkan dengan
menggunakan pengobatan tradisional. Pengbatan tradisional kasundu terbagi atas dua bagian
yaitu tahap pamole dan tahap kafoampe. Masing-masing bagian memiliki tahapan yang terdiri
dari tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir.
Kata kunci: Pengobatan Tradisional, Kasundu, Pengetahuan, Proses, Makna.

ABSTRACT
Kasundu traditional medicine is a disease caused by ancestral spirits or dead people,
which cannot be treated through medical personnel but only with traditional medicine. The
purpose of the study was to determine the community's knowledge of kasundu and its treatment
and to describe the process and meaning of traditional kasundu medicine. The method used in
this research is qualitative research with data collection through observation, in-depth
interviews, and documentation. The results showed that the public's knowledge of the causes and
effects of kasundu and its treatment. Characteristics of kasundu pain are high fever, headache,
vomiting, thrashing or crying unstoppable (children sufferers). Usually the disease will feel more
painful in the afternoon or midnight. According to the knowledge of the people of Kusambi
Village, kasundu treatment cannot be cured through medical personnel but by using traditional
medicine. The traditional kasundu treatment is divided into two parts, namely the pamole stage
and the kafoampe stage. Each section has stages consisting of the preparation, implementation
and finalitation.
Keywords: Traditional Medicine, Kasundu, Knowledge, Process, Meaning.

A. PENDAHULUAN
Pengobatan tradisional atau dikenal dengan pengobatan diluar ilmu kedokteran
merupakan salah satu dari keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Setiap kelompok
masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda-berbeda disetiap suku. Di lihat dari aspek

49 | LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Hamniyanti, Wa Ode Sitti Hafsah, Rahmat Sewa Suraya

tradisi lisan, kepercayaan dan keyakinan terhadap tradisi, adat istiadat dan pengobatan-
pengobatan tradisional di setiap Daerah atau di setiap suku yang berbeda, tentu memiliki cara
tersendiri, yang mengacu pada keyakinan masing-masing komunitas masyarakatnya. “Budaya
dan tradisi yang masih di pertahankan oleh masyarakat merupakan warisan dari nenek moyang
dan diwariskan secara turun temurun, yang memiliki nilai tinggi di setiap kehidupan masyarakat”
(Hasriman 2017 : 1).
Sesuai dengan itu, “cara yang dilakukan masyarakat dalam memperoleh suatu
kesembuhan tidaklah sama di setiap Daerah. Dalam hal ini, masyarakat dapat di kategorikan
pada dua golongan, yakni masyarakat moderen dan masyarakat tradisional. Masyarakat moderan
adalah masyarakat yang mempergunakan alat-alat moderen, obat-obat yang dipergunakan juga
kebanyakan dari zat-zat kimia, atau dalam mendiagnosa suatu penyakit selalu dihubungkan
dengan kuman atau virus yang menyerang tubuh. Sedangkan masyarakat tradisional adalah
masyarakat yang dalam sistem pengobatanya masih menganut nilai-nilai tradisional yang
merupakan hasil perkembangan budaya pribumi, seperti memakai ramuan-ramuan yang dapat
diperoleh disekitar rumah, serta memakai mantra-mantra dalam proses pengobatanya atau dalam
mendiagnosa penyakit sering dihubungkan dengan mahluk-mahluk halus atau alam gaib”,
Desmianti (dalam Doni Saputra, 2012: 2)
Masyarakat Muna khususnya Kabupaten Muna Barat merupakan masyarakat yang
mendiami Provinsi Sulawesi Tenggara, dan pengobatan tradisional Kasundu adalah salah satu
dari banyaknya jenis pengobatan tradisional. Pengobatan ini sudah dilaksanakan sejak dulu
secara turun temurun dan di pertahankan sampai saat ini dalam proses mengobati suatu penyakit,
pengobatan ini juga melibatkan hal-hal yang megic seperti, adanya mantra yang di bacakan oleh
orang pintar (O’Bhisa) pada proses pengobatan tradisional Kasundu. Pengobatan ini bertujuan
sebagai pemulihan suatu penyakit khusunya penyakit yang berasal dari Roh leluhur pasien.
Masyarakat Desa Kusambi sendiri masih kental akan budaya dan tradisi, serta keyakinan
dan kepercayaan terhadap hal-hal megic serta mantra-mantra yang masih di pertahankan hingga
sampai saat ini. Masyarakat Desa Kusambi juga sudah mengenal lama sistem pengobatan
tradisional maupun pengobatan medis, serta banyak masyarakatnya yang telah memiliki profesi
terhadap lembaga-lembaga kesehatan seperti, bidan, mantri, perawat, dan pegawai kesehatan
lainnya. Namun demikian untuk mengobati suatu penyakit, tidaklah semua penyakit dapat di
sembuhkan melalui tenaga medis melaikan hanya dengan perantara dukun, salah satunya adalah
penyakit kasundu. Masyarakat Desa Kusambi meyakini dan percaya bahwa penyakit kasundu
hanyalah dapat disembuhkan melalui pengobatan tradisional dengan perantara dukun (Bhisa).

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 50


Kasundu dan Pengobatannya pada Masyarakat Muna di
Desa Kusambi Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna
Barat

Pengobatan tradisional kasundu juga merupakan salah satu tradisi masyarakat Desa
Kusambi. Sebab dan akibat kasundu serta ciri yang dialami yaitu panas pada suhu tubuh di sore
hari sedangkan pada pagi hari pasien tidak merasakan sakit dikarenakan ciri tersebut suatu
pengetahuan dalam masyarakat Desa Kusambi dengan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki
masyarakat tersebut, suatu tindakan pengobatan dapat dipilih dengan cepat. Pengobatan
tradisional kasundu dilaksanakan hingga sampai saat ini dikarenakan adanya kepercayaan bahwa
arwah leluhur atau orang yang sudah meninggal meminta sesuatu berupa pengiriman doa agar
diberikan ketenangan, sehingga masyarakat di Desa Kusambi yang mengalami sakit kasundu
sering di temukan dalam lingkungan masyarakat.
Berdasarkan kenyataan saat ini, proses pelaksanaan pengobatan tradisional kasundu
diketahui oleh masyarakat yang berada di Desa Kusambi Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna
Barat, yang menjadi lokasi penelitian, serta proses dan makna semiotic dalam pelaksanaan
pengobatan ini tidak diketahui oleh masyarakat etnik lain. Diadakan suatu pengobatan kasundu
karena memilki beberapa penyebab sehingga pengobatan tersebut dilakukan. Hal ini menjadi
penting bagi masyarakat untuk memperoleh suatu kesembuhan agar biasa beraktifitas normal.
B. METODE
Jenis penelitian yang akan digunakan yaitu jenis penelitian kualitatif. Bodgan dan Taylor
(Dalam Maleyong Mamik 2015: 4) mendefeniskan metodologi penelitian kualitatif adalah
serangkaian kata-kata tertulis maupun secara lisan dari perilaku orang-orang yang dapat diamati
untuk menghasilkan data penelitian. Data utama dalam penelitian kualitatif adalah sumber data
yang diperoleh dari manusia dengan bentuk kata-kata dan tindakan, sedangkan data yang berupa
dokumentasi, rekaman vidio dan pustaka yaitu sebagai data tambahan atau data di luar manusia
(Endaswara, 2003 : 207-208). Informan merupakan orang-orang yang dianggap mengetahui
tradisi kasundu dengan baik dan benar sesuai dengan pertanyaan Spradley (1997: 62) yakni pada
hakekatnya seorang informan yang dianggap baik harus paham terhadap budayanya, dengan
begitu baik tanpa harus memikirkanya. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan cara purposive sampiling. Sumber data yang akan dikumpulkan dalam
penelitian ini yaitu terdiri dari dua sumber data yatu data primer dan data sekunder
Teknik pengumpulan data yang di gunakan pada penelitian ini yaitu Teknik observasi
parsitipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Dari data-data yang telah dikumpulkan
untuk menggambarkan hasil penelitian dan menjawab permasalahan yang telah di teliti maka
dianalisis model interkatifanalis yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman yaitu pengetahuan
masyarakat terhadap kasundu dan pengobatannya, serta proses dan makna dalam pengobatan

51 | LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Hamniyanti, Wa Ode Sitti Hafsah, Rahmat Sewa Suraya

tradisional kasundu.i penyajian data yang digunakan dalam dengan menyajikan informasi atau
data yang sudah direduksi yang sifatnya sudah terorganisasikan serta gampang untuk dimengerti.
Dan kemudian mampu ditarik kesimpulan dari apa yang telah menjadi permasalahan, (Miles dan
Huberman, 2009 : 16-20).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengetahuan Masyarakat Terhadap Kasundu Dan Pengobatanya
Pengetahuan tradisional atau dikenal dengan traditional knowledge didefenisikan sebagai
karya masyarakat tradisional (adat) yang dapat berupa adat budaya, karya seni, dan teknologi
yang telah turun-temurun digunakan sejak nenek moyang (Aulawi 2015 : 3). Beberapa pakar
hukum mengemukakan tentang pengertian pengetahuan tradisional (tradistional knowledge)
seperti yang dikemukakan oleh Hawin (2009:2) yang menyatakan bahwa pengetahuan
tradisional adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh masyarakat pribumi/asli (tradistional
knowledge) atau karya-karya intelektual berdasarkan tradisi. Pengetahuan atau karya tersebut
dipakai oleh suatu generasi kegenerasi berikutnya serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat wilayah tertentu. Pengetahuan tradisional mencangkup budidaya dan pengobatan
tanaman, pengobatan, obat-obattan atau penyembuhan penyakit, resep makanan, kesenian dan
sebagainnyaPengetahuan perawatan kesehatan tradisional adalah salah satu warisan pengetahuan
yang sudah berlangsung secara turun-temurun dengan sistem khusus dalam pewarisannya,
masyarakat meyakini “pengetahuan” ini hanya akan di peroleh orang-orang yang memiliki
pengetahuan sprinatural, pengetahuan yang diterima tidak serta merta menjadikan seseorang
dukun, namun dalam hal ini harus memberikan pembuktian terhadap kemanjuran pengobatan
tradisional tersebut. Hakekatnya pengobatan tradisional pada masyarakat Desa Kusambi
merupakan salah satu sistemkepercayaan dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai suatu
kesembuhan. Dukun atau bhisa di Desa Kusambi adalah seseorang yang dapat mengobati atau
menyembuhkan, mengetahui, meramal seseorang untuk mengetahui penyakit yang menyebabkan
pasien sakit ataupun yang sedang dialami seorang pasien dengan mantra yang diwahyuhkan
disetiap perguruan dukun.
Pengetahuan masyarakat terhadap penyakit kasundu memiliki banyak faktor
penyebabnya yang diyakini oleh masyarakat, dimana sebagian orang menganggap bahwa
sebagai bentuk atau pertanda kepada keluarga pasien terhadap roh keluarga pasien yang sudah
meninggal karena tidak pernah datang untuk berziarah kekuburanya, menyukai pasien, sakit hati.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh informan bahwa:

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 52


Kasundu dan Pengobatannya pada Masyarakat Muna di
Desa Kusambi Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna
Barat

“Penyakit kasundu merupakan penyakit yang disebabkan oleh orang yang sudah
meninggal, arwah tersebut membuat kita manusia menjadi sakit karena mereka
menginginkan sesuatu terhadap kita sebagai manusia, karena tidak pernah berziarah
kekuburannya.”

Pejelasan informan di atas memberikan pemahaman bahwa seseorang yang sudah


meninggal masih memiliki kekuatan batin untuk mendorang manusia merasakan apa yang
diinginkan oleh arwah yang sudah meninggal. Seseorang dapat mengalami sakit kasundu
disebabkan oleh beberapa faktor yang di alami diantaranya yakni, tidak berziarah sama sekali
kekuburannya. Pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan tradisional kasundu memiliki tahap
pengobatan lebih dari satu, agar dapat memperoleh suatu kesembuhan dengan sistem pengobatan
hanya melalui perantara dukun/bhisa. Ciri-ciri penyakit kasundu yang dirasakan oleh masyarakat
berbeda-beda, akan tetapi memiliki kesamaan dalam cara pengobatannya, seperti yang dijelaskan
oleh salah satu informan bahwa:
“Pengobatan tradisional kasundu ini berbeda dengan pengobatan-pengobatan sakit
lainnya dimana kita mempertimbangkan dulu apakah sakit yang dialami dapat
disembuhkan melalui pengobatan tradisional atau malalui tenaga medis, serta
pengobatanya memiliki beberapa tahap pengobatan agar mendapatkan kesembuhan
dengan hanya bantuan bhisa, dimana kita harus memastikan dulu apakah sakit yang di
alami ini, disebabkan oleh arwah keluarganya atau adanya penyakit lain dengan cara di
pamole, ketika sudah diketahui bahwa penyebab sakitnya seseorang disebabkan oleh
arwah keluarganya maka dimulailah melakukan proses selanjutnya dalam pengobatan
kasundu tersebut yaitu kafoampe dan basahano fatehah.”

Proses Pengobatan Tradisional Kasundu


a. Tahap Persiapan
Tahap pamole Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam tahap pamole yang
masing-masing memiliki kegunaan atau fungsi tersendiri dalam langkah proses pengobatan
tradisional kasundu yaitu Telur ayam kampung,sebagai media dalam pelaksanaan pamole.
Piring, digunakan sebagai tempat telur ketika dipecahkan. Sabut kelapa. digunakan sebagai
pembakaran dupa. Pisau atau sendok, untuk memecahkan telur.
Mangkuk yang di lapisi dengan kantung, sebagai tempat kuning telur yang sudah pecah. Air,
sebagai intrumen setelah semua proses pamole selesai, di siapakan untuk pasien minum setelah
di berikan matra oleh bhisa/dukun (sebagai kaferebua).
Tahap kafoampe merupakan tahap selanjutnya dalam proses pengobatan tradisioanal
kasundu setelah melakukan proses pamoledan bersih-bersih kubur atau diganti dengan
membersikahkan dimuka pintu “bubusi tewino fininto”. Perlengkapan dan peralatanya pula tidak

53 | LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Hamniyanti, Wa Ode Sitti Hafsah, Rahmat Sewa Suraya

kalah sederhana dengan perlengkapan dalam peralatan pamole yaitu siapkan rebusan telur, nasi
putih, serta air minum, dan cuci tangan, sebagai bentuk sesajen untuk arwah leluhur.
Tahap Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pengobatan ini dilakukan pada sore hari. Pelaksanaan pamole ini
tidak hanya bisa dilakukan pada sore hari saja, tetapi pagi dan siang hari bisa di laksanakan
tergantung pada kesempatan seorang bhisa/dukun kapan kesempatan beliau untuk mengobati
pasien. Dalam tahap prosesi pengobatanpamole ini, memiliki beberapa langkah-langkah dalam
pelaksanaanya, langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembakaran Dupa
Dalam proses pamole mula-mula dimulai dengan pembakaran dupa, dupa dibakar diatas
sabuk kelapa yang sudah menjadi bara api. Setelah pembakaran dupa kemudian dilakukan
dengan menenadakan telapak tangan diasap yang sudah dibakari dupa kemudian dibasuhkan ke
wajah dan lengan serta dada dan tubuh lainnya.
2. Pengusapan telur
Sebelum melakukan pengusapan telur terlebih dulu melakukan pengasapan telur, dengan
cara memutar telur sebanyak tujuh kali ke kanan dan tujuh kali kekiri diatas sabuk kelapa yang
sudah dibakari dupa. Setelah melakukan pengasapan telur, kemudian telur diusapakan kepada
pasien. Sebelum telur di usapkan pada pasien terlebih dahulu dibacakan mantra, mantra tersebut
sebagai berikut; “Assalamualaikumghunteli wuto, saki katao, kalumere hende, aealihi saki, taro
wologhunteli, bissimillah”.
Kemudian pengusapan telur di usapkan pada bagian-bagian tertentu yang terasa sakit
yang diawali dari ubun-ubun, pelipis, hidung, mata, leher, tangan, siku, belakang leher, dan
bagian tubuh lainya.
3. Pemecahan Telur
Selanjutnya memecahkan telur, telur yang sudah diusapkan kemudian di pecahkan
dengan menggunakan pisau secara perlahan agar kuning telur tidak pecah terlebih dulu, lalu
kuning telur tersebut di letakkan dalam piring piring yang disediakan, piring ini sebagai
pengganti telapak tangan untuk meletakkan kuning telur tersebut.Dilanjutkan dengan bhisa
meminta untuk menyebutkan nama-nama keluarga pasien yang sudah meninggal, apabila pasien
sudah menyebutkan satu nama dari keluarganya, maka bhisa akan membacakan mantra.
“Assalamualaikumghunteli wuto, woruno saki wologhunteli”
Selanjutnya membolak balikan kuning telur tersebut kepiring yang satunya, apabila
kuning telur belum pecah maka bhisaakan meminta pasien untuk menyebutkan nama lain lagi

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 54


Kasundu dan Pengobatannya pada Masyarakat Muna di
Desa Kusambi Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna
Barat

sampai kuning telur tersebut pecah, namun dalam pasien ini ia baru menyebutkan satu nama
kuning tersebut langsung pecah hal ini menandakan bahwa nama yang sudah disebutkan itulah
yang sudah membuat pasien mengalami sakit kasundu. Selanjutnya setelah kuning telur pecah
maka disatukan dengan putih telur dan dicampurkan dengan abu dapur, kemudian dibuang.
4. Kaferebuano OE
Kaferebuano oe merupakan tahap terakhir dalam tahap pamole ini yaitu dengan
membacakan mantra kedalam botol yang berisikan air, untuk diminum pasien agar penyakit yang
diderita pasien dapat berkurang. Setelah membacakan mantra kedalam air bhisa juga akan
membacakan mantra di bagian ubun-ubun pasien dan di belakang leher pasien dengan mantra
berikut;
“istamba kamauranda tambano kenta molala, bisimilah".
Proses pelaksanaan kafoampe ini dilaksanakan pada sore hari oleh pasien sendiri, sesudah
melakukan pamole sesuai arahan dari dukun dan tanpa bantuan dukun. Dalam pelaksanaan
kafoampe ini sebelum menyiapkan sesajen terlebih dulu melakukan pembersihan dimuka pintu
(bubusi tewiseno fininto)sebagai pengganti ziarah kubur. “ Keluarlah sakitku ini, jangan sundu
saya lagi, nanti saya foampekan kalian”. Sesudah melakukan bubusi dilanjutkan dengan
menyiapkan sesajen di atas talang yang berisikan nasi putih, rebusan telur, air minum, dan cuci
tangan, kemudian pasien memanggi arwah leluhurnya.
Tahap Akhir
Baca-baca (haroa) merupakan tahap akhir dalam pengobatan ini. Baca-baca (haroa) yaitu
sebagai bentuk pengiriman doa agar arwah leluhur dapat diberikan ketenangan. Setelah
melakukan berbagai tahapan dalam penyembuhan sakit kasundumulai dari proses pamole,
kafoampe dan sampai pada tahap akhir yaitu baca-baca sumanga, yaitu dengan pengiriman Al-
Fatihah yang dibacakan oleh mojji. Tahap ini merupakan sebagai pengiriman Al-Fatihah
karenakesalahan pasien terhadap arwah lelehur yang dimana kurang mendapatkan perhatian dari
keluarganya yang masih hidup.

Makna Simbolik Proses Pengobatan Tradisional Kasundu


Menurut Brodbeck (dalam Sobur:2015:26) mengemukakan tiga pengertian tentang
konsep makna yakni; (1) makna referensi suatu istilah (lambang) seperti objek, ide, pikiran atau
konsep yang ditunjukan oleh istilah (lambang) itu, (2) istilah (lambang) kedua yang
dikemukakan adalah arti. Suatu istilah dapat saja memiliki arti referensi dalam pengertian
pertama, yaitu mempunyai referen yang dihubungkan dengan berbagai konsep, dan (3) model

55 | LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Hamniyanti, Wa Ode Sitti Hafsah, Rahmat Sewa Suraya

makna yang ketiga adalah mencangkup makna yang dimaksud (intensional) dalam arti, bahwa
arti suatu istilah atau lambang bergantung pada apa yang dimaksudkan pengguna dengan arti
lambang tersebut. Peristilaan ialah suatu kata dimana maknanya merujuk kepada suatu konsep
atau proses yang nantinya akan dirujuk. Biasanya istilah merujuk dalam suatu bidang tertentu.
Makna sebagai lambang atau istilah dibuat supaya masyarakat terhindar dari salah konsep,
terhadap makna yang akan dirujuk dalam pembicaraan. Suatu pemaknaan akan terjadi dengan
suatu pengetahuan, tuturan, tindakan, dalam penuturan dukun. Secara keseluruhan tahapan dari
perilaku antara dukun dan pasien yang merupakan petunjuk sebagai denotasi dan menimbulkan
beberapa konotasi dalam pelaksanaan proses pengobatan tradisional kasundu. Dalam setiap
proses tersebut memiliki beberapa makna yang terkandung didalamnya di antaranya sebagai
berikut:
a. Makna Pembakaran dupa
Makna yang terkandung dalam dupa tersebut yaitu terdapat pada asapdupa dimana asap
dupa ini dipercayai masyarakat di Desa Kusambi mampu mengusir hal buruk yang terjadi pada
seseorang yang mengalami sakit dimana disebabkan oleh roh nenek moyang yang telah
meninggal. Dalam penggunaan asapdupa juga bhisa mengarahkan asap dupa kepada seseorang
yang mengalami sakit, dengan maksud agar penyakit yang masuk dalam tubuh seseorang dapat
diihat oleh dukun/bhisa. Karena dupa tersebut merupakan pembuka awal dari proses berjalannya
pelaksanaan kasundu dengan niat meminta kesembuhan dari Allah SWT.
b. Makna Pengusapan Telur
Dalam pengusapan telur mengandung makna petunjuk bagi bhisa agar mengetahui
penyebab sakitnya seseorang. Dari telur yang telah diusap pada tubuh pasien maka akan
diketahui roh siapa yang telah mengganggu seseorang hingga mengalami sakit. roh yang
mengganggu seseorang tersebut tidak lain adalah keluarga sendiri seperti orang tua pasien yang
telah meninggal dunia, saudara pisien, dan nenek moyang yang telah meninggal. Dengan telur
tersebut semua penyakit yang ada dalam tubuh pasien akan terlihat dalam terlur, dan akan
diketahui siapa yang telah mengganggu dan apa maksud sehingga roh orang tersebut
mengganggu pasien.
c. Makna Pemecahan Telur
Makna yang terdapat dalam proses pemecahan telur yaitu telah diketahui roh siapa yang
menyebabkan seseorang mengalami sakit. telur akan pecah ketika nama roh orang yang
menyebakan sakit telah disebut oleh keluarga pasien. Masyarakat Muna juga mempercayai

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 56


Kasundu dan Pengobatannya pada Masyarakat Muna di
Desa Kusambi Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna
Barat

bahwa telur yang telah pecah tersebut akan dibuang agar penyakit yang di derita oleh pasien ikut
pergi bersama telur yang telah dibuang tersebut.
d. Makna Kaferebuano Oe
Kaferebuano Oe memiliki arti yaitu air yang dibaca-bacakan mantra oleh bhisa untuk
yang diminum pasien dengan tujuan agar penyakit yang dialami dapat berkurang dan berangsur
membaik dan sehat. Kaferebuano Oe sendiri memiliki makna sebagai penyembuhan terhadap
penyakit yang dialami pasien.
e. Makna Sesajen (Kafoampe)
Sesajen yang telah disiapkan ada dua sesajen yaitu sesajan dalam kafoame dan yang ada
dalam tahap akhir, sesajen yang ada pada tahap baca-baca yaitu berupa, lapa-lapa, cucur, ayam,
sirsak, pisang, waje, telur rebus, pisang rebus, pisang yang digoreng. Makna dari sesajan tersebut
sebagai permohonan maaf kepada arwah-arwah leluhurnya.

D. PENUTUP
Kasundu merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh roh leluhur atau orang yang
sudah meninggal, akibatnya pasien mengalami demam tinggi pada sore hari, muntah-muntah,
menangis dan ketakutan bagi penderita anak-anak atau bayi. Peyakit ini biasanya tidak dapat
disembuhkan melalui tenaga medis. Menurut pengetahuan masyarakat kasundu disebabkan
karena tidak berziarah sama sekali kemakam leluhurnya, sakit hati, dan menyukai pasien
(nohimuane).
Proses pelaksanaan pengobatan tradisional kasundu terbagi menjadi tiga bagian yaitu (1)
pamole (2) kafoampe (3) baca-baca (pengiriman doa ) dan terdiri dari tahapan persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap akhir. Tahap pamole untuk mengetahui arwah siapa yang sudah
menyebabkan pasien sakit dengan bantuan dukun/bhisa, dengan persiapan menyiapkan telur
ayam kampung, pisau, piring, mangkuk, kantung plastik, sabuk kelapa, abu dapur, air, dan dupa.
Kafoampe, menyiapkan sesajen berupa rebusan telur, nasi, air minum, dan cuci tangan, dengan
dua bagian yaitu yang pertama membersihkan dimuka pintu sebagai pengganti ziarah kubur, dan
kedua memanggil arwah tersebut untuk memakan sesajen yang sudah disiapkan. Tahap akhir
yaitu pengiriman doa AL-Fatihah yang dibacakan oleh moji sebagai bentuk permintaan maaf
kepada arwah tersebut karena kurang diperhatikan oleh keluarganya, dan agar arwah tersebut
dapat diberikan ketenangan.
Makna simbolik dalam proses pelaksanaan pengobatan tradisional ini yaitu sebagai
berikut, salah satunya makna yang terkandung dalam dupa yaitu terdapat pada asap dupa dimana

57 | LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Hamniyanti, Wa Ode Sitti Hafsah, Rahmat Sewa Suraya

asap dupa ini dipercayai masyarakat di Desa Kusambi mampu mengusir hal buruk yang terjadi
pada seseorang yang mengalami sakit yang disebabkan oleh roh nenek moyang yang telah
meninggal, makna petunjuk bagi bhisa agar mengetahui penyebab sakitnya seseorang. Makna
simbolik dalam proses pelaksanaan pengobatan tradisional ini yaitu sebagai berikut, salah
satunya makna yang terkandung dalam dupa yaitu terdapat pada asap dupa dimana asap dupa ini
dipercayai masyarakat di Desa Kusambi mampu mengusir hal buruk yang terjadi pada seseorang
yang mengalami sakit dimana disebabkan oleh roh nenek moyang yang telah meninggal,makna
petunjuk bagi bhisa agar mengetahui penyebab sakitnya seseorang. Makna yang terdapat dalam
proses pemecahan telur yaitu telah diketahui roh siapa yang menyebabkan seseorang mengalami
sakit. Kaferebuano Oe sendiri memiliki makna sebagai penyembuhan terhadap penyakit yang
dialami pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Aulawi, Akhmad, 2015. Urgensi Pengaturan Perlindungan Pengetahuan Tradisiona; Dalam
Hokum Positif Indonesia. Media Pembinaan Hukum Nasional. Tects Vinding Online.
Jurnal Rechtsvinding. 18 Desember 2015.
Endraswara, Suwardi 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta : Gajah Mada
Universitas Press.
Foster,dan Anderson. 1986. Antropokogi Kesehatan. Jakarta :Salemba 4; UI-Press
Harisman Danaosa Pomili. 2017. Skripsi: Tradisi Modero: Tinjauan Fungsi Dan Metode
Pertunjukan. Jurusan Tradisi Lisan. Fakultas Ilmu Budaya. UHO. Kendari.
Hawin,2009, Perlindungan Pengetahuan Tradisional Indonesia. Universitas Gaja Mada.
Yogyakarta. Draft Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Ilmu Social.
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo
Mamik. 2015. Metodologi Kualitatif. Jl.Taman pondok.13.Taman sidoarjo. Zifatama publisher.
Miles, Matthew B.&A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
Saputra, Doni. 2012. Sistem Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Nagari Sikuncur
Kecamatan V Koto Kampung Dalam KAB.Padang Pariaman. Jurusan Antropologi.
Fakultas Il mu Dan Ilmu Politik. Universitas Andalas : Padang.
Spradley, J.P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta. PT Tiara Wacana.
Sobur, 2015.BAB ii Pendahuluan Kajian Pustaka. Konsep Makna. (diakses pada tanggal 23 Mei
2021) http://eprints.umm.ac.id/35426/3/jiptummpp-gdl-riskaapril-49622-3-babiid-s.pdf

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 58

Anda mungkin juga menyukai