Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1, No.

4, Agustus 2017: 212 - 218


ISSN 1410 - 5675

PENGOBATAN TRADISIONAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL NASKAH MANTRA

Elis Suryani Nani Sumarlina, Heriyanto, dan Ike Rostikawati Husen


Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran
E-mail: elis.suryani@gmail.com

ABSTRAK. Ada beberapa hal menarik yang dapat digali, diungkap, bahkan diteliti secara lebih mendalam berkenaan dengan kearifan
lokal budaya Sunda yang terpendam dalam ‘naskah mantra’. Mantra oleh sebagian masyarakat dipercayai memiliki kekuatan gaib.
Masyarakat yang seperti ini begitu sukar melepaskan kebiasaannya dalam memanfaatkan mantra.Pandangan masyarakat terhadap
mantra, telah memunculkan beraneka ragam prasangka. Bagi masayarakat pengamal mantra, kegiatan sehari-hari kerap kali diwarnai
dengan pembacaan mantra demi keberhasilan untuk mencapai maksud tertentu, misalnya, para petani ingin sawahnya subur, terhindar
dari gangguan hama, hasilnya melimpah; para pedagang ingin dagangannya laris; serta pengharapan-pengharapan lainnya, seperti
mantra yang digunakan untuk pengobatan. Hal ini beralasan karena banyak rahasia obat dan cara pengobatan yang terungkap dalam
naskah mantra. Masalah inilah yang menjadi bahasan utama tulisan ini. Pemanfaatan mantra secara umum dibagi tiga fungsi utama,
yaitu sebagai perlindungan, kekuatan, dan pengobatan. Secara sepintas, karena keterbatasan kemampuan manusia, mantra merupakan
keuntungan bagi masyarakat pengamalnya didasarkan pada fungsi mantra dimaksud. Oleh karenanya, mantra dengan mudah diterima
kehadirannya sebagai warisan nenek moyang yang begitu berarti. Sedangkan bagi masyarakat bukan pengamal mantra, prasangka
yang muncul adalah negatif. Meskipun demikian, naskah mantra sangat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang
berkaitan dengan farmasi dan ilmu kedokteran.

Kata kunci: Pengobatan Tradisional dan Mantra

ABSTRACT. There are many interesting part to explore, expose or experience in a deep research about the Sundanese local wisdom in ther
“Mantras Manuscript”. Mantras for some people were believed to have spiritual power. This believe is so hard to release from the mantras
usage. This common view towards mantra revealed some sinister or bad prejudice. For some mantras’user, their daily activity were coloured
by the spelling of Mantras in order to achieved their aims, such as in harvesting, avoiding the insect, more paddy rice yields for the farmer;
while product sales raising for the merchant, also others wishes like mantras for medical treatment. The reason is so many medication secrets
and ways of medical treatment revealed on the manuscript of Medicine. This will become our main issue on this review. The mantras usage
generally divide into three main functions., as a protector, source of power and medication. At a glance, due to the human limited ability
therefor mantras is a benefit for the user based on their intention. Therefor these mantras were easily accepted as their precious ancient’s
heritage. While for the non users of the mantras it will become sinister and negative thinking towards this heritage. Despite of this view, the
mantras manuscript is very useful for the science development, especially for the pharmacy and medicine faculty.

Key words: mantras and traditional medicine


PENDAHULUAN dan dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi masyarakat
kini.
Naskah dipandang sebagai dokumen budaya, Religi merupakan salah satu dari tujuh unsur
karena berisi berbagai data dan informasi ide, pikiran, budaya yang terkandung dalam naskah yang cukup
perasaan, dan pengetahuan sejarah, serta budaya dari menarik untuk dibahas, terutama yang menyangkut adat
bangsa atau sekelompok sosial budaya tertentu. Naskah- istiadat dan kebiasaan sebagian masyarakat yang begitu
naskah buhun termasuk salah satu unsur budaya yang erat dekat dengan mantra dan pemanfaatan mantra untuk
kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat kepentingan tertentu guna tercapainya tujuan tertentu
yang melahirkan dan mendukungnya, yang ditulis pada pula. Mantra oleh sebagian masyarakat dipercayai mem-
kertas, daun lontar, kulit kayu, nipah, bilahan bambu, atau punyai kekuatan gaib. Dengan demikian, masyarakat
rotan. seperti ini begitu sukar melepaskan kebiasaannya dalam
Naskah secara umum isinya mengungkapkan memanfaatkan mantra karena dirasakan banyak diperoleh
peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehi- manfaatnya. Salah satu kegunaan mantra adalah yang
dupan masyarakat, terutama tentang keadaan sosial dan berkaitan dengan mantra pengobatan, yang dapat berguna
budaya, yang meliputi: sistem religi/keagamaan, teknologi bagi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan farmasi
dan benda materiil, mata pencaharian hidup/ekonomi, dan ilmu kedokteran.
kemasyarakatan, ilmu pengetahuan/pendidikan, bahasa, Obat sebagaimana kita ketahui merupakan penawar
dan seni (Suryani, 2012). penyakit yang dibuat dari bahan-bahan, baik tumbuhan
Naskah-naskah Sunda ditulis pada kertas, daun maupun hewan, bahkan mineral. Sementara itu, ramuan
lontar, kulit kayu, bambu, saeh juga rotan. Secara umum obat merupakan bahan mentah untuk mengolah obat.
isinya mengungkapkan peristiwa-peristiwa masa lampau Nenek moyang kita masa silam membuat obat melibatkan
yang menyiratkan aspek kehidupan masyarakat, terutama pengaruh kepercayaan dan tradisi. Salah satu proses
tentang keadaan sosial dan budaya yang sangat penting, pengobatan untuk kesembuhan penyakit karuhun kita
Pengobatan Tradisional Berbasis Kearifan Lokal Naskah Mantra 213

menggunakan mantra. Mantra dalam konteks ini tulisan bagian tersebut dapat dikelompokkan ke dalam mantra
yang mengandung magis untuk kesembuhan penyakit putih ‘white magic’ dan mantra hitam ‘black magic’.
pasien, yang tentu saja lewat media tumbuhan dan hewan Pembagian tersebut berdasarkan kepada tujuan mantra
yang dijadikan sebagai obatnya. itu sendiri, yakni mantra putih digunakan untuk kebaikan
Cara pengobatan tradisional secara perlahan seiring sedangkan mantra hitam digunakan untuk kejahatan
perkembangan zaman mulai terkikis dengan adanya (Suryani NS, 2012: 10).
pengobatan modern yang dikenal medis. Mantra di era
globalisasi kini dianggap hal yang tidak realistis dan HASIL DAN PEMBAHASAN
mustahil. Meskipun demikian, pengobatan tradisional
bagi sebagian masyarakat penghayat mantra masih tetap Teks mantra sesuai dengan fungsinya, digunakan
digunakan. dalam pengobatan tradisional, termasuk di dalamnya
Baru-baru ini pengobatan tradisional mulai tatacara pengobatan, yang apabila dilihat dari jenisnya,
menggeliat kembali, dengan mengungkap kearifan lokal, termasuk ke dalam kategori mantra putih atau white
yang melibatkan bahan-bahan alam sehingga muncullah magic. Adanya kebutuhan terhadap mantra sebagai warna
pengobatan dengan istilah back to nature menjadikan yang menghiasi kehidupan sehari-hari.
pasien yang harus menjalani proses pembedahan Apabila dilihat dari ketiga kelompok mantra,
dan terkendala biaya merasa sedikit terbantu, mereka jelaslah bahwa pengobatan yang tersirat dalam naskah
menggantungkan diri kepada pengobatan tradisional. mantra, termasuk ke dalam mantra pengobatan. Hal ini
Selain murah, pengobatan tradisional ini tidak memiliki dikaitkan dengan fungsi mantra tersebut, yang antara lain
efek samping yang terlalu beresiko. Cara pengobatan menyiratkan adanya permohonan kepada Sang Pencipta,
tradisional dapat menjadi alternatif bagi penderita dan yang begitu erat dengan kebutuhan hidup masyarakat
pengidap penyakit ringan maupun berat. yang dalam satu segi membutuhkan kekuatan lahir
Naskah obatan-obatan khususnya yang berkaitan maupun batin untuk melaksanakan maksud tertentu.
dengan naskah mantra tidak begitu banyak, bahkan Semua mantra tersebut efektivitasnya sepenuhnya
dapat dianggap langka. Naskah obat-obatan di Bali disandarkan kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
disebut Usadha. Sementara itu, naskah yang secara Para pengamal mantra menunggu keputusan dari
umum membahas mantra yang sudah diinventarisasi Yang Maha Menentukan atas usaha yang dijalankan
berdasarkan katalogus yang dikaji Ekadjati, dkk. kurang manusia. Betapa manusia merasa kecil dan tak berdaya
lebih berjumlah 76 buah, dan hanya beberapa buah sehingga memohon dilindungi, ditopang, diberi kemurah-
naskah yang sudah diteliti. an pada setiap langkah, mohon ditetapkan iman dan
Beberapa naskah mantra yang membahas obat- Islam. Begitu juga dengan Mantra pengobatan lainnya,
obatan dan cara membuat ramuan yang terdapat dalam dengan berbekal keyakinan dan bersandar sepenuhnya
naskah mantra dimaksud telah dipengaruhi Islam kepada Allah, mantra diucapkan untuk tujuan agar dapat
walaupun masih mengandung unsur animisme dan menolong dan mengobati orang lain yang terkena suatu
dinamisme. Isi yang terkandung dalam naskah mantra penyakit dapat disembuhkan.
dimaksud dapat dijadikan bahan dan sumber informasi Salah satu mantra pengobatan, khususnya yang
bagi dunia pendidikan, penelitian, serta kepentingan digunakan untuk mengobati sakit perut (jampé dan
sosial lainnya yang membutuhkan terutama dunia farmasi jangjawokan nyeri beuteung terutama yang digunakan
dan dunia kedokteran. kepada bayi dan anak kecil ada beberapa buah, sebagai-
Mantra dalam khazanah sastra Sunda berarti mana tampak berikut ini:
‘karya sastra berjenis dan berunsur puisi, seperti rima, Jampé Nyeri Beuteung
irama, diksi, citraan, dan majas, yang berisi semacam Peujit pabeulit
kata-kata berupa jampi-jampi bermakna magis dan meng- puseur pacangreud
andung kekuatan gaib, misal dapat menyembuhkan, ka luhur pindah ka jantung
mendatangkan celaka, dan sebagainya, isinya dapat meng- salatri pindah ka cai
andung bujukan, kutukan, atau tantangan yang ditujukan belekbek belegu…….
kepada lawannya untuk mencapai suatu maksud melalui belekbek belegu……
kekuatan-kekuatan yang ada di dalam alam, serta seluruh
kompleks anggapan yang ada di belakangnya, diucapkan Tatacara pengobatannya melalui media air putih
oleh dukun atau pawang, untuk menandingi kekuatan yang dicampur dengan tumbukan daun kayu putih
gaib yang lain’ (Suryani NS, 2012: 6-7). yang sudah dimantrai. Campuran tersebut kemudian
Mantra berdasarkan tujuannya terbagi menjadi 7 diteteskan atau dioleskan di atas ubun-ubun dan perut
bagian, yaitu jampe ‘jampi’, asihan ‘pekasih’, singlar si bayi/anak yang sakit. Lewat isi mantra itu, kita
‘pengusir’, jangjawokan ‘jampi’, rajah ‘kata-kata dapat mencerna bahwa ada kata-kata Peujit pabeulit,
pembuka ‘jampi’, ajian ‘ajian/jampi ajian kekuatan’, puseur pacangreud, ka luhur pindah ka jantung,
dan pelet ‘guna-guna’. Diketahui bahwa ketujuh salatri pindah ka cai, diharapkan agar ‘si sakit’ cepat
214 Elis Suryani Nani Sumarlina, Heriyanto dan Ike Rostikawati Husen

sembuh dan dapat buang air besar agar rasa mulasnya untuk mengobati sakit demam, rahasia pengobatannya
segera sirna dan sembuh. Selain air, ditengarai daun bahwa pasien atau si sakit diharuskan berpuasa pada hari
kayu putih yang ditumbuk tersebut kemungkinan kelahirannya selama delapan hari. Untuk mengobati nyeri
mengandung zat yang mampu menyembuhkan perut hulu ‘sakit kepala’, khususnya untuk masyarakat Baduy
kembung atau berguna sebagai ‘penghangat perut’ Banten, mereka menggunakan daun pohon ‘barhulu’,
sehingga melancarkan pencernaan. dengan cara menggodog beberapa helai daun barhulu
Media lain yang digunakan untuk mengobati ditambah dengan air secukupnya. Setelah airnya kira-kira
sakit perut tersebut berupa daun cabe rawit yang sudah tinggal segelas, didinginkan dan dibiarkan beberapa jam
diulek/ditumbuk, dan minyak keletik, lalu dengan jempol lalu diminum sampai habis sambil membacakan mantra.
ditempelkan ke perutnya sambil menyebut nama si
sakit. Andai kita simak media yang digunakan, yakni Jampé Ticengklak
daun cabe rawit yang berguna untuk mendinginkan Raja aing raja pamunah,
serta menyembuhkan rasa sakit, seperti halnya kita pamunah ti qudratulloh,
menggunakan minyak kayu putih. Sementara itu, pangmulangkeun asalna panyakit ti kulon,
minyak keletik/kelapa digunakan untuk memperlancar kudu balik ka kulon,
saja. Rahasia pengobatan sakit perut lainnya dengan asalna panyakit ti kalér,
menggunakan daun jambu batu yang direbus. Air kudu balik ka kalér,
rebusannya diminum. Konon karena daun jambu batu asalna panyakit ti kidul,
rasanya pahit, sehingga dapat ‘menghambat’ buang air kudu balik deui ka kidul,
besar agar tidak berlebihan. asalna panyakit ti wétan,
Mantra pada masa silam digunakan oleh para kudu balik deui ka wétan,
orang tua untuk mengobati beragam penyakit, karena asalna panyakit ti luhur,
mantra dianggap sebagai doa permohonan kepada Allah kudu balik deui ka luhur,
SWT, dengan harapan penyakit yang diderita ‘si sakit’ asalna panyakit ti handap,
cepat sembuh. Hal ini dilakukan karena keberadaan kudu balik deui ka handap,
dokter dan balai pengobatan pada masa itu tidak la ilahailalloh pasti Rosululloh,
seperti sekarang. Dengan demikian, mantra dianggap hurip hirup (ngaran nu diubaran) sebutkeun…..
sebagai media ‘alat’ pengobatan yang sangat penting.
Pengucapan mantra pengobatan biasanya dilakukan Tatacara pengobatannya mantra tersebut adalah
oleh orang tua (sendiri) atau lewat ‘dukun’ sebagai dibacakan kemudian ditiupkan kepada anak yang sakit
perantara. Simaklah mantra berikut ini yang digunakan sambil dipijit menggunakan minyak kayu putih atau
untuk mengobati anak yang sakit demam atau panas, minyak kelapa, bisa juga minyak telon. Dimaklumi,
juga sakit kepala/pusing. minyak kelapa maupun minyak kayu putih berguna
selain untuk menghangatkan badan juga membantu
Jampé Ngubaran Rieut melicinkan, agar bayi yang dipijat merasa nyaman dan
Bismillah tidak merasakan sakit. Biasanya, jika sudah dipijit, bayi
Nini uju-uju aki uju-uju tersebut merasa enak dan nyaman hingga tertidur pulas.
ulah nuju ka nu tungtung sirah Sebagai pengganti minyak kayu putih, selain minyak
nuju ngala kayu batu kelapa, orang tua kita zaman dahulu, menggunakan
rep sirep ku sang idu putih daun kayu putih, dibersihkan serta ditumbuk, ditambah
nyampé waras nu nyampé di beurang ti peuting sedikit air, lalu tumbukan daun kayu putih dimaksud
waras ku Pangéranna ditempel atau diulaskan kepada bagian yang sakit
sahadat……. sambil diurut/dipijit.
Jika orang tua zaman dahulu mendapat musibah,
Jangjawokan Muriang baik kecelakaan lalu lintas atau hanya sekedar tertoreh
Cakra maya sang ratu ingsun pisau, terkena pukulan benda tajam, atau terkena tusukan,
diditakeun iman sang satu waras karuhun kita biasanya mengobatinya dengan cara
waras ku kersaning Allah membacakan mantra, sambil diiringi media sebagai obat
Katerangan: puasa wedal 8 poé penawarnya. Seperti contoh mantra untuk mengobati
luka yang tersayat bedog atau alat tajam lainnya, sambil
Apabila kita cermati, contoh jampé tersebut ber- membacakan mantra, luka tersayat tersebut dibersihkan
fungsi sebagai mantra pengobatan, agar penyakit pusing dengan air lalu diolesi dengan semacam getah pohon atau
atau demam yang diderita cepat sembuh seperti sedia kala, minyak kelapa yang sudah dipanaskan terlebih dahulu,
dengan media air putih yang dimantrai serta diminumkan agar kuman yang menempel hilang.
kepada si sakit, tentu saja pengharapan paling utama Jika lukanya dianggap parah serta darah terus-
memohon atas pertolongan yang Maha Kuasa. Khusus menerus mengalir, maka bagian yang luka tersebut
Pengobatan Tradisional Berbasis Kearifan Lokal Naskah Mantra 215

dibalut atau dibungkus dengan kain/perban, yang mantra tersebut, bagian yang tersengat diolesi dengan gula
sebelumnya ditutup terlebih dahulu oleh jukut palias merah, seperti yang tersirat dalam larik hutang cai taur
‘sejenis rumput’ yang sudah dikunyah lalu ditempelkan manis. Dengan demikian, diharapkan bagian yang tersengat
kepada bagian yang luka. Setiap hari atau dua hari sekali itu menjadi dingin, tidak membengkak dan sembuh.
perban tersebut dibuka untuk diolesi minyak hangat dan Obat yang telah diramu sebagian besar diminumkan
getah, atau rumput, agar lukanya segera sembuh. kepada penderita. Adapun tindak pengobatan yang
berinteraksi di luar tubuh atau oat luar, misalnya:
Jampé Potong 1. Mengurut yaitu tindak pengobatan dengan mengurut-
Bismillah…. urutkan obat pada tubuh penderita;
Kulit tepung kulit 2. Disembur yaitu tindak pengobatan dengan meng-
urat tepung urat unyah ramuan lalu dikeluarkan dengan seperti
lamad tepung lamad menyemburkan air pada tubuh penderita;
tulang tepung tulang 3. Mengusap yaitu tindak pengobatan dengan mengusap-
pet rapet ku kersaning Alloh usap semua ramuan pada tubuh penderita;
(sebutkeun ngurut: tulang, urat, daging, getih, kulit, 4. Dikompres yaitu tindak pengobatan dengan menaruh
bulu) atau menumpukkan obat pada bagian tubuh penderita,
Sarat: jukut palias dicapék tuluy ditémpélkeun di biasanya pada kepala dengan mencampur obat dengan
tempat nu nyeri/tatu. Upama nu tatu dibengker, kudu minyak.
make geutah supaya gancang rapet deui). 5. Dilolohkan yaitu tindak pengobatan dengan memi-
numkan obat yang telah berupa jamu kepada penderita;
Jampé Ku Seungseureudan 6. Diteteskan yaitu tindak pengobatan dengan men-
Aing nyaho di asal sia, cairkan ramuan obat lalu dimasukkan pada tubuh
ti tegal ti awat-awat, yang sensitif, misalnya telinga, hidung, dan mata.
ti alas peuntas, (Bakara, 2015: 17-18).
hutang cai taur manis,
Secara garis besar ada beberapa penyakit dan
hutang jarum tong dibayar.
obat, serta cara pengobatannya yang terungkap dalam
naskah mantra, seperti tampak pada tabel 1. (bandingkan
Tatacara pengobatan untuk menyembuhkan untuk
Bakara, 2005: 28-31)
mengobati disengat tawon adalah sambil membacakan

Tabel 1. Obat dan Cara Pengobatannya

No. Nama Penyakit Obat Dan Cara Pengobatannya


1. Tidak mau makan obatnya daun jeruk muda sebesar satu kepal tangan pasien, ditumbuk lalu diambil sarinya,
ditambah garam lalu diminumkan. Ada pantangannya, diusahakan agar tidak minum selama
satu hari.
2. Kencing batu/impotensi obatnya merica, cabe areuy, pala, cengkeh lalu ditumbuk hingga lumat, diminum pagi dan sore.
3. Panas dingin/demam obatnya bawang merah, jahe, lampuyang, ditumbuk hingga lumat, lalu dibalurkan ke seluruh
tubuh hingga merata.
4. Sumbing/sengau obatnya kemiri, adas, kaliki, pulasari, menyan, hingga lumat lalu diurut-urutkan.
5. Lidah pendek sehingga sulit bicara obatnya jahe, merica, cabe areuy, jeruk nipis, ditumbuk hingga lumat lalu diminum.
6. Tangan bengkok obatnya daun selasih, jaringao, lempuyang, rinu, lalu diurut-urutkan daun kapulaga,
katumpang, cabe areuy, laja, cikur, cuka, tumbuk sampai halus lalu balurkan dengan mereta.
7. Bahu tinggi sebelah Obatnya sirih, patimah, angen, jaringao, bawang putih, jeruk n ipis, rinu, cabe areuy, merica
ditumbuk balurkan kepada seluruh badan secara merata.
8. Pengkar/pincang Obatnya daun tangkolo, jahe pahit, semut, laja. Semua bahan ditumbuk lalu diteteskan pada
telinga.
9. Tuli Obatnya bubura yang wangi ditumbuk halus lalu teteskan
10. Pilek/suara parau Obatnya minyak wijen dan jeruk nipis diminum
11. Sakit Leher Obatnya mespyi, kemiri, disemburkan/dilolohkan
12. Usus Obatnya merica, bawang putih, kulit telur, asam jawa, garam lalu ditumbuk dan balurkan.
13. Bahu tinggi sebelah Obatnya merica, cabe areuy, kulit telur, garam dan ditumbuk lalu diminumkan
14. Lumpuh/pincang Obatnya tiga potong jerut purut, garam, cuka ditumbuk, lalu diminumkan. Untuk diteteskan
pada telinga pasien temulawak, semut pedes, bawang putih lalu ditumbuk.
15. Sakit gila Obatnya adas, pulasari, daun api, disemburkan
16. Bungkuk Obatnya pinang tua, merica, adas, pulasari, jahe, bunga tanjung, ditumbuk lalu diminum
17. Sakit pada kemaluan Obatnya kunci, carulang,rinu, cabe areuy, kulit jeruk purut, diusap-usapkan
18. Sakit kepala pada ubun-ubun Obatnya rumput palias, kunci, bangbarung panto, obatilah
19. Sakit sumsum Obatnya tebu hitam, jaringao, bawang putih diobatkan
20. Pernapasan pada leher Obatnya burung puyuh jantan, bawang putih, menyan, madu, laja/laos, diparut lalu
disemburkan
21. Sesak napas Obatnya jeruk, ketimun, bawang putih, terasi, laja/laos, diparut lalu disemburkan.
22. Tidak bisa bicara Obatnya 1. Kunyit dan kapur sirih dan ditepukkan tiga kali serta menahan napas. 2. Bila tidak
manjur obatnya temulawak tujuh potong, daun ki serut, daun singugu, selasih, bawang merah,
mesoyi, ketumbar, jinten, lalu disemburkan
23. Liver/Hati terasa panas Obatnya air cucian beras, jaringao, bawang putih, satu suing biji kecubung, iusapkan ke seluruh
badan.
24. Tulang keropos Obatnya rebung buluh, rebung pahit dan bintinu, ditumbuk lalu diusapkan
25. Masuk angin Obatnya jaringao ditumbuk dengan bumbu panggang lalu diusapkan.
26. Bau mulut Obatnya mesoyi, garam dan temulawak, ditempelkan dan diusapkan
27. Asam urat Obatnya 25 jenis warna daun ditempelkan dan disemburkan.
28. Kelainan darah
216 Elis Suryani Nani Sumarlina, Heriyanto dan Ike Rostikawati Husen

Ada beberapa keterangan berkaitan dengan penya- keyakinan; keyakinan akan adanya kekuatan gaib
kit dan penyebabnya berdasarkan hari, di antaranya: yang dihasilkan di luar kemampuan manusia. Mereka
1. Jumat, penyakit berasal dari Tuhan, obatnya menyandarkan diri sepenuhnya kepada kekuasaan Allah
merica, adas, dan pulasari SWT. Sikap merasa bahwa manusia tidak mempunyai
2. Sabtu, penyakit berasal dari rumah, obatnya dunia, kekuatan apa-apa menjadi dorongan yang dominan
adas dan pulasari bagi usaha pemakaian mantra secara mantap. Dengan
3. Minggu, penyakit berasal dari Malaikat, obatnya demikian, kesiapan jiwa dan raga dicurahkan secara
daun gempol, adas, dan pulasari. optimal demi tercapainya suatu tujuan. Kalaupun gagal,
4. Senin, penyakit berasal dari orang, obatnya daun manusia menyadari bahwa itu semua berpangkal dari
lame, adas, dan pulasari. kehendak yang Maha Kuasa dan berintrospeksi diri bahwa
5. Selasa, penyakit berasal dari orang tua, obatnya kekurangannyalah yang membuahkan ketidakberhasilan
daun kelor, adas, dan pulasari. suatu tujuan (Suryani NS, 2012).
6. Rabu, penyakit berasal dari kemampuan kita, Perilaku magis yang ada di masyarakat tidak
obatnya daun meniran, adas, dan pulasari. terlepas dari kehidupan keislaman yang mendasari
seluruh tingkah lakunya dalam hidupnya. Keyakinan
Beberapa penyakit yang ada pada bagian tertentu utama mereka adalah apa yang mereka lakukan untuk
tubuh manusia, sehingga syaraf yang lainnya terganggu, mencapai tujuan tertentu semata-mata hanyalah mencari
yang menimbulkan penyakit tertentu pula, yang ber- keridlaan-Nya dan berserah diri bahwa apa yang telah
hubungan dengan syaraf tersebut, yaitu: diusahakannya hanya Allah jua yang menentukan.
a. Empedu, akibatnya peredaran daarah terganggu, Demikian juga dengan yang dimintai pertolongan
seperti tuli (pendengaran terganggu) dan ‘diam’ hanya mampu memberikannya dengan bersandar pada
seperti orang gila. Untuk mengobatinya, kita harus kekuasaan dari Allah, bukan dari dirinya sendiri dan
berdzikir lailaha illa anta wa’ala basirun yang bukan secara mandiri sepenuhnya. Meskipun demikian,
didengungkan tujuh kali pada telinga penderita. manusia patut berusaha semampunya, berhasil tidaknya
b. Paru-paru, akibatnya otot tidak berfungsi atau sesak upaya yang telah dilakukannya itu, hanya Allah lah
yang menentukan keberhasilannya, karena Allah Maha
napas, bisa juga gagap, agak gila. Pengobatannya
Penyembuh bagi semua makhluknya di dunia ini. Allah
harus berdzikir lailaha illa anta wa’ala kalamon
Maha Kuasa, dan Maha Segalanya.
adhim, lalu tiup dan bacakan ke telinganya, insya
Berkaitan dengan masalah pro dan kontra
Allah akan sembuh.
masyarakat terhadap keberadaan mantra, untuk
c. Limpa, akibatnya sakit pada urat atau buta maupun
menengahinya perlu disertakan konsep mendasar tentang
gila. Obatnya harus berdzikir lailaha illa anta
mantra dan obat-obatan sebagainana dikemukakan
wa’ala basirun adhim.
Subhani (dalam Suryani, 2012), berupa dua buah
pertanyaan, yaitu: (1) apakah meminta bantuan kepada
Hari-hari yang berkaitan dengan penyakit
selain Allah adalah syirik? (2) apakah meminta
menurut para Wali adalah:
penyembuhan selain kepada Allah adalah syirik? Untuk
a. Sunan Gunung Jati penguasa hari Jum’at
pertanyaan pertama dijelaskannya bahwa meminta
b. Pangeran Kalijaga penguasa hari Senin
bantuan (isti’anah) kepada selain Allah dapat terwujud
c. Syeh Ampel Danta penguasa hari Senin
dalam dua bentuk:
d. Raja Gegeseng penguasa hari Selasa
a. Meminta bantuan kepada suatu faktor alami atau
e. Pangeran Kudus penguasa hari Rabu nonalami (dalam arti memanfaatkan faktor-faktor ter-
f. Pangeran Tuban penguasa hari Minggu. sebut) disertai I’tikad bahwa efektivitasnya bersandar
Kebaikan menurut naskah terdapat pada hari kepada Allah, yakni bahwa ia mampu menolong
seperti disajikan berikut ini: manusia dan menghilangkan problem mereka dengan
a) Jumat, menurunkan keselamatan, kelancaran, dan kekuatan dan kemampuan yang diperolehnya dari
kesembuhan badan Allah SWT. Ini merupakan beristi’anah juga karena di
b) Sabtu-Minggu, menurunkan kekuatan, dalamnya mengandung pengakuan bahwa Dialah yang
keberkahan, dan kekuasaan telah memberi efektivitas tersebut kepada faktor-faktor
c) Senin-Selasa, menurunkan keselamatan dan kasih itu. Dan dengan izin-Nya pula, jika Allah menghendaki,
sayang sewaktu-waktu akan ditarik-Nya kembali efektivitas
tersebut dan dijauhkan dari padanya.
d) Rabu-Kamis, menurunkan rijki, sandang, dan
b. Jika seorang meminta bantuan kepada seorang manusia
pangan. (bandingkan Bakara, 2005: 32- 33)
lainnya, atau faktor alami atau nonalami, disertai I’tikad
Beragam Nama Obat yang Terungkap dalam Naskah bahwa ia bebas mandiri sepenuhnya dari Allah SWT,
Mantra (bandingkan Bakara, 2005: 64-67). dalam eksistensinya atau perbuatannya, sudah barang
Motivasi dan kegigihan para Pengamal Mantra tentu I’tikadnya itu adalah syirik dan isti’anahnya itu
menekuni dan merasakan manfaat mantra adalah adanya adalah ibadah kepada manusia tersebut.
Pengobatan Tradisional Berbasis Kearifan Lokal Naskah Mantra 217

Menanggapi dua wujud permintaan, kunci untuk suaian dengan tauhid atau tidak (Subhani, dalam
menghilangkan kontradiksi antar keduanya adalah Suryani, 2012).
harus disadari bahwa di alam raya ini hanya terdapat Pendapat para ahli agama (Islam) berkaitan dengan
satu pemberi pengaruh Yang Sempurna dan Mandiri masalah ‘Mantra’ tampaknya dapat kita lihat melalui
sepenuhnya, yang tidak bersandar kepada siapa pun Surat Al-Baqarah: 102 yang menjelaskan bahwa ‘sihir
selain diri-Nya baik dalam eksistensi-Nya maupun tidak akan memberikan mudharat (bahaya) melainkan
aktivitas-Nya, yaitu Allah SWT. Sedangkan faktor- ada izin dari Allah’. Hikmah dari ayat ini, apabila kita
faktor lain, semuanya membutuhkan, dalam eksistensi sudah mengetahui bahwa sihir tidak memberikan efek
dan aktivitasnya, kepada Allah SWT. Faktor-faktor ini apa-apa jika tidak disertai izin Allah, maka perbanyaklah
melaksanakan kerjanya dengan izin-Nya, kehendak-Nya, berdoa kepada Allah SWT, agar diri kita selalu terhindar
dan kekuatan-Nya. Seandainya Dia tidak memberikan dari bahaya sihir.
kekuatan, dan kehendak-Nya tidak menetapkan pemberi- Mengacu kepada pendapat para ahli agama
an suplai kepadanya, niscara semua itu tidak memiliki tersebut di atas, ternyata baik dan buruknya mantra bagi
kekuatan atau kemampuan apa pun. (Subhani, dalam seseorang, tergantung kepada keyakinan dan keimanan
Suryani, 2012) setiap individu. Kita sebagai umat Nabi Muhammad,
Pertanyaan kedua: apakah meminta penyembuhan selayaknya mampu menyikapi masalah ‘mantra’ ini
dari selain Allah itu adalah syirik? Kiranya perlu dijelaskan secara bijaksana, mana yang baik dilakukan, dan mana
bahwa kesembuhan adakalanya dinisbahkan Allah SWT, yang tidak baik untuk dilakukan. Selain itu, kita juga harus
dan adakalanya kepada sebab-sebabnya yang dekat dan dapat menjaga kerukunan beragama dan bermasyarakat,
berpengaruh terhadapnya, dengan izin Allah. Adakalanya di antara pengamal dan bukan pengamal mantra, agar kita
Allah menisbahkan kesembuhan kepada selain-Nya, dapat hidup berdampingan secara selaras dan harmonis.
sebagaimana dikemukakan Al-Quran tentang ‘madu’: Manusia meminta bantuan kepada suatu faktor
“Di dalamnya (madu) terdapat kesembuhan bagi alami atau nonalami disertai i’tikad bahwa efektivitasnya
manusia.” (QS, XVI:69) bersandar kepada kekuatan dan kekuasaan Allah, yakni
“Dan kami turunkan (dari) Al-Quran sesuatu yang bahwa ia mampu menolong manusia dan menghilangkan
menjadi penawar (penyembuh) dan rahmat bagi masalah-masalah mereka dengan kekuatan dan kemam-
orang-orang yang beriman.” (QS, XVII:82). puan yang diperolehnya dari Allah SWT dan dengan
izin-Nya. Mantra harus dipandang dari sudut pandang
Cara memadukan ayat-ayat tersebut, yaitu menya- ‘budaya’ tidak dipandang dari segi agama, agar tidak
takan bahwa penyembuhan yang hakiki dan mandiri terjadi perpecahan di antara umat beragama. Dengan
sepenuhnya adalah termasuk perbuatan Allah sendiri. dikajinya naskah ‘mantra’, justru bertujuan agar antara
Namun sebagai suatu yang bersifat mengikuti dan pengamal dan bukan pengamal mantra dapat hidup
tidak mandiri, penyembuhan dapat pula dinisbahkan berdampingan, selaras dan harmonis.
kepada sebab-sebab lain. Dialah (Allah) yang telah
menciptakan sebab-sebab ini dan menyimpankan efek SIMPULAN
dan khasiat-khasiat ke dalamnya, maka ia pun bekerja
dan berefektivitas dengan izin serta kehendak-Nya. Hal yang paling esensi dari aspek filosofis mantra adalah
Jadi dalam contoh di atas, jika seseorang meminta adanya faktor yang sangat dominan yang memberi ciri
penyembuhan kepada seorang di antara wali-wali Allah adanya kekuatan mantra yang dipercaya masyarakat.
dengan memandang kepada segi ini (yakni bahwa Bekal ketauhidan masyarakat menjadi hal penting;
mereka hanya berefektivitas dengan izin, kehendak, manusia percaya bahwa kejadian-kejadian yang ada di
dan kekuatan-Nya), maka perbuatannya itu adalah jaiz sekitarnya atau kejadian langsung yang menimpanya
(dibolehkan) dalam syariat, dan benar-benar bersesuaian tidak terlepas dari kekuasaan Allah SWT. Hal ini
dengan tuntutan tauhid. berkelindan dengan adanya penggunaan mantra dalam
Hal ini mengingat bahwa tujuan permintaan pengobatan tradisional yang melibatkan beragam mantra
kesembuhan dari para wali ini ialah benar-benar seperti di dalamnya. Naskah mantra yang berisi obat-obatan
meminta kesembuhan dari madu dan obat-obatan sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran. Hanya saja dapat dikatakan bahwa madu di bidang farmasi dan kedokteran guna menambah
dan obat-obatan memberi pengaruh tanpa adanya pengetahun masyarakat berkenaan dengan tanaman
kehendak dan penerapan pada dirinya sedangkan dan obat-obatan tradisional. Dalam naskah mantra ini
yang dilakukan Nabi dan wali ialah dengan kehendak pun disajikan beragam obat, cara pengobatan disertai
dan ikhtiar (kemampuan memilih). Maka tujuan fungsinya, yang tentu saja diharapkan dapat menambah
meminta penyembuhan dari seorang wali, antara lain wawasan dan membuka cakrawala baru untuk dapat
adalah pengimbaunya agar mempergunakan kekuatan mengkaji mantra secara multidisipliner lewat naskah
yang diberikan dengan izin Allah. Hanya yang perlu Sunda.
dipertimbangkan apakah permintaan seperti itu berse-
218 Elis Suryani Nani Sumarlina, Heriyanto dan Ike Rostikawati Husen

DAFTAR PUSTAKA Suryani, Elis. Mantra Sunda dalam Tradisi Naskah


Lama: Antara Tradisi dan Inovasi. (Disertasi).
Bakara, Sri Hastuti. Teks Naskah Obat-Obatan Bandung: Program Pascasarjana Unpad. 2012.
Suntingan Teks dan Terjemahan. Bandung:
Swarsi, S. Pola-pola Pengobatan Tradisional: Pada
Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. 2005.
Masyarakat Pedesaan Bali. Jakarta: Pendidikan
Santosa, Djoko. Ramuan Tradisional untuk Penyakit dan Kebudayaan. 2003.
Kulit. Jakarta: Penebar Swadaya. 2003.
SY,Indah&Darwati. 20 Keajaiban Bumbu Dapur.
Suriana, Neti & Irni Shobariani. Ensiklopedia Tanaman Surabaya: Tibbun Media. 2013.
Obat. Malang: Rumah Ide. 2013.

Anda mungkin juga menyukai