PROPOSAL
MARIA N. SIA
G 701 18 105
PENDAHULUAN
Sulawesi Utara 3,6%, Sulawesi Selatan 3,4% dan Nusa Tenggara Timur 3,3%.
(RISKESDAS, 2013)
darah sewaktu mencapai ≥200 mg/dL atau gula darah puasa ≥126 mg/dL yang
disertai gejala khas (poliuria, polidipsia, polifagia) dan berat badan menurun
tanpa sebab yang jelas (Purnamasari. 2009). Ada beberapa faktor yang
1
rendah berdampak pada pengetahuan seseorang dalam masalah kesehatan
masyarakat luas telah lama dilakukan karena dinilai lebih aman daripada
penggunaan obat sintesis, Hal tersebut telah membawa suatu perubahan dalam
kesehatan (Nursetiani dan Herdiana, 2018). Salah satu tanaman yang bisa
digunakan sebagai obat tradisional adalah buah asam jawa yang memiliki
mengandung flavonoid, tanin dan saponin. Buah asam jawa juga mengandung
zat besi dan vitamin A. Selain digunakan sebagai antidiabetes Buah asam
jawa juga dapat digunakan sebagai pengobatan demam, diare, sakit perut,
2014), menggunakan buah asam jawa dengan dosis 100mg/kg BB, 200mg/kg
2
kandungan flavonoid, tanin dan saponin dalam ekstrak etanol daging buah
asam jawa. Flavonoid itu sendiri merangsang sekresi insulin dan meregerasi
stress oksidatif pada terjadinya diabetes, selain itu antioksidan bekerja dengan
cara mengurangi glukosa dalam darah dan meningkatan kadar insulin plasma.
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih pada dosis 150 mg/kg BB
hari.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu:
1. senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam Fraksi ekstrak
etanol buah asam jawa (Tamarindus indica L) ?
2. Apakah Fraksi ekstrak etanol buah asam jawa (Tamarindus indica L)
memiliki efek terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan
yang di induksi Streptozotocin?
3. Fraksi apakah dari ekstrak etanol buah asam jawa (Tamarindus indica L)
yang paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa pada tikus putih
jantan?
pada fraksi ekstrak etanol buah asam jawa (Tamarindus indica L).
3. Untuk memisahkan senyawa aktif pada ekstrak buah asam jawa yang
berkhasiat untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan
berdasarkan sifat dari kepolarannya yaitu non polar, semi polar, dan polar.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan bukti secara ilmiah mengenai manfaat fraksi ekstrak
buah asam jawayang memiliki aktivitas antidiabetes sebagai pengobatan
alternatif dengan memanfaatkan bahan alami.
2. Bagi Penelitian
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan pada proses
pemisahan dan penggujian aktivitas farmakologi bagi peneliti dalam
pemanfaatan mengenai aktivitas fraksi ekstrak buah asam jawa sebagai
antidiabetes.
3. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi masyrakat tentang
efektivitas dari buah asam jawa dalam pengobatan untuk menurunkan
kadar glukosa darah dan membantu bidang farmasi dalam memberikan
alternatif pengobatan yang berasal dari bahan alam sehingga dapat
dikembangkan uji produk fitofarmaka.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Tamarindus
6
2.1.2 Morfologi
Asam jawa merupakan tumbuhan tahunan yang tinggi dan berukuran
keras, dapat tumbuh menjadi besar dan memiliki daun yang rindang.
dengan rasa khas asam. Dalam buahnya selain terdapat kulit yang
membungkus daging buah juga terdapat biji berjumlah 2-5 yang berbentuk
Asem (Jawa), Celangi (Nusa Tenggara), Camba (Sulawesi) Dan Tobe Laki
kadar glukosa darah buah asam jawa juga dapat mengobati demam,
7
kaya akan mineral, kalium kalsium, magnesium, sedikit mengandung zat
1. Tanin
sehingga timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari.
asupan gula dan laju peningkatan gula darah tidak terlalu (Sri Irianty dan
Yenti, 2014).
2. Flavonoid
flavonoid mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol dan
8
aseton. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol.
9
3. Saponin
permukaan dan dapat menimbulkan busa jika dikocok dengan air pada
bersama air hangat di dalam tabung reaksi dan akan timbul busa yang
dapat bertahan lama setelah penambahan HCl2n busa tidak akan hilang (
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. (Tandi
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut di uapkan
10
2.2.1 Metode Ekstraksi
a. Maserasi
digunakan untuk menyari bahan obat alam yang berupa serbuk simplisia
aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Simplisia direndam dalam
zat aktif. Zat aktif ini akan larut dan adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam dan diluar sel menyebabkan larutanya yang
dalam dan diluar sel. Serbuk simplisia yang akan disari ditempatkan
dalam wadah atau bejana kemudian ditutup rapat dan dikocok berulang-
11
1. Digesti
yaitu pada suhu 40-50o C. Cara maserasi ini hanya bisa dilakukan untuk
3. Remaserasi
4. Maserasi melingkar
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir
aktifnya.
b. Perkolasi
penarikan ini cairan penyari akan turn perlahan-lahan dari atas melalui
12
simplisia (berlainan dengan maserasi yang cairanya tidak mengalir
(Goeswin, A. 2007).
a. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
pada residu pertama 3-5 kali sehingga termasuk dalam proses ekstraksi
b. Soxhlet
balik. Kelebihan dari metode soxhlet yaitu dapat digunakan untuk sampel
daur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-
c. Infus
13
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
ekstraksi maserasi karena metode maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi
cara dingin yang mudah dilakukan karena alat dan caranya sederhana, dan
memungkinkan senyawa aktif yang terkandung di dalam simplisia tidak rusak karena
cara dingin dapat digunakan untuk simplisia yang tahan atau tidak tahan akan
ekstraksi yang tidak terlalu lama dan pelarut yang sedikit. Pelarut yang digunakan
dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Istiqomah, 2013).
berdasarkan kepolarannya. Metode yang dapat digunakan dalam fraksinasi antara lain
bertahap dengan urutan pelarut nonpolar, semipolar dan polar. Dalam metode ini,
solut dipindahkan dari cairan yang satu ke cairan yang lain yang tidak bercampur.
14
Proses fraksinasi ekstrak secara ECC dilakukan berdasarkan koefisien partisi senyawa
2. Kromatografi
partisi cuplikan antara fase yang bergerak, dapat berupa gas atau zat cair. Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan pada pemisahan zat secara cepat, dengan
menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada
lempeng kaca. Lempeng yang dilapis dapat dianggap sebagai kolom kromatografi
tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis
pelarut.
kontaminan dan pemalsuan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat dilakukan dengan
peralatan sederhana dan waktu yang cukup singkat (15-60 menit), dengan jumlah
15
sampel yang cukup kecil dan hasil pemisahan yang paling jelas. Adapun kekurangan
dari metode kromatografi lapis tipis adalah harga Rf yang diperoleh tidak tetap jika
dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada
lempeng yang sama disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat
kromatogram dari zat pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-
menyebabkan glukosa tidak dapat di kelola atau masuk kedalam sel untuk di
Kadar glukosa pada orang normal adalah ≤120 mg/dl pada kondisi puasa ≤140
mg/dl saat dua jam setelah makan. Penderita diabetes melitus kadar glukosa
darahnya adalah ≥120 mg/dl pada kondisi puasa dan ≥200 mg/dl saat 2 jam
setelah makan. Apabila kadar glukosa dara puasa dan saat dua jam setelah
makan berurutan adalah ≤120 mg/dl dan 120-200 mg/dl termasuk kondisi
saat puasa kadar glukosa darahnya normal, namun setelah makan kadar
glukosa darahnya berada di atas normal. Hal ini menunjukan bahwa meskipun
16
belum terjadi kondisi diabetes melitus, tetapi terjadi gangguan mekanisme
pengaturan glukosa. Oleh karena itu penderita wajib waspada dan melakukan
diabetes melitus, banyak kencing disebabkan kadar gula dalam darah yang
gula tersebut melalui ginjal berasama urin biasanya gejala ini terjadi pada
malam hari.
terkontrol baik akan timbul terus keinginan untuk terus menerus minum.
gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi ketidak
tubuh membuat tubuh terasa lemas, sehingga timbul rasa lapar terus
menerus.
17
2.6.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
sering ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang
karena itu, insulin yang di produksi sedikit atau tidak langsung dapat di
Para ilmuan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus atau
pankreas.
kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi tubuh
manusia resisten terhadap efek insulin sehingga tidak ada insulin yang
cuku untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi
pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum
diabetes tipe 2 sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2
18
mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin
genetik fungsi sel beta, efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
insulin untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam darah pada masa
kehamilan.
kategori, yaitu :
1. Komplikasi Akut
19
a. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat
meningkat (330-380 mos/mL), plasma keton (+/-), anion gap normal atau
memadai.
c. Hipoglikemia
sehingga harus diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan waktu kerja
obat telah habis. Terkadang diperlukan waktu yang cukup lama untuk
20
pengawasannya (24-72 jam atau lebih, terutama pada pasien dengan gagal
ginjal kronik atau yang mendapatkan terapi dengan OHO kerja panjang).
2. Komplikasi Kronik
a. Makrovaskular
1. Penyakit Kardiovaskular
21
diabetes termasuk angina, infark miokard (serangan jantung), stroke,
tinggi, kolesterol tinggi, gula darah tinggi dan faktor risiko lain
b. Mikrovaskular
1. Retinopati
maju sebelum mempengaruhi visi, dan oleh karena itu penting bahwa
retinopati.
2. Nefropati
22
Nefropati (penyakit ginjal) jauh lebih umum pada penderita
kadar glukosa darah yang mendekati normal dan tekanan darah sangat
3. Neuropati
dalam tubuh. Jenis yang paling umum adalah perifer neuropati, yang
serta masalah dengan pencernaan, buang air kecil dan angka fungsi
lainnya.
yang mungkin lebih dari 25 kali lebih besar dari pada pada orang tanpa
23
diabete`s. Dengan manajemen yang baik bagaimanapun. Mengingat risiko
ini, penting bahwa orang dengan diabetes memeriksa kaki secara teratur.
kadar gula dalam darah sehingga penderita diabetes melitus tidak mengalami
gangguan berupa rasa sakit. Terapi pengobatan penyakit diabetes melitus juga
bertujuan untuk agar tidak terjadi komplikasi yaitu terjadinya kerusakan pada organ-
a. Pengaturan Diet
yang memiliki serat, protein dalam jumlah terkendali, serta sedikit lemak.
Tubuh tetap memperoleh zat – zat gizi yang diperlukan tubuh, serta dapat
mengatur kadar gula darah agar tidak melonjak. Diet yang dilakukan oleh
agar berada pada kisaran normal yaitu antara 60 mg% - 130 mg%. Diusahakan
agar terdapat keselarasan antara pasokan glukosa dan insulin yang dihasilkan
dan diperoleh kadar glukosa maupun insulin yang mendekati kondisi pada
b. Olahraga
olahraga secara teratur setiap harinya selama lebih kurang 20 menit. Olahraga
24
dilakukan berupa olahraga ringan namun harus dilakukan secara rutin. Latihan
fisik dilakukan 1,5 jam sesudah makan. Melakukan latihan fisik secara teratur
pengaturan pola makan (diet), olahraga dan penurunan berat badan tidak
stimulasi sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Golongan ini meliputi
(a) Sulfonilurea
sekresi insulin ditingkatkan. Kepekaan sel beta bagi kadar glukosa darah
terutama bila kadar glukosa darah tinggi dan terjadi gangguan sekresi
bagi pasien yang masih mampu mensekresi insulin. Pada dosis tinggi,
25
ginjal. Obat golongan sulfonilurea yaitu glibenklamida, glipizida,
1. Glibenklamid
Mekanisme golongan obat ini, yaitu dengan dosis tunggal pagi hari
Kesehatan.2005)
2. Glipzida
absorpsinya lengkap, masa paruhnya 3-4 jam. Obat ini mempunyai efek
3. Glikasida
26
Obat ini mempunyai efek hipoglikemik sedang dan jarang
trombosit. Obat ini dapat diberikan pada penderita gangguan fungsi hati
Kesehatan.2005)
4. Glikuidon
gangguan fungsi hati dan ginjal yang agak berat. (Dirjen Bina
(b) Meglitinid
Pemberian oral, absorsinya cepat dan kadar puncak dapat dicapai dalam
waktu 1 jam dan masa paruh meglitinid 1 jam. Obat golongan meglitinid
1. Repaglidin
27
hipoglikemik ringan sampai sedang. Repaglidin diabsorpsi dengan cepat
2. Nateglinid
yang mirip dengan repaglinid. Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah
yang mungkin terjadi pada penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi
dan Tiazolidindion.
(a) Biguanid
hipoglikemik oral saat ini adalah metformin. Efek samping yang sering
28
fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung dan wanita hamil.
1. Metformin
oral akan mencapai kadar puncak dalam darah setelah 2 jam dan
diekskresi lewat urin dengan waktu paruh 2-5 jam. (Dirjen Bina
(b). Tiazolidindion
otot kerangka, dan dalam hati. Mekanisme kerja obat ini adalah
penimbunan bagi glukosa dan lipid diperbesar dengan kenaikan HDL. Obat
29
efek antidiabetikum ini kurang memuaskan. (Suherman,S.2009)
1. Pioglitazon
Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien gagal jantung karena dapat
memperberat edema dan juga pada gangguan fungsi hati. Saat ini tidak
Kesehatan, 2005)
dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai 150 - 600
mg/hari. Efek samping obat ini adalah kadang diare yang akan berkurang
setelah pengobatan berlangsung lama. Obat dari golongan ini yaitu acarbose.
(Suherman,S.2009)
30
(a). Acarbose
metformin atau insulin. Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja
enzim yang berubah dari karbohidrat menjadi glukosa. Obat ini digunakan
respon insulin ini disebut efek inkretin yang berpengaruh pada produksi
Glucagon like peptide 1 (GLP-1). Terdapat dua hormon incretin utama pada
hiperglikemia. Terdapat 2 macam penghambat DPP-4 yang ada saat ini yaitu
(a). Sitagliptin
31
Sitagliptin merupakan obat diabetes oral yang membantu mengontrol
kadar gulkosa dalam darah. Sitagliptin bekerja dengan cara mengatur kadar
insulin yang dihasilkan oleh tubuh setelah makan dan digunakan untuk
mengobati diabetes melitus tipe 2. Dosis 100 mg melalui oral sekali sehari.
(b). Vidagliptin
dikenal sebagai DPP-IV inhibitor dan berfungsi mengurangi kadar gula darah
d. Insulin
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kadar gula dalam darah tetap normal
dan mengatur jumlah atau kadar gula dalam darah. Hormon insulin berfungsi
menurunkan kadar gula dalam darah. Insulin mutlak diperlukan oleh penderita
diabetes melitus tipe 1 karena sel beta pankreas telah rusak sehingga tidak
dari darah kedalam sel. Penderita diabetes melitus tipe 1 tidak dianjurkan untuk
32
lambung, sehingga selalu diberikan sebagai injeksi subkutan setengah jam
2.8 Pankreas
insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan
enzim pencernaan. Hormon peptida disekresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam
terdiri dari satu atau dua pulau sel-sel tersebar diantara bagian eksokrin. Disekitar
pulau-pulau terdapat bantalan pembuluh darah kapiler. Setiap pulau terdiri dari
bermacam-macam jenis sel yang berbeda. Setiap sel mensekresi hormon pankreas
dan F (alfa, beta, delta, dan sel f) yaitu : sel A (sel alfa) yaitu sel yang menghasilkan
glukagon, jumlah sel lebih kecil dan terletak ditepi pulau langerhans. Fungsi
glukagon adalah memecah glikogen di hati. Sel B (sel beta) yaitu sel yang
menghasilkan hormon insulin, jumlah sel lebih banyak dan terletak di bagian tengah
33
pulau langerhans. Fungsi insulin adalah mempercepat transport glukosa ke dalam sel.
Sel D (sel delta) yaitu sel yang menghasilkan somastatin dan letaknya tersebar.
Fungsi somastatin adalah menghambat sekresi insulin dan glukagon. Sel F yaitu sel
(Arisandi, R.2004)
Saluran
Usus duabelas jari empedu dari
(Duodenum) hati
Darah
Kelenjar Ensokrin
Sel-sel acinar yang Pankreas (Pulau
Sel-sel saluran yang
mensekresi enzim PulauLangerhans
mensekresi larutan
pencernaan
NaHCO3
mempertahankan kadar gula darah tetap optimal. Insulin, dengan cara memfasilitasi
transpor glukosa melintasi membran sel, meningkatkan tersedianya glukosa dalam sel
34
dan mendorong penggunaan glukosa. Insulin berfungsi sebagai hormon hipoglikemik,
penurun kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah biasanya meningkat setelah kita
tempat penyimpanan (glikogen hati). Dalam keadaan ini glukagon berfungsi sebagai
Somastatin adalah hormon yang diproduksi oleh sel delta yang bertindak
sebagai hormon lokal pada jaringan hormon. Somastatin bekerja menghambat sekresi
Glukosa yang masuk ke dalam sel otot rangka dan ke jaringan adiposa hanya
Glukosa transporter ini adalah glucose transporter 4 atau yang lebih dikenal dengan
insulin berkurang, GLUT 4 tersebut sebagian ditarik dari membran sel dan
35
dikembalikan ke simpanan intrasel. Akan tetapi pada beberapa jaringan masuknya
glukosa di antara sel, glukosa masuk ke dalam sel pankreas melalui difusi yang
36
depolarisasi membran sel serta menginduksi penutupan ATP-sensitive potassium
kemudian molekul insulin masuk ke dalam sirkulasi darah terikat dengan reseptor.
Ikatan insulin dan reseptornya membutuhkan GLUT 4 glukosa tranporter untuk dapat
masuk ke dalam sel otot dan jaringan lemak serta uptake glukosa dengan efisien yang
Glukosa memasuki sel secara ATP independent oleh sarana protein transport
subtipe memiliki karakteristik yang berbeda untuk transport glukosa maksimal dan
untuk memanfaatkan glukosa sesuai dengan fungsi spesifiknya, misalnya sel-sel otak
yang memiliki GLUT 1 sebagai transport protein utama, glukosa darah bergerak pada
kadar glukosa darah rendah pada saat keadaan puasa. Pada sel-sel adiposa dan sel-sel
otot memiliki GLUT 4 sebagai transport protein glukosa terbesar yang setiap aksinya
membutuhkan insulin dan kadar glukosa lebih tinggi. Hal ini memungkinkan sel-sel
glukosa untuk memasuki sel-sel dimana asam lemak dan sintesis gliserol dirangsang
37
dan lipolisis ditekan. Kadar glukosa dan insulin jatuh pada nilai-nilai puasa, glukosa
tidak lagi memasuki sel-sel sehingga lipolisis meningkat. Pada sel otot, transport
ke membran sel dalam sel otot dan adiposa. (Merentek, dkk. 2006).
38
BAB III
METODE PENELITIAN
39
3.2.2 Sampel
a. Besar Sampel
setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, sehingga besar sampel pada
– heksan dosis 150 mg/kg BB 5 ekor, fraksii etil asetat dosis 150 mg/kg
40
3.3 Alat Dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat
Ayakan nomor 40 mesh, batang pengaduk, bejana maserasi, blender
(Cyprus), botol minum hewan uji, Cawan porselin (pyrex), gelas kimia
100 ml, 1000 ml (Pyrex), gelas ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml kaca (Pyrex),
gunting, kain lap, kandang hewan uji, labu ukur (Pyrex), lumpang dan alu,
mortir dan stamper, Penangas air (Thermostatic Water Bath), pipet tetes,
rak tabung, rotavapor (Heidolph), sendok tanduk, sonde oral (one healt
med care), spoit injeksi 1 ml, 3 mL (One Med Health Care), Spoit oral 3
mL (One Med Health Care), tabung reaksi (Pyrex), timbangan gram (cook
3.3.2 Bahan
Aqua Desilata (Aqua), Aqua Pro Injeksi (Otsuka), Asam klorida (Merck),
Besi (III) klorida (Merck), buah asam jawa, Citrate-buffer saline, Etanol
41
3.3.3 Hewan Percobaan
Hewan percobaan dalam penelitian ini yaitu tikus putih jantan galur
wistar (Rattus norvegicus L).
lalu dicuci dengan air mengalir sampai bersih kemudian dikupas kulit
keringkan dengan cara di oven pada suhu 550 selama 24 jam. Selanjutnya
mesh no 40.
etanol 96%. Serbuk buah asam jawa yang telah diayak menggunakan
di tutup lalu di biarkan selama 3X24 jam terlindung dari cahaya. Bejana
42
berisi 300 gram maserat, selanjutnya dipekatkan menggunakan Rotary
Ekstrak kental etanol 96% difraksinasi dengan n-heksan dan air (1:3)
dalam corong pisah dan dikocok secukupnya. Setelah itu dibiarkan sampai
fraksi etanol - air dan fraksi etil asetat. Semua fraksi etanol - air, etil asetat
biologi dari suatu tanaman. Uji ini merupakan suatu analisis kualitatif
43
3.4.5 Uji Flavonoid
Flavonoid.
ke dalam cawan lalu ditabahkan dengan 20 ml air panas dan larutan nacl
buih yang menetap selama tidak kurang dari 1 menit setinggi 10 cm atau
44
3.4.8 Uji Alkaloid
aduk sampai homogen.larutan Na cmc dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml.
Laurence dan Bacharach, yaitu dosis untuk setiap 200 gram berat badan tikus
setara dengan 0,018 kali pada dosis manusia, sehingga dosis yang digunakan
45
dosis x bobot badan mkasimal
Pembuatan larutan stok glibenklamid = 1
x volume maksimal
2
= 0,045 mg/mL
2,25 mg
= x 0,21 gram = 0,0945 gram
5 mg
Ekstrak buah asam jawa ditimbang setiap hari untuk membuat suspensi uji
dengan masing-masing 0,3 gam (dosis 150mg/kg BB), 0,5 gram (dosis 250
mg/kg BB) dan 0,7 (dosis 350 mg/kg BB). Selanjutnya pada masing-masing
46
gram lalu dilarutkan menggunakan citrate-buffered saline, ph 4,5 lalu di
Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar. Hewan
uji ini merupakan jenis tikus yang umum digunakan untuk penelitian. Tikus
yang dipilih yaitu tikus jantan karena kondisi biologisnya lebih stabil
dibandingkan dengan tikus betina dan tidak dipengaruhi oleh adanya siklus
estrusserta tikus jantan juga mempunyai kecapatan metabolisme obat yang lebih
cepat. Untuk menjaga keragaman bobot antara hewan uji, maka hewan yang
pola hidup dan mencegah terjadinya stress pada saat perlakuan. Sebelum
pengambilan darah hewan uji dipuasakan selama 16 jam dengan hanya diberi
minum. Tujuan dipuasakan agar kondisi hewan uji sama dan mengurangi
kadar glukosa darah awal. Setelah diukur kadar glukosa darah awal, pada hari
47
yang sama, tikus diinduksi dengan streptozotocin 40 mg/kg BB secara
hari.
darah sebelum dan setelah perlakuan yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Masing-masing tikus diambil sampel darah dari vena ekor dan diukur kadar
48
Kadar glukosa darah puasa normal pada tikus dalam rentang antara 50-135
dimasukkan ke dalam glukometer. Darah diambil melalui ujung ekor tikus yang
keluar kemudian diteteskan pada stik glukometer, dalam waktu 10 detik kadar
glukosa darah akan terukur secara otomatis dan hasilnya dapat dibaca pada
monitor glukometer. Mekanisme kerja alat glukometer ini yaitu bekerja secara
intensitas warna yang akan dideteksi oleh alat ini. Metode penggunaan alat ini
Data yang diperoleh berupa selisih penurunan kadar glukosa darah dianalisis
secara statistik menggunakan uji one way ANOVA, pada tingkat kepercayaan
95% dan untuk melihat perbedaan yang bermakna antar perlakuan digunakan uji
49
DAFTAR PUSTAKA
2. Ayunda, R., Andrie, M. and Taurina, W. (2014) ‘Uji aktivitas jamu gendong
kunyit asam (Curcuma domestica L.) sebagai antidiabetes pada tikus yang
diinduksi streptozotocin’, Traditional medicine Journal, 19(2), pp. 1–19
4. Badan Pengawasan Obat Dan Makanan. (2010) ‘Acuan Sediaan Herbal’, 5(1),
pp. 3-7.
8. Fahri C., Sutarno S. dan Listyawati S. 2005. Kadar Glukosa dan Kolestrol total
Darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus)HiperglikemikSetelah Pemberian
Ekstrak Metanol Akar Meniran (phyllanthus niruri L).Jurnal Biofarmasi.
Jurusan Biologi FMIPA.,Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal1
11. Haning Dian Saputri. (2019). Uji Efek Ekstrak Etanol Buah Asam Jawa
(Tamarindus indica L) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Streptozotocin Dan Pakan Tinggi Lemak.
STIFA PM Palu.
50
12. Harahap, F. H. (2014) ‘Efek pemberian ekstrak nigella sativa terhadap kadar
glukosa darah dan kolesterol pada tikus diabetes mellitus yang diinduksi dengan
streptozocin’, Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutics, 2(1), pp.
18–32
14. I.Stuart Wood, Paul Trayhun. 2013. Glucose Transpoters (GLUT and SGLT):
Expanded families of British Journal of Nutrition. Hal 67.
17. Jindal, V. et al. (2011) ‘Hypolipidemic and weight reducing activity of the
ethanolic extract of Tamarindus indica fruit pulp in cafeteria diet- and
sulpiride-induced obese rats’, Journal of Pharmacology and
Pharmacotherapeutics, 2(4S), pp. 80–84.
19. Merentek, Enriko.2006. Resistensi Insulin Pada Diabetes Tipe 2. Cermin Dunia
Kedokteran. Hal 78.
20. Nugroho, A.E. (2006). Hewan percobaan Diabetes Mellitus: Patologi dan
Mekanisme Aksi Diabetogenik. Biodiversitas. Okt; 7(4): Hal 378-382.
51
24. Pranowo, D. et al. (2016) ‘Optimasi Ekstraksi Flavonoid Total Daun Gedi
(Abelmoschus Manihot L.) Dan Uji Aktivitas Antioksidan’, Buletin Penelitian
Tanaman Rempah Dan Obat, 27(1), pp. 37.
25. Prapti,U dan Tim Lentera. 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes
Mellitus. Penerbit PT.Agromedia Pustaka, Hal 1-13
27. Robinson, T. (2011) Kandungan Organik tumbuhan tinggi, ITB, pp. 347-369.
29. Sri Irianty, R. and Yenti, S. R. (2014) ‘Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol-
Air Terhadap Kadar Tanin Pada Sokletasi Daun Gambir (Uncaria gambir
Roxb)’, Sagu, 13(1), pp. 1–7
30. Subroto. (2006). Ramuan herbal untuk diabetes mellitus. Penebar Swadaya.
Jakarta. Hal 5, 15.
32. Venni Frida Yustin D. (2016). Uji Aktivitas Fraksi Daun Semak Bunga Putih
(Chromolaena odorata(L.) R.M. King& H.Rob Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Tikus Putih Jantan Hiperkolesterolemia (Rattus norvegicus) yang
Diinduksi Streptozotocin. STIFA PM Palu.
33. Widharto. (2007). Kencing Manis (DIABETES). PT. Sunda Kelapa Pustaka
Jakarta. Hal 2, 3, 5, 8, 13, 19-20, 28.
34. World Health Organization (WHO). 2013. Type 2 diabetes practical targets
and treatments. International Diabetes Federation. Hal : 8
35. Yuka. (2011). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat
Tradisonal Pada Penderita DM Di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng
Kecamatan Buleleng. Diperoleh pada 23 Januari 2015. http: www.pdf.jurnal
kesehatan. com987-vol.1234.
52