Anda di halaman 1dari 11

REVIEW

FARMAKODINAMIK
HERBAL
WA ODE IDA FITRIAH
(NPM : 260120190007)
KONSEP FARMAKODINAMIK HERBAL
Farmakodinamik Daun Kelor Farmakodinamik Daun Seledri
(moringa oleifera) (Apium graveolens)

Farmakodinamik Batang Tampoi Farmakodinamik Jahe


(Baccaurea macrocarpa) (Zingiber officinale Rosc)

Farmakodinamik Belimbing merah Farmakodinamik Daun Salam


(Baccaurea angulata) (Syzygium polyanthum)

Farmakodinamik Daun Sumambu Farmokodinamik Kulit Buah Manggis


(Hyptis Capitata Jacq.) (Garcinia mangostana L.)
FARMAKODINAMIK DAUN KELOR
Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan
salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai obat herbal. Beberapa penelitian
telah membuktikan manfaat dari daun
kelor antara lain sebagai analgesik, anti
kanker, antioksidan, anti mikroba, anti
inflamasi, antipeureutik, dan menurunkan
gula darah (Ahisma, 2013; Sulistyorini,
dkk., 2015). Daun kelor (Moringa oleifera)
mengandung komponen kimia diantaranya
flavonoid, alkaloid, steroid, tanin,
saponin, dan terpenoid (Rohyani, dkk.,
2015). Flavonoid ini berfungsi sebagai
analgesik yang menghambat kerja enzim
siklooksigenase dan lipoksigenase
sehingga dapat mengganggu sintesis
prostaglandin dan mengurangi rasa nyeri.
FARMAKODINAMIK BATANG TAMPOI
Batang tumbuhan ini banyak digunakan Antosianin bersifat amfoter, yaitu
sebagai bahan bangunan, buahnya mampu untuk bereaksi dengan asam
dimakan segar karena rasanya yang maupun basa. Antosianin memiliki
manis (Haegens 2000). Spesies ini ikatan rangkap terkonjugasi yang
dilaporkan mengandung senyawa panjang, sehingga mampu
metabolit sekunder, diantaranya adalah menyerap cahaya pada
saponin, flavonoid, alkaloid, fenol, rentang cahaya tampak, hal ini
antosianin, dan karotenoid (Tirtana et yang memberikan pengaruh warna pada
al. 2013; Bakar et al. 2014). buah dan sayuran. Antosianin juga
Senyawa antosianin merupakan berperan dalam menghambat proses
metabolit sekunder dari kelompok aterogenesis dengan cara mengoksidasi
flavonoid, jenis yang banyak ditemukan lemak jahat dalam tubuh. Selain itu,
adalah peonidin, sianidin, malvidin, antosianin juga mampu mencegah
petunidin, pelargordin, dan delfinidin obesitas dan diabetes, meningkatkan
(Karnjanawipagul et al. 2010). kemampuan memori otak dan
mencegah penyakit neurologis
(Harborne 1987).
FARMAKODINAMIK BELIMBING MERAH
Belimbing merah juga
mengandung senyawa antosianin dan
mempunyai aktivitas antioksidan yang
tinggi pada kulitnya. Mikail et al.
(2015) juga menyatakan bahwa jus
belimbing merah dapat menghambat
aktifitas lipid peroksidase dan
menginduksi aktifitas enzim antioksidan.
Jus belimbing merah juga
dapat digunakan untuk mencegah
aterosklerosis,hal ini disebabkan aktifitas
antioksidan belimbing merah dapat
menghambat biomarker inflamasi dan
mengurangi plak aterosklerosis dan stres
oksidatif.
FARMAKODINAMIK DAUN SUMAMBO
Daun sumambu merupakan famili dari
tanaman Lamiaciae, dimana kandungan
bioaktif pada tanaman ini yang diduga
berkhasiat sebagai antiinflamasi adalah
alkaloid, saponin, flavonoid, dan fenol.
Flavonoid merupakan zat yang dapat
menghambat proses inflamasi, senyawa
flavonoid disebutkan mempunyai efek
antiinflamasi, antioksidan, dan
antimikroba. Flavonoid mampu
melindungi membran lipida terhadap
reduksi yang bersifat merusak. Flavonoid
juga dapat menghambat pelepasan
mediator-mediator inflamasi seperti
histamin dan prostaglandin (Audina dkk,
2018).
FARMAKODINAMIK DAUN SELEDRI
Daun seledri (Apium graveolens) sebagai
terapi herbal dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif antihipertensi.
Seledri mengandung beberapa zat yang
menurunkan tekanan darah, antara lain
apiin, manitol, apigenin, dan potassium.
Mekanisme umum tanaman obat dalam
mengontrol tekanan darah antara lain,
memberikan efek dilatasi pada
pembuluh darah dan menghambat
angiotensin converting enzym (ACE).
Dalam ilmu botani, daun seledri
dikatakan memiliki kandungan
Apigenin yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah. Apigenin
berkhasiat hipotensif. Apigenin yang
terkandung dalam seledri bersifat
vasorelaksator atau vasodilator
(melebarkan pembuluh darah)
FARMAKODINAMIK JAHE
Tanaman jahe adalah salah satu bumbu dapur
yang sudah lama dimanfaatkan sebagai
tanaman obat. Jahe biasa digunakan untuk
melancarkan ASI, mengobati batuk,
membangkitkan nafsu makan, mengobati
mulas, perut kembung, gatal (sebagai obat
luar), sakit kepala, salesma, dan sebagai obat
luar luka bakar. Hal ini karena jahe
mengandung flavonoid, fenol, terpenoid, dan
minyak atsiri (oleoresin). Oleoresin adalah
komponen minyak tak menguap atau non
volatil yang memberikan sensasi rasa pada
jahe. Komponen yang terdapat pada oleoresin
merupakan gambaran utuh dari kandungan
jahe yaitu terdiri dari gingerol, shogaol,
zingerone, resin, dan minyak atsiri. Oleoresin
terbukti kuat memberikan efek anti inflamasi
pada jaringan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stress (Susila dkk, 2014).
FARMAKODINAMIK DAUN SALAM
Berdasarkan penelitian Liliwirianis et al., (2011)
daun salam mengandung alkaloid, saponin,
steroid, fenolik, flavonoid. Senyawa golongan
terpenoid, fenolik (misalnya eugenol), tanin dan
flavonoid bertanggungjawab terhadap efek
antihipertensi. Eugenol memiliki vasorelaksan
sehingga memiliki kemampuan untuk menurunkan
tekanan darah. Kemampuan daun salam dalam
menurunkan tekanan darah melibatkan
penghambatan reseptor beta-adrenergik dan
kolinergik melalui produksi nitrit oksid (Ismail et
al., 2013).
Ekstrak flavonoid daun salam memiliki
kemampuan dalam mengatasi kanker. Hasil
pengujian ekstrak flavonoid daun salam
menunjukkan kemampuan dalam menghambat sel
kanker kolon. Mekanisme penghambatan melalui
efek antiproliferasi sel kanker terutama pada
caspase 3-gene (Sulistiyani et al., 2014).
FARMAKODINAMIK BUAH MANGGIS
Dari beberapa penelitian, telah dilaporkan bahwa kulit buah
manggis mengandung kaya senyawa golongan xanton. Dari golongan
xanton, senyawa yang diketahui paling aktif adalah mencakup alfa
mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E. Senyawa aktif ini
memiliki aktivitas farmakologi yaitu anti alergi, anti-inflamasi,
anti oksidan, antikanker, antimikroorganisme, antiaterosklerosis,
dan bahkan anti-HIV.
Metabolit sekunder dari kulit buah manggis adalah xanton (Dewi dkk,
2013). Xanton merupakan substansi kimia alami yang tergolong
senyawa polifenolik dan memiliki hubungan dekat dengan senyawa
flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa fenolik alam yang memiliki
potensi sebagai antioksidan dan biokaktifasi sebagai obat. Astuti
(2012) menjelaskan flavonoid berfungsi dalam menghambat enzim
glukosidase dan alfa amylase sehingga pemecahan karbohidrat
menjadi gagal dan glukosa tidak dapat diserap oleh usus. Senyawa
xanton yang terkandung dalam kulit buah manggis memiliki
antioksidan yang tinggi serta bersifat sebagai imunomodulator yang
dapat menstabilkan sel-sel di dalam tubuh (Khairani dkk, 2018).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai