Anda di halaman 1dari 5

Nama : Taufan Rizky Siregar

NIM : 1802101010042

Kelas : 01

1. Bahan Alam Bersifat Laktagoga

 Rimpang Kunyit (Curcuma long)


Rimpang kunyit juga digunakan untuk menurunkan tekanan darah, obat malaria,
obat cacing, akit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar,
rematik, meredakan batuk, dan antikejang (Mulyani et al., 2016).
 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Temulawak sudah dibuktikan manfaatnya dalam pengobatan berbagai penyakit,
diantaranya adalah penyakit gangguan hati (sakit kuning), sembelit, untuk obat
kuat (tonikum), perangsang air susu (laktagoga) dan obat peluruh haid.
Komponen senyawa aktif terpenting dalam temulawak yang memberikan khasiat
pengobatan adalah kurkumin dan minyak atsiri (terutama kandungan
flavonoidanya) bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin tidak terjadi (Indraswari et al.,
2013).
 dandelion (Taraxacum officinale) atau Jombang
Masyarakat menggunakan jombang sebagai obat berkhasiat tonik pada hati dan
darah, antibiotik, antiradang, menghilangkan bengkak, menghancurkan
penyumbatan, antitoksik, peluruh kencing (diuretik), pereda panas (antipiretik),
penguat lambung, meningkatkan nafsu makan (stomakik), melancarkan
pengeluaran empedu ke usus (kolagoga), melancarkan pengeluaran ASI
(laktagoga), laksatif ringan, dan menurunkan kadar gula darah (Tobing et al.,
2019).
 Sangketan (Coleus rotundifolius)
Peluruh kentut (karminatif), peredah demam (antipiretik), meningkatkan
keluarnya ASI (laktagoga), menghilangka n nyeri (analgesi), dan antiseptik.
Kandungan metabolit sekunder yaitu minyak atsiri, karvakrol, fenolik, sineol, dan
kalium (Tambaru et al., 2019).

2. Bahan Alam Bersifat Laksansia


Obat pencahar atau laksansia adalah zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik
usus sebagai reflek dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian
menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan sembelit
(Ardini dan Pujiwati, 2016).
 Lidah buaya (Aloe vera)
Lidah buaya (Aloe vera) mengandung aloin (pencahar) dan asam amino esensial.
Lidah buaya memiliki efek pencahar (laksatif) yang disebabkan kandungannya,
berupa 1,8 dihidroksiantrasen glukosida, aloin A dan B (barbaloin). Selain itu,
lidah buaya (Aloe vera) juga dapat digunakan sebagai antiradang, antitumor,
antibakteri, dan efektif dalam menurunkan kadar gula darah serta merangsang
penyembuhan luka (Rahma dan Oktafany, 2018).
 Tomat (Solanum lycopersicum)
Tomat selain dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik usus, juga digunakan sebagai
pencahar ringan atau laksansia. Kandungan lainnya adalah alkaloid solanin (0,007
%), tomatin, asam folat, asam malat dan mineral (Ardini dan Pujiwati, 2016).
 Jambu Biji (Psidium guajava)
Daun jambu biji maupun akarnya mengandung tannin yang dapat digunakan
penyembuhan berbagai penyakit diantaranya menyembuhkan penyakit diare
(mencret) dan disentri. Sedangkan untuk penyembuhan sembelit yang digunakan
adalah buahnya. Filtrat jus jambu biji dan tomat tidak berbeda kemampuannya
sebagai laksansia (Ardini dan Pijiwati, 2016).

3. Bahan Alam Bersifat Antidiare


 Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.)
Daun nangka juga telah digunakan sebagai obat luka dan pelancar ASI, mengobati
luka, demam, penyakit kulit, antidiare, analgetik dan immunmodulator. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun nangka memiliki efek
hipoglikemikpada tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotosin. Tanin
memiliki efek antidiare karena merupakan adstringens yang efeknya dapat
mengendapkan protein pada permukaan usus (Anas et al., 2016).
 Daun Angsana (Pterocarpus indicus Wild)
daun angsana telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penyembuh luka,
antidiabetes, antidiare dan obat luar seperti bisul. Hasil penapisan fitokimia
menunjukkan bahwa daun angsana memiliki kandungan senyawa aktif golongan
flavonoid, steroid dan tanin (Anas et al., 2016).
 Daun Randu (Ceiba pentandra)
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ekstrak etanol daun randu terbukti
memiliki efek farmakologi sebagai antidiare dengan mekanisme aksi sebagai
antisekretori dan anti motilitas pada tikus putih galur Balb/C. Kandungan
senyawa aktif yang berperan terhadap efek antidiare daun randu adalah tannin,
flavoniod, dan saponin (Purwanti et al., 2015).
 Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
Komponen aktif yang banyak terdapat pada jambu biji yang memberikan efek
antidiare adalah zat tanin, flavoniod, minyak atsiri, dan alkaloid (Purwanti et al.,
2015).

4. Bahan Alam Bersifat Mempermudah Kelahiran


 Daun Jarak Pagar atau Tiarak (Jatropha curcas L)
Tujuh lembar daun tiarak diikat lalu dijemur sampai kering. Setelah kering lalu direbus,
dari tiga mangkuk menjadi satu mangkuk. Pada minuman pertama, dua lembar daun
yang telah direbus dibuang, lalu direbus ulang dan tiap rebusan dua lembar dibuang
sampai tersisa satu lembar. Ramuan ini diminum hanya sekali dalam masa kehamilan.
Tanaman jarak pagar memiliki 27- 40% kandungan minyak yang berisi curcin dan
tetramethylpyrazine yang bersifat racun dan penyebab keguguran sebagai efek dari
fetotoxicity dan teratogeneic yang dikonsumsi selama masa kehamilan (Royyani et al.,
2018).
 Meniran (Pyllanthus niruri L.)
Bagian yang digunakan Akar, batang, daun. Berfungsi untuk memperlancar
kelahiran (Haryanto et al., 2019).
 Kumis Kucing (Orthosiphon spiantus)
Bagian yang digunakan dari tanaman ini yaitu daunnya. Berfungsi sebagai
mempermudah proses melahirkan (Haryanto et al., 2019).
Daftar Pustaka

Anas, Y., Hidayati, D. N., Kurniasih, A. dan DS, L. K. (2016). Aktivitas antidiare ekstrak etanol
daun nangka (Artocarpus Heterophyllus Lam.) dan daun angsana (Pterocarpus Indicus
Wild.) pada mencit jantan galur Balb/c. JIFFK: Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik, 13(1) : 33-41.

Ardini, D. dan Pujiwati, S. (2016). Perbandingan efektivitas filtrat jus jambu biji (Psidium
guajava L) dan jus tomat (Solanum lycopersicum L) sebagai laksansia (pencahar). Jurnal
Kesehatan, 4(1) : 214-220.

Haryanto, D., Tanjung, R. H. dan Kameubun, K. M. (2009). Pemanfaatan tumbuhan obat


masyarakat Marind yang bermukim di Taman Nasional Wasur, Merauke. Jurnal Biologi
Papua, 1(2) : 58-64.

Indraswari, C. I., Kalsum, U. dan Sudjari, S. (2013). Pengaruh pemberian temulawak pada
lambung tikus yang mengalami ulkus peptikum akibat induksi indometasin. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 20(2) : 96-99.

Mulyani, H., Widyastuti, S. H. dan Ekowati, V. I. (2016). Tumbuhan herbal sebagai jamu
pengobatan tradisional terhadap penyakit dalam serat Primbon Jampi Jawi jilid I. Jurnal
Penelitian Humaniora UNY, 21(2) : 73-91.

Purwanti, A., Aziz, A., Dedi, A. dan Riyadi, F. (2015). Pemanfaatan hasil alam (daun randu dan
daun jambu biji) sebagai antidiare. ReTII.

Rahma, E. dan Oktafany, O. (2018). Efektivitas lidah buaya (Aloe Vera) terhadap
konstipasi. Jurnal Agromedicine, 5(1) : 427-432.

Royyani, M. F., Lestari, V. B., Agusta, A. dan Efendy, O. (2018). Kajian etnobotani ramuan
pasca melahirkan pada masyarakat Enggano. Berita Biologi, 17(1) : 31-38.

Tambaru, E., Masniawati, A. dan Tummuk, R. (2019). Jenis tubuhan liar familia lamiaceae
berkhasiat obat di hutan kota Universitas Hasanuddin Tamalanrea Makassar. BIOMA:
JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 4(1) : 77-87.

Tobing, J. H., Suwitono, M. R. dan Chin, L. W. L. (2019). Aktivitas anti inflamasi ektrak
kloroform dain dan akar jombang (Taraxacum officinale) pada tikus putih (Rattus
norvegicus) yang diinjeksi karagenan. Jurnal Sains dan Teknologi, 2(1) : 8-22.

Anda mungkin juga menyukai