) BERDASARKAN BOTANI,
BIOAKTIVITAS, DAN PEMANFAATAN DALAM BERBAGAI BIDANG
ABSTRAK
Mimosa pudica atau putri malu merupakan tumbuhan yang kaya manfaat baik dalam bidang kesehatan ataupun
bidang sosial sekalipun. Pemanfaatan tumbuhan selalu berkaitan dengan matabolit sekunder yang dihasilkan oleh
suatu tumbuhan dan bioaktivitas tumbuhan tersebut. Kajian ini bertujuan untuk menginformasikan kepada
masyarakat bahwa Mimosa pudica merupakan tumbuhan dengan berbagai manfaat, dan bagi peneliti kira nya kajian
ini bisa menjadi pendorong dalam mengembangkan pemanfaatan Mimosa pudica, penulisan artikel ini menggunakan
metode literatur atau kepustakaan dengan menggunakan kata kunci Mimosa pudica, pemanfaatan Mimosa pudica,
dan Uses of Mimosa pudica. Pemanfaatan Mimosa pudica pada kehidupan masyarakat adalah untuk mengatasi
demam. Insomnia, sakit gigi, alergi, dan stroke. Selain dalam bidang kesehatan Mimosa pudica juga dimanfaatkan
sebagai pewarna alami, pengawet alami, dan pestisida alami. Biokativitas Mimosa pudica antara lain antioksida,
antimikroba, antivenom, antelmintik, antiantraknosa, pencegah DBD, bahan dasar hand sanitizier, optimalisator
pertumbuhan bibit tertentu. Pemanfaatan dan bioaktivitas Mimosa pudica berdasar dari hasil metabolit sekunder.
ABSTRACT
Mimosa Publica or Putri Malu is a plant that is useful for the health and social sector. The usage of plants is always
connected to the secondary methabolism which is produced by a certain plant and its bioactivity. This study is
written to inform the society that Mimosa Pudica is a plant with many benefits, and for researchers this study can
help to gain more information about the advantages of Mimosa Pudica. This study uses the writing literature
methods with the use of key word: Mimosa Pudica, the benefit of Mimosa Pudica and Uses of Mimosa Pudica. The
utilization of Mimosa Pudica for the public is to treat fever, insomnia, tooth ache, allergy and stroke. Apart from the
health sector Mimosa Pudica is also used for natural coloring, natural preservative and natural pesticide. Mimosa
Pudica’s bioactivity are among others antioxidants, antimicrobial, antivenom, anthelmintic, anti anthracnose, dengue
fever deterrent, basic material for hand sanitizer and growth optimizer for a certain seeds. The utilization and
bioactivity of Mimosa Pudica is based from the result of secondary metabolites.
1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia memiliki ±17.000 pulau yang beragam dan membentang di sepanjang garis
khatulistiwa. Indonesia adalah negara yang dikenal dunia dengan kekayaan akan
keanekaragamannya dalam bidang flora dan fauna. Keberagaman flora dan fauna pada suatu
wilayah dipengaruhi oleh kondisi geografis seperti curah hujan, kadar pH, kondisi tanah, dan
iklim (Samadi, 2007). Keanekaragaman flora pada suatu negara dapat memberikan pengaruh
secara ekonomis, baik dialokasikan kebidang pertanian, perkebunan, pedagangan, dan kesehatan.
Tumbuhan memiliki peran penting dalam keberlangsungan hidup manusia yang sudah dipercaya
sejak beribu tahun, tumbuhan sudah dipercayai dengan fungsinya yang dapat diolah menjadi
obat-obatan, bumbu, minuman, kosmetik, dan pewarna (Lubna et al., 2011).
Tumbuhan adalah kingdom yang memiliki spesies yang beragam dengan jumlah yang
banyak dan tersebar di seluruh permukaan bumi, dengan ordo, kelas, famili yang sangat
beragam. Mimosa pudica L. atau yang sering dikenal dengan nama lokal putri malu ini
merupakan spesies yang berasal dari famili Mimosaceae, ordo Fabales dan subkelas Rosidae.
Putri malu adalah gulma yang ditemukan tumbuh liar diseluruh zona dengan temperatur hangat
dan lembab seperti di India, Afrika, Amerika tropis, dan kawasan Asia (Vaidya et al., 1986).
Putri malu memiliki habitus perdu dengan daun tersusun majemuk dan memiliki keunikan yang
menjadi ciri khas tumbuhan putri malu yaitu ketika daun putri malu tersentuh maka daun putri
malu akan menutup daunnya, dan pada batang terdapat modifikasi berbentuk duri yang ikut
mengkayu, dan pada akar Mimosa pudica L. terdapat bintil akar yang merupakan modifikasi akar
yang terbentuk akibat adanya simbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen. Bunga putri malu
memiliki warna merah muda yang membentuk pembungaan majemuk.
Putri malu merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki banyak aktivitas
faramakologi seperti agen, antidiabetes, antitoxin, anthipetaoxi, antioksidan, dan penyembuh
luka. Menurut seorang herbalis sekaligus terapis Natura Health Centre di Depok, Jawa Barat,
putri malu mengandung melatonin, yang dimana senyawa ini memberikan efek relaksasi pada
syaraf otak kecil. Ekstrak daun Mimosa pudica L. dapat meningkatkan kerja dari enzim
antioksidan seperti Superoxide Dismutase (SOD), Catalase, dan Glutathion Peroxide. Dengan
kandungan flavonoid dan fenol, Mimosa pudica L. menunjukkan aktivitas antioksidan yang
relatif tinggi. Putri malu memiliki potensi antioksidan dan berdasarkan uji antioksidan yang telah
dilakukan menunjukkan putri malu memiliki IC50 46,06mg /mL, Mimosa pudica juga telah diuji
aktivitas antioksidannya terhadap enzim fenolase pada apel terkupas untuk melihat reaksi
pencokelatan yang terjadi pada hitungan menit. Sedangkan pada penelitian yang lain, putri malu
juga memiliki kemampuan untuk mengawetkan tomat (Jannah et al., 2018).
Ekstrak putri malu dapat dimanfaatkan membunuh Ascaris summ L., hal ini disebabkan
oleh kandungan mimosin dan tanin yang terdapat didalam putri malu. Pernyataan-pernyataan ini
membuktikan bahwa putri malu (Mimosa pudica L.) memiliki banyak manfaat. Penyusunan
kajian ini didasari oleh tujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa putri malu
merupakan tumbuhan yang memiliki banyak manfaat (Ratnawati et al., 2013).
2. Perumusan Masalah
2
Putri malu (Mimosa pudica L.) adalah bagian dari bahan alam yang memiliki banyak
manfaat, dengan ketersedian yang tidak terbatas, mudah untuk dikembangbiakan, dan dapat
dijumpai hampir diseluruh bagian Indonesia, pemanfaatan Mimosa pudica L. dapat
dikembangkan dan menimalisir terjadi efek samping apabila putri malu dikembangkan dalam
bidang obat-obatan.
3. Tujuan Penelitian
Kajian bertujuan untuk memberikan informasi, menjelaskan, dan mendekripsikan putri
malu secara botani, dan menghubungkan bioaktivitasnya dengan pemanfaatan yang dapat
digunakan. Sehingga pemanfaatannya oleh masyarakat dapat dikembangkan dengan bentuk dan
tujuan yang beragam.
4. Manfaat Penelitian
Kajian ini memiliki manfaat sebagai sumber informasi yang konfrehensif untuk
masyarakat mengenai pemanfaatan dan biokativitas putri malu (Mimosa pudica L.) dan kajian ini
juga dapat dimanfaatkan sebagai informasi untuk mengembangkan obat-obat berbahan dasar
ekstrak Mimosa pudica L., dan pengembangan pemanfaatan baru yang dapat digunakan dari
Mimosa pudica L. oleh para peneliti.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode studi literatur atau
yang biasa disebut dengan studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan metode penelitian
yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian (Zed, 2008). Dalam
penelitian, literatur yang digunakan didasarkan terbit secara online baik di google, google
scholar, dan perpusnas.go.id. Kata kunci yang digunakan antara lain: Mimosa pudica,
pemanfaatan Mimosa pudica, dan uses of Mimosa pudica. Kumpulan informasi dalam literatur
yang didapat disintesiskan sehingga dapat menjelaskan pemanfaatan, botani, dan bioaktivitas
Mimosa pudica.
4
5
6
Gambar Mimosa pudica L. A. Bunga dengan daun; B. Batang berduri dan daun; C. Keseluruhan
bagian Mimosa pudica; D. Biosketching Mimosa pudica; E. Akar dengan Bintil akar.
7
didalam bunga terdapat protein, lemak, karbohidrat, serat, dan abu. Batang dan daun tidak
mengandung quinidine (C20H24N2O2). Akar Mimosa pudica mengandung abu, 10% tanin,
mimosin, dan kristal kalsium oksalat (C2H2O4) (Vaidya et al., 1986). Akar Mimosa pudica
mengandung endofit (adanya mikroorganisme menghuni bagian tumbuhan dan membentuk
simbiosis), endofit inilah yang menyebabkan munculnya bintil akar pada Mimosa pudica.
Endofit juga menghasilkan metabolit sekunder berupa alkaloid, terpenoid, steroid, dan quinidine,
yang dimana hasil metabolit ini melindungi Mimosa pudica dari serangan berbagai jenis patogen.
Selain itu akar Mimosa pudica juga mengandung β-sitosterol, asam betulinic, stigmasterol, dan 1
steroglukosida yang ditandai sebagai 24-dimethylcholest-7-en-3β-ol-3β-D-glukosida
(Muhammad et al., 2016).
Antimikroba
Ekstrak tumbuhan putri malu memiliki kemampuan menghambat aktivitas jamur patogen
dan bakteri, aktivitas antimikroba oleh Mimosa pudica disebabkan terdapatnya senyawa saponin
yang dimana senyawa ini dapat menghambat mikroba. Potensi antimikroba dari Mimosa pudica
masih kurang dimanfaatkan di Indonesia (Fadilan et al., 2016). Potensi Mimosa pudica sebagai
8
antimikroba dibuktikan selain dengan kandungan saponin nya yang bersifat menghambat
aktivitas mikroba, tetapi Mimosa pudica dapat mencegah pembentukan biofilm, selain senyawa
saponin, senyawa flavonoid golongan flavon dan falavonol yang merupakan senyawa hasil
metabolit sekunder ini memiliki potensi menghambat intercellular adhesion genes icaA dan ica
D. kehadiran gen icaA dan icaD adalah salah penyebab terbentuknya biofilm. Gugus hidroksil
yang dimiliki senyawa flavonoid dapat menyebabkan pembentukan senyawa kompleks dengan
protein yang mampu mendenaturasikan biofilm (Winarsih et al., 2019). Aktivitas mikroba dari
ekstrak metanol Mimosa pudica yang diuji terhadap Aspergillus fumigatus, Klebsiella
pneumonia, dan Citrobacte divergens dapat menghambat aktivitas ketiga mikroba tersebut
dengan perbedaan konsentrasi 50,100, dan 200 μg / disc. Aktivitas antimikroba pada Mimosa
pudica disebabkan oleh adanya bioaktif konstituen yang salah satunya adalah flavonoid (Joseph
et al., 2013). Dan di lain penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun putri malu memiliki daya
antimikroba terhadap Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Staphylococcus aureus,
Proteus stuarti, dan Escheria coli, yang dimana potensi antimikroba ini makin meningkat apabila
jumlah kosentrasi ekstrak ditingkatkan sehingga dosis dan efek ekstrak sangat berpengaruh
terhadap potensi antimikroba Mimosa pudica dalam menghambat aktivitas kelima bakteri
tersebut (Mehingko et al., 2010)
Antioksidan
Mimosa pudica memiliki potensi sebagai antioksidan yang didasarkan dari hasil uji
antioksidan menunjukkan bahwa antioksidan yang dihasilkan Mimosa pudica adalah IC50 46,06
mg/ mL dan dikategorikan sebagai antioksidan kuat (Jannah et al., 2018). Larutan berair esktrak
daun Mimosa pudica menunjukkan adanya aktivitas enzim antioksidan seperti superoksida
dismutase, peroksida, katalase, dan polifenol oksidase (Azmi et al., 2011), dikarenakan efek
samping antioksidan sintetis, maka obat-obatan herbal dianggap lebih aman dan hemat biaya.
Aktivitas antioksidan ini dapat menangkap randikal bebas dan mengobati beberapa jenis
penyakit seperti hepatitis, kanker, dan komplikasi vascular. Pada uji pembersihan radikal bebas
DPPH menggunakan ekstrak Mimosa pudica menujukkan bahwa ekstrak memiliki aktivitas
antioksidan yang baik (IC50 296,92 μg / mL) dan nilai tersebut melewati nilai antioksidan
askorbat yaitu IC50 131,29 μg / mL. Sifat antioksidan dari suatu ekstrak tergantung pada
konsentrasi dan keberadaan senyawa fenolik (Muhammad et al., 2016).
Antelmintik
Ekstrak akar tanaman Mimosa pudica mampu menurunkan jumlah cacing Hymenolepsi
sp. dan ekstrak metanol daun Mimosa pudica mampu menghambat 50% aktivtitas larva cacing
Strongyloides strercorali, ekstrak akar Mimosa pudica juga mampu menghambat penetasan telur
Meloidogyne incoppeta yang adalah cacing parasit pada tumbuhan putri malu. Penggunaan
ekstrak Mimosa pudica sebagai obat cacing dan terapi terhadap Ascaris sp. pada manusia.
Potensi antelmintik ini merupakan dampak dari aktivitas mimosin atau asam amino yang bersifat
toksi, dengan begitu mimosin akan menghambat absorpsi asam amino lain yang dilakukan oleh
mikrovili tegumen, sehingga cacing mengalami defisiensi nitrogen dan akan terganggu sintesis
9
proteinnya. Selain berpotensi sebagai antelmintik, mimosin juga memiliki kemampuan
fitotoksik, insektisidal, dan racun terhadap mamalia (Candra et al., 2008). Ekstrak alkohol
mentah dan ekstrak air memberikan efek kelumpuhan hingga kematian terhadap cacing dengan
potensi efek bergantung pada dosis yang diberikan, dan ekstrak eter Mimosa pudica memiliki
efek antelmintik paling lemah dibanding standar antelmintik, potensi ekstrak etanol, dan ekstrak
air (Joseph et al., 2013). Selain mimosin, senyawa yang terdapat dalam ekstrak Mimosa pudica
yaitu tanin. Tanin merupakan senyawa yang bersifat antinutrisi dengan mengikat kuat protein
dan derivatnya (enzim), karbohidrat, dan mineral. Kehadiran tanin akan mengikat semua
makromolekul dan membawanya keluar bersama feses. Tanin memiliki kemampuan untuk
menghancurkan mukosa usus dan pelepasan protein serta asam amino esensial pada hewan
monogastrik sehingga cacing tidak dapat melekat pada mukosa usus dan tidak mendapatkan
asupan protein. Mimosin dan tanin bekerja secara sinergi dalam membunuh cacing parasit
Ascaris suum L. (Ratnawati et al., 2013).
Antiantraknosa
Antraknosa merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum
capsici dan menjadi salah satu penyebab terjadinya kerugian dalam budidaya cabai.
Pengendalian dengan pestisida kimia dapat menjadi ancaman konsumen (manusia) karena
pestisida kimia meninggalkan residu pada buah cabai. Penyemprotan ekstrak Mimosa pudica
seberat 200 g dan diekstrak dengan 1 liter air, dan disemprotkan pada 7 hari setelah inokulasi
menunjukkan hasil ekstraksi akar Mimosa pudica dengan konsentrasi 200 g/l lebih efektif dalam
mengendalikan penyakit antranosa dibanding dengan menggunakan ekstrak batang, ekstrak
daun, dan ekstrak seluruh bagian tumbuhan Mimosa pudica. Ekstrak akar Mimosa pudica
mampu menekan insidensi penyakit pada buah dan mampu menekan keparahan penyakit pada
daun dan buah (Yuda, 2013).
Antivenom
Ekstrak akar kering Mimosa pudica menunjukkan beragam aktivitas seperti, penghambat
lethalitas (kematian), aktivitas fosfolipase, aktivitas fibrinolitik, aktivitas pembentukan edema,
dan aktivitas hemorrhagic dari racun Naja naja (kobra india) dan Bangarus caerulus (Ular krait
umum). Sekitar 0,14 mg dan o,16 mg ekstrak Mimosa pudica mempu menetralkan aktivitas
1LD50 dari bisa Naja naja dan Bangarus caerulus (Joseph et al., 2013).
11
pudica digunakan untuk mengobati penyakit pada darah dan empedu yang rusak (Rajendran et
al., 2009).
Tannin yang terdapat pada batang dan akar tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pewarna
alami (Marnoto et al., 2012). Genus Mimosa sudah dimanfaatkan sebagai antiinfeksi salauran
pernafasan, herpes, diare, asma, infeksi kulit, insomnia, bahkan pembengkakan karena luka. Dan
selain dalam bidan kesehatan, Mimosa pudica dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami
(Parnanto et al. 2013). Penelitian di Desa Pebaloran Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang
menunjukkan bahwa putri malu (Mimosa pudica) merupakan salah satu spesies tumbuhan liar
yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Pebaloran Kecamatan Curio Kabupaten Enkereang
obat-obatan yang dipercaya mampu mengatasi stroke, diabetes, insomnia, luka bakar, bisul,
demam, dan alergi. Flavonoid pada Mimosa pudica diketahui dapat mengatasi radang dan
memperlancar pengeluaran air seni (Aji, 2014). Mimosin pada Mimosa pudica dapat
menyebabkan defisiensi glisina menghambat perkembangan gulma, dan Mimosa pudica juga
dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan menerapkannya dalam sistem pertanian
biopeptisida (Syarifah, 2020). Pada penelitian pemanfaatn tumbuhan obat olah Suku Dayak Iban,
ditemukan bahwa putri malu (Mimosa pudica) merupakan salah satu tumbuhan yang sudah
digunakan dalam mengobat sakit gigi oleh Suku Dayak Iban (Yusro et al., 2019).
KESIMPULAN
1. Pemanfaatan Mimosa pudica dalam kehidupan masyarakat tradisional digunakan untuk
mengobati sakit gigi, diare, infeksi kulit, insomnia, asma, herpes, diabetes, demam, luka
bakar, dan alergi. Selain dalam bidang kesehatan, masyarakat tradisional memanfaatkan
Mimosa pudica sebagai pewarna alami, pengawet alami, dan pestisida alami.
2. Bioaktivitas Mimosa pudica antari lain antioksidan, antimikroba, antivenom, antelmintik,
antiantraknosa, pencegah DBD, pembuatan handsanitizer, dan optimalisator pertumbuhan
bibit tumbuhan tertentu.
3. Segala pemanfaatan dan bioaktivitas Mimosa pudica merupakan dampak lain dari
pemanfaatan metabolit sekunder dengan tepat dalam mengatasi masalah tertentu. Dengan
metabolit sekunder dominan adalah Mimosin, Flavonoid, dan Saponin.
DAFTAR PUSTAKA
Addullah, M. M., Saktiyono, Lutfi. 2007. IPA TERPADU SMP dan MTs Jilid 2A. Jakarta:
Erlangga
Agustina, T., Syamsiah, M. 2018. Aplikasi Lama Perendaman Benih Dengan MOL
(Mikroorganisme lokal) Dari Akar Putri Malu dalam Memacu Pertumbuhan Bibit Padi
Pandanwangi. Agroscience 8(1).
Aji, Y. L. 2014. Perngaruh Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) Terhadap Aktivitas
Enzim Superoksida Dismutase (SOD) Dan Gambaran Histopatologi Paru Pada Tikus
(Rattus norvegicus) Model Asia. Malang: Universitas Brawijaya
12
Azmi, L., Singh, M. K., Akhtar, A. K. 2011. Pharmacological and Biological Overview on
Mimosa pudica Linn. International Journal of Pharmacy & Life Science 2(11): 1226-
1234
Candra, A.A., Ridwan, Y., Retnani, E.B. Potensi Anthelmintik Akar Tanaman Putri Malu
(Mimosa pudica L.) terhadap Hymenolepis nana pada Mencit. Media Peternakan 31(1):
29-35
Chowdhury, S. A., Islam, J., Rahaman, Md. M., Rahman, Md. M., Rumzhum N. N., Rebeka, S.,
Parvin, Most. N. 2008. Cytoxicity, Antimicrobial and Antioxidant Studies of Different
Plant Parts of Mimosa pudica. Stamford Journal of Pharmaceutical Science 1(1&2): 80-
84
Dewi, Q. A., Fitriani, A., Amna, F. K., Nugroho, P. S., Pranantyo L. E., Rahmadini, A.,
Ashlihati, M., Habib, I. 2019. The Effectiveness of Putri Malu’s Leaves (Mimosa pudica
Linn) Gel as Handsanitizer. Yogyakarta: Universitas Muhammadiah Yogyakarta
Fadilan, Hamzah, B., Abram, H. P. 2016. Uji Efekteivitas Esktrak Tanaman Putri Malu (Mimosa
pudica Linn) Sebagai Bahan Pengawet Alami Tomat. J. Akademika Kim. 5(4): 153-152
Fatimah, I., Mutiara, N. A. L. 2016. Biosynthesis of Silver Nanoparticles Using Putri Malu
(Mimosa pudica) Leaves Extract and Microwave Irradiation Method. Molekul 11(2):
288-298
Hidayah, F. A. 2019. Uji Efektivitas Diuretik Kombinasi Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa
pudica Linn.) dan Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) pada Hewan Uji Mencit.
Madiun: Stikes Bhakt Husada Mulia Madiun
Jafar, J., Djollong, A. F. 2018. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat di Dataran Tinggi Kabupaten
Enkerang. Jurnal Galung Tropika 7(3): 198-203.
Jannah, N. T., Agustini, T. W., Anggo, A. P. 2018. Penerapan Ekstrak Putri Malu (Mimosa
pudica L.) sebagai Penghambat Melanosis pada Udang Selama Penyimpanan Dingin.
Kelautan dan Perikanan 13(2): 131-140
Joseph, B., George, J., Mohan, J. 2013. Pharmacology and Traditional Uses of Mimosa pudica.
Intenational Journal of Pharmaceutical and Drug Research 5(2): 41-44
Khalish, V. A. 2019. Uji Potensi Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) yang Tumbuh
di Padang Sebagai Larvasida Nabati Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk (Aedes aegyti).
Padang: Universitas Andalas
Marnoto, T., Gogot, H., Gustinah, D., Putra, F. A. 2012. Ekstraksi Tannin Sebagai Bahan
Pewarna Alami Dari Tanaman Putri Malu ( Mimosa pudica) Menggunakan Pelarut
Organik. Reactor 14(1): 39-45
Mehingko, L., Henoch, A., Wowor, M. P. 2010. Uji Efek Antimikroba Daun Putri Malu
(Mimosa pudica Duchaas & Walp) Secara In Vitro. Jurnal Biomedik 2(1): 44-49
Molina, M., Contreras, C. M., Tellez-Alcantara, P. 1999. Mimosa pudica may possess
anatidepressant action in the rat. Phytomedicine 6(5): 319-3231
Muhammad, G., Hussain, M. A., Jantan, I., Bukhari, S. N. A. 2016. Mimosa pudica L., a High-
Value Medicinal Plant as a Source of Bioactives for Pharmaceuticals. Comprehensive
Reviews in Food Science and Food Safety 15: 303-315
13
Nazeema, T. H., Brindha, V. 2009. Antihepatotoxic and Antioxidant Defense Potential of
Mimosa pudica. International Journal of Drug Discovery 1(2): 01-04
Parnanto, N. H. R., Utami, R., Sutanto, A. 2013. Pengaruh Kemampuan Antioksidan dan
Antibakteri Pada Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica) Terhadap Kualitas Fillet
Ikan Tongkol (Eunthynnus affinis). Jurnal Teknosains Pangan 2(4): 75-81
Rajendran, R., Hemalatha, S., Akasakalai, K., MadhuKrishna, C. H., Sohil, B., Vittal, Sundaram,
R. M. 2009. Hepatotoprotective Activity of Mimosa pudica Leaves against
Carbontetrachloride Induced Toxicity. Journal of Natural Products 2(2009): 116-122
Ratnawati, D., Supriyati, R., Ispamuji, D. 2013. Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Tanaman Putri
Malu (Mimosa pudica L) Terhadap Cacing Gelang Babi (Ascaris suum. L). Prosiding
Semirata Universitas Lampung: 87-91
Sari, N. R. C., Wardana, P. W. A., Indrayani, A. W. 2012. Uji Zona Hambat Ekstrak Daun Putri
Malu (Mimosa pudica) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Dan Methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Secara In Vitro. Denpasar: Universitas
Udayana
Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaeni, N., Rubiati, T. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida
Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Bandung: Balai Penelitian Sayuran
Silalahi, M. 2017. Diktat Sistematika Tumbuhan Tinggi. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia
Suharti, S. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Bawah di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung
Merapi oleh Masyarakat Sekitar Hutan. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1(6):
1411-1415
Syarifah, R. N. K. 2020. Pemanfaatan Gulma Mimosa invisa Sebagai Pengendai Organisme
Pangganggu Tanaman. BIOFARM 16(2): 59-67
Tamilarasi, T., Ananthi, T. 2012. Phytochemical Analysis and Anti Microbial Activity of
Mimosa pudica Linn. Research Journal of Chemical Science 2(2): 72-74
Vaidya, G. H., Sheth, U. K. 1986. Mimosa pudica (Linn.) Its Medicinal Value and Pilot Clinical
Use In Patients With Menorrhagia. Ancient Science of Life 5(3): 156-160
Winarsih, S., Khasanah, U., Alfatah, A. H. 2019. Aktivitas Antibiofilm Fraksi Etil Asetat
Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica) pada Bakteri Methicilin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) Secara In Vitro. Majalah Kesehatan 6(2): 76-85
Yuda, H. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Tumbuhan Putri Malu (Mimosa pudica Linn) Sebagai
Pengendali Penyakit Antraknosa (Colleotrichum capsici) Secara In Vivo pada Tanaman
Cabai (Capsicum annuum L). Jember: Universitas Jember
Yusro, F., Mariani, Y., Wardenaar, E. 2019. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Untuk Mengatasi
Gangguan Sistem Pencernaan Oleh Suku Dayak Iban: Studi Kasus Di Kabupaten Kapuas
Hulu, Kalimantan Barat. Jurnal Boreno Akcaya 5(1): 58-72
Zed, M. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
14
15