Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EMBRIOLOGI PADA REPTIL

Disusun untuk memenuhi nilai tugas

Mata Kuliah : Perkembangan Hewan

Dosen Pengampu: Vinsensius M.Ati, S.Pt, M.Si

Oleh :

Maria Regina Dua Wisang (2006050006)

Jhon Lucky Lomi Kale (2006050009)

Venansius Suhardi (2006050014)

Maria Kristina Trivince Ndaka (2006050027)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah “Embriologi Pada Reptil”.

Adapun makalah “Embriologi Pada Reptil” ini, disusun untuk memenuhi nilai tugas
mata kuliah Perkembangan Hewan. Dalam penyusunan makalah ini, telah diusahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak terkhusus dari bapak
Vinsensius M.Ati, S.Pt, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Hewan
yang telah memberikan masukan dan bimbingan, sehingga dapat memperlancar penulis
makalah ini. Untuk itu tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat serta inpirasi bagi pembaca.

Kupang, 01 Oktober 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN PENULISAN 2
BAB II ISI
A. FERTILISASI REPTIL 6
B. MORULASI REPTIL 9
C. BLASTULASI REPTIL 11
D. GASTRULASI REPTIL 13
E. ORGANOGENESIS REPTIL 14
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 25
B. SARAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahap awal perkembangan makhluk hidup terutama hewan di awali dengan


peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang di kenal dengan
peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang di sebut dengan
zigot dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu:


(1) Fase Embrionik, yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama
masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin
di dalam tubuh induk betina. (2) Fase fertilisasi, yaitu fase pertemuan antara sel sperma
dengan sel ovum yang akan menghasilkan zigot kemudian zigot akan melakukan
pembelahan sel (cleavage).

Hewan mengalami proses pertumbuhan dengan melalui fase embrionik yang ini
terdiri dari fase morulasi, blastulasi dan gastrulasi. Adapun pada tahapannya, untuk
morulasi dan blastulasi pada reptil hakikatnya sama saja dengan fase morulasi dan
blastulasi pada manusia maupun hewan lainnya. Namun pada fase gastrulasi ada sedikit
perbedaan dikarenakan adanya tahap pembentukan lapisan germinal yang disesuaikan
dengan jenis ataupun tipe telur hewan tersebut. Dan untuk reptil, tipe telur yang dimiliki
adalah jenis telolesithal. Sehingga pembentukan embrio akan berbeda dengan
perkembangan embrio tipe telur yang lain.

Reptil yang akan kami bahas ini merupakan hewan dengan karakteristik khas,
sehingga ada beberapa hal berkaitan dengan organ reproduksi, proses fertilisasi, proses
pembelahan, sampai organogenesis yang tentunya harus dipahami secara mendalam. Oleh
karena itu, dalam makalah ini, penulis bermaksud untuk mengupas lebih dalam materi
mengenai embriologi pada reptil.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fertilisasi pada reptil ?
2. Bagaimana morulasi pada reptil ?
3. Bagaimana blastulasi pada reptil ?
4. Bagaimana gastrulasi paa reptil ?
5. Bagaimana organogenesis pada reptil ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui fertilisasi pada reptil.
2. Untuk mengetahui morulasi pada reptil.
3. Untuk mengetahui blastulasi pada reptil.
4. Untuk mengetahui gastrulasi paa reptil.
5. Untuk mengetahui organogenesis pada reptil.

5
BAB II

ISI

A. FERTILISASI PADA REPTIL

Fertilisasi pada reptil dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.

Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan
betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada Amfibi
(katak).

Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam
tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu
masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada
hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan

Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran
keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.

Kelompok reptil pada buaya merupakan hewan yang fertilisasinya terjadi didalam
tubuh (fertilisasi internal). Buaya jantan memiliki alat kelamin khusus disebut hemipenis.
Buaya jantan juga memiliki sepasang testis yang berfungsi sebagai penghasil spermatozoa,
epididimis, dan vas deferens yang berfungsi sebagai saluran tempat keluarnya
spermatozoa dari testis keluar tubuh. Sedangkan pada buaya betina memiliki sepasang
ovarium sebagai penghasil sel ovum dan oviduk (saluran telur) yang berfungsi sebagai
saluran tempat keluarnya sel telur dari ovarium menuju ke luar tubuh melalui kloaka.

Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah
menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas
menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-
telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan
serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.
Buaya memiliki caranya sendiri untuk berkembang biak, untuk musim kawin
biasanya dimulai pada bulan juli atau agustus sapai bulan desember. Sedangkan masa
bertelurnya adalah bulan januari. Pada saat masa kawin, buaya jantan akan saling
6
bertarung untuk menentukan siapa yang terkuat dan berhak untuk mengawini buaya
betina. Selanjutnya untuk menarik perhatian betina biasanya buaya akan bercumbu dengan
menggosokkan kepala atau berbaring berdampingan sambil membuka mulut. Jika betina
tertarik maka akan mengeluarkan suara. Perkawinan ini berlangsung di dalam air, mereka
mungkin akan tinggal satu sama lain selama beberapa hari dan kawin lagi selama periode
waktu tertentu. Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan
mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Setelah proses kawin tersebut
terjadilah fertilisasi.

Dalam prosesnya fertilisasi mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi reproduksi
dan fungsi perkembangan. Pada fungsi fertilisasi sebagai fungsi reproduksi
memungkinkan terjadinya terjadi reduksi unsur genetik dari diploid menjadi haploid,
maka pada proses fertilisasi kemungkinan terjadi pemulihan kembali unsur genetiknya,
sehingga diperoleh individu normal 2n.pemindahan unsur-unsur genetik dari induk.

Jika pada proses pembentukan gamet Pada fungsi fertilisasi sebagai fungsi
perkembangan, fertilisasi ini menyebabkan rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan
proses meiosis kemudian membentuk pronukleus betina yang akan melakukan zyngami
dengan pronukleus jantan, dan akan membentuk zigot akhirnya akan berkembang menjadi
embrio dan fetus.

Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran
keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.

Ovipar (Bertelur)

Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh
cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur.
Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak.
Ovipar terjadi pada jenis reptil Non Venom (Phyton, Molleria, Collubrid), Venom ( Naja,
Ophiophagus hannah, Boiga,dsb ) .

Ovovivipar (Bertelur dan Beranak)

Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur


tersebut masih tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari
cadangan makanan yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di
dalam tubuh induknya dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan
7
ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal, BCI, Anaconda, ular pucuk, Monop tanah,
monop air)

Kelompok reptil pada buaya merupakan hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam
tubuh (fertilisasi internal).
Buaya jantan memiliki alat kelamin khusus yang disebut hemipenis. Buaya jantan
juga memiliki sepasang testis yang berfungsi sebagai penghasil spermatozoa, epididimis, dan
vas deferens yang berfungsi sebagai tempat keluarnya spermatozoa dari testis ke luar tubuh.
Sedangkan pada buaya betina terdapat sepasang ovarium sebagai penghasil sel ovum dan
oviduk yang berfungsi sebagai saluran tempat keluarnya sel telur dari ovarium menuju ke
luar tubuh melalui kloaka.
Berikut ini adalah tahap-tahap proses fertilisasi pada reptil:
1. Proses awal (Pematangan)
Proses awal atau pematangan dimulai dari buaya betina yang menghasilkan ovum
di dalam ovarium dan buaya jantan yang menghasilkan sperma di dalam testis yang siap
membuahi sel telur.
2. Proses penetrasi (Pembuahan sel telur oleh sel sperma)
Pada proses penetrasi hemipenis jantan akan dimasukkan ke kloaka betina.
Dimana kloaka pada reptil betina merupakan muara dari tiga saluran yaitu saluran
kencing, saluran pencernaan dan saluran kelamin. Pada buaya, betina menghasilkan
ovum di dalam ovarium, dan ovum tersebut akan bergerak di sepanjang oviduk menuju
kloaka.
Buaya jantan akan menghasilkan sperma yang akan bergerak disepanjang
epididimis (yang berhubungan langsung dengan testis). Dari epididimis sperma bergerak
menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua alat penis
yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung
tangan karet.

Pada saat buaya melakukan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan
ke dalam saluran kelamin betina.

8
3. Proses peleburan inti sel telur dan inti sel sperma
Peleburan atau penggabungan inti sel telur dan inti sel sperma buaya ini akan
menghasilkan zigot yang diploid (sesuai dengan individu yang mewariskan).
Faktor yang memengaruhi fertilisasi pada buaya diantaranya adalah buaya tidak
memiliki kromosom seksual pada embrionya (yakni kromosom yang menentukan jenis
kelamin anak buaya yang akan ditetaskan). Berbeda dengan manusia, penentuan jenis
kelamin anak buaya tidak ditentukan secara genetik. Jadi, penentuan jenis kelaminnya yaitu
ditentukan oleh suhu pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan. Pada buaya
muara, suhu sekitar 31,6 oC akan menghasilkan hewan jantan, sedikit lebih rendah atau lebih
tinggi dari angka itu akan menghasilkan buaya betina. Menurut Wikipedia.org masa
pengeraman telur adalah sekitar 80 hari, tergantung pada suhu rata-rata sarang. Jika suhu
sangat hangat mereka akan menetas lebih cepat. Demikian juga jika suhu lebih dingin
penetasan bisa terjadi sampai 100 hari.
Jumlah telur buaya yang dikeluarkan tergantung pada spesies, lokasi dan ukuran
buaya. Biasanya buaya dapat menyimpan telur 10-100 butir. Semua telur itu dapat disimpan
dalam waktu 1 jam atau lebih. Dari sekian banyak telur, hanya 20% yang akan menetas.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk. Saat melalui
oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan
mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis
reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur
terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.

B. MORULASI PADA REPTIL

Pembelahan atau cleavage atau disebut juga segmentasi terjadi setelah pembuahan,
yaitu di saat masuknya spermatozoa ke dalam ovum. Zigot membelah berulang kali dengan
tipe pembelahan mitosis yang berlangsung secara berulang-ulang ini dosebut cleavage.
Proses ini diaktivasi oleh enzim “Mitotic Promotic Factor” (MPF).

9
Gambar.2.1. Perkembangan embrio pada reptil

Morulasi
Zigot yang terbentuk dari hasil fertilisasi akan menjadi teraktivasi dan beberapa
reaksi sintetis akan segera terjadi dan zigot akan siap untuk melakukan pembelahan.
Proses pembelahan ini dimulai dari zigot 1 sel menjadi 2 sel embrionik, 2 sel menjadi 4
sel embrionik, 4 sel menjadi 8 sel embrionik, 8 sel menjadi 16 sel embrionik, 16 sel
menjadi 32 sel embrionik dan seterusnya dengan jumlah sel kelipatan genap.

Gambar 2.2. Proses Pembelahan Meroblastik

Sel-sel hasil pembelahan ini pada embrio tahap perkembangan awal disebut
blastomer- blastomer. Pembelahan merupakan proses dramatis yang secara visual dapat
diamati pada beberapa embrio di laboratorium. Suatu hal yang perlu diingat bahwa pola
pembelahan tidak sama pada semua organisme.
Tipe pembelahan pada telur reptil adalah meroblastik dengan tipe telur telolecithal.
Disebut telur telolecithal karena pada telur tersebut hanya terdapat sedikit daerah yang bebas
dari kuning telur (yolk). Dengan pola pembelahan semacam itu, maka pembelahan sel hanya
terjadi dalam disk kecil sitoplasma, sehingga menimbulkan pola pembelahan diskoidal.

10
Pembelahan meroblastik menghasilkan sel-sel yang akan tumbuh embrio di bagian
tengah atau disebut sel formatif. Sel-sel yang akan menjadi selaput embrio berasal dari sel
marginal. Pembelahan terjadi di sekitar inti dan ooplasma yang berbentuk cakram yang
disebut blastodisk
Bidang pembelahan pertama adalah meridional yang memotong blastodisk tetapi
tidak mencapai kutib vegetal. Bidang pembelahan kedua juga meridional dan tegak lurus
pada bidang pertama. Bidang pembelahan ketiga, meridional di sisi kanan dan kiri bidang
kedua. Pembelahan keempat adalah pembelahan vertikal yang sejajar dengan bidang pertama
dan memotong bidang kedua. Setelah bidang keempat, pembelahan sudah tidak teratur lagi,
kemudian diorientasikan ke dalam tiga pola pembelahan yaitu:
1. Terjadi pada alur pembelahan vertikal yang melingkar (radier)
2. Memotong alur-alur bidang radier sampai terjadi sel baru dan menambah jumlah sel
sentral.
3. Bidang horizontal memotong bidang vertikal, sehingga terbentuk sel permukaan atas dan
sel bagian bawah

Gambar 2.3 Pembelahan Meroblastik dengan tipe telur telolechital

C. BLASTULASI PADA REPTIL

Blastula adalah sebuah bola berongga sari sel-sel yang terbentuk selama tahap
awal perkembangan embrio pada hewan termasuk buaya. Blastula ini terbentuk ketika
zigot mengalami pembelahan sel. Blastula ditandai dengan adanya rongga (blastocoel) di
tengah-tengah kumpulan sel padat hasil morulasi. Proses pembentukan blastula ini
disebut blastulasi.

11
Distribusi yolk pada setiap jenis telur pada suatu spesies berpengaruh terhadap
bentuk-bentuk blastula.
Blastulasi pada buaya sama dengan proses blastulasi yang terjadi pada aves dan
pisces. Buaya memiliki tipe telur megalesital (termasuk telolesital) yaitu yolk banyak
mendesak embrio kea rah animal. Karena yolk bersifat menghambat pembelahan maka
pembelahan hanya terjadi di daerah diskus. Sehingga rongga blastocoel juga terbentuk
pada bagian kutub animal.
Buaya juga memiliki tipe pembelahan diskoidal, yaitu pembelahan yang hanya
terjadi pada daerah keping lembaga. Tipe pembelahan discoidal memiliki ciri-ciri: yolk
terpisah dari sitoplasma aktif, pembelahannya tidak lengkap dengan semua blastomere
berada dalam satu bidang, pembelahan sel berada dalam bidang horizontal, pada badan
embryo terdapat free blastomer dan blastomer atas yang benar-benar terpisah, bagian
periblast adalah blastomer yang lebih rendah dan terhubung dengan kuning telur,
sedangkan sel marginalnya tetap bersambungan satu sama lain dengan yolk.

Gambar 2.4. Daerah yang terbentuk pada telur tipe telolecital


Dan tipe blastula pada buaya adalah diskoblastula (blastula berbentuk gepeng
pada daerah animal). Setelah lapisan tunggal blastoderm terbentuk, selanjutnya
blastoderm mengamali pembelahan secara ekuatorial atau horizontal, dan menghasilkan
3-4 lapisan sel. Pada stadium ini, blastodisk terdiri atas dua daerah yang berbeda, yaitu:
1. Area pellusida, yaitu daerah yang tampak bening terletak di atas rongga subgerminal.
2. Area opaca, yaitu daerah yang tampak gelap, terletak pada bagian tepi blastodisk.
Saat buaya bertelur, sel-sel pada blastoderm ada yang melepaskan diri dan
memasuki rongga subgerminal membentuk lapisan sekunder. Segera setelah peneluran,
embrio mengandung dua lapisan sel:
1. Lapisan sel sebelah atas yang disebut epiblast
2. Lapisan sebelah bawah yang disebut hipoblast
12
Diantara kedua lapisan ini terdapat rongga yang disebut blastosol. Bakal
pembentukan organ pada buaya berupa epiblast yang akan menjadi bakal ectoderm,
mesoderm dan notochord. Bakal endoderm berasan dari hipoblast, yang sel-selnya
tumbuh dan menyebar ke bawah, ke daerah rongga blastosol.

D. GASTRULASI PADA REPTIL

Gastrula adalah tahapan perkembangan embrio dimana pada tahapan ini terbentuk
lapisan benih (germ layer) yang dicirikan dengan adanya gastrocoel (archenteron). Pada
tahap ini juga terjadi diferensiasi pertama dimana pada tahap sebelumnya (blastula) tidak
terjadi diferensiasi karena sel-sel berpotensi sama.

Gastrulasi merupakan proses diferensiasi sehingga gen mulai mengambil peran


dalam penentuan jenis sel yang terbentuk kemudian. Ciri utama gastrulasi pada reptile
khususnya buaya adalah primitif streak. Primitif streak adalah penebalan dari lapisan sel
pada ujung posterior tengah dari zona pelusida. Penebalan ini disebabkan oleh migrasi sel-
sel dari daerah lateral posterior epiblas ke arah tengah.

Pada proses gastrulasi, biasanya melibatkan berbagai tipe gerakan yaitu epiboly
dan emboli. Emboli diartikan sebagai gerakan menyusup yang terjadi pada bagian sebelah
dalam embrio. Gerakan emboli ini terjadi pada daerah-daerah seperti bakal pembentuk
mesoderm, notokord dan endoderm.

Tahap akhir gastrulasi menghasilkan gastrula yang mempunyai dinding berlapis


ganda. Lapisan atas disebut epiblas dan lapisan bawah disebu hipoblas.

Tujuan dari gastrulasi adalah membentuk 3 lapisan lembaga embrionik yaitu


ektoderm, mesoderm dan endoderm, sehingga dapat dinyatakan bahwa proses gastrulasi
itu sangat penting. Tanpa terbentuknya lapisan Lembaga embrio, maka tidak akan pula
terbentuk berbagai organ tubuh pada perkembangan selanjutnya. Pada fase gastrulasi
daerah-daerah persumtif (daerah bakal) akan menempati posisi yang sesungguhnya dalam
embrio.
Tabel 1. Turunan ketiga lapisan germinal embrio pada vertebrata

Lapidan Germinal Organ dan jaringan pada hewan dewasa

13
Ektoderm Epidermis kulit dan turunannya (mis. Kelenjar kulit dan
kuku), lapisan epitelium mulut dan rektum,
reseptor indra pada epidermis, kornea dan lensa
mata, sistem saraf, medula adrenal, enamel gigi, Pada
epitelium kelenjar pineal dan kelenjar pituitari.
akhir
Endoderm Epitelium yang melapisi saluran pencernaan (kecuali mulut
proses dan rektum), epitelium yang melapisi saluran respirasi, hati,
pankreas, tiroid, paratiroid,
timus, lapisan uretra, kandung kemih dan sistem reproduksi.

Mesoderm Notokord, sistem rangka, sistem perototan, sistem sirkulasi


dan limfatik, sistem ekskresi, sistem reproduksi (kecuali sel
germinal, yang mulai berdiferensiasi selama pembelaha),
dermis kulit,
lapisan rongga tubuh dan korteks adrenal.
gastrulasi terbentuk lapisan baru yaitu mesoderm, setelah pembentukan mesoderm inilah epiblas
disebut ektoderm. Jika proses gastrulasi tidak terganggu, maka individu tidak akan terbentuk,
kalaupun terbentuk akan menghasilkan individu yang tidak normal.

Setelah melalui 3 fase pembelahan tersebut maka akan terbentuklah embrio. Embrio akan
dikelilingi oleh cangkang tahan air. Dan kira-kira sebulan setelah pembuahan, betina akan
membuat sarang dekat suatu sungai kecil. Sarang tersebut dibentuk dengan cara mengaiskan
kakinya untuk mengonggokkan ranting dan dedaunan yang membusuk, hingga menjadi suati
gundukan yang berlapis-lapis. Telurnya hanya akan diletakkan beberapa inci di dalam gundukan
tadi. Jika ada kerusakan, buaya betina akan terus memperbaiki sarangnya sambil berjaga-jaga agar
sarang dan seluruh telurnya tetap lembab dengan selalu merangkak dari air menuju puncak
gundukan.

E. ORGANOGENESIS PADA REPTIL

Organogenesis merupakan proses pembentukan organ-organ tubuh, atau disebut juga


dengan morfogenesis karena meliputi pembentukan morfologi dari tubuh. (Sumarmin,
171).
Proses Organogenesis
F.

14
Organogensis dimulai akhir minggu ke-3 dan berakhir pada akhir minggu ke-8.
Dengan berakhirnya organogenesis maka ciri-ciri eksternal dan sistem organ utama sudah
terbentuk yang selanjutnya embrio disebut fetus. Pada periode pertumbuhan antara atau
transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk
primitif sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embrio akan memiliki bentuk
yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara
halus bentuk definitif sehingga menjadi ciri suatu individu.
Organogenesis memiliki dua periode atau tahapan yaitu
1. Periode pertumbuhan antara
Pada periode ini terjadi transformasi dan diferensiasi bagian – bagian tubuh
embrio sehingga menjadi bentuk yang definitif, yang khas bagi suatu spesies. Seperti
pada katak adanya tingkat berudu.
2. Periode Pertumbuhan akhir
Periode pertumbuhan akhir adalah periode penyelesaian bentuk definitif menjadi
suatu bentuk individu (pertumbuhan jenis kelamin, roman / wajah yang khas bagi suatu
individu).
Perkembagan Organogenesis pada hewan buaya :

15
Gambar 2.5 Organogenesis pada hewan buaya
Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem
saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.Lapisan Mesoderm akan
berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan
ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan Endoderm
akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat
respirasi seperti pulmo. Lalu ada imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan
dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya
mempengaruhi pembentukan kelopak mata.

Dibawah ini adalah deskripsi tahapan embrionik pengembangan


Alligatoridae M. Niger, berdasarkan utama sifat morfologis eksternal mulai dari
hari ke sepuluh ovoposisi.

Embrio berumur 10 hari

Sekitar 26 pasang somit terlihat pada dorsum embrio tersebut. Lengkungan


mandibula adalah yang terbesar dari tiga lengkungan pharyngeal yang ada. Dua
celah terbuka secara lateral, kedua celah tertutup oleh lengkungan hyoid. Lima
vesikula cephalic terlihat dibagian rostral embrio tersebut. Palacodes optik muncul
mencolok, sementara pendengaran placodes ada dibagian dorsal pada lengkung
faring aspek lateral tubuh. Ada tanda- tanda hidung placodes di bagian rostral.
Jantung primordium muncul sebagai keunggulan pada sisi pertu dan tonjolan segera
ekor ke organ ini menunjukan promordium hati. Notchord memanjang sampai ke
ujung ekor. Kelengkungan tunuh dimulai dengan fleksi batang di tingkat jantung,
dan kelenturan ekor berbentuk J sudah terlihat ( Gambar 2, 7a).

16
Gambar 2

Embrio berusia 11-12 hari


Ada 28 pasang dari somit. Proses maksilaris meluas secara ventral ke proses
mandibula. Anggota badan dada dan panggul muncul sebagai tunas kecil yang berbeda.
Sumbu tungkai adalah caudoventral berorientasi. Fleksi dari batang lebih besar, memberikan
embri betuk U, dan ujung ekor jauh lebih meringkuk (Gambar 3a)
Embrio berusia 13- 14 hari
Prosesnya mandibula lebih mencolok. Dada Thoracic dan tunas pelvis lebih besar
menunjukkan tanda – tanda piring primordial digital (Gambar 3b,5a,6a). Fleksi embrio
meningkat secara bertahap dan ujung moncong sedikit menyentuh ekor. Mata memilik
pigmentasi lemah dari lapisan koroid. Placode hidung lebih dalam dan memanjang ke caudal
(gambar 3b)
Embrio berusia 15-16 hari
Pelat digital dari tunas anggota gerak panggul jelas, tetapi masih kurang alur digital,
dan tunas tungkai toraks kurang berkembang. Pigmentasi mata lebih kuat dan inviginasi optik
vesikel menciptakan fisura koroid.
Embrio 17-18 hari
Pelat digital dari tungkai toraks dan panggul lebih lebar dan menunjukkan sedikit
tanda alur digital. Siku dapat dikenali di dada tunas tungkai, sementara lutut dari tunas
anggota badan panggul masih tidak kelihatan. Ujung rostral dari proses mandibula adalah
terletak di tingkat tepi kaos lensa kristal dari mata. Suatu tonjolan kecil menunjukan
promoridum papilla urogenital yang terletak di permukaan ventral di akar ekor antara anggota

17
badan pelvis. Primordium dari meatus auditori eksterna terlihat jelas dalam wilayah
rostrolateral embrio (Gambar 3c,5b,6b).
Embrio berusia 19-20 hari
Pelat digital dari anggota badan pannggul dan toraks sepenuhnya dikembangkan,
tetapi tanpa gerigi digital. Bola mata menonjol, dengan kelopak mata terlihat jelas. Proses
mandibula memanjang rostral, mencakup dua pertiga dari rahang atas.
Embrio berusia 21-22 hari
Kelopak atas dikembangkan, invaginasi dari vesikel optik selesai, dan fisura koroid
menyempit dan menutup. Mulutnya berkembang dengan baik, meluas ke arah jantung yang
menonjol. Alur digital anggota badan panggul lebih menonjol. Proyeksi horizontal mocong
menonjol pada sisi lateral (Gambar 3d, 6c).
Embrio berusia 23-25 hari
Pinggiran pelat digital dari tungkai toraks menunjukkan perbedaan alur dan demarkasi
lemah empat digit terlihat bergerigi. Kelopak mata atas mencapai tepi atas iris. Dinding perut
dikembangkan, tetapi ventrikel hati dan organ lain masih terlihat melalui dinding perut
transparan Gambar 5c, 6d).
Embrio berusia 26 hari
Pada tahap ini, embrio terutama lebih panjang dan garis-garis depan dan belakang
digit terlihat dalam cakram diperluas dari anggota badan itu kehadiran kelopak mata bawah
dan nictitating dan timpani membran jelas. Otak masih terlihat melalui jaringan transparan di
bagian atas kepala dan masih ada sebuah alur median. Otot-otot dinding ventral tubuh adalah
masih terbuka di garis-garis tengah. Ekor dengan jelas ditekuk ujung distal. Siku dan lutut
dapat dikenali di anggota badan sedikit tertekuk pada sendi. Pigmentasi halus muncul
pertama di kepala, khususnya diantara mata dan moncong (Gambar 3e, 5d, 6e).
Embrio berusia 27 -29 hari
Median alur otak lebih jelas. Kaki depan dan belakang digit jelas batas- batas disekitar
piring digital dan sedikit bergerigi di kedua tungkai. Kelopak mata terbentuk denga baik dan
menutupi sebagian besar mata (Gambar 7b). Papilla urogenital antara anggota gerak panggul
sekarang kurang terkena. Tubuh itu pigmentasi lebih kuat, dan permukaan dorsal dan ujung
ekornya lebih gelap (Gambar 3f).
Embrio berusia 30-31 hari
Interdigital alur lebih jelas terbentuk, demarkasi digit dari depan dan belakang.
pigmentasi sekarang terkonsentrasi di bagian ekor,kaki dan sisi dorsal leher. Pigmentasi
wajah lebih intens dan bercak pigmen terlihat pada rahang bawah. Kehadiran primordium
kloaka dengan dua lobus kecil. Pada tahap ini,cakar mulai berkembang digit pertama, kedua
dan ketiga dari kaki dan yang pertam dan kedua dari tangan (Gambar 3g, 5e).

18
Embrio berusia 32 hari
Lubang kloaka sekarang melibatkan papilla urogenital ( Gambar 7e). Cakar jelas
terlihat dalam angka dari kedua tangan dan kaki dan ujung cakar digit kedua sedikit
melengkung. Ada pigmentasi dorsal dan ekor besar-besaran, memberikan embrio penampilan
sedikit kecoklatan. Karakteristik lain yang ditandai adalah munculnya baris pertama dari
nuchal scutes.
Embrio berusia 33 – 38 hari
Bagian atas dan kelopak mata bawah hanya dipisahkan oleh celah sempit. Ada lima
baris nuchal,sedikit berpigmen. Serangkaian dari tunjuan digit menandai awal dari sendi
interphalanggeal. Pigmentasi meluas ke arah anggota badan toraks dan panggul. Cakar angka
ketiga adalah lateral dilebarkan dan melengkung secara ventral, sementara cakar lainnya
masih menyala ( Gambar 3h, 5f,6f).
Embrio berusia 39 hari
Dinding perut otot sekarang sepenuhnya menyatu di sepanjang median garis ventral
kecuali di daerah umbilicial. Jadi, itu usus yang terpapar sebelumnya sekarang sudah benar-
benar ditarik kembali. Garis-garis besar dari angka-angka itu sepenuhnya individual dan
perbedaan ukuran mereka jelas.

Gambar 3

19
Embrio berusia 40-45 hari
Tujuh baris serut nuchal hadir disisi dorsal embrio. Karakteristik yang ditandai dalam
tahap ini adalaah muunculnya telapak kecil diujung maksila (Gambar 7c,d). Itu cakar dari
angka-angka itu melengkung. Seluruh tubuh embrio menunjukkan peningkatan pigmentasi,
berubah dari pucat menjadi gelap abu-abu (angka 3i,5g,6g).
Embrio berusia 46-47 hari
Pada tahap ini pola pigmentasi seluruh tubuh tampak seperti pada tukik, dengan garis-
garis punggung hitam khas bergantia denga garis-garis coklat muda. Kepalanya coklat, tapi
lebih ringan dari tukik.
Embrio berusia 48-50 hari
Ukuran pembukaan umbilical sekarang lebih kecil. Permukaan kepala menunjukkan
pigmentasi coklat gelap. Ossifikation kranial secara praktis lengkap kecuali untuk jendela
oval kecil, fontanel di tengah platform dorsal tengkorak, dimana otak masoh terlihat.
Embio berusia 51- 52 hari
Lubang kloaka benar-benar tertutup dan papilla urogenital tidak lagi terlihat. Seluruh
tubuh menunjukkan pigmentasi yang lebih intens. Kelenjar Musk hamoir tidak terlihat di
sepanjang tepi caudolateral dari flange intergular dari mandibula (Gambar 4a).
Embrio berusia 53-55 hari
Ekornya bersisik muncul, menunjukkan pigmentasi yang lebih intens. Pupil hadir
dengan celah vertikal. Membran timpani menutupi seluruh meatus auditori eksternal
( Gambar 4b).
Embrio berusia 56 hari
Orientasi kranial scute dari ekor yang berbulu, seperti yang menetas. Itu rahang
bawah dan rahang atas mulai menunjukkan kemuncullan tonjollan yang menandai primordia
gigi. Pigmentasi tidak berubah secara jelas dari yang ditemukan diusia 53-55 hari (Gambar
4c).

20
Gambar 4
Embrio berusia 57 - 66 hari
Kelopak mata tetap terbuka tetapi mencakup lebih dari separuh mata. Baik mata dan
tubuh embrio menunjukkan pigmentasi yang lebih intens (Gambar 4d).

21
Gambar 5
Embrio berusia 67 – 71 hari
Kedua kelopak mata sepenuhnya terbentuk dan benar-benar menutupi permukaan
mata. Meskipun tidak lagi jaringan kranial, fontanel kranial masih ada dan bisa dirasakan
atau diraba. Sekarang pola pigmentasi dan bergaris khas dari tukik. Karakterisasi lain yang
ditandai pada tahap ini adalah awal dari penyerapan vitelline, yang mana mulai diliputi oleh
embrio.

22
Gambar 6
Embrio berusia 72 – 75 hari
Sekitar 50% dari kantung vitelline tercakup oleh embrio. Gigi pertama muncul di
rahang bawah dan rahang atas. Ciri-ciri lainnya tetap ada tidak berubah.
Embrio berusia 76 – 77 hari
Kantung vitelline sepenuhnya dicakup, hanya menyisahkan rapese median (Gambar
4f, 7f).
Embrio berusia 78 – 91 hari
Embrio dalam hal ini tahap sangat dekat dengan menetas, dan repese median mereka
panjang dan sempit. Fontanel Kranial tertutup dan atap tengorak berkembang dengan baik
(Gambar 4f).

23
Gambar 7

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Fertilisasi pada reptil dapat terjadi secara eksternal atau secara internal. Pada
buaya terjadi fertilisasi secara internal. Pada jantan mengguanakan alat reproduksi
berupa hemipennis yaitu terdapat dua hemipenis dalam satu spesies (buaya).
Buaya jantan juga memiliki sepasang testis yang berfungsi sebagai penghasil
spermatozoa, epididimis, dan vas deferens yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya spermatozoa dari testis ke luar tubuh. Sedangkan pada buaya betina
terdapat sepasang ovarium sebagai penghasil sel ovum dan oviduk yang berfungsi
sebagai saluran tempat keluarnya sel telur dari ovarium menuju ke luar tubuh
melalui kloaka. Tahap-tahap proses fertilisasi pada reptil adalah a. pematangan, b.
Penetrasi, c. Penggabungan, d. Embriogenesis.
2. Zigot yang terbentuk dari hasil fertilisasi akan menjadi teraktivasi dan beberapa
reaksi sintetis akan segera terjadi dan zigot akan siap untuk melakukan
pembelahan. Proses pembelahan ini dimulai dari zigot 1 sel menjadi 2 sel
embrionik, 2 sel menjadi 4 sel embrionik, 4 sel menjadi 8 sel embrionik, 8 sel
menjadi 16 sel embrionik, 16 sel menjadi 32 sel embrionik dan seterusnya dengan
jumlah sel kelipatan genap. Tipe pembelahan pada telur reptil adalah meroblastik
dengan tipe telur telolecithal. Disebut telur telolecithal karena pada telur tersebut
hanya terdapat sedikit daerah yang bebas dari kuning telur (yolk). Dengan pola
pembelahan semacam itu, maka pembelahan sel hanya terjadi dalam disk kecil
sitoplasma, sehingga menimbulkan pola pembelahan diskoidal.
3. Blastulasi pada buaya sama dengan proses blastulasi yang terjadi pada aves dan
pisces. Buaya memiliki tipe telur megalesital (termasuk telolesital) yaitu yolk
banyak mendesak embrio kea rah animal. Karena yolk bersifat menghambat
pembelahan maka pembelahan hanya terjadi di daerah diskus. Sehingga rongga
blastocoel juga terbentuk pada bagian kutub animal.
Buaya juga memiliki tipe pembelahan diskoidal, yaitu pembelahan yang hanya
terjadi pada daerah keping lembaga. Tipe pembelahan discoidal memiliki ciri-ciri:
yolk terpisah dari sitoplasma aktif, pembelahannya tidak lengkap dengan semua
blastomere berada dalam satu bidang, pembelahan sel berada dalam bidang

25
horizontal, pada badan embryo terdapat free blastomer dan blastomer atas yang
benar-benar terpisah, bagian periblast adalah blastomer yang lebih rendah dan
terhubung dengan kuning telur, sedangkan sel marginalnya tetap bersambungan
satu sama lain dengan yolk.
4. Gastrulasi merupakan proses diferensiasi sehingga gen mulai mengambil peran
dalam penentuan jenis sel yang terbentuk kemudian. Ciri utama gastrulasi pada
reptile khususnya buaya adalah primitif streak. Primitif streak adalah penebalan
dari lapisan sel pada ujung posterior tengah dari zona pelusida. Penebalan ini
disebabkan oleh migrasi sel- sel dari daerah lateral posterior epiblas ke arah
tengah.
5. Organogensis dimulai akhir minggu ke-3 dan berakhir pada akhir minggu ke-8.
Dengan berakhirnya organogenesis maka ciri-ciri eksternal dan sistem organ
utama sudah terbentuk yang selanjutnya embrio disebut fetus. Pada periode
pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-
bagian tubuh embrio dari bentuk primitif sehingga menjadi bentuk definitif. Pada
periode ini embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada
periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitif sehingga
menjadi ciri suatu individu.

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat membantu mahasiswa dalam
proses belajar perkembangan hewan khususnya embriologi reptilserta menambah
wawasan mahasiswa dalam memahami materi yang ada. Diperlukan lebih banyak
literatur agar informasi yang diperoleh lebih banyak demi membantu proses
pembelajaran materi perkembangan hewan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Fusi, F., Organogenesis, G., & Diferensiasi, S. (2014). Cleavage Fungsi Cleavage. 1–15.

Biologi, J. P., Keguruan, F., Ilmu, D. A. N., & Siliwangi, U. (2017). Embriologi pada reptil.
10.

Mahfud, Y. A. (2020). Perkembangan Hewan. Intimedia, November, 311.

Suminto. (2011). Embriologi Hewan. Modul Praktikum Embriologi Hewan, 1–52.

Embriologi Hewan - Herlina Pratiwi, Aulia Firmawati, Herawati - Google Buku. (n.d.).
Diambil 1 Oktober 2022, dari https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=aFDSDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=embriologi+reptil&ots=pX9h
zMGFiw&sig=AyboUGVOqWfrybgsiKr1aMymyTE&redir_esc=y#v=onepage&q=emb
riologi reptil&f=false

EMBRIOLOGI DAN REPRODUKSI HEWAN (Bahasan Reproduksi Hewan) - Rr. Eko


Susetyarini, Roimil Latifa, Siti Zaenab, Endrik Nurrohman - Google Buku. (n.d.).
Diambil 1 Oktober 2022, dari https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=cHMOEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=embriologi+reptil&ots=o4V
pQ_XljB&sig=lqusbVzA6HKKPEJP1i7P3rOltZ4&redir_esc=y#v=onepage&q=embriol
ogi reptil&f=false

Maisyaroh, S. (n.d.). STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN PERKEMBANGAN EMBRIO


PADA REPTIL ( BUAYA). Diambil 1 Oktober 2022, dari
https://www.academia.edu/37774801/STRUKTUR_PERKEMBANGAN_HEWAN_PE
RKEMBANGAN_EMBRIO_PADA_REPTIL_BUAYA_

Makalah Kel 10 - PDFCOFFEE.COM. (n.d.). Diambil 1 Oktober 2022, dari


https://pdfcoffee.com/makalah-kel-10-8-pdf-free.html

(PDF) Embriologi Hewan. (n.d.). Diambil 1 Oktober 2022, dari


https://www.researchgate.net/publication/338739714_Embriologi_Hewan

27

Anda mungkin juga menyukai