PENDAHULUAN
terbesar di dunia dengan lebih dari 30 ribu spesies tanaman berkhasiat mengobati
melalui penelitian ilmiah. Hanya sekitar 180 spesies tersebut telah dimanfaatkan
dalam tanaman obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia (Depkes,
2000).
obat tradisional. Obat tradisional telah digunakan sejak zaman dahulu baik di
obat kimia, karena memang belum seluruhnya teruji keamanan dan manfaatnya.
Selama ini kebanyakan manfaat dan pengembangannya hanya dari data empiris
dan dari pengalaman yang diwariskan dari generasi ke generasi (Hariyati, 2005).
diwariskan secara turun temurun tanpa disertai data penunjang yang memenuhi
(Herlina, 2005).
sampai sejauh ini kandungan kimia, khasiat maupun efek samping dari suatu
tanaman obat belum banyak diteliti secara ilmiah, salah satunya adalah tanaman
mempunyai berbagai nama, antara lain tali kuning, oyod sirawan dan katola
(Artyani,2014).
dkk, 2014).
ilmiah, hal ini dikarenakan masih sedikitnya penelitian ilmiah dan informasi
pengalaman turun-temurun.
senyawa aktif dari suatu bahan atau simplisia nabati atau hewani dengan
menggunakan pelarut tertentu yang cocok. Pembuatan ekstrak bisa dilakukan
dengan berbagai metode, sesuai dengan sifat dan tujuannya (Depkes RI, 2000).
Ekstrak kering adalah sediaan yang berasal dari tanaman atau hewan,
diperoleh dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai
tentang akar kuning dan laporan tentang pembuatan dan karakterisasi ekstrak
kering pada akar kuning, maka peneliti tertarik menelitinya dengan judul
kuning ?
tertentu ?
kuning.
1.4 Manfaat Penelitian
kampus.
akar kuning.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Fibraurea
(Halmahera), akar kuning (etnis Talang mamak), akar kunyit (etnis Anak
dalam Jambi), oyong kuni (Sulawesi tenggara), tali kuning (etnis Manando),
Akar Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) tersebar mulai dari Hainan,
serta Irian. Spesies ini tumbuh dalam hutan pada ketinggian mencapai 1000
langka atau rawan, yaitu tidak segera terancam kepunahan tetapi terdapat
(Damayanti, 1999).
2.1.4 Sinonim
utama sebelum bercabang dua besarnya seperti lengan atau betis orang dewasa,
batang tersebut mengandung air, batang dan cabangnya liar, dalam batang
berwarna kuning dan rasanya pahit. Bentuk daun bundar telur sampai lonjong atau
Perbungaan terdapat pada batang tua atau di ketiak daun, warna bunga kuning
pucat. Pada batang atau cabang-cabang yang besar terdapat tandan buah yang
menggantung, buah berwarna kuning, terdiri atas daging buah yang berlendir dan
berkayu yang batangnya menjalar atau memanjat pada tumbuhan lain (Damayanti,
1999). Ciri dari morfologi tumbuhan ini adalah tumbuhan liana berkayu kuning
yang memancarkan getah kuning jika dipotong, keras, panjangnya dapat mencapai
20 m dan diameter batang 5-10 cm. Daun akar kuning umumnya bualat dengan
ukuran 10-25 cm x 5,5-19 cm, bertekstur seperti kulit, licin dan mengkilat, urat
batang, bunga uniseksual, berumah dua, mahkota berwarna kuning, tanpa kelopak
bunga. Buahnya ringan membulat kotak dengan tiga rusuk, kulit agak berbulu dan
berwarna hijau hingga coklat kehitaman, berbiji tunggal kecil berwarna kuning
kecoklatan dan endokarp berkayu (Quattrocchi, 2012; Hidayat dan Wahyuni,
2009)
. Di Thailand, batang akar kuning digunakan sebagai obat saluran cerna dan
bunganya digunakan sebagai obat disentri. Di Malaysia, dekok dari batang akar
kuning digunakan sebagai obat penurun panas, obat cacing serta obat saluran
digunakan, selain itu dekok dari batang akar kuning juga digunakan untuk
ekspektoran, tonik, obat iritasi lambung serta penyakit saluran cerna lainnya.
(Mandia, et al, 1999) Akar kuning dimanfaatkan oleh sedikitnya empat etnis di
Indonesia sebagai obat sakit kuning. Selain itu, tumbuhan ini memiliki efek
malaria, demam, kanker, luka, panas dalam, patah tulang, pegel linu, rematik,
(Damayanti, 1999; Rahayu et al, 2006, Quattrocchi, 2012; Lovin et al, 2012). Air
rebusan batang akar kuning terbukti memiliki efek antimikroba terhadap Shigella
ditunjukkan ekstrak methanol akar kuning dengan EC50 sebesar 25,7 g/ml (Wu
dan karakterisasi ekstrak kering akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr), maka
Independen Dependen
3.2 Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
Laboratorium.
4.2.1 Alat
silikat atau platina, pipet gondok, pipet tetes, tang krus, gelas kimia, botol
gelap, gelas ukur, erlenmeyer, labu bersumbat, labu ukur, kertas saring,
4.2.2 Bahan
kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.), akuades, air kloroform LP, etanol
menambahkan laktosa :
pengeringan, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak
larut dalam asam, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol (Depkes
RI, 1977).
4.3.4.1 Penetapan Susut Pengeringan
air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa
kertas saring dalam krus yang sama, uapkan, pijarkan hingga bobot
saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan dalam krus
hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada
suhu 105o hingga bobot tetap. Hitung kadar persen sari yang larut
hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut
a. Susut Pengeringan
BJ nyata =
BJ Mampat =
Faktor hausner dan kompresibilitas dapat dihitung dengan
rumus :
Faktor hausner =
Kompresibilitas =
abu. Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang
%b/b.
A. Organoleptik
warna.
RI, 2008)
1. Pereaksi
0,5% b/b.
methanol P.
2. Larutan uji
tanda.
3. Enceran larutan uji
larutan uji.
7. Pengukuran
kuersetin.
%kadar flavonoid
aluminium klorida.
aluminium klorida.