Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada
suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi. Nama Komunitas. Nama komunitas
harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut.
Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata
yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput,
padang pasir, hutan jati.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan
mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak.
Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan : 1) Bentuk atau
struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti
hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, 2) Berdasarkan
habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan,dll, 3) Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda
fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan
alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang
terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik. Macam-macam
Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis
besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (1) Komunitas akuatik, komunitas ini
misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam, (2)
Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di
hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunitas dan sebarannya?
2. Bagaimana ciri-ciri komunitas?
3. Apa yang dimaksud dengan dominansi dan predominansi?
4. Bagaimanakah struktur dan keragaman komunitas?
5. Bagaimana konsep keragaman?
6. Bagaimana energi dalam komunitas?
7. Apa yang dimaksud dengan konsep keanekaragaman hayati?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari komunitas dan sebarannya.
2. Menyebutkan ciri-ciri komunitas.
3. Menjelaskan ciri-ciri dominansi dan predominansi.
4. Menjelaskan struktur dan keragaman komunitas.
5. Menjelaskan konsep keragaman.
6. Menjelaskan energy dalam komunitas.
7. Menjelaskan konsep keanekaragaman hayati.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunitas dan Sebaran


Menurut Etienne Wenger, pengertian komunitas adalah kelompok sosial yang
memiliki habitat lingkungan dan ketertarikan yang sama dalam ruang lingkup
kepercayaan ataupun ruang lingkup yang lainnya. Aktivitas pada tingkat populasi
memiliki sifat persaingan pada interaksi antar populasi yaitu pada tingkat
komunitas. Komunitas diartikan sebagai kumpulan populasi yang saling
berinteraksi pada ruang dan waktu secara bersamaan. Misalnya populasi semut,
populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu
masyarakat atau suatu komunitas.
Tidak ada suatu populasi organisme atau spesies yang dapat hidup sendiri
di alam, melainkan mereka akan berkumpul dari berbagai populasi dan hidup
secara bersamaan. Kumpulan dari beberapa populasi organisme, hidup di suatu
habitat disebut dengan komunitas (Krebs, 1978). Berdasarkan Resosoedarmo
(1990) komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama
dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu
daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu
komunitas. Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah
diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut.
Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi
dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus
atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi
hidup lainnya
Kita dapat mendefinisikan komunitas secara sederhana sebagai satu
kumpulan populasi yang saling berinteraksi. Komunitas dapatdikarakterisasi
menurut beberapa cara, sebagai contoh dideskripsikanmenurut spesies yang

3
menonjol atau lingkungan fisiknya (komunitas gurun,komunitas kolam,
komunitas hutan meranggas). Karakteristik levelkomunitas mencakup:
1) Diversitas: jumlah spesies di dalam komunitas
2) Kelimpahan relatif: kelimpahan relatif suatu spesies terhadap
kelimpahan seluruh spesies dalam komunitas
3) Stabilitas: ukuran bagaimana komunitas berubah sepanjang waktu.
Hubungan antarpopulasi di dalam suatu komunitas sangat kompleks,sangat
bervariasi yang meliputi hubungan positif, negatif, dan interaksimutual. Contoh
hubungan dalam komunitas meliputi kompetisi (untuk sumber daya makanan,
habitat peneluran, atau sumber daya lainnya),parasitisme, dan herbivori.

Gambar 1 : komunitas hewan


(Sumber google)
Konsep komunitas menjadi demikian penting dalam mempelajari ekologi,
karena pada tingkat komunitas inilah dikaji keberadaan beraneka ragam jenis
organisme yang hidup bersama dengan cara yang beraturan, tidak tersebar bebas
begitu saja tanpa ada saling ketergantungan.
Kajian komunitas berusaha untuk mengetahui pertama: keseimbangan
yang tergambar dalam struktur dan komposisi populasi penyusunnya. Kedua:
untuk mengetahui pola sebaran dan perubahan sebagai hasil interaksi semua
komponen yang bekerja dalam komunitas tersebut. Sebaran, struktur dan
komposisi suatu komunitas dapat ditemukan berbeda tajam dan dapat dengan

4
jelas memilah antara satu komunitas dengan komunitas lainya. Kondisi ini
tentunya akan terjadi apabila kondisi lingkungannya memperlihatkan perbedaan
yang relatif tajam, dan dapat pula diakibatkan karena interaksi populasi dalam
komunitas itu sendiri. Apabila kondisi lingkungan berubah secara gradual, maka
struktur dan komposisi berubah secara berangsur-angsur, terjadi tumpang tindih
antara satu komunitas dengan komunitas yang lain tanpa ada batas yang tajam
(continuum).
Pola sebaran komunitas kontinum dapat diilustrasikan secara makro
dengan melihat struktur dan komposisi hewan dari daerah kutub ke arah equator.
Dalam lingkup yang lebih kecil dapat dilihat pada perubahan struktur dan
komposisi hewan dari puncak gunung ke arah pantai, dan demikian pula dengan
keberadaan hewan pada daerah pasang surut.

B. Ciri-ciri komunitas
Pengertian Komunitasadalah kumpulan berbagai populasi yang hidup di
suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu
sama lain. Dalam derajat keterpaduan komunitas, lebih kompleks jika
dibandingkan dengan individu dan populasi. Semua organisasi merupakan bagian
dari komunitas dan dari komponennya saling terhubung dengan keragaman
interaksinya. Contoh yang termasuk komunitas adalah populasi ganggang,
populasi ikan, dan populasi hewan di sekitarnya yang membetuk suatu komunitas
terumbu karang.

5
Gambar 2: interaksi antar spesies
Ciri ciri suatu komunitas adalah:
a) Adanya interaksi dengan komponen abiotik
b) Terdapat sekumpulan macam-macam populasi
c) Di dalamnya ada proses saling memangsa
d) Mulai terdapat peran pengurai dan perombak

C. Dominasi dan Predominasi


Dominansi merupakan pengendalian nisbi yang diterapkan makhluk hidup
atas komposisi spesies dalam komunitasnya. Spesies dominan adalah spesies
yang secara ekoligik sangat berhasil dan mampu menentukan kondisi yang
diperlukan untuk pertumbuhannya,atau spesies yang paling berpengaruh dan
mampu dari jumlah maupun aktivitasnya di suatu komunitas. Derajat dominansi
terpusat didalam satu, beberapa atau banyak spesies dapat dinyatakan dengan
indeks dominansi, yaitu jumlah kepentingan tiap-tiap spesies dalam hubungan
dengan komunitas secara keseluruhan.
Suatu komunitas dapat didominasi oleh satu jenis atau lebih. Jenis-jenis
yang dominan yaitu paling banyak jumlahnya, tinggi biomassanya, menempati
banyak ruang, berperanan penting dalam aliran energi dan siklus hara, atau
dengan cara-cara lain lagi menguasai anggota-anggota lain dalam komunitas.

6
Predominansi merupakan sejumlah spesies yang ditentukan oleh jumlah
kelimpahannya dalam suatu komunitas (Fitrahtunnisa dan M. Liwa Ilhamdi,
2013). Suatu spesies pada komunitas terdiri dari sejumlah spesies yang berbeda
dengan jumlah yang relatif, berbeda dengan dominansi.
Dalam bidang biologi, dominansi sering dikaitkan dengan genetika,
ekologi tanaman, atau perilaku hewan. Dalam bidang genetika, gen atau
pembawa sifat dikatakan dominan bila ia tetap dapat memunculkan sifatnya
walaupun ia berpasangan dengan gen lain yang membawa sifat yang berlawanan
dengannya. Perilaku binatang yang menunjukkan dominasi biasanya ditandai
oleh sikap superioritasnya terhadap kawanannya. Binatang yang dominan ini
biasanya yang terkuat, berkuasa diwilayahnya, mendapat pasangan terbaik yang
dipilihnya sendiri, dan mendapat berbagai kemudahan di kelompoknya. Tingkat
predominansi dari masing-masing spesies fauna tanah ditentukan berdasarkan
kelimpahan relatifnya. Suatu spesies dikategorikan predominan jika memiliki
kelimpahan relatif (KR) e” 5% (Ilhamdi, 2002).

D. Struktur dan Keragaman Komunitas


Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan
interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola. Struktur suatu komunitas
tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah
individu dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan
kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas,
bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya
berpengaruh pada stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, 1986). Berdasarkan
pembentukannya struktur komunitas dibagi menjadi struktur fisik dan struktur
biologi.
a. Struktur fisik, suatu komunitas tampak jika komunitas diamati, misalnya
jika mengunjungi hutan deciduosa akan tampak suatu struktur primer
secara musiman dan suatu struktur sekunder berupa pepohonan kecil.

7
b. Struktur biologi, komposisi perubahan temporal dalam komunitas yang
merupakan hubungan antara spesies dalam suatu komunitas sehingga
sebagiannya bergantung pada struktur fisik, kedua struktur komunitas
berpengaruh kuat pada fungsi suatu komunitas. Fungsi komunitas yaitu
kerja suatu komunitas sebagai memproses energi dan Pada habitat yang
berbeda dan satuan lingkungan yang berbeda, maka akan didapatkan
komunitas yang berbeda pula. Pada kenyataannya komposisi dan sifat
komunitas dapat dijadikan indikator yang paling baik untuk komunitas
yang berada pada habitat maupun satuan lingkungan tertentu.

Karakter komunitas

1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas


menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan
organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi
kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu
spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai
jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau
persatuan penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung
menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah
dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu.
Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut
klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis.
Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner
oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan
lingkungannya.

8
Berdasarkan fasilitasnya, spesies yang menyusun pada suatu
kominitas dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Eksklusif, yakni jika suatu spesies itu hanya ada disuatu daerah tunggal
atau komunitas tunggal.
2. Karakteristik ( preferensial), yakni jika spesies tersebut melimpah dalam
suatu daerah namun juga terdapat didaerah lain dalam jumlah kecil.
3. Ubiquitos, yakni jika suatu spesies penyebarannya sama dalam berbagai
komunitas.
4. Predominant, jika jumlah individu suatu spesies lebih besar atau sama
dengan 10% dari jumlah individu keseluruhan spesies yang ada dalam
komunitas tersebut.
Komunitas dapat dibedakan menjadi komunitas mayor dan
komunitas minor.
a. Komunitas mayor adalah komunitas yang bersama dengan habitatnya
merupakan satu kesatuan sehingga dapat melengkapi maupun
melestarikan komunitas tersebut (kecuali energi matahari yang
merupakan faktor yang harus ada).
b. Komunitas minor juga sering disebut societas merupakan agregasi
(kelompok) sekunder yang terdapat di dalam komunitas mayor. Jadi
bukan merupakan satu satuan yang bebas dalam hal sirkulasi energi.
Pola Dalam Komunitas
a. Pola stratifikasi
b. Pola zonasi
c. Pola kegiatan (Periodisitas)
d. Pola jaring-jaring (organisasi jaringan dalam rantai pangan)
e. Pola reproduktif
f. Pola sosial
g. Pola ko-aktif

9
h. Pola stochastic

Variasi organisme, baik cacah individu maupun jumlah spesies dalam


komunitas sangat menentukan karakter dari komunitas, namun demikian tidak
semua organisme mempunyai konstribusi yang sama terhadap karakter yang
dibentuk. Pengaruh organisme dalam pembentukan karakter komunitas
ditentukan oleh cacah individu dan jumlah jenis yang secara matematis
ditunjukkan oleh indek dominansi nisbi. Nilai atau nisbi mempunyai pengertian
pengendali atau “penguasaan”spesies terhadap suatu komunitas yang didasarkan
pada cacah individu spesies tersebut, bukan dari hubungan kekerabatan dari
taksonomi. Dengan demikian boleh jadi spesies tersebut mempunyai sistematika
dalam taksonomi yang jauh berbeda, namun dalam komunitas mempunyai
sinergitas dalam hubungan fungsi dalam aliran energi atau siklus materi.
Komunitas boleh jadi tersusun atas banyak organisme, oleh karenanya
disamping atas dasar karakter habitat fisik, misalnya komunitas perairan, pesisir,
payau, gurun serta padang pasir, namun seringkali suatu komunitas
diklasifikasikan atas dasar struktur biotik, misalnya komunitas padang rumput,
tundra, dll. Tidak ada aturan yang pasti untuk mengklasifikasikan suatu
komunitas, namun secara universal klasifikasi struktural banyak dilakukan dalam
kajian komunitas. Untuk menentukan klasifikasi struktural ini diperlukan
informasi penting tentang spesies pengendali yang diketahui dari nilai indeks
dominansinya.
Untuk mengetahui indeks struktur spesies dalam suatu komunitas dapat
menggunakan formulasi:
1. Indeks dominansi
C = Ʃ (ni/N)
C = indeks dominansi
Ni = nilai kepentingan tiap spesies (jumlah individu, biomas, produksi, dsb)
N = total nilai kepentingan

10
2. Indeks kesamaan antara dua sampel
S = 2C/A + B
S = indeks kesamaan
A = jumlah spesies dalam sampel A
B = jumlah spesies dalam sampel B
C = jumlah spesies yang sama pada kedua sampel (Odum, 1971)
3. Indeks Biologi (IB)
Penentuan IB dilakukan dengan cara memberikan nilai menurut besarnya
jumlah ekor satu jenis ikan yang tertangkap. Jumlah ekor satu jenis ikan
terbesar diberi nilai tertinggi 10,urutan berikutnya diberi nilai 9 demikian
seterusnya sampai dengan nilai 1. Nilai setiap jenis per sampel dijumlahkan
sehingga memperoleh nilai total dari seluruh pengambilan sampel.
4. Indeks pengaruh terbesar/indeks dominan
𝑠
n1
C=∑ (n )2
𝑛=1

C = indeks pengaruh
S= jumlah takson biota dalam sampel
N= jumlah biota dalam jenis
5. Indeks Keanekaragaman simson
 = ∑ = pi 2
= Keanekaragaman jenis
Pi=kepentingan spesies per kepentingan total
6. Indeks keanekaragaman shanon
H=∑ = pi In pi
H= Keanekargaman jenis
Pi=kepentingan spesies per kepentingan total
7. Kemerataan
E = H/InS

11
E=Eevennes
S = jumlah spesies

E. Konsep Keseragaman
Ukuran yang paling sederhana mengenai keragaman spesies adalah
menghitung cacah spesies. Dalam penghitungan yang demikian tersebut yang
dilibatkan hanyalah spesies yang penghuni tetap, bukan imigran yang kebetulan
ataupun yang sementara. Cacah spesies adalah konsep yang pertama dan tertua
sebagai konsep keragaman spesies dan disebut kekayaan spesies. Konsep yang
kedua tentang keragaman spesies adalah konsep heterogenitas. Salah satu masalah
dalam penghitungan cacah spesies sebagai suatu ukuran keragaman adalah bahwa
penghitungan tersebut memperlakukan spesies langka dan spesies biasa sebagai
sesuatu yang sama. Suatu komunitas dengan dua spesies dapat dibagi dalam dua
cara ekstrim :
Komunitas 1 Komunitas 2
Spesies A 99 50
Spesies B 1 50
Komunitas yang kedua tampak lebih beragam dari pada yang pertama PEEL
menyarankan penggabungan konsep cacah spesies dengan konsep kelimpahan
nisbi menjadi suatu konsep tunggal heterogenitas. Heterogenitas lebih tinggi
dalam suatu komunitas bilamana terdapat lebih banyak spesies dan bilamana
spesies tersebut sama melimpahnya. Suatu masalah yang sulit, timbul dalam
menentukan cacah spesies dalam suatu komunitas biologik : hitungan tergantung
pada ukuran besarnya cuplikan. Pencuplikan yang cukup biasanya dapat
mengatasi masalah tersebut, terutama dengan spesies vertebrata, tetapi tidak
demikian dengan insecta dan arthropoda, sebab pada keduanya hitungan spesies
tidak dapat lengkap.
Dua strategi berbeda telah dipergunakan dalam menangani masalah tersebut.
Yang pertama berbagai agian statistik dapat dicocokan pada kelimpahan nisbi

12
spesies. Suatu gambaran sangat karakteristik tentang komunitas adalah bahwa
mereka berisi secara komparatif sedikit spesies yang biasa dan secara komparatif
sejumlah besar cacah spesies untuk area tertentu yang manapun dan cacah
individu dalam tiap-tiap spesies. Dalam banyak cuplikan faunal, cacah spesies
yang diwakili oleh suatu spesimen tunggal adalah sangat banyak, spesies diwakili
oleh dua spesimen kurang banyak, dan demikian seterusnya sampai hanya
beberapa spesies yang diwakili oleh banyak spesimen.
Pendekatan kedua mengenai keragaman spesies meliputi ukuran heterogenitas
suatu komunitas. Ukuran heterogenitas yang paling populer adalah yang
berdasarkan teori informasi. Tujuan utama teori informasi adalah mencoba
mengukur jumlah keteraturan atau ketidakteraturan yang terdapat di dalam suatu
sistem.

F. Aliran energi dalam ekosistem


Produser mendapatkan energi dari cahaya matahari untuk menyusun zat
organik melalui fotosintesis. Jadi, matahari merupakan sumber energi bagi
kehidupan. Energi itu digunakan untuk menyusun gula. Dikatakan bahwa energi
itu diubah dari energi cahaya menjadi energi kimia (gula). Selanjutnya,
energi kimia berpindah ke konsumer I, lalu ke konsumer II, ke konsumer III,
dan seterusnya. Dikatakan bahwa energy itu mengalir dari matahari ke produser,
ke konsumer I, ke konsumer II, ke konsumer III. Inilah yang dikatakan sebagai
aliran energi di dalam ekosistem. Aliran energi berakhir pada proses penguraian.
Di dalam proses penguraian, energi dilepaskan dalam bentuk panas,
kemudian tersebar ke lingkungan.
Jika hewan memakan tumbuhan tumbuhan, energi itu berpindah ke
tubuh hewan yang memakannya tadi. Di dalam tubuh hewan tersebut, energi
itu akan digunakan untuk berbagai hal:
1. Disimpan dalam bentuk glikogen atau persenyawaan lain
2. Sebagian untuk metabolisme tubuh

13
3. Sebagian untuk menanggapi rangsang
4. Sebagian untuk bergerak
5. Sebagian untuk berkembang biak
6. Sebagian yang lain berubah dalam bentuk panas tubuh
7. Sebagian yang lain disimpan dalam bentuk jaringan tubuh. Energi
yang berubah dalam bentuk panas akan tersebar ke lingkungan
menjadi energi yang tak termanfaatkan lagi.

Gambar aliran energy dalam ekosistem


(Sumber google)

Pada setiap tingkat trofik, energi yang dilepaskan ke lingkungan dalam


bentuk panas dapat mencapai 90%. Jadi, hanya 10% dari energi itu yang
digunakan untuk kegiatan hidupnya. Karena itu, semakin jauh energi iru dari
sumbernya akan semakin kecil alirannya. Hal ini disebabkan karena adanya
energi yang beralih dalam bentuk pans tubuh seperti diuraikan tadi. Di dalam
ekosistem terjadi pemborosan energi. juga tampak bahwa energi itu mengalir
dari luar (matahari) ke dalam ekosistem dalam satu alur. Energi tidak daapat

14
berdaur ulang dan tidak dapat kembali lagi ke matahari. Salah satu sifat yang
penting adalah energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
Perubahan bentuk energi itu dikenal sebagai transfofmasi energi.
Makhluk hidup mampu melakukan transformasi energi. Misalnya, dari
energi gula diubah menjadi lemak dan protein, yang kemudian disimpan
di dalam jaringan tubuh, atau diubah menjadi energi gerak. Produser
merupakan pengguna energi matahari secara langsung. Dikatakan
produser menempati tingkat trofik I. Konsumer I menempati trofik II,
konsumer II menempati trofik III, dan seterusnya. Karena adanya pemborosan
energi yang terlepas dalam bentuk panas pada setiap tingkat trofik, maka
semakin jauh jarak transfer energi dari matahari, semakinkecil aliran
energi tersebut. Ini berarti bahwa konsumer III yang berada di tingkat trofik
IV mendapatkan energi yang paling sedikit dibandingkan dengan konsumer II
yang berada pada tingkat trofik III.
Kondisi demikian menyebabkan konsumer III berada pada posisi
“rawan punah”. Coba perhatikan bagaimana saat ini populasi alap-alap, elang,
garuda, dan burung hantu yang terus menurun dan mendekati
kepunahan. Bandingkan dengan populasi burung yang langsung memakan
produser. Semua makhluk hidup memerlukan energi untuk melakukan
aktivitas hidupnya. Energi tersebut dapat diperoleh dari makanan. Proses
konsumsi makanan merupakan proses transfer atau perpindahan energi. Aliran
energi dalam ekosistem dapat digambarkan dengan rantai makanan
dan jarring makanan. Dalam ekosistem terdapat beberapa tingkatan trofik.
1. Produsen, adalah organisme penghasil energi terbesar yaitu organisme
autotrof atau tumbuhan.
2. Konsumen, adalah organisme pemakan produsen. Konsumen
terdiri dari konsumen pertama, kedua, dan seterusnya.
3. Pengurai, adalah organisme dekomposer yang biasanya terdiri
dari mikroorganisme

15
G. Konsep Keanekaragaan Hayati

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup dari


semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan dan sistem akuatik lainnya
serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies
dan ekosistem (Sujatnika dkk, 1995; Natarino, 2010). Sumber daya alam hayati
dengan segenap keanekaannya adalah kekayaan alam yang mengemban fungsi
produksi/ekonomi sekaligus fungsi ekologi, sosial dan budaya yang harus
dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara secara lestari (Departemen
Kehutanan, 1990).
Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen,
keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem.
Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah
spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian
keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada
komponenkomponennya yang mengalami gangguan (Narisa, 2010).
1. GEN
Gen merupakan tingkatan biodiversitas yang paling rendah dan ia
memengaruhi jenis pada suatu spesies tumbuhan maupun spesies hewan.
Sebagai contoh pada tumbuhan padi memiliki jenis atau varietas yang
beragam seperti rojo lele, IR, kapuas, IPB dan cianjur. Contoh lain pada
tumbuhan mangga yang memiliki ragam gen madu, harum manis dan
manalagi. Bila biodiversitas tingkat gen lebih diperjelas lagi, hal ini sangat
mudah ditemukan pada diri kita sebagai manusia. Kita masuk dalam spesies
yang sama yaitu Homo sapiens, namun kita mempunyai bentuk dan sifat yang
berbeda satu sama lain. Sehingga, hal ini diartikan bahwa biodiversitas tingkat
gen akan menunjukkan perbedaan dari setiap individunya.
2. SPESIES

16
Keanekaragaman hayati tingkat ini lebih menampilkan perbedaan yang
mencolok dari tingkat gen seperti perbedaan kucing dan macan. Dua hewan
ini bila dilihat sekilas mempunyai kekerabatan yang dekat, namun morfologi
yang mereka miliki cukup berbeda. Sebagai contoh lain yaitu perbedaan
antara kerbau dan banteng yang juga termasuk biodiversitas tingkat spesies.
3. EKOSISTEM
Ekosistem merupakan suatu ruang lingkup yang mencakup faktor biotik dan
abiotik, kedua faktor ini kemudian menjalin suatu interaksi. Faktor biotik
yang ada pada suatu ekosistem yaitu seluruh makhluk hidup sedangkan
abiotik yaitu batu, udara, cahaya, air dan tanah. Karena kedua faktor tersebut
memiliki keragaman yang berbeda, ekosistem dibagi ke dalam beberapa jenis.
Ekosistem sawah, Ekosistem laut, Ekosistem hutan, Ekosistem danau,
Ekosistem padang rumput, dan lain-lain.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunitas diartikan sebagai kumpulan populasi yang saling
berinteraksi pada ruang dan waktu secara bersamaan. Misalnya populasi
semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu
masyarakat atau suatu komunitas.komunitas secara sederhana sebagai satu
kumpulan populasi yang saling berinteraksi.
B. Saran
Pembaca dapat menelaah kembali isi dari materi konsep komunitas dalam
ekosistem sebagai refensi nantinya untuk bahan pembelajaran untuk dijadikan
referensi dalam membuat tugas kuliah

18
DAFTAR PUSTAKA

Badriyatu,Rahma.https://www.scribd.com/presentation/370680281/3-5-Konsep-
Komunitas-Dominansi-Predominansi-Keanekaragaman-pptx#user-util-view-
profile.

Dharmawan, Agus dkk. 2005. Ekologi Hewan.Surabaya : Penerbit Universitas Negeri


Malang.

Melati.FF.2007.Metode Sampling Bioekologi.Jakarta:PT Bumi Aksara

Sutoyo. 2010. Keanekaragaman-hayati.Pdf.


https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/download/199/199.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2019

19

Anda mungkin juga menyukai