Anda di halaman 1dari 52

“LAPORAN PRAKTIKUM”

Pelaksanaan Praktikum Pada: Sabtu, 14 Desember 2019

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Septian Adi Susanto 2119160005


2. Aldi Rianto 2119160008
3. Kiki Kurnia Ramadlan 2119160011
4. Nadia Trisnawati 2119160013
5. Fuji Astuti Aprilia 2119160025
6. Neli Hendriani 2119160044
7. Risa Firda Astriani 2119160060
8. Sri Ratna Febrianti 2119160063
9. Khoerunisa 2119160087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH

CIAMIS

2019
DAFTAR ISI

PRAKTIKUM I

A. Judul Praktikum ....................................................................................... 1


B. Tujuan ...................................................................................................... 1
C. Pendahuluan ............................................................................................ 1
D. Pelaksanaan Praktikum ............................................................................ 1
E. Alat dan Bahan ......................................................................................... 2
F. Cara kerja ................................................................................................ 3
G. Hasil Pengamatan ..................................................................................... 4
H. Diskusi .................................................................................................... 5
I. Kesimpulan ............................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA

PRAKTIKUM II

A. Judul Praktikum ....................................................................................... 8


B. Tujuan ...................................................................................................... 8
C. Pendahuluan ............................................................................................. 8
D. Alat dan Bahan ......................................................................................... 9
E. Cara Kerja ................................................................................................ 10
F. Hasil Pengamatan ..................................................................................... 12
G. Hasil Diskusi ............................................................................................ 15
H. Kesimpulan .............................................................................................. 17
I. Dokumentasi ............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
PRAKTIKUM III

A. Judul Praktikum ....................................................................................... 20


B. Tujuan ...................................................................................................... 20
C. Pelaksanaan Praktikum ............................................................................ 20
D. Pendahuluan ............................................................................................. 20
E. Alat dan Bahan ......................................................................................... 20
F. Cara Kerja ................................................................................................ 21
G. Data Hasil Praktikum ............................................................................... 23
H. Pembahasan .............................................................................................. 23
I. Kesimpulan .............................................................................................. 24
J. Bahan Diskusi .......................................................................................... 25
K. Dokumentasi ............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA

PRAKTIKUM IV

A. Judul Praktikum ....................................................................................... 32


B. Tujuan ...................................................................................................... 32
C. Pendahuluan ............................................................................................. 32
D. Alat dan Bahan ......................................................................................... 33
E. Cara Kerja ................................................................................................ 33
F. Data Hasil Praktikum ............................................................................... 35
G. Pembahasan .............................................................................................. 44
H. Kesimpulan .............................................................................................. 46
I. Bahan Diskusi .......................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAK
PRAKTIKUM I

A. Judul Praktikum

Freferensi Hewan Terhadap Suhu

B. Tujuan

Mengetahui pengaruh faktor lingkungan (suhu) terhadap organisme.

C. Pendahuluan

Faktor lingkungan diketahui mempengaruhi organisme dalam berbagai

cara. Di bawah kondisi lingkungan yang berbeda, faktor-faktor lingkungan

dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda pula terhadap makhluk hidup di

lingkungan tersebut.

Setiap hewan memiliki kisaran toleransi faktor abiotik yang berbeda-

beda pula. Dalam kisaran kondisi yang ditolerirnya hewan memiliki freferensi

terhadap kisaran kondisi yang paling cocok baginya. Apabila sejenis hewan

mobile dihadapkana pada suatu variasi faktor lingkungan berupa suhu, maka

hewan tersebut akan bergerak menuju zona dengan kondisi suhu yang paling

cocok. Dengan demikian individu hewan yang bersangkutan akan lebih banyak

ditemukan pada zona freferensinya itu.

D. Pelaksanaan Praktikum

Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Desember 2019 pukul 08.00 s/d selesai

Tempat : Laboratorium Biologi Universitas Galuh

1
2

E. Alat dan Bahan

No Nama Spesifikasi Jumlah


Alat
1. Bak kaca Modifikasi praktikum ekwan 1 buah
2. Lampu spiritus Ukuran sedang 1 buah
3. Kaki bak kaca - 1 buah
4. Styrofom - 1 buah
5. Cutter - 1 buah
6. Plastik mika warna gelap/hitam -
7. kardus bekas ukuran besar 4 buah
8. Lakban - 1 buah
9. Stopwatch - 1 buah
10. Tally Counter Ukuran sedang 2 buah
11. Thermometer air - 3 buah
12. Kain/kaos kaki wadah es batu 1 buah
13. Kamera Handphone Bagus dan Jelas 3 Buah
Monopod/ Tripod/
14. - 3 Buah
Tongsis Hp
15. Laptop Minimal Ram 4 Gb 1 Buah
Bahan
1. Spiritus - Secukupnya
2. Ikan seribu - 15 ekor
3. Es batu - 1 kg
4. Air - Secukupnya
3

F. Cara Kerja

1. Menyediakan alat/ bahan secara lengkap

2. Melakukan setting alat agar bak kaca berada pada tempat dan kondisi yang

memungkinkan untuk perlakuan selanjutnya

a. Pastikan bak kaca sudah terbagi menjadi 3 zona dengan masing-masing

zona memiliki alat pengukur suhu (thermometer air) yang mudah dibaca

dari lubang bidik.

b. Tempat pengamatan juga harus terbatas dari segala kondisi yang membuat

ikan terganggu dari segala macam stimulus seperti getaran, kegaduhan,

gerakan, bayangan, dan sebagainya.

3. Mengisi bak kaca dengan air hingga ketinggian mencapai 4 cm. Pada zona 1

bagian bawah bak kaca ditempatkan lampu spiritus, zona 2 tanpa

mengunakan perlakuan apapun, dan pada zona 3 ditambahkan dengan

menempatkan kantung berisi es batu bisa menggunakan wadah/ kain yang

telah di sediakan oleh kelompok.

4. Lampu sepiritus di nyalakan pada zona 1 kemudian masukan 15 ekor ikan

seribu ke bagian tengah bak kaca.

5. Pengamatan dilakukan dengan selang waktu 5 menit sejak menit pertama

selama 30 menit. Pengamatan pada masing-masing zona meliputi prilaku ikan

(tenang, gelisah,bergerak aktif, dsb) jumlah ikan dan suhu air.


4

G. Hasil Pengamatan

Interval Jumlah
Zona Suhu (°𝑪) Prilaku
ke- Ikan
l 32 6 Tenang
1 ll 32 4 Tenang
lll 31 5 Tenang
l 33 4 Bergerak aktif
2 ll 33 6 Bergerak aktif
lll 32,5 5 Tenang
l 34 3 Gelisah
3 ll 34 4 Gelisah
lll 33,5 8 Bergerak aktif
I 34 -
4 II 34 14 Gelisah
III 33,5 1 Tenang
I 36 -
5 II 35 1 Bergerak aktif/naik ke atas permukaan
III 34,5 14 Bergerak aktif/naik ke atas permukaan
I 38 1 Bergerak aktif
6 II 38 3 Bergerak aktif
III 38 11 Bergerak aktif/naik ke atas permukaan

Keterangan:
Zona I : Bagian bawah bak ditempatkan lampu spirtus (dipanaskan)
Zona II : Tanpa perlakuan
Zona III : Ditambah dengan menempatkan kantung berisi es batu
5

H. Diskusi

1. Jika memperhatikan hasil pengamatan saudara,apakah terdapat pola yang

dapat diidentifikasi menurut ruang dan waktu pengamatan? Jika ada atau

tidak ada, argumen teoritis apa yang menunjang hasil pengamatan saudara?

Jawab : Ada. Karena zona diberi perlakuan yang berbeda, zona 1 (bagian

bawah bak ditempatkan lampu spirtus) , ruang 2 (tanpa perlakuan),

ruang 3 (ditambah dengan menempatkan kantung berisi es batu),

pada interval ke-1 ikan berperilaku tenang pada setiap zonanya dan

masih menyebar. Semakin lama waktu pengamatan maka semakin

terlihat preferensi ikan terhadap suhu. Pada interval ke-4, ikan

berkumpul di zona 2 dikarenakan suhu di zona 1 sangat naik

(panas) yang mengakibatkan ikan tidak nyaman di zona 1.

Kemudian pada interval selanjutnya, dimana suhu tiap zonanya

mengalami kenaikan dikarenakan pada perlakuan zona 1 yang

diberi panas dari lampu spirtus tidak diberi kawat kasa yang

berfungsi agar panas yang dihasilkan tidak terlalu naik dan

menyebar ke seluruh zona. Selama pengamatan ikan tidak mati

karena masih bisa bertahan di zona 3 walaupun suhu sama masih

ada terasa sedikit dingin sehingga ikan bergerak agresif pada zona

ini.
6

2. Berkaitan dengan perilaku, waktu, dan hasil pengamatan, adakah hal-hal

menarik yang ditemukan pada percobaan saudara?

Jawab : Ada, pada saat pertama kali ikan dimasukan, ikan menyebar merata

disetiap ruang, tetapi setelah es batu dimasukan di ruang 3 dan api

dinyalakan pada ruang 1 terjadi perubahan gerakan ikan. Yakni ikan

pada ruang 3 (es batu) bergerak agresif lalu akhirnya berpindah dari

ruang 3 ke ruang 2 dan 1 yang lebih hangat. Sedangkan pada ruang

1, ikan bergerak tenang. Dan setelah selang waktu 15 menit terjadi

perputaran suhu di semua ruang yang diakibatkan perubahan suhu

pada ruang 1 dan 3 sehingga ikan banyak berkumpul di ruang 2.

3. Kesimpulan apa yang saudara tarik dari percobaan ini?

Jawab: Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan, Umumnya ikan

lebih agresif jika mendiami air dengan suhu yang dingin hal ini

dikarenakan ikan lebih banyak mendiami air dingin.

4. Berikan saran-saran untuk memperbaiki kegiatan praktikum ini!

Jawab : disarankan kepada mahasiswa agar bisa lebih tertib dan disiplin

dalam kegiatan praktikum ini serta pemakaian alat dan bahan harus

sangat diperhatikan dalam menunjang praktikum ini.

I. Kesimpulan

Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan, Umumnya ikan lebih

agresif jika mendiami air dengan suhu yang dingin hal ini dikarenakan ikan

lebih banyak mendiami air dengan suhu yang hangat.


7

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar. 2012. “Laporan Praktikum Ekologi Hewan”.


[http://bachtiarinformasi.blogspot.com/2013/03/laporan-ekologi-
hewan.html] Di akses pada Selasa, 10 Desember 2019 Pukul 17.45 WIB

Dharmawijaya, Adi. 2018. “Laporan Praktikum Ekologi Hewan”.


[https://docplayer.info/71730338-Laporan-praktikum-ekologi-hewan.html].
Diakses pada Selasa, 10 Desember 2019 Pukul 13.51
PRAKTIKUM II

A. JUDUL PRAKTIKUM

Pola distribusi intrapopulasi organisme

B. TUJUAN

Mengetahui pola penyebaran organisme dalam populasi hewan dikaitkan

dengan kondisi lingkungan yang menjadi habitatnya.

C. PENDAHULUAN

Keberadaan organism pada suatu habitat berkaitan erat dengan kondisi dan

sumber daya lingkungan serta biologisnya. Individu-individu dalam suatu

populasi umumnya memiliki persyaratan ekologis yang hamper serupa.

Akibatnya individu-individu tersebut akan memanfaatkan kondisi dan sumber

daya lingkungan yang juga hamper serupa sehingga terjadilah keselingkupan.

Sehubungan dengan hal tersebut terjadi penjarakan di antara individu memlalui

beroperasinya mekanisme perilaku. Mekanisme yang paling sederhana ialah

untuk tidak terlalu dekat atau menghindari individu lain. Namun terjadi

kecenderungan lain dimana individu-individu menjadi berkelompok karena

daya tarik diantara sesamanya.

8
9

Menurut Odum (1983) secara umum terdapat tiga pola umum distribusi

individu dalam populasi yaitu pola acak, berkelompok dan teratur.

 Pola acak, jika dalam suatu situs probabilitas suatu individu dalam area

tidak menentu

 Pola kelompok, jika individu-individu dalam suatu populasi menempati

situs secara berkelompok.

 Pola teratur/merata, jika terjadi penjarakan yang kurang lebih merata

antara individu yang satu dengan yang lainnya menempati suatu situs/area.

D. ALAT DAN BAHAN

1. Kuadrat ukuran 40x40 cm2

2. Cangkul

3. Kantung plastik

4. Plastik meja ukuran 50x50 cm2

5. Thermometer tanah

6. Thermomter lingkungan

7. Hygrometer sling

8. Neraca o-Hauss

9. Labu erlenmeyer

10. Batang pengaduk

11. Gelas ukur

12. Aquades

13. pH Indikator

14. Spiritus

15. Lampu spiritus

9
10

16. Porselen bakar/tahan api

17. Kalkulator scientifik

E. CARA KERJA

1. Pencuplikan cacing tanah

a. Setiap kelompok mengambil lokasi pengamatan yang berbeda. Pada

setiap lokasi pengamatan, tentukan delapan titik sampel secara acak.

Berikan catatan ringkas mengenai gambaran kondisi fisik dan vegetasi

lingkungan dari lokasi tempat saudara melakukan pengamatan.

b. Setiap titik tersebut selanjutnya diambil sampel dengan luasan yang

dibatasi oleh kuadrat dan dengan kedalaman 20 cm. Setiap hasil galian

harus ditampung dalam plastik untuk kemudian dicacah jumlah cacing

tanah sambil menutupi kembali galian dengan tanah asal.

2. Pengukuran suhu tanah

Suhu tanah diukur untuk setiap titik pengamatan dengan cara

menancapkan thermometer di tengah kedalaman tanah sebelum digali.

3. Pengukuran pH tanah

Dilakukan dengan mengambil 5 gr sampel tanah dan menyimpannya

dalam wadah kemudian encerkan dengan aquades sebanyak 12.5 ml.

Saring hasil pengenceran tersebut dengan kertas saring dan tempatkan

dalam lempeng porselen. Selanjutnya uji pH menggunakan pH indikator.

4. Pengukuran kandungan air

Pengukuran kandungan air dalam tanah dilakukan dengan mengambil

tanah sampel sebesar ibu jari tangan kemudian timbang dan catat. Hasil

10
11

penimbangan tersebut kemudian dijemur di terik matahari hingga

menunjukkan tanda-tanda kering sempurna. Timbang kembali hasil

penjemuran dan catat.

Kandungan air dalam tanah ialah selisih berat antara sebelum (a) dan

setelah (b) tanah dijemur dibagi berat sebelum dijemur kemudian hasilnya

dikalikan dengan 100%.

5. Pengukuran kandungan serasah

Serasah di ambil pada permukaan tanah di dalam kuadrat dimasukkan ke

dalam kantong dan ditimbang.

6. Pengukuran kandungan bahan organik tanah

Bahan yang akan diukur ialah hasil pengeringan pada langkah pengukuran

kandungan air. Catat berat kering tanah tersebut sebagai berat awal (a),

kemudian tanah tersebut dibakar dalam oven selama 6 jam atau bakar

menggunakan spiritus hingga tanah berwarna merah bata dan kandungan

organik tanah bebas terbakar. Timbang hasil pembakaran tersebut

kemudian catat sebagai berat akhir (b).

Kandungan bahan organik diperoleh dengan menghitung menggunakan

rumus seperti pada pengukuran kadar air.

11
12

F. HASIL PENGAMATAN

Pola distribusi intrapopulasi organisme

Serasah
Udara Tanah Hewan
(gr)
Plot Berat Tanah (gr) Kadar Bahan
Kelembaban Kelembaban
pH Sesudah Sesudah Air Organik Jenis Jumlah
(mmHg) (mmHg) Sebelum
dijemur dibakar (%) (%)
Semut 34
Spesies A Putih 8
Spesies B Coklat 6
1 27 4 12,93 9,10 7,91 0,3 0,13 100,86
Cacing 15
Cocopet 1
Spesies C 5
Spesies A Putih 4
Spesies B Coklat 5
2 27 4 15,32 10,75 9,87 0,3 0,08 171,31 Spesies D 1
Larva Laron 3
Cacing 15

12
13

Udara Tanah Hewan

Berat Tanah (gr) Kadar Bahan Serasah


Plot Kelembaban Kelembaban
pH Air Organik (gr) Jenis Jumlah
(mmHg) (mmHg) Sesudah Sesudah
Sebelum (%) (%)
dijemur dibakar
Jangkrik 1
Kaki Seribu 1
Spesies A Putih 4
3 27 5 14,47 10,03 9,18 0,31 0,08 266,14
Cacing 23
Spesies C 3
Spesies E 1
Jangkrik 1
Semut 7
4 27 5 16,36 11,79 10,02 0,28 0,15 75,49
Spesies A Putih 4
Cacing 5

13
14

Udara Tanah Hewan

Berat Tanah (gr) Kadar Bahan Serasah


Plot Kelembaban Kelembaban
pH Air Organik (gr) Jenis Jumlah
(mmHg) (mmHg) Sesudah Sesudah
Sebelum (%) (%)
dijemur dibakar
Semut 4
Semut Hitam Besar 1
5 27 4 15,95 10,21 9,57 0,36 0,06 153,60 Spesies A Putih 2
Cacing 11
Semut Merah Kecil 22
Semut 13
6 27 5 16,61 11,59 10,35 0,30 0,11 36,78 Cacing 7
Semut Hitam Besar 2
Semut 12
7 27 5 15,85 10,55 9,21 0,33 0,13 52,63
Cacing 7
Semut Merah Besar 21
8 27 5 15,39 11,20 9,97 0,27 0,11 145,01
Cacing 1

14
15

G. HASIL DISKUSI

Tabel 1. Hasil Perhitungan Pola Distribusi Cacing Tanah

Jumlah Rata-rata Varians


Plot X2hitung X2daftar
2
(X) ̅)
(𝒙 (S )

1 15 1,88

2 15 1,88

3 23 2,88

4 5 0,63

5 11 1,38 42,75 28,5 11,1

6 7 0,88

7 7 0,88

8 1 0,13

∑ 84 10,5

Berdasarkan hasil perhitungan pola distribusi cacing tanah, menunjukkan

bahwa pola distribusinya berkelompok. Hal ini dapat dilihat dari nilai X2hitung

(28,5) > X2daftar (11,1).


16

Kondisi lingkungan tempat pengambilan sampel semua plot yaitu di dekat

pohon durian, rumput yang hijau, suhu udara yang lembab dan terdapat banyak

serasah sehingga memungkinkan tanahnya banyak mengandung bahan organik

yang berasal dari serasah. Dipilihnya lokasi pengambilan sampel tersebut

kelompok kami menduga akan terdapat spesies/organisme yang hidup di lokasi

tersebut, terutama cacing tanah. Karena cacing banyak hidup di tempat yang

teduh oleh rimbunan pohon, terdapat pada tanah lembab yang mengandung

banyak bahan organik.

Berdasarkan data hasil pengamatan, disemua plot yang dijadikan sebagai

sampel pengamatan terdapat hewan cacing yang hidup di setiap plotnya.

Mereka hidup pada tanah dengan pH 4-5, suhu 27oC dan hidup pada tanah yang

terdapat banyak serasah serta tanah yang lembab. Keasaman tanah sangat

mempengaruhi populasi dan aktivitas cacing tanah sehingga menjadi faktor

pembatas penyebarannya, umumnya cacing tanah dapat tumbuh baik pada pH

sekitar 4,5-6,6, namun dengan bahan organik tanah yang tinggi cacing tanah

mampu berkembang pada pH 3 (Fender, 1990). Namun berdasarkan hasil

pengamatan, kondisi serasah yang masih baru atau belum membusuk

mempengaruhi jumlah organism yang ada disetiap plotnya, terutama cacing.

Contohnya pada plot 8 dengan jumlah cacingnya hanya 1. Hal tersebut

dikarenakan banyaknya serasah yang jatuh masih baru dan belum mengalami

pembusukan. Beda halnya dengan plot yang lain, kandungan serasah yang

sudah membusuk lebih banyak dibandingkan dengan serasah yang baru.


17

Pada kondisi lingkungan yang telah kelompok kami amati, selain cacing

yang menempati area tersebut terdapat juga berbagai jenis hewan yang

ditemukan, diantaranya semut, spesies A putih dan Spesies B coklat. Hewan-

hewan tersebut ditemukan hampir disemua plot pengamatan.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa kondisi

lingkungan sangatlah mempengaruhi terhadap pola distribusi suatu populasi,

terutama pada cacing tanah. Kondisi lingkungan tersebut yaitu berupa kondisi

fisik, kimia dan bahan organik yang terkandung di dalam tanah.


18

I. DOKUMENTASI
19

DAFTAR PUSTAKA

http://etheses.uin-malang.ac.id/467/6/10620050%20Bab%202.pdf

Bachtiar. 2012. “Laporan Praktikum Ekologi Hewan”.


[http://bachtiarinformasi.blogspot.com/2013/03/laporan-ekologi-
hewan.html] Di akses pada Selasa, 10 Desember 2019 Pukul 17.45 WIB
PRAKTIKUM III

A. JUDUL PRAKTIKUM
Gerak taksis pada cacing tanah (Stimulus-Respons)

B. TUJUAN
Mempelajari prilaku naluriah hewan cacing dalam merespons rangsang
dari lingkungan.

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Desember 2019 pukul 08.00 s/d selesai
Tempat : Laboratorium Biologi Universitas Galuh

D. PENDAHULUAN
Hewan sebagai komponen biotik dan ekosistem mempunyai karakteristik
yang khas. Melalui kemampuan bergeraknya, sebagaian besar hewan mampu
berpindah tempat dengan bebas sesuai dengan kemauannya dan sesuai dengan
kebutuhannya, misalnya gerak maenjauhi predator, mendekati mangsa,
mencari pasangan atau memilih kondisi yang cocok untuk tempat hidup, dan
sebagainya.
Taksis merupakan bentuk prilaku adaptif hewan yang paling sederhana
dan alamiah. Taksis pada dasarnya merupakan gerak yang dilakukan
organisme menuju atau menjauhi rangsang. Gerak tersebut mengakibatkan
posisi organisme mengalami perubahan atau perpindahan.

E. ALAT DAN BAHAN


1. Toples bekas kue astor 4 buah
2. Gelas kimia 500 ml
3. Gelas kimia 50 ml
4. Gelas ukur 25 ml
5. Kabel listrik
6. Batu baterai
7. Gunting kertas

20
21

8. Kertas karton hitam


9. Kertas alumunium foil
10. Kertas saring
11. Hati ayam
12. Aquades
13. Cacing tanah yang masih bugar
14. Tanah
15. Humus

F. CARA KERJA
1. Membuat sediaan feromon.
a. Menyediakan kertas alumunium foil ukuran 10x10𝑐𝑚2 .
b. Menyiapkan batu baterai beserta kabel untuk pemberiaan kejutan
listrik.
c. Menyediakan minimal 5 ekor cacing yang akan diambil zat
feromonenya.
d. Memberikan kejutan listrik terhadap satu persatu cacing sampai cacing
mengeluarkan zat yang berwarna kekuning-kuningan.
e. Melarutkan zat feromon yang menempel pada kertas alumunium foil
dengan akuades sebanyak ± 15 ml.
2. Membuat sediaan ekstrak hati ayam.
a. Membuat ekstak hati ayam dengan cara menumbuk hati ayam
b. Mengencerkan hasil dari tumbukan hati ayam dengan aquades
secukupnya.
c. Menyaring ekstrak menggunakan kertas saring.
3. Membuat sediaaan perlakuan cacing:
a. Mempersiapkan empat wadah toples.
b. Membuat sekat yang terbuat dari kertas karton hitam berlapis
aluminium foil sebagai sekat untuk membagi menjadi dua belah area
tanah.
c. Melubangi sekat sebesar diameter cacing yang akan ditanamkan ke
dalam setiap wadah.
22

d. Memasukkan tanah kedalam toples sampai 2/3 bagiannya pada satu


bagian toples yang telah disekat.
e. Masukan cacing tanah kedalam masing-masing toples sebanyak 15
ekor.
f. Perlakuan pertama, masukan tanah yang dicampur dengan feromon
pada satu bagian toples yang telah disekat kemudian biarkan selama 5
jam.
g. Perlakuan kedua, masukan tanah yang dicampur dengan ekstrak hati
ayam yang telah disaring pada satu bagian toples yang telah disekat
kemudian biarkan selama 5 jam.
h. Perlakuan ketiga, diperlakukan sama seperti perlakuan kedua, tetapi
dengan memasukan tanah humus pada satu bagian yang telah disekat
pada sisi lainnya denga volume yang sama biarkan selama 5 jam,
kemudian memeriksa dan mengamati posisi atau letak cacing tanah
yang dimasukan (membuang tanah keluar alat, sekat pemisah tetap pada
posisinya).
i. Perlakuan keempat, diperlakukan sama seperti perlakuan ketiga, tetapi
dengan memasukan tanah lembab yang sudah dicampur dengan air es
pada satu bagian yang telah disekat dan memasukan aquades pada sisi
lainnya denga volume yang sama biarkan selama 5 jam, kemudian
memeriksa dan mengamati posisi atau letak cacing tanah yang
dimasukan (membuang tanah keluar alat, sekat pemisah tetap pada
posisinya).
23

G. DATA HASIL PRAKTIKUM


Gerak Tasksis pada Cacing Tanah (Stimulus-Respons)

No Perlakuan Jumlah

Tanah 15
1 Toples I
Tanah + feromon 0

Tanah 15
2 Toples II
Tanah +ekstrak hati ayam 0

Tanah 10
3
Toples III Tanah humus 5

Tanah 8
4 Toples IV
Tanah + Es 7

H. PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel data hasil praktikum, pada perlakuan pertama (toples I)
yang menggunakan perlakuan tanah serta tanah yang dicampur dengan
feromon yang berasal dari cacing. Pada perlakuan ini tidak terjadi gerak taksis
yang positif (mendekati arah rangsangan) tetapi terjadi gerak taksis negatif
(menjauhi arah rangsangan). Dalam hal ini bisa dilihat dari data hasil
praktikum bahwa tanah lembab + feromon berjumlah 0 yang artinya tidak
terjadi pergerakan cacing yang berpindah dari tanah ke arah rangsangan dari
campuran tanah + feromon. Hal tersebut karena feromon merupakan sinyal
kimiawi bagi cacing sebagai upaya untuk pertahanan diri dari bahaya yang
menyerangnya sehingga cacing yang menerima sinyal kimiawi berupa feromon
akan berpindah tempat, guna untuk menghindari bahaya yang menyerangnya.
Pada perlakuan kedua (toples II) yang menggunakan perlakuan tanah serta
tanah yang dicampur dengan ekstak hati ayam juga tidak terjadi gerak taksis.
Menurut sumber yang sudah praktikan baca seharusnya cacing akan mendekati
perlakuan dengan menggunakan ekstrak hati ayam sebagai rangsangan karena
ekstrak hati ayam tersebut banyak mengandung nutrisi bagi cacing sehingga
24

cacing akan mendekati rangsangan tersebut. Tertapi berdasarkan data hasil


praktikum menunjukan bahwa tanah yang menggunakan rangsangan ekstrak
hati ayam tersebut berjumlah 0, artinya tidak mengalami perpindahan atau
gerak taksis positif, melainkan terjadi gerak taksis negatif. Hal tersebut,
mungkin dikarenakan campuran ekstak hati ayam tersebut kurang banyak
sehingga cacing tidak mendekatin rangsangan tersebut.
Pada perlakuan ketiga (toples III) yang menggunakan perlakuan tanah
serta tanah humus terjadi gerak taksis positif dari cacing. Hal tersebut
berdasarkan data hasil praktikum bahwa terdapat 5 ekor cacing yang bergerak
berpindah mendekati arah rangsangan dari tanah humus. Tanah humus
memang habitat yang sangat baik bagi cacing karena akan terjadi hubungan
simbiosis mutualisme yang sangat menguntungkan. Cacing tanah akan
memakan humus dalam tanah, dan kemudian mengubah humus itu menjadi
unsur hara yang akan meningkatkan kualitas tanah.
Pada perlakuan keempat (toples IV) yang menggunakan perlakuan tanah
serta tanah lembab yang telah dicampurkan es batu terjadi gerak taksis positif.
Hal tersebut berdasarkan data hasil praktikum bahwa terdapat 7 ekor yang
mendekati arah rangsangan dari tanah lembab + es batu. Cacing menukai
tempat yang lembab, karena cacing bernafas melalui permukaan kulit karena
tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Dengan cara demikian, kulit cacing
terjaga kelembabapannya sehingga selalu basah dan berlendir. Kulit yang
basah dan berlendir itu memudahkan penyerapan oksigen dari udara.

I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa
kesimpulan diiantaranya:
1. Gerak taksis merupakan gerak yang dilakukan organisme menuju atau
menjauhi rangsang. Terdapat 2 gerak taksis, yaitu gerak taksis postif
(mendekati arah rangsangan) dan gerak taksis negatif (menjauhi arah
rangsangan). Gerak tersebut mengakibatkan posisi organisme mengalami
perubahan atau perpindahan.
25

2. Berdasarkan keempat perlakuan (I, II, III, IV), perlakuan IV yang


menggunakan zat perangsang tanah yang dicampu dengan es batu
sehingga menjadi lembab memiliki daya tarik yang kuat bagi cacing. Hal
tersebut berdasarkan pada data hasil pengamatan yaitu terdapat 7 ekor
cacing yang mendekati arah rangsangan (gerak taksis postif). Sementra itu,
yang memiliki gerak taksis negatif sehingga tidak menimbulkan daya tarik
bagi cacing ada 2 perlakuan yaitu perlakuan tanah yang dicampur dengan
feromon, dan perlakuan tanah yang dicampu dengan ekstrak hati ayam.

J. BAHAN DISKUSI
1. Dari perbandingan banyaknya cacing yang berkumpul pada akhir
pengamatan, apakah zat perangsang yang Saudara manipulasi sebagai
penarik rangsang hewan cacing dianggap mampu membuat cacing
mendekati arah rangsang tersebut? Berikan alasan!
Jawaban:
Menurut kami adanya manipulasi zat perangsang sebagi penarik rangsanan
bagi cacing itu bisa membuat cacing mendekati arah rangsangan atau
adanya gerak taksis. Misalnya saja dari hasil pengamatan yang kami
lakukan bahwa zat perangsang yang menggunakan tanah humus serta
tanah lembab yang dicampur dengan es dapat membuat cacing mendekati
arah rangsangan dari kedua perlakuan tersebut. Karena cacing akan sangat
peka terhadap rangsangan yang menurutnya mampu mempertahankan
hidupnya. Tetapi zat perangsang tersebut juga harus sesuai dengan
karakteristik dari cacing tanah itu sendiri, karena tidak semua zat
perangsang bisa membuat cacing mendekati arah rangsangan (gerak taksis
postif), tapi sebaliknya cacing akan menjauhi arah rangsangan (gerak
taksis negatif) contohnya zat feromon yang berasal dari cacing.
26

2. Dengan membandingkan banyaknya anggota populasi cacing pada akhir


pengamatan per perlakuan, menurut Saudara zat perangsang manakah
yang paling memiliki daya tarik paling kuat bagi cacing-cacing tersebut
untuuk di dekati? Berikan alasan!
Jawaban:
Berdasarkan data akhir pengamatan yang telah dilakukan, dari keempat
perlakuan zat perangsang yang memiliki data tarik paling kuat yaitu
perlakuan IV yang menggunakan zat perangsang tanah lembab/ tanah yang
dicampus dengan es batu. Hal tersebut, karena cacing menyukai tempat
yang lembab untuk tempat hidupnya dan secara anatomi cacing bernafas
melalui permukaan kulit karena tidak mempunyai alat pernapasan khusus.
Dengan cara demikian, kulit cacing terjaga kelembabapannya sehingga
selalu basah dan berlendir. Kulit yang basah dan berlendir itu
memudahkan penyerapan oksigen dari udara.
3. Adakah hal-hal menarik yang terjadi selama percobaan berlangsung? Jika
ada, gambarkan dan berikan deskripsi yang jelas!
Jawaban:
Hal yang menarik dari praktikum gerak taksis pada cacing tanah
(Stimulus-Respons) adalah pada saat membuat zat perangsang feromon
yang diambil dari cacing. Kenapa hal tersebut dianggap menarik oleh
kami, karena menurut kami itu adalah salah satu pekerjaan yang cukup
sulit. Letak kesulitannya itu dimana untuk mengambil zat feromon kami
harus memberikan kejuatan listrik hingga cacing akan mengeluarkan zar
feromon tersebut.
4. Kesimpulan apa yang dapat Saudara tarik dari percobaan ini?
Jawaban:
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, banyak hal yang membuat
kami tahu dari makhluk kecil yang sering kali kita remehkan. Tidak hanya
serangga saja yang memounyai zat feromon, tetapi cacing juga memiliki
zat feromon yang digunakan oleh cacing sebagai signal/ pertanda yang
akan membahayakan bagi hidupnya.
27

5. Berikan saran-saran untuk memperbaiki kegiatan praktikum ini!


Jawaban:
Berdasrkan praktikum yang telah dilakukan banyak hal yang harus
diperbaiki salah satunya dalam hal panduan yang digunakan dalam
praktikum harus jelas dan sesuai dengan kenyataan pada saat melakukan
praktikum. Karena kami mengalami kesalahan pahaman dalam prosedur,
misalnya di dalam panduan tidak terdapat tanah yang dicampur oleh es
batu, tetapi pada kenyataannya memakai campuran es batu. Kemudian
untuk alat sekat sebaiknya tidak menggunakan kertas karton tetapi
menggunakan kardus yang nantinya dilapisi oleh aluminium foil, karena
menggunakan kertas kartos itu setelah diberikan perlakuan akan lembek
dan tidak stabil. Kami harap, ini bisa diperbaiki untuk praktikum yang
akan datang.

K. DOKUMENTASI
Gambar 1 Gambar 2

Persiapan sediaan wadah dengan Persiapan alat kejuatan listrik


menggunakan toples yang telah
diberi sekat
28

Gambar 3 Gambar 4

Proses pengambilan zat feromon Hasil zat feromon yang dikeluarkan


menggunakan kejutan listrik cacing

Gambar Perlakuan I
Tanah yang dicampur dengan feromon

Tampak samping Sebelah kiri tanah biasa, sebelas


kanan tanah + feromon
29

Gambar Perlakuan II
Tanah yang dicampur dengan ekstrak hati ayam

Tampak samping Sebelah kiri tanah biasa, sebelah


kanan tanah yang dicampur dengan
ekstrak hati ayam

Perlakuan III
Tanah Humus

Sebelah atas tanah biasa, sebelah


bawah dengan perlakuan pemberian
tanah humus
30

Perlakuan IV
Tanah yang dicampur dengan Es Batu

Sebelas kiri tanah biasa, sebelah


kanan menggunakan perlakuan
tanah yang dicampur dengan es batu
31

DAFTAR PUSTAKA

Parkyongyong. 2012. Laporan Ekologi Umum. [Online]


[https://parkyongyoo.wordpress.com/berbagi-laporan-gerak-taksis-
cacing/] [Diakses pada tanggal 22 Desember 2019]
PRAKTIKUM IV
A. Judul praktikum
Estimasi Popilasi Hewan
B. Tujuan
Mencoba mengestimasi (menduga) jumlah anggota populasi dari suatu
spesies pada habitatnya
C. Pendahuluan
Hewan selalu memiliki dinamika populasi yang menarik untuk dipelajari.
Satu dari beberapa hal yang dianggap kunci untuk dapat memetakan dinamika
populasi. Pada kenyataannya, untuk dapat menghitung jumlah anggota
populasi dari suatu spesies tidaklah semudah yang diperkirakan. Artinya, kita
tidak akan mudah memperkirakan jumlah tawon dalam satu sarang, atau kita
juga akan mengalami kesulitan untuk dapat menghitung jumlah ikan jenis
tertentu pada satu kolam.
Kendala penghitungan jumlah anggota populasi pada suatu habitat dapat
didekati dengan metode pendugaan. Metode capture and recapture dari
Lincoln-Peterson ialah yang paling umum digunakan. Metode ini dikenal juga
sebagai Metode TBTLTL (Tangkap Beri Tanda Lepaskan dan Tangkap Lagi).
Namun penggunaan metode ini harus memenuhi beberapa syarat, ialah :
1. Semua individu dalam populasi harus mempunyai kesempatan yang sama
untuk tertangkap sehingga distribusinya harus acak;
2. Tidak ada perubahan rasio antara individu bertanda dengan yang tidak
bertanda. Dalam selang waktu antara penangkapan pertama dengan
penangkapan kedua tidak ada penambahan individu melalui migrasi
masuk atau kelahiran baru. Jikapun demikian maka harus diasumsikan
bahwa adanya kelahiran dan migrasi masuk harus seimbang dengan
kematian dan migrasi keluar;
3. Individu bertanda memiliki distribusi yang tersebar merata dalam populasi
sehingga antara individu bertanda dan tidak bertanda mempunyai
kesempatan yang sama untuk tertangkap pada penangkapan kedua;
4. Penangkapan dan pemberian tanda tidak menyebabkan terjadinya
perubahan perilaku dan daya tahan tubuh individu yang diberi tanda.

32
33

5. Metode/cara, alat, dan lokasi/titik penangkapan pertama dan kedua harus


sama. Waktu penangkapan juga harus sama, jadi jika penangkapan
pertama pada pagi hari mulai pukul 08.00 maka penangkapan kedua juga
harus dilakukan pada waktu yang sama.
D. Alat dan Bahan
1. Ikan di kolam
2. Pinset
3. Jala/heurap
4. Tally counter
E. Cara kerja
1. Langkah pertama yang harus di lakukan ialah menentukan spesies dan
habitat yang akan diestimasi. Perhatikan beberapa asumsi di atas. Dengan
penangkapan untuk menangkap dan memberi tanda selanjutnya lakukan
penangkapan terhadap hewan dimaksud.
2. Semua hewan yang tertangkap diberi tanda, selanjutnya lepaskan kembali
hewan-hewan tersebut ke habitat seperti semula.
3. Melewati selang waktu satu minggu lakukan penangkapan kedua.
Penangkapan kedua harus memperhatikan waktu, lokasi, dan cara
penangkapan pertama. Artinya, mengusahakan ketiga hal tersebut harus
sama (pukul 11.00 WIB, Lokasi kolam di tengah, jenis hewan ikan,
menggunakan jala oleh septian)
4. Menghitung jumlah ikan yang bertanda dan tidak bertanda pada
penangkapan kedua ini, selanjutnya masukkan data yang diperoleh melalui
rumus di bawah ini.
𝑀 𝑛 𝑀.𝑛
=𝑅 atau sama dengan N
𝑁 𝑅
34

Keterangan :

N = estimasi jumlah anggota populasi spesies

M = jumlah anggota populasi tangkap pertama (yang di tandai)

N = jumlah anggota populasi tangkap kedua (yang di tandai dan tidak di


tandai)

R = jumlah anggota populasi tangkap kedua (hanya yang di tandai)

Perhitungan statistik selalu mewaspadai adanya faktor kesalahan yang


terjadi baik pada saat menentukan luas habitat, ketika proses penentuan
sampel dan waktu/cara pengambilan sampel. Dalam kontekks ini maka
perhitungan estimasi di atas harus memperhitungkan margin of error-nya
sehingga pendugaan akan memiliki angka yang diperkirakan mendekati
kenyataan. Margin of error dihitung dengan mencari standard of error (SE)
melalui rumus di bawah ini.

(𝑀)(𝑛)(𝑀−𝑅)(𝑛−𝑅)
𝑆𝐸 = √ =&(M)(n)(M-R)(n-R)/R^3=&(M)(n)(M-R)(n-R)/R^3
𝑅3

Margin of error dihitung dengan rumus = N±(SE.t(df;α))

Keterangan : jika t terletak pada degree of freedom tak hingga dengan alpha
5% maka diketahui nilai t=1.96
35

F. DATA HASIL PRAKTIKUM


TANGKAPAN I (Tangkap, Beri Tanda, Lepaskan)
Pelaksanaan : Kamis, 19 Desember 2019 Pukul 11.00 WIB s/d selesai

No. Jenis Ikan Gambar Ikan Bagian Yang Ditandai


1. Ikan Mas A
36

2. Ikan Mujair A

3. Ikan Mas B
37

4. Ikan Nila

5. Ikan Mujair B
38

6. Ikan Mujair C
39

TANGKAPAN II (Tangkap Lagi)


Pelaksanaan : Kamis, 26 Desember 2019 Pukul 11.00 WIB s/d selesai

NO Jenis Ikan Gambar Ikan Memiliki TandaYang Tertangkap Kembali


1. Ikan Mujair
40

2. Ikan Mujair

Selain kedua ikan yang sudah ditandai dan tertangkap kembali, terdapat ikan lain yang ikut tertangkap pada tangkapan kedua,
diantaranya:
No. Jenis Ikan Gambar Ikan
1. Ikan Mujair A
(Tangkap 2)
41

2. Ikan Mujair B
(Tangkap 2)

3. Ikan Tambak A
(Tangkap 2)
42

4. Ikan Tambak B
(Tangkap 2)

5. Ikan Mujair C
(Tangkap 2)
43

6. Ikan Mujair D
(Tangkap 2)
44

G. PEMBAHASAN
Praktikum ini mengunakan metode TBTLTL (Tangkap Beri Tanda
Lepaskan dan Tangkap Lagi) yang dilaksanakan di Desa Sadananya dengan
kurun waktu 1 minggu yang dibagi menjadi 2 tahap/waktu. Pada pratikum ini
menggunakan populasi ikan yang terdapat di kolam sebagai objek dalam
mengetahui estimasi populasi hewan.
Tahap I (Tangkap Beri Tanda Lepaskan) yang dilaksanakan pada Kamis,
19 Desember 2019 pukul 11.00 WIB s/d selesai. Alat yang digunakan untuk
menangkap ikan yaitu dengan jala. Berdasarkan pada data hasil praktikum,
pada tangkapan pertama ini mendapatkan 6 ekor ikan dengan berbagai jenis,
kemudian masing-masing ikan diberi tanda pada bagian tubuh ikan dengan cara
mengambil beberapa sisik untuk memudahkan membedakan ikan dalam
tangkapan kedua. Setelah diberi tanda kemudian dilepaskan kembali ke kolam.
Berikut ini jenis-jenis ikan beserta bagian tubuh yang diberi tanda:
1. Ikan Mas A : Tanda pada bagian samping kiri sisik punggung atas
2. Ikan Mujair A : Tanda pada bagian samping kanan sisik punggung atas
3. Ikan Mas B : Tanda pada bagian samping kiri sisik ekor bawah
4. Ikan Nila : Tanda pada bagian samping kanan sisik ekor bawah
5. Ikan Mujair B : Tanda pada bagian samping kiri sisik punggung atas
6. Ikan Mujair C : Tanda pada bagian samping kiri sisik perut bawah
Tangkapan II (Tangkap Lagi) dilaksanakan dalam selang waktu selama 1
minggu dari tangkapan I yaitu pada Kamis, 26 Desember 2019 pukul 11.00
WIB s/d selesai. Pada tangkap kedua ini menggunakan metode/cara, alat,
waktu, tempat dan sudut yang sama dengan tangkapan I. Pada tangkapan II ini
ikan yang sudah ditandai pada tangkapan pertama serta ikan yang ikut
tertangtap tetapi tidak memiliki tanda. Berikut ini spesies ikan yang tertangkap
lagi/ tangkapan II yang sudah diberi tanda pada tangkapan I:
1. Ikan Mujair B (Tangkap Lagi)
2. Ikan Mujair C (Tangkap Lagi)
45

Selain ikan yang tetangkap merupakan ikan yang sudah diberi tanda pada
tangkapan I, pada tangkapan II juga terdapat ikan yang tidak memiliki tanda,
diantaranya:
1. Ikan Mujair A (Tangkap 2)
2. Ikan Mujair B (Tangkap 2)
3. Ikan Tambak A (Tangkap 2)
4. Ikan Tambak B (Tangkap 2)
5. Ikan Mujair C (Tangkap 2)
6. Ikan Mujair D (Tangkap 2)
Jadi, pada tangkapan II terdapat 8 ekor yang tertangkap, 2 ekor yang
memiliki tanda dan 6 ekor yang tidak memiliki tanda. Berikut ini untuk
menghitung estimasi populasi ikan pada tangkapan I dan II:
1. Menghitung Estimasi Anggota Populasi Spesies

𝑁 𝑛
=
𝑀 𝑅
𝑀. 𝑛
𝑁=
𝑅
6.8
𝑁=
2
48
𝑁=
2
𝑁 = 24
Jadi, jumlah estimasi anggota populasi spesies ikan pada satu kolam (N)
adalah 24 spesies.
2. Menghitung Standar Of Error (SE)
(𝑀)(𝑁)(𝑀−𝑅)(𝑛−𝑅)
𝑆𝐸 = √ = &(M)(N)(M-R)(n-R)/R^3= &(M)(N)(M-
𝑅3

R)(n-R)/R^3
(6)(24)(6−2)(8−2)
𝑆𝐸 = √ = &(6)(24)(6-2)(8-2)/2^3= &(6)(24)(6-2)(8-
23

2)/2^3
(144)(4)(6)
𝑆𝐸 = √ = &(144)(4)(6)/8= &(144)(4)(6)/8
8
46

(3.456)
𝑆𝐸 = √ = &3.456/8= &3.456/8
8

𝑆𝐸 = √432= &432= &432


𝑆𝐸 = 20,8
Jadi, Standar Of Error (SE) adalah 20,8
3. Menghitung Margin Of Error
Margin Of Error = N ± (SE.t(df.α))
= 24 ± (20,8.1,96)
= 24 ± 40,8
Jadi, Margin Of Error adalah 24 ± 40,8.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah kami lakukan, maka terdapat
beberapa kesimpulan yang didapat yaitu:
1. Praktikum ini mengunakan metode TBTLTL (Tangkap Beri Tanda
Lepaskan dan Tangkap Lagi) yang dilaksanakan di Desa Sadananya
dengan kurun waktu 1 minggu yang dibagi menjadi 2 tahap/waktu. Pada
pratikum ini menggunakan populasi ikan yang terdapat di kolam sebagai
objek dalam mengetahui estimasi populasi hewan.
2. Tangkap I (Tangkap Beri Tanda Lepaskan) yang dilaksanakan pada
Kamis, 19 Desember 2019 pukul 11.00 WIB s/d selesai. Pada tangkapan
pertama ini mendapatkan 6 ekor ikan dengan berbagai jenis, kemudian
masing-masing ikan diberi tanda pada bagian tubuh ikan dengan cara
mengambil beberapa sisik untuk memudahkan membedakan ikan dalam
tangkapan kedua.
3. Tangkapan II (Tangkap Lagi) dilaksanakan dalam selang waktu selama 1
minggu dari tangkapan I yaitu pada Kamis, 26 Desember 2019 pukul 11.00
WIB s/d selesai. Pada tangkapan II terdapat 8 ekor yang tertangkap, 2 ekor
yang memiliki tanda dan 6 ekor yang tidak memiliki tanda.
4. Berdasarkan perhitungan jumlah estimasi populasi spesies ikan (N) yaitu
24 ekor. Nilai standar of error (SE) adalah 20,8 maka didapatkan margin
of error adalah 24 ± 40,8.
47

I. BAHAN DISKUSI
1. Berdasarkan percobaan yang telah Saudara lakukan, mengapa hewan
tersebut dapat diduga jumlah anggota populasinya menggunakan metode
TBTLTL?
Jawaban:
Terdapat beberapa alasan dalam menggunakan metode TBTLTL untuk
menduga jumlah anggota populasi hewan, diantaranya:
a. Karena tidak ada perubahan rasio antara individu bertanda dengan
individu yang tidak bertanda. Dalam selang waktu antara penangkapan
I dengan penangkapan II tidak ada penambahan individu melalui
migrasi masuk/ kelahiran baru.
b. Individu bertanda dan tidak bertanda memiliki distribusi yang tersebar
merata dalam populasi sehingga mempunyai kesempatan yang sama
untuk tertangkap pada tangkapan II.
c. Metode/cara, alat, dan lokasi titik penangkapan I dan II sama.

2. Menurut Saudara, seberapa tepat penggunaan metode ini mampu


memperkirakan jumlah populasi yang sebenarnya? Jelaskan alasan
Saudara!
Jawaban:
Berdasarkan hasil pengamatan kami, penggunaan metode TBTLTL untuk
memperkirakan jumlah populasi yang sebenarnya kurang tepat. Hal
tersebut bisa dilihat dari perhitungan estimasi jumlah anggota populasi
ikan (N) bila dibadingkan dengan yang sebenarnya dilapangan itu tidak
sesuai. Nilai N menunjukan 24 ekor sebagai estimasi populasi ikan, tetapi
jika dari kenyataan fakta sebenarnya di lokasi jumlahnya jauh lebih dari
24 ekor. Maka dari itu, menurut kami penggunaan metode TBTLTL untuk
memperkirakan jumlah populasi yang sebenarnya kurang tepat.
48

3. Kesimpulan apa yang dapat Saudara tarik dari percobaan ini?


Jawaban:
Terdapat beberapa kesimpulan yang kami bisa diambil dari praktikum ini,
salah satunya kami mengetahui adanya metode penangkapan TBTLTL
(Tangkap Beri Tanda Lepaskan dan Tangkap Lagi) yang bertujuan untuk
menghitung estimasi populasi ikan pada satu kolam.

4. Berikan saran-saran untuk memperbaiki kegiatan praktikum ini!


Jawaban:
Sebaiknya pada saat praktikum ini dilakukan harus memperhatikan hewan
yang akan di estimasi, karena agar mempermudah penangkapan, memberi
tanda dan harus mempertimbangkan alat yang di gunakan dengan hewan
yang akan di estimasi.

Anda mungkin juga menyukai