Anda di halaman 1dari 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM

SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN


KONSEPKESEIMBANGAN LINGKUNGAN TERHADAP PENCEMARAN
AIR

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
KHOERUNNISA
NIM.2119160087
4-B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2019
2

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
A. Latar Belakang ................................................ Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ........................................... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ............................................ Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined.
E. Definisi Operasional ....................................... Error! Bookmark not defined.
F. Kajian Pustaka ................................................ Error! Bookmark not defined.
1. Kemampuan Pemecahan Masalah MatematisError! Bookmark not defined.
2. Double Loop Problem Solving (DLPS) ..... Error! Bookmark not defined.
3. Problem Based Learning ........................... Error! Bookmark not defined.
G. Penelitian Yang Relevan ................................. Error! Bookmark not defined.
H. Kerangka Berpikir........................................... Error! Bookmark not defined.
I. Hipotesis Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.
J. Metode Penelitian ........................................... Error! Bookmark not defined.
1. Waktu dan Tempat Pelaksanakan .......... Error! Bookmark not defined.
2. Metode Penelitian...................................................................................... 18
3. Populasi dan Sampel .................................................................................20
4. Variabel Penelitian.................................... Error! Bookmark not defined.
5. Instrumen Penelitian ................................................................................25
6. Prosedur Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.
7. Teknik Analisis Data.................................................................................30
K. Jadwal Penelitian ............................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

i
2

A. Judul

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOOPERATIF BIOLOGI POKOK
BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE

B. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber

daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga

merupakan syarat untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana

untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan yang

berkualitas. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, maka kualitas

sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui berbagai program

pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan

kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam pembelajaran biologi terdapat interaksi antara guru dengan

murid, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Biologi sebagai

salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah sampai sekarang, prestasi

belajar yang dicapai untuk mata pelajaran biologi ini masih tergolong rendah.

Padahal sudah banyak usaha yang dilakukan guru dan sekolah supaya prestasi

belajar biologi dapat meningkat lebih baik.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar

permasalahannya muncul di kelas, dan disarankan pemecahan masalahannya

i
2

i
2

langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada

anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas muncul dari

lamunan peneliti. Dalam PTK peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktik

pembelajaran atau bersama guru lain peneliti dapat melakukan penelitian

terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran.

Dalam PTK, guru secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis, terhadap

apa yang telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan

PTK, pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga

menjadi lebih efektif (Supardi, 2006).

Dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran guru tidak boleh

hanya menggunakan satu model saja. Salah satu model pembelajaran yang

dikenal adalah pembelajaran kooperatif, yaitu pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Cara

menerapkan pembelajaran kooperatif yaitu menggunakan; (1) Metode Student

Teams Achievement Divisions (para guru menggunakan metode ini untuk

mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik

melalui penyajian verbal maupun tertulis), (2) Metode jigsaw (melalui metode

ini kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6

siswa dengan karakteristik yang heterogen), (3) Metode Group Investigation

(metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun keterampilan proses kelompok), (4) Metode

Struktural (metode ini menekankan pada struktur-struktur khusus

i
2

yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi) (Nurhadi, 2004 :

112). Kelebihan dari pembelajaran kooperatif yaitu; (1) meningkatkan

kemampuan siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) menumbuhkan

keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian; (4) memperbaiki

hubungan antar kelompok. Adapun kekurangan pembelajaran kooperatif

yaitu; (1) memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan; (2) bila

terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya buruk; (3) bila ada siswa yang

malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha

kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya ; (4) adanya siswa yang tidak

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu

metode pembelajaran yang salah satunya dikenal dengan metode problem

posing. Melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber

informasi yang diterima siswa dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan

siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu. Penerapan model pembelajaran

problem posing untuk mata pelajaran biologi di SMP diharapkan lebih efektif,

karena siswa akan belajar lebih aktif dalam berpikir dan memahami materi

secara berkelompok. Selain itu, siswa dapat lebih mudah menyerap materi

pelajaran, serta kema tangan pemahaman terhadap materi pelajaran.

i
2

C. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: ’’Bagaimanakah PENERAPAN

PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA

SISWA KELAS VII’’

1. Pertanyaan

a. bgaimana karakter siswa smppada saat proses pembelajaran ?

b. model apasaja yang biasa dipake pada saatpembelajaran?

c. Adakah penyebab atau halangan pada saat proses pembelajaran?

d. Apakah saran /prasana untukproses pembelajaran memadai?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui penerapan pembelajaran
problem posing dalam meningkatkan hasil belajar biologi pokok
bahasan ekosistem pada siswa kelas VIIE SMP Tahun Ajaran
2018/2019
E. Manfaat Penelitian
C. KAJIAN PUSTAKA
1. Model Pembelajaran Biologi

Berhasil atau tidaknya guru sangat ditunjang oleh metode dan

model mengajar yang guru ambil karena pemilihan metode atau model

pembelajaran ini menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi

pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat

mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator

pembelajaran dapat tercapai.

i
2

Joyce dan Well( J Mandalika dkk,1999 : 158) berpendapat bahwa

model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pengajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di

kelas atau yang lain..

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai menyampaikan pelajaran

kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

2. Model roblem Posing

i
2

Menurut J. Riberu dalam Ad Rooijokker (1991:xxvi- xxvii) dalam

problem posing ini cara pendekatan yang dianjurkan adalah dari

bermacam- macam segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan

masalah melalui berbagai macam jalan. Garis besar cara pendekatan ini

adalah sebagai berikut:

a. Penyadaran masalah

Pada awal pengajaran berusaha agar peserta didik sadar adanya

suatu masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan: 1) Mengemukakan

beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah, 2)

Memanfaatkan berita-berita, dan 3) Pengumpulan pendapat peserta

didik.

b. Analisa masalah

Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah maka

peserta didik dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut,

yang perlu diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang

sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.

c. Perumusan masalah

Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik mulai

mendapat gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu

i
2

tentang suatu masalah. Oleh sebab itu ia lebih mampu merumuskan

dengan singkat dan padat apa sebenarnya masalahnya.

d. Pemecahan masalah

Sesudah masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah peserta

didik dirangsang untuk mencari pemecahan yang sebaik-baiknya.

Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara yang mana yang

paling tepat kekuatan,kelemahan serta kemungkinan penyelesaianya.

Pada tahap awal cukup memberikan tugas kepada siswa dalam

model pembelajaran problem posing dengan memilih salah satu cara

sebagai berikut : 1) siswa membuat pertanyaan berdasarkan

pernyataan yang dibuat oleh guru (presolution posing), 2) siswa

memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan

yang relevan dengan pertanyaan guru (Within Solution Posing), 3)

i
2

siswa membuat soal sejenis, seperti yang dibuat oleh guru (Post

Solution Posing)

3. Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Dalam pengertian lain dapat

diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi

seutuhnya (Sardiman, 2001).

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan,

ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir

i
2

hayat seseorang. Rasullullah SAW, menyatakan dalam salah satu

haditsnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang

lahat, para ahli jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan

perilaku yang baik sudah dimulai pada masa kecil, seperti membiasakan

tidur lebih cepat, belajar renang, lari, olahraga, membiasakan agar jangan

meludah ditempat umum, jangan membelakangi dimana ada orang lain,

jangan berdusta, jangan suka bersumpah, baik benar ataupun salah,

menghormati kedua orang tua, menghormati orang yang lebih tua,

menyayangi adik-adik yang berumur di bawahnya (Martinus Yamin,

2006).

Belajar adalah semata- mata mengumpulkan atau menghafalkan

fakta- fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.

Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga

ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan

(verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau

yang dianjurkan oleh guru (Muhibbin Syah, 2002 : 89).

i
2

Menurut Gregory A.Kimble adalah bahwa belajar sebagai

perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil latihan atau praktek yang diperkuat (diberi

hadiah).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa belajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang dilakukan karena suatu usaha

sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam

belajar (Saifudin Azwar, 2000). Hasil belajar juga merupakan berbagai

kapasitas yang diperoleh siswa sehubungan dengan keikutsertaannya

dalam proses pembelajaran. Disatu sisi hasil belajar merupakan

pencapaian tujuan pengajaran, disisi lain hasil belajar merupakan penggal

dan puncak belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).

Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern yang

dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh terhadap proses belajar

adalah (1) sikap siswa terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3)

konsentrasi belajar, (4) kemampuan mengolah bahan belajar, (5)

kemampuan yang telah tersimpan, (6) kemampuan berprestasi atau unjuk

hasil belajar, (7) rasa percaya diri siswa, intelegensia dan keberhasilan

belajar dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor- faktor ekstern yang

mempengaruhi hasil belajar antara lain : (1) guru sebagai pembimbing

i
2

belajar siswa, (2) sarana dan prasarana belajar, (3) kondisi pembelajaran,

(4) kebijakan penilaian, (5) kurikulum yang diterapkan dan lingkungan

sosial siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).

Bloom dan kawan-kawan dalam Saifuddin Azwar (2000)

mengembangkan 3 tujuan pendidikan yang berkenaan dengan hasil belajar

yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Masing- masing

ranah tersebut secara berturut-turut berkenaan dengan kemampuan

intelektual keadaan psikis dan ketrampilan psikis dan ketrapilan motorik

peserta didik.

1. Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis and Mc Taggart (1994), penelitian tindakan

merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan

oleh partisipan dalam situisi sosial termasuk kependidikan dengan

maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari a. praktek-

praktek sosial kependidikan, b. pemahaman terhadap praktek-praktek

tersebut, c. situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran. Instrumen

yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas sangat sejalan dengan

prosedur dan langkah penelitian tindakan kelas itu sendiri. Ditinjau dari

hal tersebut, maka instrument- instrumen ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu; instrument untuk mengobservasi guru (observing

teacher), instrument untuk mengobservasi kelas (observing classroom),

instrument untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

i
2

Penelitian tindakan kelas atau istilah dalam bahasa Inggris adalah

Classroom Action Research (CAR) sudah lebih dari sepuluh tahun yang

lalu dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Ada tiga

kata pembentuk pengertian PTK yaitu: (a). penelitian, menunjuk pada

suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan

aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hasil yang menarik minat

dan penting bagi peneliti. (b). tindakan, menunjuk pada suatu gerak

kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian

berbentuk rangkaian kegiatan siklus untuk siswa, (c) kelas, dalam hal ini

tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertia n yang

lebih spesifik yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari

guru yang sama pula. Dalam menggabungkan batasan pengertian tiga

kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru dengan

arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto, 2006).

Dalam pelaksanaan PTK terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan

yaitu, sebagai berikut:

1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif

peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran dan evaluasi) dilakukan

berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori)

i
2

yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam

upaya memecahkan masalah yang terjadi.

3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran

dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat

dilakukan dalam praktek pembelajaran) (Suharjono,2006:72).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang

dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan yang dilakukan

oleh guru sekaligus peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan

sampai dengan penelitian tindakan secara bersama. Tindakan tersebut

diberikan oleh guru dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh

siswa (Suharsimi Arikunto,2006:93).

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK),yaitu:

i
2

1. Kelebihan

(a) Meningkatkan rasa percaya diri,

(b) Menumbuhkan sikap profesio nal dalam diri guru karena PTK

mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan

sistematis,mampu membiasakan membelajarkan guru untuk

menulis dan membuat catatan,

(c) Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas

pembelajaran,

(d) Dapat membantu guru dan tenaga kependidikan dalam

memecahkan masalah pembelajaran dalam kelas.

2. Kekurangan

(a) Pemecahan masalah hanya dilakukan di dalam kelas,

(b) Memerlukan waktu yang lama untuk guru melakukan

penelitian,

(c) Guru harus melakukan pengamatan diri secara obyektif.

2. Kerangka Pemikiran

Belajar merupakan sebuah aktivitas yang tidak bisa terlepas dari

kehidupan sehari- hari, bahkan menjadi kebutuhan tiap orang dimana

dalam proses belajar ini terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Guru

sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Mutu pendidikan yang

tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan semua warga Negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum

dilakukan secara responsive terhadap penerapan hak asasi manusia,

kehidupan berdemokrasi, globalisasi dan otonomi daerah

i
2

Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut

7. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Penelitian 1. Tempat
Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP sukaresik kelas

VII E Semester II Tahun Ajaran 2019/2020

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019.


B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian kuasi eksperimen
desain nonequivalent control group design, penelitian kuasi
eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab
akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan

i
2

faktor lain yang bisa mengganggu. Penelitian yang akan


dilakukan pada kelas eksprimen dengan menggunakan model
pembelajaran ProblemPossing.

i
2

Desain model dalam penelitian ini diilustrasikan sebagai berikut


X
O O

O O
Keterangan:
X = pembelajaran dengan pendekatan Problem Possing
O = pretest/posttest (kemampuan pemecahan masalah)
--- = Sampel tidak dipilih secara acak

Pada desain ini sampel yang diambil baik kelompok


eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak murni
(random).
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kuanitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di
SMPN 1 Sukaresik.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-
betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2015,p.62). Teknik
sampling yang paling mungkin dilakukan menggunakan desain ini
adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) yaitu metode pembelajaran problem posing.

i
2

2. Variabel Terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa yang meliputi

dua ranah kognitif dan afektif kelas VII E SMP Sukaresik Tahun

Ajaran 2018/2019

C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat praktis,
situsional, dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul
dalam pembelajaran sehari- hari di SMP Sukaresik. Peneliti senantiasa
berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur
yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-
ulang dengan revisi untuk dapat meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat peneliti yang sekaligus
sebagai guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan perencanaan
yang telahdibuat.

i
2

Penelitian ini mengacu pada model Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dan dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action

Reaserch (CAR) yang secara singkat dapat didefinisikan sebagai

salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan alasan

melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan kualitas

proses belajar di kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa yang

dapat dilihat dari nilai rata-rata harian siswa.

Langkah- langkah yang ditempuh dalam penelitian tindakan

kelas ini yaitu: (1) observasi dan wawancara, (2) perencanaan

tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) evaluasi, (5) refleksi, (6)

penyimpulan hasil berupa pemahaman konsep.

Langkah- langkah penelitian dapat digambarkan dalam

siklus sebagai berikut:

i
2

i
2

fenomena dalam pembelajaran biologi kelas VIIE SMP

sukaresik.

D. Metode dan desain penelitian


Informasi atau data yang hendak diperoleh melalui
metode ini yaitu dari bermacam- macam segi, merumuskan
masalah lalu mencari pemecahan masalah melalui berbagai
macam jalan. Dalam pelaksanaannya melalui beberapa tahapan
yaitu:
a. Penyadaran masalah
Pada awal pengajaran berusaha agar peserta didik sadar
adanya suatu masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan:
mengemukakan beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala
dari suatu masalah, memanfaatkan berita-berita, dan
pengumpulan pendapat peserta didik.
b. Analisa masalah

Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah

maka ia dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut

yang perlu, diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar

belakang sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar

masalah.

c. Perumusan masalah

Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik

mulai mendapat gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih

terpadu tentang suatu masalah. Oleh sebab itu siswa lebih

mampu

i
2

merumuskan dengan singkat dan padat apa sebenarnya

masalahnya.

e. Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan pemecahan masalah siswa antara yang menggunakan
model pembelajaran Problem Possing dan konvensional. Dilakukan
pretest dan posttest kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Soal pretest digunakan untuk mengkaji pengetahuan awal
peserta didik, sedangkan soal posttest digunakan untuk mengetahui
dan mengkaji bagaimana penerapan pembelajaran setelah
dilaksanakan.
Adapun pedoman penskoran kemampuan pemecahan
masalaherdasarkan aspek yang dinilai yaitu:
Tabel 1. Pedoman Penskoran
Tes kemampuan Pemecahan Masalah
Membuat Rencana Melakukan Memeriksa
Skor Memahami
Pemecahan Perhitungan Kembali
Salah Tidak ada rencana Tidak Tidak ada
menginterpreta atau membuat melakukan pemeriksaan
0
si atau salah rencana yang tidak perhitungan atau
sama sekali relevan keterangan lain

i
2

Membuat Rencana Melakukan Memeriksa


Skor Memahami
Pemecahan Perhitungan Kembali
Salah Membuat rencana Melaksanakan Ada
menginterpreta pemecahan yang prosedur yang pemeriksaan
si sebagian tidak dapat benar dan tetapi tidak
soal dan dilaksanankan, mungkin tuntas
1 mengabaikan sehingga tidak menghasilkan
kondisi soal dapat dilaksanakan jawaban yang
benar tetapi
salah
perhitungan
Memahami Membuat rencana Melakukan Pemeriksaan
masalah soal yang benar tetapi proses yang dilakukan
2 selengkapnya salah dalam hasil benar dan untuk melihat
atau tidak ada mendapatkan kebenaran
hasilnya hasil yang benar proses
Membuat rencana
3 benar tetapi belum
lengkap
Membuat rencana
sesuai dengan
4 prosedur dan
mengarah pada
solusi yang benar
Skor 2 4 2 2
Amam, A. (2017, p. 44)
Soal-soal tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang sudah
memperoleh materi yang akan dipakai untuk penelitian agar diketahui tingkat
validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda untuk memperoleh
soal yang baik.

i
2

(1) Analisis Validitas Tes


Analisis validitas tes digunakan untuk mengetahui apakah butir soal
sebagai instrumen penelitian valid atau tidak valid. Untuk menghitung
koefisien validitasnya, peneliti menggunakan rumus korelasi product
moment sebagai berikut:
𝑁 Ʃ𝑋𝑌 − (Ʃ𝑋)(Ʃ𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√[𝑁 Ʃ𝑋 2 − (Ʃ𝑋)2 ][𝑁 Ʃ𝑌 2 − (Ʃ𝑌)2 ]

Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien validitas butir soal
N = Banyak siswa peserta tes
X = Jumlah skor item
Y = Jumlah skor total
Dari 𝑟𝑥𝑦 yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tabel harga
kritis product moment. Item tersebut dikatakan valid jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
(Yudhanegara dan Lestari, 2017).
Kriteria Koefisien Validitas instrumen adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Kriteria Koefisien Validitas

Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Validitas


0,90 ≤ 𝑟𝑥𝑦 ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat tepat/sangat baik
0,70 ≤ 𝑟𝑥𝑦 < 0,90 Tinggi Tepat/baik
0,40 ≤ 𝑟𝑥𝑦 < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0,20 ≤ 𝑟𝑥𝑦 < 0,40 Rendah Tidak tepat/buruk
𝑟𝑥𝑦 < 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tepat/sangat
buruk
Sumber : Lestari & Yudhanegara (2017, p. 193)
(2) Analisis Reliabilitas
Uji realibilitas digunakan untuk megetahui keterpercayaan hasil tes.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika
tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau konsisten, dimanapun
dan kapanpun. Realibilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan
tingkat keputusan atau kekonsistenan suatu soal. Adapun rumus yang

i
2

digunakan untuk mengukur realibilitas suatu tes yang berbentuk uraian


adalah dengan menggunakan rumus Alpha:
𝑛 ∑ 𝑠𝑖2
𝑟𝑖 = [ ] [1 − 2 ]
𝑛−1 𝑠𝑡

Keterangan:
𝑟𝑖 = reliabilitas tes secara keseluruhan
𝑛 = banyak butir soal
𝑠𝑖 2 = varians skor butir soal ke-i
𝑠𝑡 2 = varians skor total
Kriteria koefisien realibilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria Koefisien Korelasi Realibilitas

Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Reliabilitas


0,90 ≤ 𝑟 ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat tepat/sangat baik
0,70 ≤ 𝑟 < 0,90 Tinggi Tepat/baik
0,40 ≤ 𝑟 < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0,20 ≤ 𝑟 < 0,40 Rendah Tidak tepat/buruk
𝑟 < 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tepat/sangat
buruk
Sumber : Lestari & Yudhanegara (2017, p. 206)
(3) Analisis Indeks Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Menurut Arikunto (dalam Hendriana & Sumarmo, 2017, p. 64)
rumus menentukan indeks kesukaran pada soal uraian adalah sebagai
berikut :
𝑆𝐴 + 𝑆𝐵
𝐼𝐾 =
2𝐽𝐴
Keterangan :
IK = Indeks kesukaran soal
𝑆𝐴 = Jumlah skor kelompok atas suatu butir
𝑆𝐴 = Jumlah skor kelompok bawah suatu butir
𝐽𝐴 = Jumlah skor ideal suatu butir

i
2

Dengan kriteria :
Tabel 4. Kriteria Koefisien Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi Indeks Kesukaran

𝐼𝐾 = 0,00 Sangat Sukar


0,00 < 𝐼𝐾 ≤ 0,30 Sukar
0,30 < 𝐼𝐾 ≤ 0,70 Sedang
0,70 < 𝐼𝐾 < 1,00 Mudah
𝑃 = 1,00 Sangat Mudah
Sumber : Lestari & Yudhanegara (2017, p. 224)

(4) Analisis Daya Pembeda


Analisis daya pembeda digunakan untuk meninjau daya pembeda
soalnya. Item yang baik adalah item yang mempunyai daya pembeda lebih
dari 0,20. Item soal yang daya pembedanya di bawah 0,20 tidak baik
untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian soal
harus direvisi, diganti atau tidak digunakan. Rumus yang digunakan
sebagai berikut :

𝑆𝐴 − 𝑆𝐵
𝐷𝑃 =
𝐽𝐴
Keterangan :
DP = Daya beda soal
𝑆𝐴 = Jumlah skor kelompok atas suatu butir
𝑆𝐴 = Jumlah skor kelompok bawah suatu butir
𝐽𝐴 = Jumlah skor ideal suatu butir

Kariteria yang digunakan adalah :


Tabel 5. Kriteria Koefisien Daya Beda

Nilai Interpretasi Daya Pembeda

0,70 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat Baik


0,40 ≤ 𝐷𝑃 < 0,70 Baik
0,20 ≤ 𝐷𝑃 < 0,40 Cukup
𝐷𝑃 < 0,20 Buruk
Sumber : Lestari & Yudhanegara (2017, p. 217)

i
2

E. Teknik Analisis Data


Dalam menganalisis data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut
:
a) Analisis Uji Data Hasil Penelitian

i
2

(1) Uji Prasyarat Analisis


Uji prasyarat analisis bertujuan untuk mengetahui normalitas
dan homogenitasnya sebelum data tersebut dianalisis dengan
menggunakan rumus uji-t.
(a) Data skor siswa diolah dengan menggunakan analisis Gain
ternormalisasi (N – Gain)
Data gain ternormalisasi (N-Gain) merupakan data yang
diperoleh dari perbandingan skor gain aktual dengan skor gain
maksimum.
Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa
sedangkan skor maksimum yaitu skor gain tertinggi yang
mungkin diperoleh siswa. Dengan demikian skor gain
ternormalisasi dapat dinyatakan oleh rumus sebagai berikut
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 =
𝑆𝑀𝐼 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡

Keterangan:
𝑆𝑀𝐼 = Skor Maksimum Ideal
Menurut Sundayana (2016) hasil skor gain
ternormalisasi dibagi kedalam lima kategori yang dapat dilihat
pada tabel berikut ;
Tabel 6. Interpretasi Gain Ternomalisasi yang Dimodifikasi

Nilai N-Gain Kriteria


−1,00 ≤ 𝑔 < 0,00 Terjadi penurunan
𝑔 = 0,00 Tidak terjadi peningkatan
0,00 < 𝑔 < 0,30 Rendah
0,30 ≤ 𝑔 < 0,70 Sedang
0,70 ≤ 𝑔 < 1,00 Tinggi

(b) Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
pretest dari kedua kelas tersebut dari populasi yang berdistriusi
normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk.

i
2

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data


pretest adalah sebagai berikut:
𝐻0 = Data pretest berdistribusi normal
𝐻1 = Data pretest tidak berdistribusi normal
Rumus yang digunakan menurut Uyato (2009, p. 55):
2
(∑𝑛𝑖=1 𝑎𝑖 𝑥(𝑖) )
𝑊= 𝑛
∑𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑎̅)2
Keterangan:
W : Shapiro Wilk
𝑥(𝑖) : Statistik Tatanan
𝑎𝑖 : Konstanta yang dibangkitkan danri mean
Kriteria pengujian hipotesis
a) Jika 𝑊ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑊𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak
b) Jika 𝑊ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑊𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 diterima
Uji normalitas pada penelitian ini dibantu dengan software
SPSS, menggunakan uji Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi
5%. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka data berdistribusi normal
atau 𝐻0 diterima.
b) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi
normal atau 𝐻0 ditolak.
Jika data tidak normal, gunakan uji non-parametrik.
Salah satu uji yang bisa digunakan adalah uji Mann Whitney
U. Uji Mann Whitney U digunakan untuk analisis statistik
terhadap dua sampel independen bila jenis data berskala
nominal atau ordinal atau data tidak berdistribusi normal.
Rumus Mann Whitney U dengan pendekatan Z adalah
sebagai berikut
(Lestari dan Yudhanegara, 2017 : 287)
𝑁+1
∑ 𝑅(𝑋1 )−𝑛1 ( )
2
𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑛 ∙𝑛 𝑛 𝑛 ∙(𝑁+1)2
√ 1 2 ∙[∑ 𝑅(𝑋1 )2 +∑ 𝑅(𝑋2 )2 ]− 1 2
𝑁(𝑁−1) 4(𝑁−1)

i
2

Keterangan :
𝑅(𝑋1 ) = Rank untuk X1
𝑅(𝑋2) = Rank untuk X2
N = 𝑛1 + 𝑛2
Selanjutnya untuk menarik kesimpulan uji normalitas
dalam SPSS menggunakan Chi-Square. Chi-square adalah
dengan ketentuan membandingkan antara Nilai Sig. (p-value)
dan nilai alpha (𝛼) yang sebesar 0.05.
Jika nilai sig. (p-value) < 0,05, maka sampel
berdistribusi normal atau 𝐻0 ditolak. Jika nilai sig. (p-value)
≥ 0,05, maka sampel berdistribusi tidak normal atau 𝐻0
diterima.
(c) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data
penelitian berasal dari kelompok yang memiliki varians yang
sama antara kedua kelas tersebut. Uji homogenitas yang
digunakan dalam penelitan ini adalah homogenitas varians.
Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas
varians adalah sebagai berikut:
𝐻0 ∶ 𝜎1 2 = 𝜎2 2 , varians untuk kedua kelas homogen
𝐻0 ∶ 𝜎1 2 ≠ 𝜎2 2 , varians untuk kedua kelas tidak homogen
Rumus yang digunakan:
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Kriteria pengujian hipotesis:
a) Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak
b) Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 diterima

Uji homogenitas pada penelitian ini dibantu dengan Software


SPSS, menggunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

i
2

a) Jika nilai signifikan pengujiannya ≥ 0,05 maka 𝐻0 diterima,


sehingga varians untuk kedua kelas homogen.
b) Jika nilai signifikan pengujiannya < 0,05 maka 𝐻0 ditolak,
sehingga varians untuk kedua kelas homogen.
Jika data yang dianalisis berdistribusi normal dan homogen.
Maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji-t. Selanjutnya jika
data yang dianalisis berdistribusi normal tapi tidak homogen,
maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji- 𝑡′.
a) Uji Kesamaan Dua Rerata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui
apakah rata-rata data kemampuan awal pemecahan masalah
siswa kedua kelas sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan
dua rata-rata memperhatikan kondisi berikut.
Jika data kemampuan awal pemecahan masalah kedua kelas
berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis
dilakukan uji-t.
Dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Lestari dan Yudhanegara (2015 ,p. 282)
𝑥̅1 − 𝑥̅ 2
𝑡=
𝑆12 𝑆22 𝑆1 𝑆2
√ + − 2𝑟 ( ) ( )
𝑛1 𝑛2 √𝑛1 √𝑛2

Keterangan :
𝑥̅1 = rata – rata kemampuan pemecahan masalah siswa
yang memperoleh pembelajaran Problem Possing
𝑥̅2 = rata – rata kemampuan pemecahan masalah siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional.
𝑠1 2 = variansi kemampuan pemecahan masalah siswa
yang memperoleh pembelajaran Problem Possing
𝑠2 2 = variansi kemampuan pemecahan masalah siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional.
𝑛1 = banyaknya siswa yang memperoleh pembelajaran
Problem Possing
𝑛2 = banyaknya siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.

i
2

b) Jika data normal tetapi tidak homogen, maka pengujian hipotesis


dilakukan dengan menggunakan uji 𝑡′ dengan rumus sebagai berikut :
Lestari dan Yudhanegara (2015 ,p. 282)
𝑋̅1 −𝑋̅2
𝑡′ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑠 2 𝑠 2
√ 1 + 2
√𝑛1 √𝑛2

Keterangan :
𝑥̅1 = rata – rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran Problem Possing
𝑥̅2 = rata – rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
𝑠1 2 = variansi kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran Problem Possing
𝑠2 2 = variansi kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
𝑛1 = banyaknya siswa yang memperoleh pembelajaran
Problem Possing
𝑛2 = banyaknya siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.

i
2

i
2

DAFTAR PUSTAKA

Ad. Rooijakkers. 1991. Mengajar dengan Sukses Petunjuk untuk Merencanakan


dan Menyampaikan Pelajaran. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana
Indonesia.

Amin Suyitno. 2004. Model Pembelajaran Matematika. Semarang : Depdiknas.

Anita Lie . 2004. Cooperatif Learning : Mempraktekkan Cooperatif Learning di


Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT. Raja Widia Sarana Indonesia.
Arief S. Sadiman. 2002. Media Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

A. Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta :


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Darsono,Sugandhi, Martensi, Sutadi dan Nugroho. 2004. Belajar dan


Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Dimyati dan Mudjiono.1999..Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Fudyartanto. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Yogyakarta :


Global Pustaka Utama.

Hilda Karlin dan Margaretha. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi II. Bandung : Bina Media Informasi.

Soemarmo, U dan Hendriana, H. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika.


Bandung: PT Refika Aditama
Sumarmo, U. (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan
Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Makalah pada Seminar
Pendidikan Matematika di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai