Anda di halaman 1dari 36

A.

JUDUL:

Pengaruh Model PjBL-STEM dalam Pembelajaran IPA pada Materi

Bioteknologi terhadap Motivasi Belajar Siswa

B. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Keberhasilan proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh aktivitas pembelajaran

yang berlangsung. Adanya motivasi dalam proses pembelajaran, merupakan aspek

yang sangat penting. Untuk itu motivasi belajar sangat dibutuhkan guna mencapai

tujuan pembelajaran, karena sebagai faktor yang memberikan banyak pengaruh

terhadap keberhasilan pembelajaran.

Motivasi belajar merupakan salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi

pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi merupakan keadaan

yang dapat membangkitkan, mengarahkan dan menjadi landasan perilaku

seseorang untuk mencapai suatu tujuan (Glynn, 2009:128). Penelitian telah

mengungkapkan bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran sains adalah komponen

afektif yang penting karena memainkan peran penting dalam proses perubahan

konseptual, pemikiran kritis, strategi pembelajaran, dan prestasi belajar sains

(Glynn, 2011:1172).

Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan suatu penggerak di dalam diri

seseorang yang mampu menumbuhkan keinginan untuk belajar sehingga dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu diperlukan strategi pembelajaran

yang membuat suasana belajar menjadi terasa menyenangkan dan tidak

membosankan serta dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran. Motivasi merupakan faktor psikis, peranannya yang khas adalah

dalam menumbuhkan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Motivasi


dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor ekstrinsik dan intrinsik. Menumbuhkan

motivasi belajar siswa merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab guru. Guru

yang baik dalam mengajar akan berusaha mendorong siswa dalam berkreativitas

mencapai tujuan pembelajaran (Mariyam, 2018:1283).

Faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya adalah

dari faktor ekstrinsik sebesar 51,88% meliputi unsur-unsur dinamis dalam belajar

dan pembelajaran sebesar 19,01%; upaya guru dalam membelajarkan siswa sebesar

17,07% dan kondisi lingkungan siswa sebesar 15,80%. Sedangkan dari faktor

intrinsik sebesar 48,12% meliputi kondisi siswa sebesar 18,04%; kemampuan siswa

sebesar 16,25% dan cita-cita siswa sebesar 13,83% (Santosa, 2016 : 20). Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor ekstrinsik berpengaruh lebih besar dari

pada faktor intrinsik terdapat rendahnya motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran IPA di salah satu SMP di

Kabupaten Ciamis menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah serta

siswa kurang dilatih mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi

tuntutan abad 21. Hal ini tampak pada: siswa belum difasilitasi untuk selalu

mengaplikasikan disiplin ilmu lain, misalnya teknologi dan kegiatan merancang

(engineering) dalam pembelajaran IPA, aplikasi ilmu matematika ke dalam

pembelajaran IPA hanya terbatas pada penggunaan operasi hitung dalam menjawab

rumus-rumus fisika sebagai bagian dari mata pelajaran IPA terpadu, siswa kurang

mampu mengkomunikasikan gagasan atau ide-ide yang inovatif dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran,

hanya beberapa siswa yang antusias untuk berargumen atau menanggapi pertanyaan

dari guru, pembelajaran kurang melibatkan siswa (teacher center) sehingga siswa
hanya menerima pengetahuan yang sudah jadi tanpa mengembangkan potensi

berpikirnya. Siswa hanya menghapal tanpa memaknai bagaimana sebuah

pengetahuan diperoleh melalui proses, siswa jarang mendapatkan tugas untuk

melakukan observasi atau penelitian dan penugasan yang bersifat proyek. Guru

lebih sering memberikan penugasan berupa pengerjaan latihan soal yang terdapat

dalam buku paket siswa, sehingga keterampilan siswa dalam komunikasi dan

kolaborasi kurang terlatihkan dengan baik.

Kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan apa yang dipaparkan dalam sebuah

studi yang dilakukan oleh Permanasari (2015:25) yang menyatakan bahwa

kemampuan berpikir logis, rasional, serta sistematis sebagian besar anak Indonesia

masih rendah. Bahkan untuk kemampuan memecahkan masalah, capaian anak

Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara seperti Malaysia,

Thailand, atau Filipina.

Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut, maka sudah saatnya integrasi

keempat bidang STEM dalam pembelajaran dilakukan untuk membangun motivasi

belajar siswa dan mengembangkan keterampilan sejalan dengan tuntutan abad 21.

Pendekatan STEM dalam dunia pendidikan bertujuan selaras dengan tuntutan

pendidikan abad 21, yaitu agar peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi

yang berdampak dari membaca, menulis, mengamati, serta melakukan sains, serta

mampu mengembangkan kompetensi yang telah dimilikinya untuk diterapkan

dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait bidang

ilmu STEM (Juahariyyah et al. 2017:432).

Winarni (2016 : 976) mengungkapkan bahwa STEM memiliki pengertian yang

berbeda – beda tergantung dari berbagai sudut pandang masing – masing yang
berkepentingan. STEM dapat diaplikasikan dalam pembelajaran sains dengan

berbagai model pembelajaran. Strategi pembelajaran untuk mengintegrasikan

STEM memiliki model pembelajaran yang sudah teruji dan teridentifikasi yakni

Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), dan Inquiry

Based Learning (Toto, 2019:2).

Di antara beberapa model pembelajaran tersebut yang bisa diintegrasikan

dengan STEM salah satunya adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project

Based-Learning/ PjBL). Model PjBL digunakan dalam penelitian ini karena

memiliki karakteristik yang sesuai dengan pembelajaran STEM, yakni PjBL

diawali dengan sebuah permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang

menuntut siswa untuk menyelesaikannya dengan menghasilkan produk/karya.

Produk tersebut diharapkan menjadi sebuah solusi inovatif dari permasalahan yang

muncul di awal pembelajaran. Melalui pembelajaran PjBL-STEM, siswa akan

menerapkan konten sains, teknologi, engineering dan matematika untuk

menyelesaikan permasalahan. Siswa akan membangun pengetahuan baru disertai

dengan berkembangnya keterampilan dan sikap positif.

Salah satu materi IPA yang dapat disampaikan dengan pembelajaran PjBL-

STEM adalah bioteknologi pangan. Materi ini dipilih karena memiliki muatan yang

kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mengenal dan mengonsumsi

berbagai produk pangan hasil bioteknologi, namun umumnya siswa tidak

mengetahui bahwa sebetulnya produk pangan yang mereka konsumsi merupakan

hasil dari proses bioteknologi. Siswa tidak mengetahui proses sains yang terjadi

pada suatu bahan pangan hingga dihasilkan produk bioteknologi. Di samping itu,

bioteknologi memiliki karakteristik multidisiplin sehingga dimungkinkan untuk


mengintegrasikan bidang-bidang ilmu lain seperti teknologi, engineering dan

matematika ke dalam pembelajaran sains bioteknologi. Berdasarkan latar belakang

dan permasalahan di atas, maka penelitian ini mengangkat judul “Pengaruh Model

PjBL-STEM dalam Pembelajaran IPA pada Materi Bioteknologi terhadap Motivasi

Belajar Siswa”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh

model PjBL-STEM dalam pembelajaran IPA pada materi bioteknologi terhadap

motivasi belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi pengaruh model PjBL-STEM dalam pembelajaran IPA pada

materi bioteknologi terhadap motivasi belajar siswa.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan baik

secara teoretis maupun praktis.

1. Kegunaan Teoretis

Kegunaan teoretis dalam penelitian ini adalah:

a) Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan kegiatan

proses belajar mengajar.

b) Memberikaan gambaran tentang pengaruh model PjBL-STEM dalam

pembelajaran IPA pada materi bioteknologi terhadap motivasi belajar

siswa.
2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah:

a) Bagi Siswa

1) Mampu menguasai kejenuhan belajar siswa dalam pembelajaran

IPA terutama pada materi bioteknologi.

2) Membantu siswa menemukan cara belajar yang lebih efektif dalam

memahami materi bioteknologi.

3) Memberikan situasi pembelajaran yang lebih menyenangkan.

b) Bagi Guru

1) Bahan acuan bagi para guru untuk meningkatkan dan

mengembangkan proses belajar mengajar dengan model PjBL-

STEM

2) Memberikan gambaran langkah-langkah pendekatan model PjBL-

STEM

c) Bagi Sekolah

1) Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan bahan informasi dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

2) Memberi masukan kepada sekolah agar dapat meningkatkan

keterampilan abad 21. Salah satunya dengan penggunaan model

PjBL-STEM

d) Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan, dan pengalaman dalam proses belajar dan mengajar yang

tepat di dalam kelas pada materi pelajaran tertentu. Sehingga dapat


menjadi tolak ukur bagi penulis terhadap keberhasilan pemahaman

siswa mengenai materi yang telah disampaikan.

F. RINGKASAN TINJAUAN TEORETIS

1. Hakikat PjBL - STEM

a. Hakikat PjBL

1) Pengertian Model Project Based Learning

Project Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Proyek adalah

model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan

(proyek) yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa mulai dari

merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan

hasil kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaannya. Devi,

(2018:57) model pembelajran Project Based Learning menekankan pada

proses pembelajaran jangka panjang, terlibat secara langsung dalam

berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana

memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner,

dan melibatkan siswa sebagai pelaku mulai dari merancang,

melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).

Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalh dan memberi

peluang kepada siswa untuk bekerja secra otonom mengkontruksi belajar

mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk atau karya yang

bernilai dan realistik (Trianto, 2014:41).

Menurut Tseng (2013:88) Project Based Learning adalah salah satu

yang berfokus pada pengorganisasian belajar mandiri dalam proyek


empiris. Melalui kegiatan praktis, diskusi interaktif, operasi independen

dan / atau kerja sama tim, siswa mencapai target yang direncanakan dan

membangun mereka sendiri pengetahuan.

Dengan demikian model Project Based Learning merupakan model

pembelajaran yang mampu membantu siswa memecahkan masalah

dalam hal pengetahuan yang relevan dengan keterampilan.

2) Karakteristik Model Project Based Learning

Menurut Trianto (2014:43) mengungkapkan bahwa Model Project

Based Learning memiliki karakteristik diantaranya, siswa sebagai

pembuat keputusan dan membuat kerangka kerja (terfokus pada ide-ide);

adanya masalah yang belum ditentukan sebelumnya, sehingga

mendorong siswa menjadi mandiri; siswa mendesain proses untuk

menentukan solusi pemecahan masalah atau tantangan yang diajukan;

siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi

yang dikumpulkan; melakukan evaluasi secara kontinu; siswa secara

berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang telah dijalankan; hasil

akhir berupa produk yang dievaluasi kualitasnya; kelas memiliki

atmosfer yang memiliki toleransi kesalahan dan perubahan.

3) Langkah-langkah Model Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dilakukan

secara sistematik sehingga dapat membantu peserta didik dalam proses

pembelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran project based

learning sesuai yang dikembangkan oleh George Lucas Educational

Foundation (2005 dalam Devi, 2018:58), antara lain :


Tabel 1. Sintak Project Based Learning
SINTAK KEGIATAN

Start With the Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang


Essential dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan
Question suatu aktivitas,

Design a Plan Berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas


for the Project yang mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai
subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat di akses untuk membantu
penyelesaian proyek.

Create a Guru dan peserta didik secara kolaboratif


Schedule menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaika
proyek antara lain, membuat timeline
menyelesaikan proyek, membuat deadline
penyelesaian proyek, peserta didik jika akan
merencakan cara yang baru, membimbing peserta
didik untuk melaksanakan proyek, peserta didik
membuat penjelasan pemilihan proyek.

Monitor the Monitoring dilakukan oleh guru dengan


Student and the menggunakan rubrik yang dapat merekam
Progress of the keseluruhan aktivitas. Guru berperan menjadi
Project mentor peserta didik.

Asses the Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam


Outcome mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi
kemajuan masing-masing peserta didik, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang
sudah dicapai peserta didik, memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
peserta didik, membantu guru dalam menyusun
strategi pembelajaran selanjutnya.

Evaluate the Refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang


Experience sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok
mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran,
sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan
baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan
yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
4) Kelebihan dan Kekurangan Project Based Learning

Menurut Susanti (dalam Suciana, 2018:78-79) menyatakan bahwa

model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) memiliki kelebihan

dan kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan Model Project Based Learning, yaitu: meningkatkan

motivasi, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,

meningkatkan kolaborasi, meningkatkan keterampilan mengelola

sumber.

2) Kekurangan Model Project Based Learning, yaitu: kondisi kelas

sedikit sulit dikondisikan dan menjadi tidak kondusif saat

pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada siswa

sehingga memberikan peluang ribut dan diperlukan kecakapan

guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik, siswa

yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan

informasi akan mengalami kesulitan, adanya kemungkinan siswa

yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

b. Hakikat Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering,

Mathematics)

1) Pengertian Pendekatan STEM (Science, Technology,

Engineering, Mathematics)

Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak/sudut pandang

terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum didalamnya


mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode

pembelajaran dengan teori tertentu (Nurdin, 2016:179).

STEM adalah suatu disiplin ilmu yang berkaitan satu sama lain. Ilmu

membutuhkan matematika sebagai alat dalam pengolahan data, teknologi

dan teknik digunakan sebagai aplikasi dalam ilmu (Akhmad, 2020:12)

STEM merupakan sebuah pendekatan ilmu yang terkait satu sama lain

(Afriana, 2016:262). STEM difokuskan pada peningkatan sains dan

matematika sebagai disiplin ilmu yang terisolasi melalui penintegrasian

dengan dua ilmu lainnya yaitu teknologi dan teknik (Kelley, 2016).

Pendidikan STEM menerapkan pembelajaran berbasis pemecahan

masalah yang sengaja menempatkan penyelidikan ilmiah dan penerapan

matematika dalam konteks merancang teknologi sebagai bentuk

pemecahan masalah (Winarni, 2016:977).

NRC (2014) telah mendefinisikan masing-masing disiplin STEM

beserta peranannya masing-masing yaitu :

a) Sains ialah tubuh pengetahuan yang terakumulasi dari waktu ke

waktu dari sebuah pemeriksaan ilmiah yang menghasilkan

pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan dari sains berperan

menginformasikan rancangan teknik.

b) Teknologi ialah keseluruhan sistem dari orang dan organisasi,

pengetahuan, proses, dan perangkat-perangkat yang kemudian

menciptakan benda dan mengoperasikannya. Banyak dari

teknologi modern ialah produk dari sains dan teknik.


c) Teknik merupakan tubuh pengetahuan tentang desain dan

penciptaan benda buatan manusia dari sebuah proses untuk

memecahkan masalah. Teknik memanfaatkan konsep dalam sains,

matematika dan alat-alat teknologi

d) Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan antar jumlah,

angka, dan ruang. Matematika digunakan dalam sains, teknik dan

teknologi.

2) Karakteristik Pendekatan STEM

Menurut Afriana (2016:204) pendekatan STEM ada beberapa aspek

dalam proses pembelajarannya, yaitu :

a) Mengajukan pertanyaan dan mendefinisikan masalah

b) Merencanakan dan melakukan investigasi

c) Menganalisis dan menafsirkan data

d) Menggunakan matematika, teknologi informasi dan komputer

e) Membangun eksplanasi dan merancang solusi

f) Terlibat argumen berdasarkan bukti

g) Memperoleh, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi

3) Kelebihan Pendekatan STEM

Kelebihan pendekatan STEM menurut Rohmah (2019:471), yaitu :

a) Pembelajaran lebih variatif dan inovatif

b) Membantu siswa memperoleh pemahaman yang lengkap

c) Menuntut pola pikir siswa menjadi pemecah masalah, penemu,

inovator, melek teknologi, membangun kemandirian, bepikir

kritis dan logis


c. Hakikat Model Pembelajaran PjBL-STEM

1) Pengertian Model Pembelajaran PjBL-STEM

Model Project Based Learning (PjBL) yang merupakan salah satu

model pembelajaran yang menjadi pilihan untuk menerapkan kurikulum

2013 membutuhkan sebuah pendekatan pembelajaran yang sedang

berkembang saat ini. Pengintegrasian STEM ke dalam model Project

Based Learning (PjBL) yang selanjutnya disebut sebagai model Project

Based Learning (PjBL) terintegrasi STEM atau PjBL-STEM.

Mengintegrasikan proyek ke dalam STEM atau “belajar dengan

melakukan” didasarkan pada teori kontruktivistis yang ditunjukkan

untuk meningkatkan prestasi siswa dalam tugas-tugas kognitif tingkat

tinggi seperti proses ilmiah dan pemecahan masalah (Laboy-Rush,

2010:2).

2) Langkah-langkah Model Pembelajaran PjBL-STEM

Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek terintegrasi STEM

atau PjBL-STEM yang paling efektif adalah menurut Laboy-Rush

(2010:5) terdiri dari lima tahap pembelajaran yang sudah dikembangkan

yaitu:

Tabel 2. Sintak Model PjBL-STEM

Tahapan Pengalaman Belajar

Tahap 1. Reflection Tahapan pertama memiliki tujuan membawa


siswa ke dalam konteks masalah dan
memberikan inspirasi kepada siswa agar
dapat segera mulai menyelidiki/investigasi.
Pada fase ini dimaksudkan untuk
menghubungkan apa yang diketahui dan apa
yang perlu dipelajari.
Lanjutan Tabel 2

SINTAK KEGIATAN

Tahap 2. Reseach Tahap ini merupakan bentuk penelitian siswa.


Guru memberikan pembelajaran sains,
memilih bacaan, atau metode lain untuk
mengumpulkan sumber informasi yang
relevan. Proses belajar lebih banyak pada
tahap ini, kemajuan belajar siswa
mengkonkritkan pemahaman abstrak dari
masalah. Selama fase reseach, guru lebih
sering membimbing diskusi untuk
menentukan apakah siswa telah
mengembangkan pemahaman konseptual dan
relevan berdasarkan proyek.

Tahap 3. Discovery Tahap penemuan umumnya melibatkan


proses menjembatani reseach and informasi
yang diketahui dalam penyusunan proyek.
Ketika siswa mulai belajar mandiri dan
menentukan apa yang masih belum diketahui.
Beberapa model dari STEM PjBL membagi
siswa menjadi kelompok kecil untuk
menyajikan solusi yang mungkin untuk
masalah, berkolaborasi, dan membangun
kerjasama antar teman dalam kelompok.

Tahap 4. Dalam tahapan ini tujuannya untuk menguji


Application produk/solusi dalam memecahkan masalah.
Dalam beberapa kasus, siswa menguji produk
yang dibuat dari ketentuan yang ditetapkan
sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan
untuk memperbaiki langkah sebelumnya.

Tahap 5. Tahap akhir dalam setaip proyek dalam


Communication membuat produk/solusi yaitu
mengkomunikasikan antar teman maupun
ruang lingkup kelas. Mengkomunikaiskan
hasil akhir dilakukan dengan cara prestasi
agar siswa dapat mengembangkan
keterampilan komunikasi, kolaborasi,
kemampuan menerima dan menerapkan
umpan balik yang konstruk. Pada tahap ini
dilakukan penilaian untuk meniali produk
yang telah dibuat oleh siswa.
3) Karakteristik Model Pembelajaran PjBL-STEM

Menurut Capraro (2013:12) Model Pembelajaran PjBL-STEM

memiliki karakteristik yaitu :

a) Tugas yang belum jelas dengan hasil yang sudah jelas terletak

dalam tugas yang kontekstual yang mengharuskan siswa untuk

menyelesaikan beberapa masalah yang bila dilihat keseluruhan

akan menunjukkan penguasaan siswa dari beberapa konsep

disisplin ilmu STEM.

b) Project Based Learning menunjukkan pengguanaan proyek yang

menghasilkan berbagai macam hasil pembelajaran yang

memungkinkan

c) Pembelajaran dinamis karena siswa menggunakan berbagai proses

dan metode untuk mengeksplorasi proyek.

4) Keunggulan Model PjBL-STEM

a) PjBL-STEM dapat meningkatkan minat belajar siswa,

pembelajarannya lebih bermakna, membantu siswa dalam

pemecahan masalah dalam kehidupan dunia nyata dan menunjang

karir masa depan (Tseng, 2013:18).

b) PjBL-STEM memberikan tantangan dan memotivasi siswa karena

melatih siswa berpikir kritis, analisis dan meningkatkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi (Capraro, 2013:2).


2. Hakikat Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri inividu, yang menyebabkan individu

tersebut bertindak atau berbuat. motif adalah daya penggerak dalam diri

seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan sebuah

tujuan (Uno, 2019:3). Dengan demikian motivasi merupakan suatu

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan

perubahan tingkah laku menjadi lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Motivasi merupakan dorongan, kehendak, drive, perasaan dalam diri siswa

(Chiang, 2020:84). Sedangkan menurut Mc. Donald (Sardiman, 2016:74)

motivasi memiliki tiga elemen penting, yaitu:

1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap inidvidu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological”

yang ada pada organisme manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya “feeling”, afeksi seseorang.

Motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan

emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. jadi, motivasi

dalam hal ini merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.

b. Macam – macam Motivasi

Motivasi dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Dengan

demikian, motivasi atau motif -motif yang aktif itu sangat bervariasi.
1) Motivasi Intrinsik

Menurut Sardiman (2016:89), motivasi intrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif yang berasal dari dalam diri setiap individu untuk

melakukan sesuatu. Seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik

akan rajin belajar tanpa adanya dorongan dari luar. Siswa belajar karena

ingin mencapai tujuan untuk mendapatkan pengetahuan, nilai, dan

keterampilan.

Motivasi intrinsik terkait dengan pemaknaan dan peranan kognisi

lebih, merupakan motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat atau

keinginan (curiosity). Konsep motivasi intrinsik mengidentifikasikan

tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap sesuatu. Motivasi

intrinsik berisi : penyesuaian tugas dengan minat, perencanaan yang

penuh variasi, umpan balik atas respon sisiwa, kesempatan respon

peserta didik yang aktif, kesempatan peserta didik untuk menyelesaikan

tugas pekerjaannya (Uno, 2019:7-9).

Motivasi intrinsik adalah kecenderungan yang melekat untuk

mencari tantangan dan kebaruan, melatih kapasitas sesorang, dan

berusaha untuk memperluas, mengeksplorasi, dan belajar.

Kecenderungan alami terhadap asimilasi, penguasaan, minat spontan,

dan eksplorasi yang sangat penting untuk perkembangan sosial dan

kognitif (Chang, 2020:82). Hal ini merupakan kecenderungan bawaan,

namun dalam pemeliharaan dan peningkatan membutuhkan kondisi

yang mendukung. Berdasarkan beberapa pengertian di atas disimpulkan


bahawa motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri

seseorang tanpa adanya rangsangan atau bantuan orang lain.

2) Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sardiman (2016:90-91), motivasi ekstrinsik adalah motif-

motif yang aktif karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik

dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang adad di dalamnya

aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar

yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar Motivasi

ekstrinsik berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Motivasi ekstrinsik berisi : penyesuaian tugas dengan minat,

perencanaan yang penuh variasi, umpan balik atas respon sisiwa,

kesempatan respon peserta didik yang aktif, kesempatan peserta didik

untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya, adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar (Uno, 2019:9).

c. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan

menjadi optimal, jika terdapat motivasi di dalamnya. Semakin tepat

motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pembelajaran tersebut.

Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar peserta

didik. Hal tersebut menegaskan bahwa motivasi bertalian dengan suatu

tujuan. Dengan demikian, motivasi memengaruhi adanya kegiatan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu yang dikehendaki. Sehubungan dengan hal

tersebut terdapat tiga fungsi motivasi :


1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian

prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari

adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan

prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar.

3. Deskripsi Materi Bioteknologi

a. Bioteknologi dan Perkembangannya, serta Bioteknologi Pangan

1) Pengertian Bioteknologi

Bioteknologi berasal dari istilah Latin, yaitu bio (hidup), teknos

(teknologi = penerapan), dan logos (ilmu). Artinya, ilmu yang

mempelajari penerapan prinsip-prinsip biologi. Menurut European

Federation of Biotechnology (EFB), Bioteknologi sebagai perpaduan

dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan untuk
meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme

hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan barang dan jasa.

Sehingga bioteknologi dapat diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup melalui suatu tahapan

atau proses untuk membantu pekerjaan atau menghasilkan suatu produk

yang bermanfaat bagi manusia. Berdasarkan definisi dan pengertian

tersebut, maka bioteknologi secara holistik adalah suatu poses yang

unsur-unsurnya adalah input sebagai bahan kasar yang akan diolah,

proses sebagai mekanisme pengolahan, dan output sebagai produknya.

Perkembangan biteknologi dimulai sejak tahun 1857, setelah Louis

Pasteur menemukan hasil fermentasi yang dilakukan oleh

mikroorganisme. Pada tahun 1920, proses fermentasi dengan

menggunakan mikroorganisme mulai digunakan untuk membuat larutan

kimia yang lebih kompleks, seperti pembuatan alkohol. Perkembangan

bioteknologi pangan selanjutnya masuk ke masa bioteknologi modern

yang mulai menerapkan prinsip genetika, biokimia dan biomolekuler.

Bioteknologi modern tidak terlepas dari penemuan enzim-enzim yang

membantu dalam rekayasa genetika, sehingga para ilmuan dapat

menggunakannya untuk menghasilkan hewan ataupun tumbuhan sesuai

dengan yang diharapkan.

2) Bioteknologi Konvensional

Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang menggunakan

mikroorganisme sebagai alat untuk menghasilkan produk dan jasa,


misalnya jamur dan bakteri menghasilkan enzim-enzim tertentu untuk

melakukan metabolisme tubuh sehingga diperoleh produk yang

diinginkan.

3) Bioteknologi Modern
Bioteknologi modern dalam produksi pangan dilakukan dengan

menerapkan teknik rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah

kegiatan memanipulasi gen untuk menghasilkan produk baru dengan

cara membuat DNA baru. Manipulasi materi genetik dilakukan dengan

pengurangan dan penjulahan gen tertentu sesuai dengan sifat yang

diinginkan. Salah satu produk hasil rekayasa genetika adalah tanaman

transgenik.

a) Tanaman Transgenik adalah tanaman yang telah mengalami

perubahan susunan informasi genetik dalam tubuhnya. Tanaman

transgenik ini merupakan suatu alternatif agar tanaman tahan

terhadap hama sehingga hasil panen dapat melimpah. Bahkan,

tanaman juga dapat direkayasa agar mampu membunuh hama yang

menyerang tumbuhan tersebut.

b) Hewan Transgenik, selain tumbuhan transgenik, juga ada hewan-

hewan transgenik. Pada awalnya hewan transgenik merupakan

bahan penelitian para ilmuwan untuk menemukan jenis penyakit

yang menyerang hewan tertentu dan cara penanggulangannya.

Perkembangan selanjutnya, penerapan teknologi rekayasa genetik

pada hewan bertujuan untuk menghasilkan hewan ternak yang


memproduksi susu dan daging yang berkualitas, ikan yang cepat

besar dan mengandung vitamin tertentu, dan sebagainya.

b. Bioteknologi Pangan

Beberapa makanan dan minuman produk bioteknologi:

a) Yogurt, merupakan minuman hasil fermentasi susu yang

menggunakan bakteri Streptococcus thermophillus atau

Lactobacillus bulgaricus.

Gambar 1. Yogurt. (Sumber: en.wikipedia.org)


b) Keju, merupakan bahan makanan yang dihasilkan dengan

memisahkan zat-zat padat pada susu melalui proses pengentalan

atau koagulasi. Proses pengentalan ini dilakukan dengan bantuan

bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophillus.

Gambar 2. Keju. (Sumber: bp-guide.com)


c) Roti, Pembuatan roti juga memanfaatkan peristiwa fermentasi

yang dibantu oleh yeast atau khamir. Yeast merupakan sejenis

jamur yang ditambah pada adonan tepung dan akan menimbulkan

proses fermentasi.

Gambar 3. Roti. (Sumber: Selerarasa.com)


d) Kecap, merupakan salah satu produk hasil bioteknologi yang

terbuat dari kacang kedelai. Menggunakan jamur Aspergillus

wentii.

Gambar 4. Kecap. (Sumber: Hypermart.co.id)


e) Tempe, pada dasarnya proses produksi tempe ini menggunakan

teknik fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan menumbuhkan

jamur Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus pada biji

kedelai.
Gambar 5. Tempe. (Sumber: Id.wikipedia.org)
c. Dampak Penerapan dan Perkembangan Bioteknologi

1) Bidang Lingkungan

Organisme transgenik jika tidak dikelola dengan baik maka akan

mencemari keanekaragaman gen yang ada dilingkungan alami, hal

ini akan menyebabkan erosi plasma nutfah atau yang dikenal dengan

polusi gen. Penggunaan tanaman transgenik dapat menimbulkan

resistensi hama.

2) Bidang Kesehatan

Dalam organisme transgenik terdapat gen asing yang seharusnya

tidak ada bahkan tidak untuk dikonsumsi manusia. Gen ini

dikhawatirkan memicu munculnya penyakit-penyakit kronis bahkan

penyakit baru. Pada hasil fermentasi minuman beralkohol jika

dikonsumsi secara berkala dapat menimbulakn dampak buruk bagi

kesehatan.

3) Bidang Sosial Ekonomi

Petani tradisional akan kalah bersaing dengan petani yang memiliki

modal besar yang menggunakan tanaman transgenik, hal tersebut

menimbulkan kerugian bagi petani tradisional. Jika hal ini berlanjut

maka akan menimbulakan kesenjangan ekonomi semakin besar.


4. Hasil Penelitian Relevan

Afriana, et al (2016:210) menyatakan bahwa model PjBL-STEM dapat

meningkatkan literasi sains dan pembelajaran yang menarik dan memotivasi,

membantu memahami materi ajar, membentuk sikap kreatif, serta peserta didk

semakin menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Penerapan

PjBL-STEM memberikan pengalaman baru bagi peserta didik, sehingga

menimbulkan motivasi dan minat dalam mempelajari materi tentang

pencemaran lingkungan. Sedangkan penelitian Chiang (2016:712) menyatakan

bahwa model PjBL-STEM memberikan efek positif terhadap peningkatan

motivasi belajar siswa SMK di Taiwan. Sementara penelitian Breiner (2012

dalam Mutakinati, 2018:55) menyatakan bahwa model PjBL-STEM di sekolah

dapat memotivasi siswa berprestasi rendah untuk lebih tertarik belajar dan

mengurangi kesenjangan prestasi.

G. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam 20 tahun terakhir ini, pendidikan sains tidak hanya ditentukan oleh

kemampuan kognitif saja tetapi juga kemampuan afektifnya (Cavas, 2011). Salah

satu kemampuan afektif yang penting adalah motivasi karena motivasi memiliki

peran penting, motivasi dipandang sebagai sebuah bagian dari dalam atau kekuatan

yang memberi energi secara langsung dan berkelanjutan terhadap suatu tujuan.

Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhannya (Uno, 2019:3). Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar (Sardiman, 2016:85)


Model pembelajaran yang membuat pembelajaran lebih bermakna, melibatkan

siswa mencari sendiri konsep biologi, aktif, mampu memecahkan masalah dan

meningkatkan motivasi belajar siswa juga mengikuti perkembangan abad 21 adalah

model pembelajaran Project Based Learning terintegrasi STEM atau PjBL-STEM..

Pengintegrasian STEM ke dalam model Project Based Learning (PjBL) yang

selanjutnya disebut sebagai model Project Based Learning (PjBL) terintegrasi

STEM atau PjBL-STEM. Mengintegrasikan proyek ke dalam STEM atau “belajar

dengan melakukan” didasarkan pada teori kontruktivistis yang ditunjukkan untuk

meningkatkan prestasi siswa dalam tugas-tugas kognitif tingkat tinggi seperti

proses ilmiah dan pemecahan masalah (Laboy-Rush, 2010:2).

Dalam proses pembelajaran menggunakan model PjBL-STEM siswa dilatih

untuk mulai memahami masalah dari kejadian yang dialami, selanjutnya siswa

dituntun untuk mencari solusi dari permasalahan pada tahap reseach, setelah

menemukan konten siswa dibimbing untuk menemukan sumber yang relevan

terkait permasalahan pada tahap discovery siswa juga diminta untuk menentukan

solusi yang tepat dan mungkin untuk diwujudkan, selanjutnya siswa bekerja secara

kolaboratif untuk merealisasikan solusi yang sudah ditentukan application, lalu

siswa diajarkan untuk berani mempresentasikan hasil produk yang telah dibuat di

depan kelas communication. Dengan demikian model pembelajaran Project Based

Learning dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran IPA pada materi bioteknologi. Kerangka berpikir dapat dilihat pada

gambar 6:
Rendahnya motivasi belajar siswa

Penerapan model PjBL-STEM

Meningkatnya motivasi siswa pada pembelajaran materi bioteknologi

Gambar 6. Kerangka Pemikiran


H. HIPOTESIS

Menurut (Sugiyono, 2015:64) hipotesis dapat dikatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Berdasarkan rumusan masalah maka dirumuskan hipotesis yaitu, terdapat pengaruh

model PjBL – STEM dalam pembelajaran IPA pada materi bioteknologi terahadap

motivasi belajar siswa.

I. Metodologi Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada:

Tempat : SMP Negeri 1 Cijeungjing

Alamat : Jl. Cijeungjing, Kec. Cijeungjing, Kab. Ciamis

Waktu : Bulan Maret – April tahun ajaran 2020/2021

2. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen

merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan.


Metode eksperimen termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Jenis desain

penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Designs dimana desain ini

tidak memiliki kelompok kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.

Adapun jenis desain Pre-Experimental Designs yang digunakan adalah One-

Group Pretest-Posttest Design dimana hasil perlakuan dapat diketahui lebih

akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi

perlakuan (Sugiyono, 2015 : 79).

Adapun gambaran mengenai rancangan One-Group Pretest-Posttest Design

(Sugiyono, 2015:75) sebagai berikut:

Tabel 3. Rancangan Eksperimen


Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Nilai Pretest (sebelum diberi diklat)


O2 : Nilai Posttest (sesudah diberi diklat)
X : Treatment
Alasan menggunakan design ini agar konsentrasi peneliti di dalam

pelaksanaannya tidak terpecah, dan penelitian ini dapat dilakukan secara

efektif untuk mencapai hasil yang maksimal.

3. Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri 1

Ciamis Tahun ajaran 2020/2021 sabanyak 9 kelas dengan jumlah 420 peserta

didik. Data tersebut dianggap homogen berdasarkan nilai hasil ulangan harian

pada materi bioteknologi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono,2015:81). Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah peserta didik kelas IX H SMP Negeri 1 Cijeungjing

dengan menggunakan teknik Purposive sampling.

4. Definisi operasional variabel penelitian

Variabel penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan

terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi pembelajaran,

sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Terdapat dua variabel yang penulis kaji dalam penelitian ini, yakni variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) penelitian ini yaitu model

pembelajaran PjBL - STEM yang digunakan dalam proses pembelajaran siswa

kelas IX semester genap SMP tahun ajaran 2020/2021, sedangkan variabel

terikatnya ialah motivasi belajar siswa kelas IX semester genap SMP tahun

ajaran 2020/2021.

5. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

angket untuk motivasi belajar siswa. Langkah – langkah penyusunan angket

yaitu :

a. Menentukan indikator dan deskriptor motivasi belajar siswa

b. Membuat kisi – kisi angket

c. Membuat pertanyaan – pertanyaan dari item – item jawaban dalam

bentuk skala

d. Menentukan nomor pertanyaan positif atau nomor pernyataan negatif

dari angket skala positif


e. Expert judgment (meminta pendapat atau pertimbangan dari para ahli

dari setiap pertanyaan)

f. Melakukan uji coba angket skala sikap yang digunakan untuk

mengetahui baik atau tidaknya dari setiap nomor item pertanyaan

g. Merevisi instrumen hasil uji coba sebelum angket dijadikan instrumen

penelitian yang sesungguhnya,

Langkah ini dilakukan untuk memperoleh gambaran terhadap pengaruh dari

penerapan model pembelajaran PjBL – STEM dalam pembelajaran IPA pada

materi bioteknologi terhadap motivasi belajar siswa. Beberapa alasan

menggunakan angket sebagai instrumen penelitian adalah:

1) Dengan angket akan diperoleh informasi tentang motivasi belajar siswa

disuatu tempat yang memungkinkan penghematan waktu dan biaya

2) Angket mudah diisi, dapat memusatkan responden pada pokok

persoalan, memudahkan untuk dianalisis

3) Angket ini terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu : sangat setuju (SS),

setuju (S), ragu – ragu (RR), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS)

4) Setiap jawaban dari angket diberi skor 1 sampai dengan 5

Setiap butir soal memberikan alternatif jawaban sebanyak 5 buah, untuk

pernyataan yang bersifat positif, nilai sangat setuju (SS) = 5, setuju (S)

= 4, ragu – ragu (RR) = 3, tidak setuju (TS) = 2, dan sangat tidak setuju

(STS) = 1 dan sebaliknya untuk pernyataan negatif, nilai sangat setuju

(SS) = 1, setuju (S) = 2, ragu – ragu (RR) = 3, tidak setuju (TS) = 4, dan

sangat tidak setuju (STS) = 5 (Sugiyono, 2013:168).


Tabel 4. Kisi – kisi Instrumen Motivasi Belajar
Variabel Aspek Indikator No. Instrumen Responden
yang di Item
ungkap
Motivasi Intrinsik 1)Hasrat dan 1,2,3,4 Angket/Kuisioner Siswa kelas
Belajar keinginan IX di SMP
Siswa berhasil Negeri 1
2)Dorongan 5,6,7,8 Ciamis
kebutuhan
belajar
3)Harapan 9,10,11
dan cita – cita
Ekstrinsik 4)Adanya 12,13,14
penghargaan
5)Lingkungan 15,16,17
belajar yang
kondusif
6)Kegiatan 18,19,20
belajar
mengajar

Tujuan dilakukan uji coba instrument penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah instrument yang telah disusun tersebut telah valid dan

realibel atau belum

1) Uji Validitas Butir Pernyataan

Uji validitas digunakan untuk mendapatkan kevalidan dan kesahihan

instrumen untuk mendapatkan ketepatan antara data yang sesungguhnya

terjadi pada objek dengan data yang dapat di kumpulkan. Rumus yang di

gunakan untuk menguji validitas instrument adalah korelasi Product

Moment dari Pearson, yaitu sebagai berikut :

𝑛. Ʃ𝑣𝑦 − (Ʃ𝑥)(Ʃ𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛. Ʃ𝑥²(Ʃ𝑥)²} {𝑛. Ʃ𝑦²(Ʃ𝑦)²}
Keterangan :

rxy = Koefisien antara X dan Y


X = Skor butir

Y = Skor total

n = Jumlah subyek

Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi

adalah sebagai berikut :

0,0 – 0,19 = Sangat rendah

0,2 – 0,39 = Rendah

0,4 – 0,59 = Sedang

0,6 – 0,79 = Tinggip

0,8 – 1,0 = Sangat tinggi

2) Uji Reabilitas Butir Pernyataan

Untuk reabilitas butir soal pernyataan digunakan rumus K-R20

sebagai berikut :

𝑛 𝑠 2 − ∑𝑝𝑞
𝑟11 = ( )( )
𝑛−1 𝑠2
Keterangan :

r11 = Reliabilitas tes keseluruhan

n = Banyak item

s2 = Standar deviasi tes

p = Proporsi subyek yang menjawab benar

q = Proporsi subyek yang menjawab salah

∑pq = Jumlah hasil perkaitan antara p dan q

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

caramenyebarkan angket pada siswa yang menjadi sumber data penelitian,


setiap jawaban siswa diberi skor sesuai dengan alternatif jawaban yang

bersangkutan.

3) Prosedur Pengumpulan Data

Tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan penelitian

ini terdiri dari 3 tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Membuat proposal penelitian

2) Melaksanakan proposal penelitian

3) Survey ke sekolah untuk wawancara

4) Melaksanakan perbaikan proposal

5) Menyusun instrumen penelitian berupa angket

6) Analisis instrument (validitas dan realibilitas instrumen)

7) Pertimbangan pakar, dinyatakan dua orang pakar sebagai penimbang

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas

eksperimen dengan menggunakan model Project Based Learning

terintegrasi STEM atau PjBL-STEM

c. Tahap pengolahan data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian

2) Menarik kesimpulan dengan cara menjawab rumusan masalah

berdasarkan hasil analisis data

3) Menyusun laporan penelitian


4) Teknik Analisis Data

Rancangan analisis data yang digunakan adalah statistik inferensial yaitu

statistik non-parametris karena data yang akan dianalisis merupakan jenis data

ordinal (Sugiyono, 2015:150). Hal ini meliputi uji normalitas, uji hipotesis, dan

N-Gain.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan

adalah uji Liliefors. Kelebihan Liliefors test adalah

penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat (power full)

sekalipun dengan ukuran sampel kecil, misalnya n=4.

Lo = F(Zi) - S(Zi)

Keterangan:

Lo = Harga mutlak terbesar

F(Zi) = Peluang angka baku

S(Zi) = Proporsi angka baku

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung uji normalitas yang

pertama adalah mengurutkan data dari yang terkecil hingga teebesar,

kemudian menghitung nilai Zi dari masing-masing data berikut dengan

𝑋𝑖−𝑥
rumus Z = (Keterangan: Xi = data, X = rata-rata data tunggal dan S=
𝑆

simpangan baku). Setelah itu dengan mengacu pada tabel distribusi normal
baku, menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z, berdasarkan

tabel Z ditulis F (Z≤Zi) yang mempunyai rumus F(Zi) = 0,5 ± Z.

Dilanjutkan dengan menghitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka S(Zi) =

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑍𝑖,𝑍2,…𝑍𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ≤ 𝑍𝑖


𝑛

Setelah F(Zi) dan S(Zi) sudah diketahui, kemudian menghitung selisih

absolut F(Zi) - S(Zi), pada masing-masing data kemudian menentukan harga

mutlaknya. Kriteria harga mutlak adalah yang paling besar adalah Lhitung

yang dicari. Lhitung tersebut dibandingkan dengan Ltabel pada tabel “nilai

kritis untuk uji Liliefors”, jika Lhitung < Ltabel, maka data berdistribusi

normal.

b. Uji Hipotesis

Data berdistribusi normal dilanjutkan dengan perhitungan nilai Z.

1) Perhitungan nilai Z, denga rumus :

𝑥
𝑛−𝑝
√𝑃(1 − 𝑃)
𝑧=
𝑛

Keterangan:

x : banyak kriteria yang termasuk kriteria hipotesis

n : banyak data

p : proporsi
2) Penentuan Zdaftar, dengan rumus:

1
𝑧 = (2 − 𝛼) untuk α = 5% atau α = 1%

3) Pengujian Hipotesis

Kriteria Pengujian:

Jika Zhitung > Zdaftar, maka Ho ditolak, Ha diterima

Jika Zhitung < Zdaftar, maka Ho diterima, Ha ditolak

c. N-Gain

N-Gain adalah selisih antara nilai pretest dan posttest, N-Gain

menunjukan peningkatan motivasi belajar siswa setelah pembelajaran yang

dilakukan oleh guru. Uji N-Gain dibutuhkan untuk melihat adakah

peningkatan yang terjadi pada siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

Rumus indeks Gain menurut Meltzer yaitu:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡


𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Dengan interpretasi skor sebagai berikut:

Tabel. 5 Kriteria N-Gain

Nilai (g) Klasifikasi

N-gain ≥ 0,7 Tinggi


0,7 ˃ N-gain ≥ 0,3 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah

Sumber : Hake, 1998:66

Anda mungkin juga menyukai