Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH EKOLOGI

( Pengembangan Evolusi dalam Ekosistem )

Disusun Oleh
Kelompok 4:
Apanudin (
Deni Murtiya Ningsih (2084105009)
Isti Fadilah (
Ulfah Muffidah Tulkhairi ( 2084105017 )

Dosen Pembina
Dr. Nopriyeni, M.Pd
Dr. Meri Sri Hartati, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI


MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq,
serta hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Pengembangan Evolusi dalam Ekosistem” dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada Nabi kita, Muhammad
SAW, yang telah memberikan petunjuk hingga akhir zaman untuk kita
umatnya.

Dalam penyusunan makalah ini tentu penulis mengalami masalah,


namun itu semua dapat teratasi dengan berbagai bantuan. menyusun makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari Dosen Mata Kuliah
Metode Penelitian guna menjadi acuan bekal pengalaman bagi Penulis untuk
lebih baik lagi di masa yang akan datang, demi kesempurnaan dari makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Bengkulu Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................5
C. Tujuan .........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian dari Perkembangan Ekosistem........................................................7


2. Konsep klimaks pada ekologi.....................................................................10
3. Evolusi Biosfer terhadap ekologi................................................................12
4. Cara adaptasi pada seleksi alam dengan lingkungan.....................................15
5. Proses koevolusi.......................................................................................17
6. Teori seleksi kelompok terhadap populasi...................................................19
7. Relevansi perkembangan ekosistem terhadap ekologi manusia......................22
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................25
B. Saran.........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak dapat hidup


sendiri, selalu memerlukan makhluk lainnya dalam menjalani hidup dan
kehidupannya. Antara makhluk yang satu dengan makhluk yang lain selalu
berhubungan dan mengadakan kontak yang saling menguntungkan. Tetapi ada
juga sebagian kecil mahkluk hidup yang selalu merugikan makhluk lain, biasanya
makhluk ini disebut dengan parasit.

Ekologi adalah kajian mengenai interaksi timbal-balik jasad individu, di antara


dan di dalam populasi spesies yang sama, atau di antara komunitas populasi yag
berbeda-beda dan berbagai faktor non hidup (abiotik) yang banyak jumlahnya
yang merupakan lingkungan yang efektif tempat hidup jasad, populasi atau
komunitas itu. Lingkungan efektif itu mencakup kesemberautan pada interaksi
antara jasad hidup itu sendiri.Kaji ekologi itu memungkinkan kita memahami
komunitas itu secara keseluruhan.Guna memastikan kenyataan ini, perlu kiranya
diadakan berbagai percobaan di lapangan, di laboratorium atau di kedua
lingkungan itu sekaligus.

Adapun ekologi sendiri mencakup suatu keterkaitan antara segenap unsur


lingkungan hidup yang saling mempengaruhi, sepeti tumbuhan dan sinar
matahari, tanah dengan air, yang pada umumnya dikatakan sebagai hukum alam
yang berimbang dan biasa disebut ekosisitem.Komponen-komponen dalam
ekosistem telah dikelolah oleh alam dan mereka saling berinteraksi.Ada
komponen yang bersifat netral, bekerjasama, menyesuaikan diri, bertentangan
bahkan saling menguasai.Akan tetapi pada akhirnya antara kekuatan-kekuatan
tersebut terjadi keseimbangan. Untuk mengetahui keterkaitan atau interaksi antara
komponen abiotik dengan biotik serta hubungan antara kedua komponen tersebut
maka percobaan ini layak dilakukan, karena untuk mengetahui hubungan antara
kedua komponen tersebut butuh suatu pengamatan di lapangan. Dalam
pengamatan yang dilakukan, ekosisitem yang diamati itu ada dua tempat yaitu
padang rumput dan hutan. Dari kedua ekosistem ini akan dihasilkan data-data
mengenai jenis-jenis spesies yang ada pada kedua ekosisitem dan dari data yang
ada dapat diketahui perbedaan spesies, keanekaragaman spesies, jumlah spesies,
peranan dari masing-masing spesies yang nantinya berkaitan dengan jaring-jaring
makanan atau food web yang ada pada ekosistem itu serta dari data yang ada
dapat dibuat piramida jumlah spesiesnya berdasarkan peranannya masing-masing.
Jika semua komponen tersebut sudah di dapat atau diketahui maka dapat diketahui
perbedaan dari kedua ekosistem tersebut, dan mengapa hal itu terjadi serta apa
penyebabnya. Hal ini nantinya dikaitkan dengan keadaan dari masing-masing
ekosistem yang diamati.

Satu ciri mendasar pada ekosistem adalah bahwa ekosistem itu bukahlah suatu
sistem yang tertutup, tetapi terbuka dan daripadanya energi dan zat terus-menerus
keluar dan digantikan agar sistem itu terus berjalan. Sejauh yang berkenaan
dengan struktur, ekosistem secara khas mempunyai tiga komponen biologi, yaitu;
produsen (jasad autotrof) atau tumbuhan hijau yang mampu menambat energi
cahaya; hewan (jasad heterotrof) atau kosumen makro yang menggunakan bahan
organik; dan pengurai, yang terdiri dari jasad renik yang menguraikan bahan
organik dan membebaskan zat hara terlarut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah Pengertian dari Perkembangan Ekosistem?
2. Apa saja konsep klimaks pada ekologi?
3. Bagaiamana evolusi Biosfer terhadap ekologi ?
4. Bagaiamana cara beradaptasi pada seleksi alam dengan lingkungan ?
5. Bagaiamana proses koevolusi ?
6. Bagaiamana teori seleksi kelompok terhadap populasi ?
7. Bagaimana relevansi perkembangan ekosistem terhadap ekologi manusia ?
C. Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Perkembangan Ekosistem
2. Untuk Mengetahui konsep klimaks pada ekologi
3. Untuk Mengetahui evolusi Biosfer terhadap ekologi
4. Untuk Mengetahui cara beradaptasi pada seleksi alam dengan lingkungan
5. Untuk Mengetahui proses koevolusi
6. Untuk Mengetahui teori seleksi kelompok terhadap populasi
7. Untuk Mengetahui relevansi perkembangan ekosistem terhadap ekologi manusia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Ekosistem

Setiap ekosistem dalam suatu wilayah selalu mengalami perkembangan


menuju ke arah keseimbangan dan berakhir pada suatu tingkatan yang disebut
dengan klimaks, di mana kondisi homeostatis telah tercapai. Perkembangan
ekosistem, atau yang lebih dikenal dengan suksesi dapat dipahami dari 3
parameter berikut:

a. Suatu proses perkembangan komunitas yang teratur yang meliputi


perubahanperubahan dalam struktur jenis dan proses-proses komunitas
dengan waktu, hal tersebut agak terarah dan karenanya dapat diramalkan.
b. Diakibatkan oleh perubahan lingkungan fisik oleh komunitas, yakni suksesi
itu dikendalikan komunitas walaupun lingkungan fisik menentukan polanya,
laju dari perubahan dan sering menetapkan batas-batas seperti misalnya
seberapa jauh perkembangan itu dapat berlangsung.
c. Masalah itu memuncak dalam ekosistem yang dimantapkan dalam mana
biomas maksimum dan fungsi secara simbiotik antara makhluk dipelihara
persatuan arus energi yang tersedia.

Perkembangan ekosistem tergantung pada pola perkembangan komunitas


yang ada di dalamnya.Secara umum perkembangan ekosistem melalui beberapa
tahapan perkembangan yang disebut sere.Setiap sere memberikan ciri-ciri khas
tersendiri tergantung dari jenis-jenis dominan yang ada dan faktor pembatas
fisiknya. Terdapat tiga hal pokok yang saling terkait dan ikut mempengaruhi
lajunya perkembangan ekosistem, yakni

 ketersediaan sumber daya


 faktor pembatas fisik, dan
 kemampuan dari organismenya. Khusus mengenai ketersediaan

Sumber daya, dalam hal ini makanan/energi diberikan penekanan tersendiri


karena dapat mengarah pada kesempatan kenaikkan biomassa. Apabila laju total
fotosintesis lebih besar dari laju total respirasi maka dapat memungkinkan
kesempatan kenaikkan biomassa, dan ini disebut suksesi autotrofik. Sebaliknya
bila laju total fotosintesis lebih kecil dari laju total respirasi maka hanya akan
memanfaatkan energi yang sudah ada dengan pembentukan relung-relung ekologi
yang baru, dan ini disebut suksesi heterotrofik. Suksesi tidak hanya berlaku pada
ekosistem alaminya saja, melainkan iuga pada organisme hewan dan tumbuhan
yang ada di dalamnya.Bahkan ekosistem primer, sekunder, flora, dan fauna serta
daerah sekitar merupakan faktor utama yang memberi pengaruh terhadap tipe-tipe
pertumbuhan tumbuhan dan hewan yang mengalami suksesi, baik melalui
persebaran maupun migrasi. Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:

 Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan


 Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitas komunitas yang terganggu
 Kehadiran pemencar biji dan benih
 Iklim, terutama arah dan kecepatan angin untuk membawa biji dan spora.
Curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji dan spora serta
perkembangan semai selanjutnya
 Macamnya sifat tanah yang terbentuk

Berikut beberapa perubahan yang terjadi selama proses suksesi

 Perkembangan sifat-sifat tanah, misal pertambahan kandungan bahan


organik sejalan dengan perkembangan komunitas yang semakin kompleks
dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam
 Pertambahan kepadatan dan tinggi tumbuhan dan semakin kompleksnya
struktur komunitas sehingga terbentuk stratifikasi dalam komunitas
 Peningkatan produktivitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan
perkembangan tanah
 Perkembangan jumlah jenis (keanekaragaman) sampai tahap tertentu dari
suksesi; Sifat-sifat jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar terjadinya
suksesi.
 Peningkatan pemanfaatan sumberdaya lingkungan sesuai dengan
peningkatan jumlah jenis
 Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk
hidup tumbuhan dan struktur komunitas
 Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.

Terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi


skunder.Perbedaan kedua macam suksesi tersebut terletak pada kondisi awal atau
habitat awal. Suksesi primer terjadi bila hal di bawah ini terjadi:

 Habitat terganggu oleh proses alam (letusan gunung api, longsor lahan,
banjir) dan gangguan manusia (penambangan) menjadi habitat baru
(substrat baru)
 Gangguan tersebut menyebabkan hilangnya komunitas asal secara total

Contoh suksesi primer yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi


di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883.Di daerah bekas
letusan Gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken)
serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan
kekeringan.Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah
permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis
mati maka akan mengundang datangnya pengurai.
Zat yang terbentuk karena aktivitas penguraian bercampur dengan hasil
pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya.Dengan
adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan
subur.Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh.Bersamaan dengan itu
tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan
menaunginya.Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi
sebaliknya.Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus
mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur
sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal.Kemudian semak tumbuh.Tumbuhan
semak menaungi rumput dan belukar, maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan
semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga
terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau
dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil
sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.

Suksesi skunder terjadi bila ekosistem atau komunitas terganggu, baik karena
faktor alami maupun buatan, akan tetapi gangguan tersebut tidak merusak total,
sehingga dalam komunitas tersebut masih ada substrat dan kehidupan lama.
Substrat yang tersisa ini akan terjadi suksesi sekunder. Contoh komunitas yang
menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-
alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.
Puncak atau tingkat akhir suksesi ditandai dengan terdapatnya keseimbangan
ekologi biomassa maksimum dengan pola-pola simbiose yang berlangsung di
dalamnya yang berjalan secara alami pula.Jadi perkembangan ekosistem tidak
pernah merupakan hasil perkembangan yang terjadi begitu saja, atau secara
langsung terjadi keseimbangan ekologi pada suatu kawasan yang baru
terbentuk.Dibutuhkan satuan waktu tertentu, tentunya dengan kemampuan daya
adaptasi yang ada untuk mencapai suatu tatanan menuju keseimbangan ekologi.

B. Konsep Klimaks

Setelah melalui beberapa tahapan perkembangan ekosistem atau sere, suatu


ekosistem dapat mencapai tahapan akhir klimaks atau dapat pula dianggap sebagai
puncak perkembangan ekosistem.Salah satu ciri pada komunitas klimaks yaitu
dengan tidak terdapatnya penumpukan zat organik netto tahunan.Hal ini
disebabkan karena produksi tahunan komunitas seimbang dengan konsumsi
tahunan.Untuk suau daerah tertentu dapat dikenal:

 Single climatik climax dimana terdapat keseimbangan dengan iklim umum


daerah tersebut.
 Sejumlah edaphic climax yang tergantung pada kondisi lokal dari daerah.

Climatic climax merupakan komunitas teoritis yang dituju oleh semua suksesi
dalam perkembangan pada suatu daerah asalkan keadaan lingkungan fisik tidak
begitu berpengaruh terhadap iklim lingkungan. Umumnya suksesi akan berakhir
pada suatu edaphic climax dimana topografi, tanah, air, api, dan gangguan lain
menyebabkan climatic climax tunggal tidak dapat berkembang. Berdasarkan ide
klimak tunggal setiap daerah hanya mempunyai satu klimak di mana semua
komunitas akan menuju ke sana meskipun lambat.Menurut ide klimak
jamak/poliklimak tidak realistis untuk dianggap bahwa suatu komunitas dalam
daerah iklim tetentu akan berakhir dalam keadaan yang sama bila keadaan habitat
fisiknya kurang lebih sama.

Suatu kompromi terhadap kedua pandangan tadi adalah mengenal adanya


climatic climax tunggal secara teoritis dan sejumlah edaphic climax yang
tergantung pada variasi dari habitat fisik. Dengan kata lain suatu daerah akan ada
secara teoritis satu climatic climax yang stabil akan tetapi daerah tersebut
mungkin mempunyai penyimpanan- penyimpanan dari keadaan tadi misalnya
substrat, temperatur, angin, cahaya matahari sehingga dapat menimbulkan
beberapa edaphic climax.

C. Evolusi Biosfer

Biosfer merupakan kajian tentang kehidupan hewan dan tumbuhan di muka


bumi.Dalam pembagiannya, biosfer termasuk dalam geografi fisik.Selain
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuha, di bagian permukaan kulit bumi juga
terdapat daratan, lautan dan udara di atasnya.Oleh karena itu, biosfer tidak dapat
lepas dari litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Secara etimologis, biosfer berasal dari
kata bios yang artinya hidup dan sphere yang artinya lapisan. Jadi, biosfer adalah
lapisan hidup atau lapisan tempat hidup makhluk hidup/organisme.Biosfer
meliputi lapisan hidrosfer, litosfer dan atmosfer. Interaksi ketiga lapisan ini saling
mempengaruhi satu sama lain sehingga membentuk lapisan yang merupakan
tempat kehidupan di bumi ini. Pada dasarnya, setiap jenis makhluk hidup telah
mempunyai tempat tersendiri di biosfer. Hal ii dimaksudkan agar mereka dapat
bertahan hidup sesuai dengan cara hidup masing-masing.

Bumi tempat hidup manusia tersusun atas materi padat, cair, dan gas.
Terjadinya kehidupan di bumi dengan “sfir-sfir” kemudian membentuk ekosistem
di bumi => dinyatakan sebagai biosfer.
Siapa pioner terbentuknya biosfer? adalah organisme kemoheterotrof.

Hal ini karena pada tahap awal bumi merupakan lautan organik dan penguraian
molekul organik ini dilakukan melalui proses fermentasi yang hanya mampu
dilakukan oleh organisme kemoheterotrof. Tahap perkembangan awal komponen
biotik biosfer:

1.Berawal dari atmosfer purba yang menyelimuti bumi, dg komposisi: meliputi


metana, hydrogen, ammonia, dan uap air. Pada saat itu hanya ada sinar matahari.
=> reaksi kimiawi => energi matahari + unsur2 tsb  molekul-molekul organik
komplek.

2.Molekul2 kompleks yg terbentuk tsb. berpeluang melakukan evolusi menjadi


makhluk hidup, tetapi karena kala itu bumi merupakan lautan organik, maka
hanya dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang mampu menghasilkan energi
melalui substrat tersebut (heterotrof primer)

3.Pemecahan molekul organik oleh heterotrof primer meliputi proses fermentasi


yang akan menghasilkan CO2  atmosfer dipenuhi CO2 dan molekul organik
berkurang. Kuantitas CO2 yang meningkat dan kelangkaan molekul organik
berpengaruh pada adaptasi makhluk hidup sehingga memberi peluang makhluk
autotrof yang mampu memanfaatkan CO2 untuk asimilasi atau sintesis dg energi
sinar matahari dan dihasilkanlah O2. Kemudian terjadi keseimbangan antara O2
dan CO2 di atmsfer. O2 yang dihasilkan terkonsentrasi di atmosfer membentuk
ozon yang tidak dapat ditembus oleh sinar UV sampai sekarang.

4.Semakn banyaknya O2 memberikan peluang besar bagi makhluk hidup semakin


besar untuk melakukan pemecahan molekul organik  muncullah makluk
aerobik.

5.Semakin banyaknya sintesis zat organik mendorong kemunculan makhluk hidup


yang memanfaatkan substrat organik untuk kehidupannya. Akhirnya muncullah
makhluk hidup yang melakukan predatorisme dan simbiosis. Inilah yang disebut
sebagai heterotrof sekunder. Hubungan antara tahap-tahap perkembangan awal
komponen biotik biosfer terhadap perubahan sfir-sfir yang lain:

•Kondisi atmosfer yg sdh kondusif utk kehidupan dan munculnya makhluk


autotrof  mendorong munculnya makhluk hidup heterotrof sekunder, misalnya
jamur. Jamur ini akan mengeluarkan asam utk melarutkan mineral mempercepat
dekomposisi batu-batuan terbentuk tanah.

•Tanah beserta batu-batuan dan mineral-mineral lain akan membentuk lapisan


ribuan meter di dalam bumi = litosfer

•Autotrof yang berupa tumbuhan akan mempengaruhi pergerakan air. Penguapan


air dari daun juga mempengaruhi pergerakan air. Uap air akan mengalami
kondensasi dan jatuh sebagai hujan mengalir ke sungai, danau, laut, dan juga
masuk ke dalam tanah, sedangkan sebagian lagi menguap dari permukaan bumi ke
atmosfer kembali. Siklus ini membentuk siklus air. Siklus ini menunjukkan
terbentuknya hidrosfer.

•Atmosfer, litosfer, dan hidrosfer beserta kehidupan di dalamnya merupakan


kesatuan yang membentuk biosfer.

D. Seleksi Alam

Seleksi alam adalah mahluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannta lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah
mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesame mahluk
hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.Barikut adalah
pengertian adaptasi menurut para ahli:

 Alam menyeleksi atau memilih individu-individu yang memiliki sifat-


sifat sesuai dan melenyapkan individu-individu yang memiliki sifat-sifat
yang tidak sesuaidengan lingkungannya akan dapat hidup terus. Adapun
organisme yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan
punah. Berdasarkan kenyataan trsebut maka adaptasi terhadap
lingkunganya merupakan salah satu mekanisme seleksi alam(Tri Widodo,
2009).
 Ada dua gagasan utama Darwin dalam bukunya On The Origin of Species.
Pertama adalah spesies-spesies yang ada sekarang ini merupakan
keturunan dari spesies moyangnya, gagasan kedua adalah seleksi alam
sebagai mekanisme modifikasi keturunan
 Seleksi alam adalah segala proses yang menyebabkan pembedaan non
random dalam reproduksi terhadap genotype aau allel gen dan kompleks gen
dari generasi ke genrasi (Lemer, 1958).
 Organisme dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan akan lebih
berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak
menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi
selanjutnta (vitasari, 2013).

Macam-macam Seleksi Alam

Di alam ini terjadi 3 macam seleksi, yaitu seleksi terarah, seleksi stabilisasi
dan seleksi diskruktif.Berikut ini gambar dari bentuk seleksi alam.

 Seleksi Terarah

Jika kondisi lingkungan berubah, terjadi tekanan seleksi terhadap suatu


jenis yang menyebabkan spesies tersebut beradaptasi pada kondisi baru.
Didalam populasi, akan ada rentang individu yang berdasarkan dengan salah
satu karakter.
Suatu populasiberada dalam keadaan dimana individu-individu yang
menempati satu ekstrim dari kisaran fenotiplebih disukai daripada yang lain-
lain. Hal ini terjadi akibat perubahan pada lingkungan fisiknya. Polusi
udara yang disebabkan oleh revolusi industri di Britania Raya berakibat
evolusi populasi berwarna lebih gelap pada banyak sekali spesies ngengat-
melanisme industri. Pergeseran fenotip ini biasa disebut penggantian ciri.
Ini adalah akibat dari seleksi berarah. Jadi seleksi berarah adalah kekuatan
dinamis yang menyebabkan perubahan progressif dalm genotip dan oleh
karena itu perubahan evolusioner.(swara, 2013)

 Seleksi Stabilisasi

Seleksi ini terjadi pada semua populasi cenderung


memperkecilkeekstriman atau sebuah penonjolan di dalam kelompok. Yang
dimana hal tersebut mengurangi kemampuan menghasilkan variasi dalam
suatu populasi, dengan demikian mengurangi pula kesempatan mengalami
perubahan evolusi.

Seleksi alamsering bekerja untuk menyingkirkan individu dari kedua


fenotip ekstrim tersebut,di samping meningkatkan keberhasilan reproduksi
fenotip yang mendekati nilai rata-rata.Seleksialammerupakan kekuatan yang
bekerja untuk memelihara suatu keadaan tetap pada saat tertentu. Misalnya,
ekor panjang dan ekor pendek itu keduanya tidak menguntungkan
bagi tikus. Faktor-faktor yang mungkin melibatkan seperti halnya daya
tarik pada lawan jenis, kemudahan gerak, kerugian karena pemangsa. Pada
manusia misalnya, insiden mortalitas bayi itu lebih tinggi baik pada bayi
dengan bobot sangat berat maupun dengan bobot yang sangat ringan. Jadi
bayi dengan bobot rata-rata pada waktu lahir terseleksi,dan yang bobotnya
pada kedua ekstrim itu tersingkir. Polimorfisme berimbang yang terjadi
karena kemampuan superior heterozigot merupakan contoh yang lain.(swara,
2013).

 Seleksi Diskruktif

Seleksi diskruktif dapat terjadi jika factor-faktor lingkungan mengambil


sejumlah bentuk yang terpisah. Seleksi diskruptif disebut juga dengan
seleksi terganggu yang dimana ada keadaan tertentu dimana individu pada
kedua ekstrim darikisaran fenotipnya lebih sesuai dari pada yang terdapat di
tengah-tengah. Arti penting evulisionermya terdapat pada kenyataan
bahwa seleksi disruptif itu dapat menimbulkan terpecahnya lungkang
(pool) gen tunggal menjadi dua lungkang gen yang berbeda. Hal ini
dapat merupakan suatu cara pembentukan spesies baru.

Residu dari operasi pertambahan sering kali mengandung ion metal


toksik dalam konsentrasi sangat tinggi, sehingga sebagian besar tumbuhan
tak dapat tumbuhan ditempat tersebut. Akan tetapi, beberapa spesies yang
kuat, misalnya rumput tertentu, mampu mentebar dari tanah sekitarnya
yang tak terkontaminasi sampai diatas timbunan limbah tersebut. Pemeriksaan
pada tumbuhan ini memperlihatkan bahwa mereka telah mengembangkan daya
tahan yang tinggi terhadap ion-ion toksik, disamping itu pada saat yang
sama mengembangkan pula kekurangmampuan tumbuh pada tanah yang
tak terkontaminasi. Karena penyerbukan pada rumput terjadi oleh angin,
maka terjadi persilangan antara populasi yang resisten dan tak resisten,
namun akhirnya terjadi seleksi disruptif. Laju kematian yang lebih tinggi pada
tumbuhan yang kurang resisten yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi,
dibandingkan dengan laju kematian yang lebih tinggi pada tumbuhan yang
lebih resisten yang tumbuh pada tanah yang tak terkontaminasi,
menyebabkan divergensi meningkat dan populasinya terbagi menjadi dua sub
populasi dengan perwujudan ekstrim sifat ini.(swara, 2013)

Contoh Seleksi Alam

 Peristiwa Seleksi Alam Pada Kupu-Kupu Biston Betularia

Contoh kupu-kupuBiston betulariadi inggris. Kupu-kupu biston betularia


terdapat dua jenis, yaitu yang bersayap terang cerah dengan yang bersapap
gelap. Awal mulanya lingkungan inggris yang bersih sangat baik untuk
adaptasi kupu-kupu yang bersayap cerah. Namun karena limbah jelagaindustri
di inggris yang semakin banyak dan mengotori pepohonan sehingga pohon
menjadi gelap yang akhirnya menjadi lebih adaptif untuk kupu-kupu yang
bersayap gelap daripada yang terang. Hasilnya perkembangan kupu-kupu
bersayap gelap meningkat tajam dan sayap cerah berkurang drastis.

 Burung Finch di Kepulauan Galapagos

Kepulauan Galapagos berada di kawasan Amerika Selatan. Pada waktu


melakukan ekspedisi di Kepulauan Galapagos, Darwin menemukan berbagai
jenis burung yang sebelumnya tidak pernah dikenal. Burung-burung memiliki
paruh dan kebiasaan makan yang berbeda-beda. Darwin memeperkirakan
burung-burung tersebut merupakan keturunan burung Finch yang berasal dari
daratan Amerika Selatan. Pada mulanya lingkungan dan makanannya yang
baru. Lama-kelamaan muncullah berbagai spesies burung Finch yang baru.
Burung Finch yang tidak dapat beradaptasi akan terseleksi, sehinggahanya
burung-burung Finch yang mampu beradaptasi saja yang dapat bertahan hidup.

 Jerapah yang Berleher Panjang


Menurut Darwin, pada mulanya tidak semua zarafah berleher panjang.
Oleh karena sumber makanan mereka yang berupa daun-daun muda di
pucuk-pucuk pohon yang tinggi, hanya zarafah berleher panjang saja yang
dapat bertahan hidup. Zarafah-zarafah berleher pendek punah terseleksi oleh
alam.

 Bunglon bertahan dari mangsa

Disaat bunglon merasa terancam ia akan mengubah warna kulitnya dengan


warna yang serupa dengan warna lingkungan sekitarnya. sehingga
keberadaannya tersamarkan.

 Kaktus di lingkungan gurun

Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan


air(daerah panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tumbuhan yang
terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya
kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri dan sisik.

Faktor Terjadinya Seleksi Alam

Berikutmerupakan factor-faktor yang berasal dari lingkungan dan dapat


menyebabkan seleksi alam pada organisme

 Makanan
Makanan adalah hal yang penting. Contoh: terdapat 100 burung yang
memakan biji-bijian semakin lama maka akan berkembang dan terjadi
keterbatasan dalam mencari makan.

 Suhu/temperature

Hewan yang biasa hidup di daerah panas, ketika pindah ke daerah yang
dingin. Maka tidak semua hewan dapat bertahan pada lingkungan baru.

 Cahaya matahari

Cahaya matahari sangat penting bagi tumbuhan untik proses


fotosintesis. Yang dimana memerlukan cahaya matahari, jika insensitas
matahari tidak cukup maka akan menyebabkan beberapa jenis tumbuhan tidak
dapat bertahan hidup.

 Habitat

Tempat tinggal mahluk hidup dengan segala komponen abiotic yang


mempengaruhi seleksi alam.

Sebab dan akibat terjadinya seleksi alam pada mahluk hidup sebagai
berikut:

 Mutasi gen
 Bencana alam
 Wabah penyakit
 Persaingan kompetisi
 Rusaknya lingkungan

Mekanisme Seleksi Alam

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Han & goleman, daniel;


boyatzis, Richard; Mckee, 2019)terhadap catatan fosil kepunahan dinasurus,
mereka mendapati sampel tanah liat di sekitar peristiwa tersebut mrngandung
iridium yang sangat inggi, yang dimana unsur tersebut relative lazim
ditemukan pada meteor. Ditemukannya iridium tinggi ini sungguh
mengherankan, karena dari padanya terdapat suatu tanda yang menunjukkan
adanya tabrakan meteor raksasa yang ukjran garis tengahnya berkisar 5-10 km.

Berdasarkan penelitian terjadi seuah tabrakan semavam itu yang memicu


kebakaran global, yang dimana asap dan abunya menghalangisinar matahari
sampai ke bumi, sehingga rantai-rantai makanan bumi un lenyap. Hal ini
yang menyebabkan lenyapnya kekuasaan dinasurus di bumi.

E. Koevolusi

Koevolusi adalah proses dua atau lebih spesies yang mempengaruhi


prosesevolusi satu sama lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh
makhluk hidup di sekitarnya, namun pada koevolusi terbukti bahwa
sifat-sifat yang ditentukan olehgenetika pada tiap spesies secara
langsung disebabkan oleh interaksi antara dua organisme Contoh kasus
koevolusi :

Hubungan antara Pseudomyrmex ferrugunea (semut) dengan tumbuhan


aksia(Acasia cornigera). Semut menggunakan tumbuhan aksia sebagai tempat
berlindung dansumber makanan.Hubungan antar dua organisme ini sangat dekat
sedemikiannya telahmenyebabkan evolusi struktur dan perilaku khusus
pada kedua organisme.Semutmelindungi pohon aksia dari hewan herbivora dan
membersihkan tanah hutan dari benihtumbuhan saingan.Sebagai gantinya,
tumbuhan mempunyai struktur duri yang membesaryang dapat digunakan oleh
semut sebagai tempat perlindungan dan sumber makananketika tumbuhan tersebut
berbunga.

F. Seleksi Kelompok

Seleksi kelompok merupakan seleksi alam antara kelompok-kelompok


makhluk yang tidak selalu dihubungkan oleh asosiasi-asosiasi mutualistik.Seleksi
kelompok secara teori membawa ke arah pemeliharaan ciri-ciri yang baik bagi
populasi dan komunitas, tetapi secara selektif tidak menguntungkan terhadap
pembawa-pembawa genetik di dalam populasi.Sebaliknya, hal tersebut dapat
menyisihkan atau mempertahankannya pada frekuensi rendah, ciri-ciri yang tidak
menguntungkan bagi hidupnya jenis tetapi secara selektif baik di dalam populasi-
populasi. Seleksi kelompok melibatkan pemusnahan populasi-populasi dalam
suatu proses yang analog dengan seleksi genotif-genotif di dalam populasi-
populasi oleh kematian atau kemampuan reproduktif yang direndahkan dari tipe-
tipe individu yang tepat (Odum, 1996).

G. Relevansi Perkembangan Ekosistem terhadap Ekologi Manusia

Asas-asas perkembangan ekosistem penting sekali dalam menyinggung


hubungan-hubungan antara manusia dan alam karena strategi ”perlindungan
maksimum” (mencoba mencapai bantuan maksimum dari struktur biomas yang
kompleks), yang menandai perkembangan ekologi, sering bertentangan tujuan
manusia dari ”produksi maksimum” (mencoba memperoleh hasil setinggi
mungkin). Pengenalan ekologi untuk pertentangan antara manusia dan alam
merupakan langkah pertama dalam menetapkan kebijaksanaan tata guna lahan
yang rasional. Sebagai contoh dari pernyataan di atas adalah tujuan pertanian atau
perhutanan yang intensif, seperti yang sekarang umum dilaksanakan, adalah untuk
mencapai laju produksi hasil yang langsung dapat dipanen dengan hasil tinggi.Di
lain pihak, strategi alam, seperti yang tampak pada hasil suksesi, diarahkan ke
arah yang efisien.Manusia umumnya telah sibuk untuk mendapatkan hasil atau
panen sebanyak mungkin dari bentang daratnya, dengan mengembangkan dan
mempertahankan tipe-tipe suksesi awal dari ekosistem-ekosistem, biasanya
monokultur.

Akan tetapi, manusia tidak hanya hidup dari makan saja, melainkan
memerlukan juga karbondioksida-oksigen yang seimbang, buffer iklim, dan air
jernih untuk penggunaan industri dan penanaman. Banyak juga sumber daya daur
hidup essensial yang tersedia untuk kebutuhan rekreasi dan estetika yang kurang
”produktif”. Dengan kata lain, bentang darat tidak hanya merupakan depot suplai
tetapi juga merupakan suatu oikos (rumah) untuk hidup. Bentang darat yang
dianggap paling ideal dan aman untuk hidup adalah yang terdapat aneka ragam
tanaman, hutan, danau, sungai, jalan, rawa, pantai, laut, dan ”tempat-tempat
sampah”. Dengan kata lain, terdiri dari campuran komunitas dari berbagai umur
ekologi. Sebagai individu, secara naluriah manusia cenderung mengurung rumah
dengan penutup yang bersifat melindungi tetapi tidak dapat dimakan (pohon-
pohon, semak-semak, rumput). Pada saat yang sama, manusia berusaha keras
”membujuk” ladang jagung untuk menghasilkan hasil tambahannya. Tentunya
manusia menganggap ”baik” ladang jagung tersebut, tetapi tidaklah mungkin kita
dapat hidup di sana dan menjadikan seluruh daratan biosfer ini dengan ladang
jagung.

Tentunya merupakan hal yang mustahil untuk memaksimumkan penggunaan


yang saling bertentangan tersebut di dalam sistem yang sama, yaitu antara kualitas
hasil dan mutu ruang hidup. Untuk itu, manusia merencanakan secara sengaja
untuk membagi-bagi bentang darat menjadi kamar-kamar sedemikian rupa dengan
maksud secara serentak memelihara tipe-tipe yang sangat produktif dan sangat
bersifat melindungi sebagai satuan-satuan yang terpisah yang tunduk pada
berbagai strategi pengelolaan. Strategi tersebut misalnya penanaman intensif di
satu pihak, sementarajuga dilakukan pengelolaan hutan rimba di pihak lain.
Apabila teori perkembangan ekosistem berlaku dan dapat diterapkan untuk
perencanaan, maka yang disebut dengan strategi serba guna akan berlaku melalui
salah satu atau kedua pendekatan ini, sebab dalam kebanyakan kasus penggunaan-
penggunaan yang bersifat serba guna yang diproyeksikan itu bertentangan satu
sama lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekologi adalah kajian mengenai interaksi timbal-balik jasad individu, di antara


dan di dalam populasi spesies yang sama, atau di antara komunitas populasi yag
berbeda-beda dan berbagai faktor non hidup (abiotik) yang banyak jumlahnya
yang merupakan lingkungan yang efektif tempat hidup jasad, populasi atau
komunitas itu. Lingkungan efektif itu mencakup kesemberautan pada interaksi
antara jasad hidup itu sendiri.Kaji ekologi itu memungkinkan kita memahami
komunitas itu secara keseluruhan.Guna memastikan kenyataan ini, perlu kiranya
diadakan berbagai percobaan di lapangan, di laboratorium atau di kedua
lingkungan itu sekaligus. Adapun ekologi sendiri mencakup suatu keterkaitan
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi, sepeti
tumbuhan dan sinar matahari, tanah dengan air, yang pada umumnya dikatakan
sebagai hukum alam yang berimbang dan biasa disebut ekosisitem.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini , penyusun menyadari bahwa makalah ini


tidak luput dari kesalahan dan kekurangann. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya
penyusun hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulis dan
penyusun makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai