Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ETIKA BISNIS DAN PROFESI


SAMPUL
“MANUSIA DAN ALAM SEMESTA”

Dosen Pengampu : Ayu Oktaviani, SE, M.Si, Ak, CA

Oleh :
Kelompok 1
1. Evi Rohayati 1710313620027
2. Riski Ramayanti 1710313620089
3. Surya Arisandi Dwi S. 1910313410002

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan

waktu, kesehatan dan pemikiran yang baik sehingga kami dapat menyelesaikan

Makalah ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini membahas

tentang “Manusia dan Alam Semesta”.

Kami sebagai penyusun tidak lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam

penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu

kami mohon maaf atas segala kekurangannya.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ayu Oktaviani, SE, M.Si, Ak, CA

sebagai pengajar mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi yang telah memberikan

arahan kepada kami dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kepada rekan-

rekan yang telah ikut berpartisipasi sehingga makalah ini selesai pada waktunya.

Banjarmasin, Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Hakikat Kebenaran....................................................................................3
2.2 Hakikat Eksistensi ( Dunia / Alam Semesta )...........................................4
2.3 Hakikat Manusia........................................................................................6
2.4 Hakikat Otak (Brain) Kecerdasan (Intelegency).....................................10
2.5 Hakikat Pikiran (Mind) Dan Kesadaran (Consciousness).......................18
2.6 Tujuan Dan Makna Kehidupan...............................................................19
2.7 Alam Semesta Sebagai Satu Kesatuan Sistem........................................22
2.8 Spiritualitas Dan Etika.............................................................................23
BAB III PENUTUP...............................................................................................25
3.1 Kesimpulan..............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang yang tidak bisa hidup tanpa

adanya proses interaksi dengan manusia di sekitarnya. Asumsi ini bisa

dipahami mengingat eksistensi manusia di muka bumi ini bukanlah

berada pada ruang hampa tapi sebaliknya mereka eksis pada ruang

sosial yang diikat oleh ikatan persaudaraan yang kuat yang pada

ujung-ujungnya akan menginspirasi mereka untuk membudayakan

semangat tolong menolong sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi

ini. Termasuk dengan sinergitas dengan alam semesta.

Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia,

yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan

diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuan akan menyadari bahwa

manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam

semesta. Alam semesta hanya dilihat sebagai materi/substansi yang

terbentang luas dan tak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan

dengan pendekatan ilmiah dan rasional. Manusia telah memiliki

lapisan kesadaran mental/emosional yang telah berkembang.

Sementara hewanbelum mencapi tingkat/lapisan kesadaran ini.

Kondisi pikiran pada lapis ketiga ini sangat menentukan apakah

kepribadian manusia dapat berkembang kelapisan kesadaran yang

lebih tinggi (Tingkat kesadaran transcendental), tetapi stagnan atau

bahkan turun pada lapisan kesadaran yang lebih rendah.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat

merumuskan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apa hakikat keberadaan alam semesta?

2. Apa hakikat dan tujuan umat manusia hidup di dunia?

3. Apa hakikat kecerdasan dan kesadaran diri yang dimiliki oleh

manusia?

4. Bagaimana kesalingtergantungan (interdependensi) umat manusia

dengan alam semesta, termasuk dengan seluruh isinya sebagai

suatu kesatuan system?

5. Bagaimana keterkaitan antara perilaku etis dengan tingkat

kesadaran spiritual?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Kebenaran

Untuk memahami mengapa berbagai disiplin ilmu dan teknologi tidak

sepenuhnya dapat menjelaskan dan memecahkan berbagai permasalahan di

dunia saat ini, maka perlu kita renungkan terlebih dahulu apa yang dinyatakan

oleh E.F.Schumacher (dalam Eko Wijayanto dkk.,2002) sebagai empat

kebenaran besar yaitu :

a. Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia/alam semesta)

b. Kebenaran tentang alat (tools) yang dipakai untuk memahami dunia

c. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia

d. Yang dimaksud dengan hidup di dunia

Kebenaran tentang eksistensi menyangkut tentang adanya empat

tingkat eksistensi yaitu benda, tumbuh – tumbuhan, hewan, manusia. Dalam

pengujian kebenaran di dunia alam semesta ini banyak sekali para

ilmuan yang menjelaskannya seperti : Schumachcer, seorang

sosiolog Alexandrovich Sorokin, chopra yang pendapat dana cara

untuk mengujinya berbeda – beda. Yang membedakan adalah unsur dari

keempat eksistensi tersebut. Kebenaran tentang alat maksudnya ketepatan

dalam penggunaan alat yang dipakai untuk memahami keempat tingkat

eksistensinya. Kebenaran tentang cara hidup di dunia akan berbeda untuk

empat bidang pengetahuan : (1) saya – batin, (2) saya – lahiriah, (3) dunia –

batin, (4) dunia – lahiriah material. Dalam hidup di dunia dijumpai dua

3
corak permasalahan yaitu yang pertama masalah konvergen (bertitik temu

adalah sesuatu yang dipecahkan secara menyeluruh. Dan yang kedua

masalah divergen (bertitikpisah) adalah seuatu yang berlawanan.

Intinya adalah ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat

eksistensi kesadaran. Oleh karena itu, untuk menemukan hakikat

kebenaran tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan pendekatan

ilmiah/rasional. Hakikat kebenaran alam semesta tidak hanya terbatas

pada sesuatu yang bersifat fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara

ilmuwan, dengan kemajuan ilmu fisika dan adanya ketertarikan paran

ilmuwan untuk memulai mengkaji hal – hal spiritual dengan lebih

rasional, maka mulai diyakini bahwa hal  – hal yang tidak tampak oleh

pancra indra juga merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat

keberadaan.

2.2 Hakikat Eksistensi ( Dunia / Alam Semesta )

Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia,

yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan

diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuan akan menyadari bahwa

manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam

semesta.

Alam semesta hanya dilihat sebagai materi/substansi yang

terbentang luas dan tak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan

dengan pendekatan ilmiah dan rasional. Ada beberapa pandangan

tentang eksistensi/keberadaan alam semesta, antara lain,

4
- Schumacer telah mengingatkan para ilmuwan tentang adanya

tingkatan- tingkatan eksistensi alam semesta sebagai berikut:

1. Benda, dapat dituliskan : P

Tingkat pertama adalah benda mati, yang hanya memiliki unsur

P (Substansi, materi)

2. Tumbuhan, dapat dituliskan : P+X

Tingkat kedua adalah tumbuh  –  tumbuhan, yang mempunyai

unsur P dan unsur X (Kehidupan)

3. Hewan, dapat dituliskan : P+X+Y

Tingkat ketiga adalah golongan hewan, yang memiliki unsur P,

X, dan Y (Kesadaran)

4. Manusia, dapat dituliskan : P+X+Y+Z

Tingkat keempat adalah golongan manusia, yang memiliki

semua unsur, P, X, Y, dan Z (Unsur kesadaran

transedental/spiritual)

- Seorang sosiolog, Pitirim Alexandrovich Sorokin, mencoba

menjelaskan perubahan-perubahan besar (krisis) dan fluktuasi yang

terjadi dalam kehidupan umat manusia ini berdasarkan tiga skema,

yaitu:

1. Indriawi, berpandangan bahwa semua nilai etika bersifat

relative dan bahwa persepsi indriawi merupakan satu-satunya

sumber pengetahuan dan kebenaran.

2. Ideasional, berpandangan bahwa realitas sejati berada di luar

5
dunia materi (berada pada alam spiritual) dan bahwa

pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman batin.

3. Idealistis, merupakan perpaduan harmonis antara Indriawi dan

Ideasional.

- Chopra mengemukakan tiga tingkat keberadaan, yaitu:

1. Domain fisik, domain substansi, materi, dan alam semesta

yang dapat diketahui melalui panca indra, dimana segalanya

dibatasi oleh ruang dan waktu.

2. Domain kuantum, segalanya terdiri dari atas informasi dan

energi.

3. Domain nonlokal, dimana tidak ada lagi identitas individual,

semuanya membaur, luluh, dan menyatu.

2.3 Hakikat Manusia

Stevenson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meski ada begitu

banyak hal yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia,

namun terdapat begitu banyak ketidaksepakatan mengenai apa itu hakikat

manusia. Adanya ketidaksepakatan ini karena ada banyak pihak hanya

melihat hakikat manusia secara sepotong – potong tanpa mendudukannya

dalam konteks keseluruhan yang utuh. Karl Mars, misalnya (dalam Stevenson

dan Haberman, 2001) mengatakan bahwa hakikat riil manusia adalah

keseluruhan hubungan sosial dengan menolak adanya Tuhan dan

menganggap bahwa tiap pribadi adalah produk dari tahapan ekonomis

tertentu dari masyarakat manusia tempat manusia itu hidup.

6
Untuk memahami hakikat manusia secara utuh, ada baiknya memahami

kembali pendapat Schumacher tentang empat tingkat eksistensi kehidupan

sebagaimana telah disinggung sebelumnya, yang terdiri dari benda, tumbuh –

tumbuhan, hewan, dan manusia. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan

yang menduduki tingkat eksistensi tertinggii karena memiliki semua unsur

yang dimiliki oleh tingkat eksistensi yang lebih rendah, namun sekaligus juga

memiliki unsur Z yang tidak ada pada tingkat eksistensi yang lebih rendah.

McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2001)

mengelompokkan empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya

tentang manusia, sebagai berikut:

1. Psikoanalis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang

digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (homo valensi).

2. Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk

yang digerakkan semuanya oleh lingkungan (homo

mechanicus). Teori ini menyebut manusia sebagai manusia

mesin karena perilaku manusia sepenuhnya

ditentukan/dibentuk oleh lingkungan. Teori ini juga disebut teori

belajar karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia  – 

kecuali insting  –  adalah hasil belajar (dari lingkungan).

3. Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir

yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang

diterimanya (homo sapiens). Manusia tidak lagi dianggap

sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap

7
lingkungannya.

4. Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif

dalam merumuskan strategi transaksional dengan

lingkungannya (homo ludens). Di sini diperkenalkan konsep  I

–  thou Relationship, bukan sebagai  I  –  it Relationship,

yang artinya menunjukkan pentingnya hubungan seseorang

dengan orang lain sebagai pribadi dengan pribadi, bukan

sebagai pribadi dengan benda. Dengan kata lain, yang

ditekankan adalah hubungan subjek dengan subjek, bukan

subjek dengan benda.

Berikut skema yang dibuat oleh Ardana (2005) tentang

hubungan antar lapisan keberadaan manusia yang dikemukan oleh

para ilmuwan.

Tabel 1.1
Skema Lapisan Keberadaan Manusia oleh para Ilmuwan
Steiner Hawley Schumacher Agustian dan Kustara
Fisik P
Tubuh (body) Fisik
Eterik X
Astral
Hati (heart) Jiwa (mind,
Ego
Y
Manas psikismental)
Kepala (head)
Buddhi
Atma Semangat (spirit) Z Roh (soul, spirit)
Manusia adalah bagian dari keberdaan alam semesta. Segala sesuatu

yang ada di alam semesta (makrokosmos) juga ada di alam manusia

(mikrokosmos). Oleh karena itu, alam semesta dan alam manusia sebenarnya

sama – sama mempunyai tiga lapisan keberdaa, yaitu : fisik (body), energi

pikiran (mind), dan kesadaran murni (roh,soul,spirit).


8
Selain itu, ada beberapa pandangan tentang Manusia dari beberapa

perspektif, yaitu:

- Perspektif filsafat

 Menurut filsuf Plato :Manusia adalah makhluk berakal dan akal

manusia berfungsi mengarahkan budi.

 Menurut filsuf Aristoteles: Manusia adalah binatang yang

berfikir.

- Perspektif antropologi

Manusia tergolong primata yang paling sempurna jasmani dan

rohani, sehingga tidak tertutup kemungkinan melahirkan perilaku

dalam berbagai bentuk dan implikasinya.

- Perspektif psikologi modern

 Bagi Aliran Behaviorisme, manusia adalah makhluk netral.

Ketika manusia dilahirkan, pada dasarnya tidak membawa bakat

apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulasi

dalam lingkungannya.

 Bagi Aliran Psikoanalisis; manusia adalah makhluk yang hidup

atas bekerjanya dorongan seksualitas yang memberi daya pada

ego (kesadran terhadap realitas kehidupan dan super ego

(kesadran normatif).

- Perspektif psikologi humanistik

Manusia pada dasarnya punya potensi yang baik dan kemampuan

yang tak terhingga serta memiliki otoritas atas kehidupannya

9
sendiri. Manusia memiliki kualitas insani yang unik yaitu

(kemampuan abstraksi, daya analisis dan sisntesis, imajinasi,

kreativitas, kebebasan kehendak, tanggungjawab, aktualisasi diri,

sikap etis dan estetika.

- Perspektif psikologi tranpersonal

Perspektif ini merupakan lanjutan dari psikologi humanistik. Yaitu

; Manusia memiliki potensi luhur dalam bentuk dimensi spiritual

dan fenomena kesadaran transendental (manusia memiliki

pengalaman subjektif transendental dan pengalaman spiritual).

- Perspektif pendidikan

Manusia adalah homo edukatif. Ketidakberdayaan manusia ketika

lahir menjadi peluang bahwa manusia adalah makhluk yang dapat

dididik.

- Perspektif sosiologi

Manusia adalah homo sosio yaitu makhluk bermasyarakat.

2.4 Hakikat Otak (Brain) Kecerdasan (Intelegency)

Otak merupakan tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki

kemampuan yang sangat luar biasa, antara lain : memproduksi pikiran sadar,

melakukan pilihan bebas, menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki

perasaan, menjembatani kehidupan spiritual dengan kehidupan materi atau

fisik, kemampuan perabaan, persentuhan, penglihatan, penciuman,

berbahasa,mengendalikan berbagai organ tubuh dan sebagainya.

10
Menurut Agus Nggermanto (2001), paling tidak ada Sembilan

subkomponen didalam otak manusia, yaitu 1. neocortex, 2. corpus

callasum, 3. cerebellum, 4.otak reptile, 5. hippocampus, 6. amigdala,

7.  pituitary gland,  8. hypothalamus, dan 9 thalamus.  Neocortex 

merupakan lapisan otak paling luar yang hanya diimiliki oleh manusia

dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Lapisan ini memungkinkan

manusia mempunyai berbagai kemampuan seperti menulis, membaca,

melakukan perhitungan rumit, menguasai bahasa, melukis dan

sebagainya. Corpus callasum  merupakan penghubung antara belahan

kiri neocortex (left cerebral hemisphere) dan belahan kanan

neocortex (right celebral hemisphere). Cerebellum  atau sering

disebut otak kecil berfungsi mengatur gerakan dan gerak reflex.

Otak reptile terletak dilapisan paling dalam otak kita dan memiliki

fungsi yang berhubungan dengan rasa aman dan rasa takut. Bagian

ini befungsi mengendalikan pernapasan, peredaran darah, detak

jantung, pencernaan, dan kesadaran.  Hippocampus  berhubungan

dengan ingatan jangka panjang; amigdala merupakan funsi mengatur

emosi; pituitary gland  berfungsi memengaruhi dan mengatur kerja

hormone-hormon.  Hypothalamus  mengontrol hormon-hormon

seksual, agresi, tekanan darah, suhu badan dan rasa haus; sedangkan

thalamus berfungsi mengaktifkan sensor indra yang sedang menerima

informasi dari luar.  Hippocampus, amigdala, dan thalamus 

merupakan bagian dari sistem limbik yang terletak dilapisan/ bagian

11
tengah otak dan fungsi utamanya adalah mengendalikan emosi dan

perasaan.

Sebagaimana dikatakan oleh A.M. Rukky Santoso (2001) pada

otak terdapat tiga puluh miliar sel dan bagian-bagian sel ini

membentuk kerja sama yang rumit melalui bagian-bagian kecil lainnya

yang disebut neuron. Ada ratusan miliar jumlah neuron, suatu jumlah

yang melebihi jumlah bintang di galaksi Bimasakti (Maltz, 2004).

dilihat dari neuroscience-ilmu yang mempelajari tentang otak

manusia-otak manusia diibaratkan computer (namun tidak sama

dengan computer), masukan melalui pancaindra, kemudian disalurkan

melalui sistem jaringan saraf ke otak untuk diolah dan disimpan di

otak. Hasil olahan (keputusan informasi) tersebut disalurkan kembali

melalui sistem jaringan saraf ke seluruh organ tubuh (Semiawan,

1999).

Ilmuwan yang pertama kali meneliti tentang belahan otak kiri

(left hemisphere) dan belahan otak kanan (rigthemisphere) adalah

roger wolkott Sperry (dalam taugada, 2003). otak kiri menjalankan

fungsi berfikir secara kognitif dan rasional dengan karakteristik yang

bersifat logis, matematis, analitis, realistis, vertical, kualitatif,

intelektual, objektif, dan mengontrol sistem motorik bagian tubuh

kanan. Sementara itu, otak kanan mimiliki fungsi berfikir secara

efektif dan rasional memiliki karakteristik kualitatif, impulsif,

12
spiritual, holistik, emosional, artistik, kreatif, subjektif, simbolis,

imajiatif, simultan, intuitif, dan mengontrol gerak tubuh sebelah kiri.

Humphrey (2000) membedakan kerja otak berrdasarkan

gelombang elektro, yaitu: gelombang alpha, beta, delta dan theta.

Getaran/gelombang otak dapat diukur dengan mesin EEG. Gelombang

delta mempunyai daerah frekuensi yang paling rendah sekitar 0.5-4

Hz putaran per detik. Bila dikaitkan dengan kecerdasan (intelligence),

berkat otaknya manusia mempunyai banyak kecerdasan (multiple

intelligence). Gardner (1999) mendefenisikan kecerdasan

sebagai potensi biopsikologis untuk memproses informasi yang

dapat diaktifkan dalam suatu latar (setting) kebudayaan untuk

memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk bermanfaat

dalam suatu kebudayaan.

Clark (dalam Munandar, 1999) mengembangkan model integratif

yang mengintegrasikan empat fungsi otak, yaitu fungsi berfikir

(kognitif), fungsi efektif, fungsi fisik, dan fungsi intuisi/firasatyang

seluruhnya memunculkan kreativitas. Fungsi kognitif merupakan

fungsi otak kanan dan otak kiri (neocortex). Fungsi efektif mengelola

emosi dan perasaan yang merupakan fungsi dari system limbik.

Fungsi fisik meliputi gerakan, penglihatan, pendengaran, penciuman,

pencecepan, dan peradaban. Fungsi Intuisi adalah pemahaman secara

menyeluruh dan sebagian merupakan hasil sintesis tingkat tinggi dari

semua fungsi otak. Konsep kreativitas sudah banyak dikenal namun,

13
tidak mudah didefenisikan. Clark sediri mengartikan kreativitas

sebagai suatu kondisi dan sikap yang mencerminkan ekspresi tertinggi

dari suatu bakat yang dimiliki seseorang.

Zohar dan MaZrshall (2002) melihat fungsi otak dari tiga cara

berpikir atau tiga ragam kecerdasan, yaitu : proses berpikir seri

(Otak Intellectual Quotient-IQ),  berpikir asisiatif (otak Emotional

Quotient-EQ), dan berpikir menyatukan (otak Spiritual Quotient-SQ).

Berpikir seri (otak IQ) menggambarkan cara berpikir linier, logis, dan

tidak melibatkan perasaan. Berpikir asosiatif (otak EQ) menciptakan

asosiasi antar hal misalnya nasi dengan rasa lapar, rumah dengan

kenyamanan, salahkan ajing dengan bahaya, warna merah dengan

emosi dan sebagainya berpikir asosiatif Melandasi sebagian besar

kecerdasan emosional. berpikir menyatukan (otak SQ)

mengintegrasikan fungsi IQ dan EQ sehingga dapat diperoleh suatu

makna atau penyadaran diri. Penelitian Persinger dan Ramachandran

(dalam Zohar dan Marshall,2002) mengindikasikan adanya semacam

god Spot disekitar Lobus Temoral yang memungkinkan manusia

memperoleh kesadaran spiritual/transcendental. selanjutnya, Zohar

dan Marshall mengungkapkan bahwa kesadaran intelektual (IQ)

merupakan alat yang efektif untuk mengesplorasi dunia materi serta

untuk mengumpulkan modal materil (uang dan segala sesuatu yang

dapat dibeli dengan uang). Kecerdasan hati (EQ) berguna untuk

mengasah dan mengembangkan ketajaman rasa yang diperlukan

14
dalam membangun modal social yaitu modal berupa

jaringan/hubungan dengan orang lain yang memungkinkan

komunitas dan organisasi berfungsi secara efektif demi

kepentingan bersama. Kecerdasan Spiritual (SQ) berguna untuk

memupuk modal spiritual, yaitu modal/kekayaan yang

merefleksikan berbagai nilai bersama, visi bersama, dan tujuan

mendasar dalam kehidupan yang memperkaya aspek-aspek kehidupan

umat manusia yang lebih dalam.

Istilah kecerdasan emosional (EQ) pertama kali dicetuskan oleh

(Peter Salovey, psikolog dari Harvard University dan John Mayer dari

Universitas of New Hamsphire pada tahun 1990 (dalam Shapiro,

2001) untuk menggambarkan kualitas- kualitas emosional yang

tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas-kulitas tersebut antara

lain : empati, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan

memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan

keramahan serta sikap hormat. Istilah kecerdasan emosional

(emotional intelligence) menjadi popular berkat buku best seller karya

Daniel Goleman yang berjudul emotional intelligence yang terbit

pada tahun 1995. Golmen (2000) Menjelaskan emosi sebagai suatu

perasaan yang disertai pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan

biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk

bertindak. Kecerdasan emosi adalah pengendalian diri dan empati.

Pengendalian diri berkaitan dengan kemampuan memahami diri

15
sendiri sehingga tidak kehilangan kendali diri yang merugikan diri

sendiri, sedangkan empati berkaitan dengan kemampuan memahami

orang lain sehingga tidak menimbulkan tindakan yang merugikan

orang lain (Patton, 2002). jadi kecerdasan emosional mencakup

keterampilan mengendalikan diri (intrapersonal) dan keterampilan

berhubungan dengan oaring lain (interpersonal, hubungan sosial).

Harus diingat bahwa kecerdasan emosional (EQ) bukanlah lawan dari

kecerdasan intelektual (IQ), melainkan keduannya berinteraksi secara

dinamis baik pada tingkatan konseptual maupun didunia nyata.

Istilah kecerdasan spiritual (SQ) pertama kali diperkenalkan oleh

Danar Zohar dan lan Marshall pada tahun 2000 dalam bukunya yang

berjudul SQ: Spiritual Intelligence-The Unlimited Intelligence. akan

tetapi, tidak mudah untuk memberikan defenisi SQ. Zohar dan

Marshall sendiri tidak memberikan defenisi, namun hanya

memberikan tanda-tanda SQ, yaitu kemampuan bersikap Fleksibel,

tingkat kesadaran tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan

melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang dialami oleh visi dan nilai-

nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu,

berpandangan holistik, kecenderungan untuk selalu bertanya”mengapa

?” atau bagaimana ?”, serta memiliki kemudahan untuk selalu bekerja

melawan konvensi.

Hawley, 2001 merupakan suatu dimensi alam yang berada diluar

jangkauan indra manusia. untuk lebih menyederhanakan pemahaman

16
pada aspek spiritualitas ini, Gymnastiar (2002) tidak memberikan

defenisi, namun mengungkapkannya dalam bentuk puisi yang

sederhana dan sangat indah sebagai berikut :

“Bila hati kian bersih, pikiranpun selalu jernih, semangat hidup ‘kan

gigi, prestasi mudah diraih. Tapi, bila hati busuk, pikiran jahat

membusuk, pikiran jahat merasuk, akhlak kian terpuruk, dia jadi

makhluk terkutuk. bila hati kian lapang, hidup susah senang, walau

kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tetapi bila hati sempit.

Segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir bati terasa sakit.”

Mirip dengan ungkapan Gymnastiar, lama surya das (2002) juga

mengungkapkan spiritualitas sebagai hal-hal yang berhubungan

dengan kehadiran illahi, tuhan, roh, jiwa, kebenaran, pengetahuan

diri, pengalaman mistis, kedamaian batin, dan pencerahan. Dalam

Bhagavad Gita dijumpai alat (sloka 2.66) sebagai berikut :

“Orang yang tidak mempunyai hubungan dengan yang Maha Kuasa

tidak mungkin memiliki kecerdasan rohani maupun pikiran yang

mantap. Tnapa kecerdasan rohani dan pikiran yang mantap, tidak

mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamaian, bagaimana mungkin ada

kebahagiaan?”

Spiritualitas berhubungan dengan upaya pencarian makna kehidupan

melalui hubungan langsung antara diri dengan Tuhan (kekuatan tak terbatas,

potensi murni). Hal tersebut dapat disimpulkan sbb:

17
1. Pada awalnya para ilmuan hanya mengenal kecerdasan intelektual (IQ)

dengan kecerdasan ini, manusia dianggap mamapu mengatasi berbagai

persoalan hidup. Namun belakangan baru disadari bahwa sebenarnya

manusia mempunyai banyak kecerdasan (multipel intelejense).

2. Meskipun manusia mempunyai banyak kecerdasan, pada hakikatnya

semua kecerdasan itu dapat dikelompokan dalam tiga jenis yaitu

kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan

spiritual (SQ).

3. Ketiga jenis kecerdasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan, dengan SQ sebagai pondasinya.

4. Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang prilaku manusia,

mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan

manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan manusia

dengan alam.

2.5 Hakikat Pikiran (Mind) Dan Kesadaran (Consciousness)

Persepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia

memperoleh pengetahuan baru. Memori adalah proses menyimpan informasi

dan memanggilnya kembali. Berfikir adalah mengolah informasi dan

memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau kebutuhan respon.

Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dan

berbagai pengalaman yang didasari setiap saat. Lapisan prasadar  sering

disebut  memori (ingatan) yang tersedia menyangkut pengalaman –

pengalaman yang tidak disadari pada saat pengalaman tersebut terjadi,

18
dengan mudah dapat muncul kembali menjadi kesadaran secara spontan atau

dengan sedikit usaha. Lapisan tidak sadar yang merupakan lapisan yang

paling dalam dari pikaran manusia, menyimpan semua dorongan insting 

primitif serta emosi dan memori  yang mngancam pikiran sadar yang telah

sedemikian ditekan, atau secara tidak disadari telah didorong ke dalam

lapisan yang paling dalam pada pikiran manusia.

Menurut Khrisna kesadaran manusia terbagi menjadi lima tingkat /

lapisan yaitu :

1. Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan.

2. Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang

disalurkan melalui pernapasan.

3. Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan

emosional. Bila pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas

akan lebih cepat. Dan sebalikanya jika pikiran tenang maka napas kita juga

tenang , karena seluruh kepribadian kita ditentukan oleh pikiran .

4. Lapisan intelegensia (bukan Intelek ), menyangkut kesadaran hati nurani

atau budi pekerti. Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak.

5. Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil akhir

pemekaran kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran

tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia.

Manusia telah memiliki kesadaran mental atau emosional yang telah

berkembang, sementara hewan belum mencapai tingkat atau lapisan kesadaran

ini.

19
2.6 Tujuan Dan Makna Kehidupan

Siapa pun pasti sependapat dan tidak ada yang membantah bahwa tujuan

hidup umat manusia adalah untuk memperoleh kebahagian. Bahkan

Jalaluddin Rahmad (2004) mengatakan secara agama, filsafat, ilmu

pengetahuan, orang harus bahagia.

Untuk memahami tingkat kesadaran ini, ada baiknya dikutip

pendapat Sutrisna (2007) yang membedakan tiga tingkat kesadaran

manusia, yaitu 1. kesadaran hewani, 2. Kesadaran manusia, 3.

Kesadaran tuhan. Pada tabel 1.2 dijelaskan secara singkat cirri-ciri

menonjol dari tiga golongan manusia berdasarkan evoluusi tingkat

kesadaran.

Tabel 1.2
Golongan manusia berdasarkan tingkat kesadaran
Atribut/Ciri-ciri Kesadaran Hewani Kesadaran Manusia Kesadaran Tuhan
Kenikamatan rohani :
Kenikmatan duniawi :
Kekayaan hanya alat
Kekayaan, kekuasaan Keseimbangan antara
untuk
Tujuan Hidup (jabatan) dan kenikmatan duniawi
menyempurnakan
kenikmatan fisik dan rohani
tingkat kesadaran
sebagai tujuan hidup
rohani

Tingkat ego Tinggi Sedang Rendah/tidak ada ego

20
- Selalu berbaik
- Buruk sangka/selalu sangka/berpikir
berpikir negatif positif
- Tinggi hati/sombong - Rendah hati
- Kikir - Bergerak disekitar - Dermawan
- Munafik dua sifat ekstrem, - Jujur
Karakter
- Pemarah tergantung tingkat - Penyabar
- Bekerja dengan kesadarannya - Bekerja secara tulus
pamrih dan tanpa pamrih
- Tidak percaya/tidak - Selalu pasrah/
ingatan kepada tuhan menyerahkan diri
kepada Tuhan

Sumber : Sutrisno Power of soul 2007 (dimodifikasi penulis)

Tidak mudah mengukur tingkat kesadaran manusia yang

dimiliki seseorang berdasarkan ukuran objektif atau pendekatan

ilmiah yang bias digunakan oleh ilmu pengetahuan pada umumnya.

kematangan diri hanya dapat dirasakan secara subjektif oleh yang

bersangkuatan memalui refleksi dari. sejalan dengan evolusi kesadaran

yang dikemukakan Sutrisno, Ibnu Arabi (dalam Frager, 1991)

membagi empat tingkat kesadaran berdasarkan pengalaman dan

pemahaman akan hakikat kehidupan sebagai berikut :

1. Tingkat pertama: Jalan syari’ah yaitu tahap dimana seseorang

secara taat asas mengikuti hukum-hukum moral (hukum

keagamaan) dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitannya

21
dengan upaya mencari harta benda/kekayaan materi, hukum

moral ini diikuti untuk menilai sah atau tidaknya apa yang

menjadi milikku dan milikmu.

2. Tingkat kedua: Jalan thariqah yaitu tahap dimana seseorang

mencoba mencari kebenaran melalui jalan tanpa rambu (upaya

menggalikebenaran melalui pengalaman langsun, melampaui

hukuman moral keagamaan). Pada tahap ini tingkat kesadaran

seseorang melampaui tingkat syari’ah.

3. Tingkat ketiga: Jalan haqiqah, yaitu tahapan dimana seseorang

telah memahami makna terdalam dari praktik syari’ah dan

thariqah.

4. Tingkat keempat: Jalan ma’rifah, yaitu tahap dimana seseorang

telah memiliki kearifan dan pengetahuan terdalam tentang

kebenaran spiritual. Pada tahap ini, kesadaran seseorang telah

mencapai tahap tertinggi, dimana orang seperti ini telah

menyadari bahwa tidak ada lagi aku dan kamu.

2.7 Alam Semesta Sebagai Satu Kesatuan Sistem

Alam semesta beserta isinya sebenarnya merupakan kesatuan sistem.

Pengertian sistem menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan

Poerwadarminta (1976) adalah :

a. Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja sama untuk

melakukan suatu maksud, misalnya urat syaraf dalam tubuh.

22
b. Sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang

disusun dan diatur dengan baik, misalnya filsafat.

c. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran

bahasa.

Jogiyanto (1988) menyebutkan bahwa setiap sistem mempunyai

karakteristik sebagai beriikut :

a. Mempunyai komponen – komponen

b. Ada batas suatu sistem

c. Ada lingkungan luar sistem

d. Ada penghubung

e. Ada masukan, proses, dan keluaran

f. Ada sasarann atau tujuan.

Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen saling

bekerja sama, saling mendukung, saling memerlukan, dan saling

mempengaruhi satu dengan yang lain dalam rangka mencapai tujuan

keseluruhan sistem. Oleh karena itu, adanya gangguan pada satu elemen

sekecil apapun gangguan tersebut akan mempengaruhipola interaksi denga

elemen lainnya. Dan pada akhirnya, hal tersebut akan berpengaruh pada

pencapaian tujuan secara keseluuruhan sebagai satu kesatuan.

2.8 Spiritualitas Dan Etika

Sebenarnya, kajian etika erat kaitannya dengan pengembangan karakter.

Namun pengembanngan karakter harus dilakukan melalui pengembangan

keempat kecerdasan manusia (PQ, IQ, EQ, SQ) secara seimbang dan utuh.

23
Banyak pakar etika yang masih membedakan antara etika dengan

spiritualitas., padahal keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan

tidak dapat dipilah – pilah. Menurut mereka etika adalah adat, kebiasaan,

ilmu, yang mempelajari hubungan perilaku manusia yang bersifat horizontal

yaitu hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia

denganlembaga/intitusi, manusia dengan alam, dan lembaga dengan lembaga.

Sementara itu, spiritualitas berhubungan dengan perilaku manusia yang

bersifat vertikal, dalam arti hubungan manusia dengan Tuha/ kekuatan tak

terbatas. Menurut mereka, spiritulitas bukan merupakan bidang kajian etika.

Pemahaman tentang etika yang terpisah dari spritualitas ini sangat

keliru. dengan pemisahan pemahaman seperti ini, biasanya saja

seseorang yang telah mempelajari teori-teori etika dan berkali-kali

mengikuti pelatihan kode etik, tetapi belum menjamin bahwa

perilakunya bersifat etis selama kecerdasan spiritual (SQ)nya masih

rendah. Sebaliknya orang mempunyai SQ tinggi sudah pasti

mempunyai perilaku etis yang tinggi pula.

Setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini

hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran

Tuhan. Bila kesadaran spiritual telah tercapai, maka kesadaran etis dengan

sendirinya tercapai. Namun dalam perjalanan mendaki puncak spiritual ini,

syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah orang yang besangkutan harus

menjalankan perilaku hidup yang etis dan hidup sesuai dengan norma –

norma moral yang telah diajarkan oleh semua agama. Pada tahap awal,

24
perilaku etis akan mempengaruhi kesadaran spiritual seseorang. Namun pada

langkah – langkah selanjutnya, kesadaran spiritual akan menentukan tingkat

kesadaran etis seseorang.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kehidupan di dunia ini ada empat kebenaran besar yang

telah dinyatakan oleh E.F Schumacher yaitu :

a. Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia / alamsemesta)

b. Kebenaran tentang alat(tools) yang dipakai untuk memahami dunia

c. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia

d. Yang dimaksud dengan hidup di dunia

Kebenaran tentang eksistensi menyangkut kebenaran tentang

adanya empat tingkat eksistensi dunia, yaitu: benda, tumbuh-

tumbuhan, hewan, dan manusia. Dalam pengujian kebernaran di dunia

alam semesta ini banyak sekali para ilmuan yang menjelaskannya

seperti : Schumachcer, seorang sosiolog Alexandrovich Sorokin,

chopra yang pendapat dana cara untuk mengujinya berbeda – beda.

Hakikat kebenaran alam semesta tidak hanya terbatas pada sesuatu

yang bersifat fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuwan,

dengan kemajuan ilmu fisika dan adanya ketertarikan paran ilmuwan

untuk memulai mengkaji hal – hal spiritual dengan lebih rasional, maka

mulai diyakini bahwa hal  – hal yang tidak tampak oleh pancra indra

juga merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat keberadaan.

Namun kesimpulannya Manusia dan alam semesta mempunyai

hubungan yang sangat erat. Alam semesta dan manusia adalah satu.

Dalam pemahaman manusia dan alam tidak jauh berbeda. Sebagaimana

26
manusia, alam semesta terdiri dari lima unsur: tanah, air, api, angin,

ruang. Dalam hal ini adanya alam semesta tidak hanya untuk

menunjang kehidupan manusia atau alam semesta ada untuk mengabdi

kepada manusia. Ini karena manusia bukan ada di luar bagian alam

semesta, namun ia adalah satu kesatuan dengan alam semesta. Jadi

gambaran tentang alam semesta bisa diderivasikan dari gambaran

tentang manusia atau sebaliknya. Wujud manusia meniru alam semesta

jelas sekali diungkapkan sebagaimana yang tercantum di bawah ini:

“Bulatnya kepala berbentuk langit, bentuk persegi dari kaki

bernbentuk bumi. Ruang kosong di dalam perut mewujudkan langit,

hangatnya perut sesuai dengan musim semi dan musim panas, kerasnya

punggung sesuai dengan musim gugur dan musim dingin. Empat

bagian badan senusi dengan empat waktu, dua belas sendi besar sesuai

dengan dua belas bulan, tiga ratus enam puluh sendi kecil sesuai

dengan tiga ratus enam puluh hari. Keluar masuknya nafas hidung

sesuai dengan angin di lembah dan parit. Sepasang mata sesuai

dengan matahari dan bulan, membuka dan menutup sesuai dengan

siang dan malam. Rambut sesuai dengan bintang , alis sesuai dengan

bintans tujuh, nadi sesuai dengan sungai besar, tulang sesuai dengan

batu dan permata, kulit dan daging sesuai dengan tanah, bulu sesuai

dengan hutan rimba.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno & I Cenik Ardana. 2009.  Etika Bisnis dan Profesi

Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat

Dunn, Paul dan Brooks, Leonard J.  Etika Bisnis & Profesi Untuk

Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Jakarta. 2011. Salemba empat

http://www.anekamakalah.com/2012/03/manusia-dan-alam-semesta.html

http://www.danisetiawanku.com/2011/02/manusia-dan-kesadaran-

berpikir.html

https://yudistirafrance.files.wordpress.com/2010/12/manusia-dan-alam-

semesta-new.doc

28

Anda mungkin juga menyukai