Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA KHATOLIK


THEMA 3
HATI NURANI

DOSEN PEMBIMBING
Drs. Sugino, M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Herwindra Dwi Saputra (B1032161063)
Agnes Felixia Felly (B1013161021)
Helensius (B21111027)
Ega Gita Prantika (B1013161021)
Meltidos Guidho Rangga Win (B1012161054)
Falentina Ervita (B1032161041)
Rahel Yoanita Carin (B1032161021)

PENDIDIKAN AGAMA KHATOLIK


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur kami haturkan kepada tuhan yang maha esa atas waktu dan
kesempatan yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat pada waktunya.Tidak lupa kami sampaikan terimakasih untuk sebesar besar
yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penyususan makalah
ini yang berjudul “Hati Nurani”.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh
dari kata sempurna untuk itu kami menunggu kritik dan saran yang membangun
agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi.

Pontianak, 12 Oktober 2016

Kelompok 5
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Permasalahan
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Ciri-ciri dan Jenis
C. Pertimbangan Moral
D. Keputusan Suara Hati
E. Kesesatan Hati Nurani
F. Pembinaan Suara Hati
G. Fungsi Suara Hati

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dizaman yang serba modern ini perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin maju pesat dan berjalan tanpa henti. Perkembangan ini
mempengaruhi perilaku menusia yang selalu ingin mendapatkan sesuatu secara
instan tanpa harus melakukan pengorbanan lebih dulu. Dengan keadaan yang
seperti ini akan memunculkan beragam fenomena yang berkaitan dengan
kehidupan manusia. Salah satu fenomena tersebut berkaitan dengan hati nurani
manusia sebagai landasan kesadaran dalam melaksanakan perilaku yang nyata.
Dewasa ini, hati nurani sering dinomor duakan, sehingga manusia lebih
mengutamakan ego dan kepentingan masing-masing tanpa berpikir mana yang
baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Tanpa disertai
landasan hati nurani sebelum bertindak, akan berpengaruh pada moralitas manusia
yang semakin buruk.
Dengan hati nurani kita diharapkan mengerti dan memahami akan hal baik
dan buruk yang berhubungan langsung dengan perilaku manusia secara konkret.
Sehingga apabila manusia merefleksikan hati nurani sebagai landasan bertingkah
laku, maka akan terciptalah keselarasan kehidupan di dunia.

B. Rumusan Permasalahan
a. Apa itu hati nurani?
b. Apa saja fungsi hati nurani?
c. Bagaimana cara pembinaan hati nurani?
d. Apa saja kesesatan hati nurani?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui hati nurani
b. Untuk mengetahui fungsi hati nurani
c. Untuk mengetahui cara pembinaan hati nurani
d. Untuk mengetahui kesesatan hati nurani
D. Manfaat
a. Agar kita dapat mengetahui hati nurani
b. Agar kita dapat mengetahui fungsi hati nurani
c. Agar kita dapat mengetahui cara pembinaan hati nurani
d. Agar kita dapat mengetahui kesesatan hati nurani
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Hati Nurani menurut Dokumen Resmi Gereja Khatolik.
Konsili Vatikan II menerangkan bahwa hati nurani ialah inti manusia yang
paling rahasia, sangat sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang
sapaanNya menggema dalam batinnya. Sanggar suci ini bukan sesuatu yang
tertutup dalam dirinya, melainkan selalu terbuka untuk yang lain karena
manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Hukum dasariah hati nurani
dilihat sebagai hukum cinta kasih Allah dan sesama. Di dalam gagasan
mengenai hati nurani, ditemukan prinsip utama hubungan timbal balik antara
manusia dengan manusia dan antara manusia dengan Tuhan. Dalam hati
nurani ditemukan kemungkinan untuk berdialog yang mujarab dengan siapa
pun dalam proses mencari kebenaran moral. Gereja Katolik dalam ajaran
resminya juga mengemukakan pengertian hati nurani, yaitu keputusan akal
budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia
rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara
moral. Dikatakan pula:
Hati nurani adalah “hukum roh” dan juga suatu “bisikan langsung,”
dalamnya terdapat juga “gagasan pertanggungjawaban, kewajiban, ancaman,
dan janji… Ia adalah utusan dari Dia, yang berbicara kepada kita baik di
dalam alam maupun di dalam rahmat di balik satu selubung dan mengajar
serta memerintah kita melalui wakilwakil-Nya. Hati nurani adalah wakil
Kristus yang asli. Hati nurani dikatakan pula sebagai kemampuan manusia
untuk menyadari tugas moral dan untuk mengambil keputusan moral.

2. Hati Nurani dalam Teologi Moral


Apa yang disebut sebagai hati nurani sebenarnya merupakan dua elemen
yang tidak boleh dipisahkan. Kedua elemen itu adalah hati nurani habitual
(conscientia habitualis / synderesis) dan hati nurani aktual (conscientia
actualis / syneidesis). Hati nurani habitual , yang disebut juga norma
subyektif, adalah pembawaan kodrati manusia yang berasal dari Allah dan
merupakan tempat terdalam kehadiran Allah dalam diri manusia. Hati nurani
ini merupakan sikap natural yang mengarahkan pribadi maanusia kepada apa
yang obyektif benar dan baik, dan akhirnya kepada Allah sendiri. Hati nurani
ini mengingatkan manusia akan imperatif dan norma moral kodrati yang
paling dasar, yaitu “buatlah yang baik, elakkanlah yang jahat,” dengan memuji
atau menegur manusia sesuai dengan jawaban yang manusia beri atas
imperatif itu. Elemen yang kedua, yaitu hati nurani aktual, merupakan
kemampuan seluruh hati nurani untuk mengaplikasikan norma subyektif yang
masih sangat umum tadi atas tingkah laku konkret manusia. Dengan kata lain,
merupakan aplikasi/aktualisasi/pemakaian hati nurani habitual untuk
pengambilan keputusan moral konkret. Hati nurani aktual ini memperoleh
ungkapannya dalam ‘keputusan hati nurani yang praktis.’ Keputusan hati
nurani yang praktis ini dibuat oleh seseorang karena penilaian moralnya
mengenai baik – jahat.
Dalam arti luas: Hati nurani berarti kesadaran moral yang tumbuh dan
berkembang dalam hati manusia. Keinsafan akan adanya kewajiban.
Dalam arti sempit: Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral di atas
dalam situasi konkret. suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau salah,
baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun
dapat keliru.
Pada saat suatu tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni
menyuruh atau melarang. Sesudah suatu tindakan, maka kata hati muncul sebagai
“hakim” yang memberi vonis. Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji,
sehingga membuat orang merasa bangga dan bahagia. Namun, jika perbuatan itu
buruk atau jahat, maka kata hati akan menyalahkan, sehingga, orang merasa
gelisah, malu, putus asa, menyesal.

B. Ciri-ciri dan Jenis


1. Ciri-ciri hati nurani
1. Subjektif
Pengetahuan tentang apa yang baik dan yang buruk melekat pada
diri setiap individu. Artinya bahwa hati nurani itu menyatu dengan
tingkat pengetahuan dan wawasan subjek.
2. Konkrit
Hati nurani berbicara mengenai kebaikan yang sedang dihadapi
seseorang dalam kejadian tertentu.
3. Aktual
Apa yang diputuskan oleh hati nurani bukan merupakan ulangan
dari keputusan-keputusan sebelumnya. Hati nurani selalu memutuskan
sesuatu secara aktual.
4. Bebas
Subjek bebas dalam menentukan perilakunya.
5. Mutlak
Mutlak di sini mempunyai arti ia tidak dapat ditawar melalui
pertimbangan-pertimbangan dalam bentuk apapun dan hanya sepintas
keluarnya dengan atau tanpa disadari
2. Jenis-jenis Hati Nurani
a. Hati nurani prosepektif
Merupakan kesadaran atau keputusan tentang apa yang akan kita
lakukan atau tidak akan kita lakukan. Dalam hal ini, hati nurani
memberikan pertimbangan mengenai apa yang harus atau apa yang tidak
boleh kita lakukan.

b. Hati nurani retrospektif


Kesadaran atau keputusan tentang apa yang sudah kita lakukan.
Hati nurani ini bersifat penilaian terhadap apa yang telah seseorang
lakukan. Bila bermoral diberi penghargaan, bila tidak bermoral dicela atau
dihukum.
Contohnya, seseorang dalam keadaan sangat lapar dan melihat di
depannya ada sebuah roti yang bukan miliknya, dalam hal ini hati nurani
prospektif bekerja yaitu memberikan saran dan menganjurkan untuk tidak
mengambil roti tersebut. Tapi, semua itu kembali kepada subjek karena
subjeklah yang memutuskan untuk mengambil roti tersebut atau tidak.
Setelah tindakan dilakukan maka hati nurani retrospektif bekerja,
jika subjek tetap mengambil roti tersebut maka hati nuraninya akan
menghukum (misalnya berupa penyesalan). Jika dia tidak mengambil roti
tersebut maka hati nuraninya akan memberikan penghargaan, misalnya
rasa damai.

C. Pertimbangan Moral
Sebuah tindakan secara moral baik, bila sesuai dengan normanya. Norma
itu adalah menetapkan perintah untuk bertindak, tentu saja bukan keberadaan
manusia yang terpisah, tetapi dalam relasi esensialnya, yaitu manusia sebagai
ciptaan dan anak-anak Allah. Ada norma yang tidak dinormakan oleh tingkah
laku manusia yaitu Allah sendiri. Allahlah Norma yang tidak dinormakan
namun menormakan, lantaran exemplaritasnya (causa exemplar)
meninggalkan jejaknya pada setiap ciptaan, dan membuat manusia citraNya
dan manusia yang dibaptis menjadi anakNya.
Selain itu, esensi Moralitas menunjuk pada sebuah “keharusan”. Apa yang
baik secara moral tidak hanya hal itu dikehendaki secara bebas, namun lebih
sesuatu itu harus dikehendaki. Namun dalam arti ini keharusan tidak
meniadakan unsur kebebasan. Kewajiban Moral berbeda dengan paksaan,
karena kewajiban moral berasal dari kehendak ilahi.
D. Keputusan Suara Hati
Dalam diri manusia pastilah memiliki suara hati yang selalu berperan
sebagai pedoman arah dan tujuan hidup. Suara hati mengarahkan seseorang
untuk berpikir dan berperilaku benar. Suara hati tidak hanya menilai tujuan
dan sarana usaha manusia sesuai dengan arah hidupnya melainkan juga
sebagai pedoman dan daya penggerak bagi tindakan kita. Suara hati mengajak
untuk melakukan sesuatu yang benar dan berusaha untuk menghindar dari
segala perilaku dan perbuatan yang negatif. Sehingga suara hati mengajak
manusia untuk memahami kehendak hati secara lebih jernih.
Suara hati merupakan perasaan moral dalam diri manusia yang mampu
mengarahkan dan menentukan benar dan buruk suatu perbuatan. Manusia
pastilah terikat untuk menaati suara hati dalam setiap perbuatannya. Maka dari
itu ia harus senantiasa menjaga agar hati nurani tidak membawa kepada
pemikiran yang menyesatkan. Suara hati akan menyuruh bila itu perbuatan
baik dan akan melarang jika perbuatan buruk. Suara hati dapat berperan pada
saat tindakan dilakukan. Ia akan terus menyuruh jika perbuatan itu baik dan
melarang jika perbuatan itu buruk.

E. Kesesatan Hati Nurani


Maraknya pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan prinsip Injil
yang benar, muncul di sekitar kita. Kita pun dibuat bingung dan terus
mempertanyakannya. Bagaimana seharusnya kita menyingkapi semua hal
tersebut? Hati nurani dapat diterjemahkan menjadi: “suara kecil yang ada di
dalam hati, bayangan di dalam diri, gema hati, batin atau hati,” di mana istilah
ini digunakan untuk menggambarkan bagian batin seseorang, yang berfungsi
untuk memperingatkannya tentang perilaku yang baik dan nilai-nilai moral;
atau, kemampuan orang untuk membedakan antara yang benar dan yang salah.
F. Pembinaan Suara Hati
Supaya hati nurani tidak mengalami kemunduran dan menjadi hati nurani
salah, maka hati nurani harus dibina. Pembinaan hati nurani bisa dilakukan
dengan menambah pengetahuan dan wawasan subjek, misalnya melalui
pendidikan formal maupun informal. Hati nurani juga bisa dibina dengan
memperluas pergaulan. Dengan semakin luasnya pergaulan, subjek akan
dihadapkan dengan situasi yang beragam dan akan ada banyak hal baru yang
dihadapi. Dengan demikan, akan muncul berbagai masalah baru dan subjek
dituntut untuk mengambil keputusan-keputusan baru.
Hal yang paling penting dalam pembinaan hati nurani adalah subjek harus
membiasakan diri untuk mendengarkan dan melaksanakan hati nuraninya
sendiri. Dengan demikian, hati nurani akan semakin peka dan akan berfungsi
dengan baik.

G. Fungsi Suara Hati


Fungsi hati nurani bermanfaat juga berfungsi sebagai pegangan, pedoman,
atau norma untuk menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk.
a. Hati nurani berfungsi sebagai pegangan atau praturan-peraturan
konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan manusia
akan nilai dan harga dirinya.
b. Sikap kita terhadap hati nurani adalah menghormati setiap suara hati
yang keluar dari hati nurani kita.
c. Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani.
d. Mempertimbangkan secara masak dan dengan pikiran sehat apa yang
dikatakan hati nurani.
e. Melaksanakan apa yang disuruh hati nurani.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Hati nurani membantu manusia memutuskan sesuatu dalam
mengambil tindakan. Keputusan tersebut bisa keliru tergantung dari
pengetahuan, wawasan, dan optio fundamentalis subjek. Jadi hati nurani
bisa salah, artinya saya dapat meyakini sesuatu dengan jujur sebagai
kewajiban saya yang sebenarnya tidak merupakan kewajiban saya;
misalnya karena saya tidak memliki cukup informasi atau karena tidak
tepat dalam mempertimbangkan semua segi masalahnya.
Hati nurani harus dibina secara terus menerus agar tidak
mengalami kemunduran. Hal ini penting karena jika hati nurani
mengalami kemunduran maka hati nurani bisa menjadi tidak peka
terhadap masalah-masalah yang dihadapi individu, dan dikhawatirkan hati
nurani menjadi hati nurani yang salah. Oleh Karena itu, subjek harus
sering mengasah dan mendengarkan apa kata hatinya. Dengan demikan,
hati nurani akan semakin tajam dan membantu subjek melakukan hal baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://dhape.wordpress.com/2009/03/19/hati-nurani/
2. Dr. Yan van Paassen,”Suara Hati Kompas Kebenaran”, ( Jakarta: Obor, 2002),
hlm. 2.
3. Bockle, Franz, 1967, Fundamental Concepts of Moral Theology (terj. William
Jerman), Paulist Press Exploration Book, New York
4. Bertens, K. Etika, Jakarta : Gramedia, 2011

Anda mungkin juga menyukai