MAKALAH
(UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH AGAMA KATOLIK)
Oleh:
PETRUS
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I........................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN........................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. 4
BAB II.......................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN............................................................................................................. 5
2.1 Pengertian dan Makna............................................................................................... 5
2.2 Analisis History....................................................................................................... 6
2.3 Analisis Teologis...................................................................................................... 8
2.4 Refleksi................................................................................................................. 9
BAB III....................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan Salib, yang juga dikenal sebagai Via Dolorosa, merupakan narasi atau
penggambaran jam-jam terakhir dari kehidupan Yesus Kristus di dunia, yang secara terus-
menerus memberikan keyakinan rohani bagi semua orang Kristen dan penerapannya dalam
kehidupan kita. Jalan Salib berfungsi sebagai pengingat yang kejam akan kerelaan Yesus
mengesampingkan otoritas ilahi-Nya untuk menyediakan jalan keselamatan melalui
pengorbanan-Nya.
Devosi Jalan Salib merupakan salah satu devosi tradisional Gereja. Pada umumnya, Jalan
Salib dilakukan setiap hari Jumat selama masa Prapaskah. Mereka yang dulu pernah bersekolah
di sekolah Katolik, dan seandainya terdapat gereja di dekat sekolah itu, biasanya ada tradisi
untuk mengajak para murid dan guru berdevosi Jalan Salib bersama. Sayangnya, berdasarkan
pengalaman saya pribadi, kita hanya diajak untuk mengikuti devosi ini tanpa memahami lebih
dalam makna rohaninya bagi diri kita.
Sudah marak dijalankan aneka devosi di kalangan umat baik secara pribadi maupun
komunitas. Lebih banyak di antara mereka yang giat berdevosi itu termotivasi oleh manfaat yang
diharapkan dari menjalankan devosi, atau ingin sesuatu yang ajaib. Sementara sejarah, makna,
dasar biblis-teologis, dan kecenderungan penyimpangan tidak dimengerti dan disadari. Namun,
ada juga sebagian orang yang masih ragu, bimbang, bertanya-tanya tentang praktik devosi-
devosi dalam Gereja Katolik ini. Keraguan itu tampaknya muncul karena kekurangan
pengetahuan yang benar dan tepat tentang devosi.
Melihat realita diatas, penulis merasa perlu untuk membahas sejarah, makna, dasar biblis-
teologis supaya bisa dimaknai dengan baik. Kali ini penulis membahas secara khusus pada
perhentian ketiga yaitu Yesus Jatuh untuk Pertama Kali
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Pada perhentian ketiga, kejatuhan Yesus merupakan suatu bentuk antisipasi atas
kejatuhan kita manusia. Namun, tidak berarti bahwa kita berpikir Yesus setuju dengan
kejatuhan kita atau memberikan kepada kita peluang untuk jatuh dan selalu jatuh. Bahwa
manusia ada kemungkinan untuk jatuh, Yesus telah melihat hal itu. Dengan demikian, Ia
memberi jalan bahwa kita harus mencintai jalan hidup kita dengan segala bentuk salib
yang harus kita pikul. Karena itu, kalau kita terantuk pada berbagai kerikil yang
menghalang dan jatuh, kita tidak boleh pasrah dan bertahan pada tempat di mana kita
jatuh.
Sejarah Jalan Salib di mulai pada abad ke 14, di perkenalkan oleh para biarawan
dari Ordo Fransiskan (OFM), lebih-lebih sejak St. Fransiskus Asisi mengalami stigmata.
Pada awalnya Jalan Salib tidak ada perhentian-perhentian seperti sekarang. Rute yang
ditempuh dalam rangka Jalan Salib berubah dari waktu ke waktu. Malahan, masing-
masing kelompok umat menawarkan sejumlah perhentian berbeda dan menetapkannya
pada lokasi yang berbeda pula.Sampai pada abad ke 18, Paus Klemens XII menetapkan
jumlah dan lokasi perhentian Jalan Salib secara definitif sampai sekarang. Ibadat Jalan
Salib juga kini menjadi bagian tak terpisahkan dari tempat-tempat peziarahan katolik,
misalnya Gua Maria atau Gereja. Begitu juga di dalam setiap gereja Katolik, pasti
memasang perhentian-perhentian Jalan Salib.
Selain menurut tradisi gereja diatas ada juga Menurut Kitab Suci, namun dari 14
Perhentian Jalan Salib, hanya 8 diantaranya yang tertulis dengan jelas di Alkitab.
Perhentian 3, 4, 6, 7, dan 9 tidak tertulis secara implisit di Alkitab (lebih jauh lagi,
sebelum abad pertengahan, tidak ada bukti yang jelas mengenai Perhentian ke-6) dan
Perhentian ke-13 (Yesus diturunkan dari Salib oleh Yusuf dari Arimatea) dianggap
sebagai tambahan saja agar terlihat lebih runtut. Untuk memberikan versi yang lebih tepat
(sesuai dengan yang tertulis di Alkitab, Paus Yohanes Paulus II memperkenalkan versi
baru yang disebut "Scriptural Way of Cross" (lit. Jalan Salib menurut Alkitab) pada Jumat
Agung tahun 1991. Pada 2007, Paus Benediktus XVI menyetujui versi ini dan dapat
dipakai dalam meditasi dan perayaan, dengan urutan sebagai berikut:
Manusia telah jatuh, dan ia terus jatuh: sering ia menjadi karikatur dirinya, tidak lagi
menjadi rupa Allah, tapi menjadi ejekan bagi sang Pencipta. Bukankah manusia yang berada di
jalan dari Yerusalem menuju Yerikho, jatuh diantara para pencuri yang melucutinya dan
meninggalkannya setengah mati dan berdarah di tepi jalan, adalah gambaran kemanusiaan yang
tak tertandingi? Kejatuhan Yesus dibawah Salib bukan sekedar kejatuhan manusia Yesus, lelah
karena penderaan. Ada makna yang lebih dalam dari kejatuhan ini, seperti yang Paulus
beritahukan pada kita dalam Surat kepada Umat Filipi:
Walaupuan Ia dalam rupa Allah, Ia tidak mengangap kesetaraan dengan Allah sebagai milik
yang harus dipertahankan, tapi mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, lahir
dalam keserupaan manusiaIa merendahkan dirinya dan menjadi taat sampai mati, bahkan
sampai kematian di Salib (Fil 2:6-8).
Dalam kejatuhan Yesus di bawah Salib, makna seluruh hidup-Nya terlihat: perendahan diri-
Nya dengan rela, yang mengangkat kita dari kedalaman kesombongan kita. Hakikat
kesombongan kita juga dinyatakan: arogansilah yang membuat kita ingin dibebaskan dari Allah
dan ditinggalkan sendiri bagi diri kita, kesombongan yang membuat kita berpikir bahwa kita
tidak memerlukan kasih-Nya yang kekal, tapi bisa menjadi tuan atas hidup kita. Dalam
pemberontakan melawan kebenaran ini, dalam upaya untuk menjadi tuhan kita sendiri, pencipta
dan hakim, kita jatuh dengan kepala terlebih dahulu dan terjerumus dalam kehancuran-diri.
Kerendahan hati Yesus mengatasi kesombongan kita; melalui perendahan diri-Nya.
2.4 Refleksi
Yesus telah menyadarkan kita bahwa jatuh bukanlah akhir dari perjalanan dalam menelusuri
lorong-lorong yang kita cintai. Jatuh adalah suatu kemungkinan. Setiap kita ada kemungkinan
untuk jatuh dalam proses mencapi kemenangan dan kemuliaan. Bisa dibilang sebagai bambatan
untuk mencapi ujung cita-cita dan harapan. Jika kita hanya sampai pada tempat di mana kita
jatuh dan hanya bertahan di situ, maka kita gagal. Kegagalan teratasi kalau kita bangun, lalu
melanjutkan jalan kita tanpa mengeluh putus asa.. Marilah kita mengijinkan Ia mengangkat kita
ke atas. Marilah kita melucuti kesadaran akan kecukupan-diri kita, ilusi palsu tentang kebebasan,
dan belajar dari-Nya, Ia yang merendahkan diri-Nya, untuk menemukan kebesaran kita yang
sejati dengan membungkuk di hadapan Allah dan di hadapan saudara-saudari kita yang tertindas.
Semoga!
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam jatuh yang pertama ini tampak seluruh pola hidup Yesus. Ia merendahkan diri-Nya
dengan rela untuk mengangkat manusia dari kesombongannya. Justru dalam jatuhnya Yesus
ini tampak secara cukup jelas kodrat dan inti kesombongan manusia yang biasa keras kepala,
yakin bahwa tidak memerlukan kasih, ingin membentuk hidupnya sendiri tanpa campur
tangan Allah.
Manusia yang sombong berontak melawan kebenaran. Manusia hendak menjadi dewa,
pencipta, malah hakim bagi dirinya sendiri. Dan akibat kesombongan itu sangat menakutkan:
manusia menuju kebinasaannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Salib
2. http://pastorzip.blogspot.com/2007/04/stations-of-cross.html
3. https://luxveritatis7.wordpress.com/meditasi-jalan-salib/
4. https://www.facebook.com/196743300345736/photos/a.777718952248165.1073741826.1
96743300345736/1006213232732068/