Pikiran itu bukan saja suatu daya menghimpun realitas, tetapi juga daya
menciptakan kenyataan-kenyataan yang khas bagi roh. Dengan demikian, pikiran
mewujudkan suatu transendensi otentik terhadap materi.
Santoso Agustinus telah banyak membahas tentang daya roh ini, yang sampai
tingkat tertentu menunjukkan kemampuannya untuk mandiri. Dengan kembali kepada
dirinya sendirilah roh mampu menemukan kebenaran.
Pikiran, sebagai Daya Pelampauan.
Materi, dan semua bentuk enersi fisik, biarpun kuat sekali mereka itu dapat dapat
dikalkulasikan, dapat diukur. Mereka selalu berkuantitas sama, walaupun bentuknya
berubah.
Jika pd intinya roh berhasil melakukan pembaharuan terus menerus, maka itu
disebabkan karena ia dapat memasuki dunia superior ide-ide, dunia kebenaran-kebenaran
kekal, dunia nilai-nilai, dunia yang mengatasi dunia kenyataan-kenyataan material.
Spiritual Jiwa
Dengan menyatakan bahwa jiwa bersifat spiritual, kita memaksudkan bahwa jiwa
itu secara intrinsik adalah bebas dari materi dalam hakikatnya. Hal itu adalah akibat dari
kenyataan bahwa kelakuan-kelakuan tertentu dari manusia mengungguli kondisi-kondisi
material seperti yang kita lihat.
Kesederhanaan Jiwa
Munculnya Masalah
Jika jiwa lebih unggul daripada materi dan secara intrinsik tidak tergantung
padanya, maka timbulah problem tentang apa yang akan terjadi pada saat kematian,
sewaktu fungsi-fungsi jasmani dan psikologis telah merosot sampai pada titik dimana
mereka tidak dapat dilaksanakan lagi.
Plato sebuah nama yang sangat masyhur, memberi beberapa argumen. Inilah
intisari dari argumen-argumennya:
1. Hal-hal yang berlawanan berasal dari hal-hal yang berlawanan. Kematian berasal dari
kehidupan. Demikian pula kehidupan berasal dari kematian.
2. Ajaran mengenai ingatan menunjukkan bahwa jiwa tela hidup sebelum kehidupan
sekarang ini. maka ia masih akan hidup sesudah kehidupan ini.
3. Kodrat jiwa adalah sederhana dan mirip dengan "ide-ide", maka ia tidak bisa
dihancurkan.
Pada abad pertengahan, semua filsafat skolastik mengakui kekekalan jiwa dan
mengira dapat membuktikannyadengan argumen-argumen rasional. Namun demikian,
beberapa fillsuf skolastik berkata bahwa tidak ada argumen-argumen rasional yang
pasti.
Dalam zaman modern, kekekalan jiwa telah diakui dan dibela secara filosofis oleh
Descartes, Leibniz, Wolff, Maine De Biran, Ravaisson-Mollien, Herbart, Lotze, dan
masih banyak lagi.
Banyak orang yang dipengaruhi oleh mentalitas sains, tetapi tanpa tahu apa yang
terjadi dalam bidang riset ilmiah yang paling baru, sulit sekali membayangkan bahwa
manusia bisa hidup lagi sesudah kematian biologis. Mengapa? Karena mereka
mengandaikan otak dan pikiran adalah sama.
Argumen-argumen Pokok
Menurut ajaran ini, badan dan jiwa berbentuk substansi lengkap yang saling
mempengaruhi. Doktrin ini sering disebut “dualisme” atau teori “roh di dalam mesin”.
Akan rerapi dengan menganggap manusia itu terdiri dari 2 substansi, teori ini tidak
memperhitungkan kesatuan pribadi yang mutlak. Manusia itu suatu aku yang
dipribadikan dan bukan sepasang, bukan sehimpunan. Menurut teori ini manusia
seharusnya bilang kami dan bukan lagi aku.
Materi dan kesadaran hanya merupakan dua aspek dari satu kenyataan unik yang
fundamental, suatu aspek psikis dan suatu aspek fisik. Segi psikis adalah jiwa dan segi
fisik adalah badan. Mereka itu bukan dua kenyataan yang berbeda, melainkan kenyataan
yang sama yang dipandang dari dua sudut berlainan. Dengan demikian maka persesuaian
sempurna yang terlihat pada peristiwa-peristiwa mental dan jasmani seseorang, dengan
mudah dapat ditenangkan.
Aktualisme, Fenomenisme
Hanya badanlah yang merupakan suatu substansi, jiwa hanyalah suatu himpunan
fenomena-fenomena psikis. Tetapi lalu pada manusia, apakah yang melaksanakan
aktivitas-aktivitas mental? Mereka menjawab bahwa aktivitas-aktivitas itu datang
mendadak begitu saja bagaikan hari-hari dalam seminggu, tanpa memerlukan suatu
kenyataan yang menjadi dasarnya.
Agnostisisme
Hylemorfisme
Manusia itu substansi lengkap. Menurut paham hylemorfisme, manusia itu terdiri
dari dua prinsip komplementer, yaitu suatu kausa formal dan suatu kausa material. Pada
manusia, hanya materilah yang merupakan prinsip tidak merdeka yang seluruhnya
tergantung dari pasangannya. Sebab jiwa manusia itu bukan suatu bentuk sybstansial
yang biasa. Ia merupakan bentuk substansial tetapi sekaligus ia juga roh. Ia adalah suatu
roh yang melakukan segala aktivitas bentuk substansial. Dan dari segi ini, ia secara
intrinsik tergantung pada materi.
8. Daftar Pertanyaan
Jawab : Pikiran itu bukan saja suatu daya menghimpun realitas, tetapi juga daya
menciptakan kenyataan-kenyataan yang khas bagi roh. Dengan demikian, pikiran
mewujudkan suatu transendensi otentik terhadap materi.