Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ ALIRAN EKSISTENSIALISME ”

Disusun untuk memenuhi tugas :


Mata Kuliah : Pengantar Filsafat
Dosen Pengampu : Dr. Nurdin K,M.PD

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

1. Salsabila Rustandi ( 2302010016 )


2. Muthofiah ( 2302010026 )
3. Andi Wulandari ( 2302010010 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas izinnya kami

dapat menyelesaikan makalah ini yang berisi materi mengenai “ Aliran Eksistensialisme

”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang

diberikan oleh Ustadz Dr. Dr. Nurdin K,M.PD. Makalah ini ditulis berdasarkan informasi

yang bersumber dari media massa, buku, dan hal lain yang berhubungan dengan materi

terkait.

Kami juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,

oleh karena itu kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak, untuk memberikan kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan

penulisan makalah ini.

Palopo, 20 Oktober 2023

Penulis :

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Eksistensialisme..............................................................2

B. Sejarah Lahirnya Aliran Eksistensialisme...................................................2

C. Tokoh – Tokoh Aliran Eksistensialisme......................................................4

D. Sifat – Sifat Eksistensialisme.......................................................................5

E. Hakikat Eksistensialisme.............................................................................6

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................................................................8

B. SARAN........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat bisa kita artikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu secara
mendalam. Dengan adanya filsafat ini kita akan mudah mengetahui akar-akar dari
dasar dari berbagai macam ilmu lainnya dan juga merupakan dasar dari segala sesuatu
yang ada. Di dalam filsafat terdapat berbagai macam aliran yang merupakan terapan
dari flsafat umum, dan yang kan di bahas dalam makalah ini yaitu aliran
Eksistensialisme ditinjau dari keberadaan dalam filsafat pendidikan. Filsafat ini
memfokuskan pengalaman-pengalaman individu. Filsafat ini berhubungan dengan
pengembangan sistem pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami semua
realitas, serta keberadaan manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Eksistensialisme?


2. Bagaimanakah Sejarah lahirnya aliran Eksistensialisme?
3. Siapakah Tokoh-tokoh aliran eksistensialisme dan pemikirannya?
4. Bagaimanakah Pandangan eksistensialisme terhadap manusia?
5. Apakah Sifat-sifat Eksistensialisme?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Pengertian Eksistensialisme
2. Untuk Mengetahui Sejarah lahirnya aliran Eksistensialisme
3. Untuk Mengetahui Tokoh-tokoh aliran eksistensialisme dan pemikirannya
4. Untuk Mengetahui Pandangan eksistensialisme terhadap manusia
5. Untuk Mengetahui Sifat-sifat Eksistensialisme

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ALIRAN EKSISTENSIALISME


Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks yang berarti keluar,
dan sistensi atau sisto yang berarti, menempatkan. Secara umum berarti, manusia
dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu
keberadaannya ditentukan oleh dirinya. Karena manusia selalu terlihat di
sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu
manusia harus berbuat menjadikan - merencanakan, yang berdasar pada
pengalaman yang konkret.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai
gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada
(bereksistensi) dalam dunia.
Pendapat lain, menyatakan “eksistensialisme” merupakan suatu aliran
dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas
kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar
dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang
benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa
kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas
menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia juga dipandang sebagai
suatu mahluk yang harus bereksistensi (berbuat), mengkaji cara manusia berada di
dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme
adalah manusia konkret.

B. SEJARAH LAHIRNYA EKSISTENSIALISME

Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi
krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba
apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu
krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai

2
krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau
situasi dan kondisi dunia, yaitu :
1). Materialisme
Eksistensialisme muncul sebagai reaksi terhadap pandangan
materialisme. Paham materialisme ini memandang bahwa pada akhirnya
manusia itu adalah benda, layaknya batu atau kayu, meski tidak secara
eksplisit. Materialisme menganggap hakekat manusia itu hanyalah sesuatu
yang material, betul-betul materi. Materialisme menganggap bahwa dari segi
keberadaannya manusia sama saja dengan benda-benda lainnya, sementara
eksistensialisme yakin bahwa cara berada manusia dengan benda lain itu
tidaklah sama. Manusia dan benda lainnya sama-sama berada di dunia, tapi
manusia itu mengalami beradanya dia di dunia, dengan kata lain manusia
menyadari dirinya ada di dunia. Eksistensialisme menempatkan manusia
sebagai subjek, artinya sebagai yang menyadari, sedangkan benda-benda yang
disadarinya adalah objek.

2). Idealisme
Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme.
Idealisme dan materialisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakekat yang
ekstrem. Materialisme menganggap manusia hanyalah sesuatu yang ada, tanpa menjadi
subjek, dan hal ini dilebih-lebihkan pula oleh paham idealisme yang
menganggap tidak ada benda lain selain pikiran. Idealisme memandang manusia
hanya sebagai subjek, dan materialisme memandangnya sebagai objek. Maka
muncullah eksistensialisme sebagai jalan keluar dari kedua paham tersebut,
yang menempatkan manusia sebagai subjek sekaligus objek. Manusia sebagai
tema sentral dalam pemikiran.

3). Situasi dan Kondisi Dunia


Munculnya eksistensialisme juga didorong oleh situasi dunia secara
umum, terutama dunia Eropa barat. Pada waktu itu kondisi dunia pada
umumnya tidak menentu akibat perang. Di mana-mana terjadi krisis nilai.
Manusia menjadi orang yang gelisah, merasa eksistensinya terancam oleh

3
ulahnya sendiri. Manusia melupakan individualitasnya. Dari sanalah para
filosof berpikir dan mengharap adanya pegangan yang dapat mengeluarkan
manusia dari krisis tersebut. Dari proses itulah lahir eksistensialisme.

C. TOKOH-TOKOH ALIRAN EKSISTENSIALISME

1) S. Kierkegaard (1813-1855)

Kierkegaard adalah seorang pemikir Denmark yang merupakan filsuf


Eksistensialisme yang terkenal abad 19. Kierkegaard berpendapat bahwa
manusia dapat menemukan arti hidup sesungguhnya jika ia menghubungkan
dirinya sendiri dengan sesuatu yang tidak terbatas dan merenungkan
hidupnya untuk melakukan hal tersebut, walaupun dirinya memiliki
keterbatasan untuk melakukan itu. Karena pada saat itu terjadi krisis
eksistensial, tujuan filsafat Kierkegaard adalah untuk menjawab pertanyaan
“bagaimanakah aku menjadi seorang individu?”.

Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut, yakni


manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah,
keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan. Inti pemikiran
Kierkegaard adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi
senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju
suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi
ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang
ia cita-citakan.

2) Karl Jaspers (1883-1986)

Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada


dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang
menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan
obyektif itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri.

3) Friedrich Nietzsche (1844-1900)

4
Nietzsche adalah seorang filsuf Jerman.Menurutnya manusia yang
bereksistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa
(will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super
(bermensch) yang mempunyai mental majikan bukanmental budak. Dan
kemampuan ini hanya dapat dicapai denganpenderitaan karena dengan
menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya
sendiri.

4) Martin Heidegger
Martin Hiedegger lahir di Mebkirch, jerman 26 september1889. Karya
terpenting heidgger adalah being and time. Inti pemikirannya adalah
keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang
berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan
benda-benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila
dikaitkan dengan manusia karena itu benda-benda yang berada diluar itu
selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.

5) Jean Paul Sartre


Seorang filsuf dan penulis Perancis, ialah yang di anggap
mengembangkan aliran eksistensialisme. Inti pemikirannya adalah
menekankan pada kebebasa untuk menentukan dan mengatur dirinya.
Konsep manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada
dengan sadar dan bebas bago diri sendiri.

E. SIFAT-SIFAT EKSISTENSIALISME

Dari sekian banyak filsuf eksistensialisme atau eksistensialis yang


memiliki pendapat dan pemikiran berbeda dalam ke-eksistensialimeannya,
dapat kita temukan ciri-ciri yang sama, yang menjadikan sistem itu dapat di
cap sebagai eksistensialisme. Menurut Harun Hadiwijono (1990) ciri-cirinya
adalah sebagai berikut:

5
1. Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia
berada. Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas
manusia berada. Pusat perhatian ini adalah manusia. Oleh karena itu,
filsafat ini bersifat humanitis.
2. Bereksistensi harus diartikan bersifat dinamis. Bereksistensi berarti
menciptakan dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi,
merencanakan. Setiap manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaanya.
3. Di dalam eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia
adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada
hakikatnya manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih lagi pada
manusia sekitarnya.
4. Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret,
pengalaman yang eksistensial. Hanya arti pengalaman ini berbeda-beda.
Heidegger memberi tekanan kepada kematian, yang menyuramkan segala
sesuatu, Marcel kepada pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada
pengalaman hidup yang bermacam-macam seperti kematian, penderitaan,
perjuangan dan kesalahan.

F. HAKIKAT EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme berarti filsafat mengenai aku, dan bagaimana aku
hidup. Dengan demikian, eksistensialisme adalah filsafat subyektif mengenai
diri. Waini Rasyidin (2007:24) mengungkapkan bahwa teori eksistensialisme
menomorsatukan hak kebebasan individu menjadi diri sendiri yang bersifat
terbuka terhadap segala kemungkinan yang selalu baru. Jika dibandingkan
dengan penerapannya dalam filsafat pendidikan, eksistensialisme tampak
lebih berpengaruh sebagai sistem filsafat. Inti aliran eksistensialisme adalah
filsafat hidup yang lebih menghormati hak hidup manusia sebagai individu.
Atas dasar asas individualisme, eksistensialisme berpendapat bahwa tidak ada
unsur hakiki di alam semesta yang bersifat universal.
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat
fenomologi, suatu pandangan yang menggambarkan penampakkan benda-
benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana benda-benda tersebut tersebut
menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia

6
tergantung pemahamannya tentang realitas, tergantung pada interpretasi
manusia terhadap realitas. Pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan
sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau karis siswa, melainkan untuk
dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri.

Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai menekankan kebebasan


dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya
sendiri, melainkan berupa suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia
memiliki kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan yang
terbaik adalah yang tersulit. Berbuat akan menghasilkan akibat, dan seseorang
harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak
akan pernah selesai, karena setiap akibat akan melahirkan kebutuhan akan
pilihan-pilihan selanjutnya.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai
gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana
manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
 Filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis seperti materialisme,
idealisme, serta situasi dan kondisi dunia.
 Ciri – Ciri Eksistensialisme :
 Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara
manusia berada.
 Bereksistensi harus diartikan bersifat dinamis.
 Di dalam eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka.
 Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang
konkret, pengalama yang eksistensial.
 Tokoh-tokoh eksistensialisme :
 S. Kierkegaar (1813-1855)
 Frerich Nietzche
 Martin Hiedgeer
 Karl Jaspers (1883-1969)
 Jean Paul Sartre

B. SARAN
Kami menyadari bahwa dari sekian banyak uraian di atas, terdapat
banyak kesalahan. Oleh sebab itu kami dari penulis meminta maaf dan
memohon kritikan dan saran agar kami dapat mengetahui letak kesalahan

8
yang ada pada makalah ini, serta dapat memperbaiki makalah-makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. Asmoro. 2009. Filsafat umum. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada.

Ali Maksum, dari masa klasik hingga postmodernisasi, Pengantar filsafat,

(cet.3 depok sleman,jogjakarta 55282) hal 363

Surajiyo, Drs. 2005. Ilmu Filsafat (Suatu Pengantar), Jakarta: Bumi Aksara

Teguh Wangsa Ghandhy Hw, Filsafat Pendidikan (cet 2 Depok, Sleman,

Jogyakarta

55282) hal 183

Zainal Abidin, Filsafat manusia (cet 1) hal 33

Anda mungkin juga menyukai