Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sopiyah Hasibuan

NIM : 11160331000030

Eksistensi Manusia

Filsafat menurut saya adalah mata kuliah yang mampu menguras pikiran. Karena dalam mata kuliah
filsafat, mahasiswa dituntut untuk berfikir secara kritis dalam menanggapi semua kejadian di dunia.
Selain itu, mengkaitkan filsafat dengan agama atau spiritual. Yang kadang kala membuat semakin
membingungkan dan sulit diterima, karena jawaban dari peristiwa tidak dapat dijelaskan dengan logika
manusia.

Ketika pertama kali mendapatkan mata kuliah ini, merasa begitu tertarik. Tertarik karena sepertinya mata
kuliah ini akan sangat menyenangkan. Mendapatkan ilmu yang berhubungan dengan akal pikiran
manusia. Belajar mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia. Mempelajari bagaimana peristiwa
dalam kehidupan jika kita sangkut pautkan dengan akal, akankah selalu selaras dan dapat diterima oleh
akal atau tidak. Meskipun demikian, semakin bertambahnya materi kuliah yang diberikan, semakin sulit
diterima untuk dipelajari.

Pandangan saya tentang manusia otentik menurut Eksistensialisme terkait dimensi historisitas manusia
yaitu: Manusia otentik manusia yang sebagai aku, hal ini pertama kali dibahas oleh Gabriel Marcel,
sedangkan manusia sebagai aku yang berhubungan dengan aktivitas berpikir dipelopori pertama kali oleh
Descartes.

Otensitas manusia selalu dalam proses menjadi dalam hidupnya, sehingga manusia merupakan pengarang
dan pencipta sejarah hidupnya. Manusia akan selalu berdialog dengan ruang dan waktu hidupnya. Inilah
ciri historisitas manusia sebagai ciri yang paling hakiki dari aku. Dimensi historisitas membuat manusia
menjadi makhluk yang menyejarah dan membuat sejarahnya sendiri. Manusia mempunyai kebebasan
dalam hidupnya dan bertanggung jawab secara penuh terhadap dirinya. Kebebasan aku tercermin dalam
perilaku, aktivitas dan perbuatannya yang ditentukan oleh manusia sendiri atau tindakan otonom manusia
ditentukan oleh kesadarannya. Artinya, tindakan otonom dari sang aku selalu dapat dikembalikan kepada
sang aku dan tindakan tersebut telah disadari secara utuh oleh aku. Karena itu, kebebasan sang aku
merupakan konsekuensi logis yang harus dapat dipertanggung jawabkan kepada aku pribadinya.

Keterbukaan manusia dengan dunia merupakan suatu hal yang amat mendasar, sebab manusia hidup
dalam dunia, sehingga manusia hadir menjadi barang dunia. Manusia hidup dalam dunia berarti manusia
harus ada dalam dunia sebagai barang dunia. Dunia dan manusia terjalin sinergis, sehingga tanpa adanya
keterjalinan itu tidak dapat dipikirkan dan tidak ada manusia. Manusia hadir dalam dunia tidak hanya
sendirian, tetapi hidupnya dibagi bersama dengan yang lain atau ada bersama dengan yang lain. Eksistensi
manusia dapat dipahami sebagai ko-eksistensi, yaitu ada keterjalinan bersama. Manusia sebagai individu
yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang
benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana
yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya
masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Bagi eksistensialis, ketika
kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu
adalah kebebasan individu lain.

Sesuatu juga dapat dikatakan benar apabila mayoritas masyarakat membenarkan peristiwa tersebut.
Maksudnya, jika ada suatu peristiwa yang dapat dilihat oleh orang, namun hanya satu orang saja yang
melihatnya, belum tentu masyarakat lain yang tidak melihatnya akan membenarkan peristiwa teresebut.
Butuh beberapa saksi yang benar-benar melihat peristiwa itu agar dapat dikatakan benar. Maka suatu
peristiwa dapat dinyatakan benar apabila mayoritas masyarakat mengakui keberadaan peristiwa tersebut.

Pengakuan peristiwa tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat langsung peristiwa tersebut.
Contohnya, peristiwa hujan, hujan merupakan peristiwa alam yang terjadinya tidak hanya pada satu
tempat, dan terjadinya hujan tidak mungkin bersamaan dalam satu negara. Oleh karena itu perlu
pembuktian untuk memastikan daerah A terjadi hujan atau tidak. Jika ada satu orang saja yang
mengalami peritiwa kehujanan di daerah A, kemudian mengabarkan kepada orang-orang di daereah lain
bahwa telah terjadi hujan di daerah A. Namun belum tentu masyarakat di daerah itu mempercayai
kebenaran terjadinya hujan di daerah A, karena hanya ada satu orang yang mengalami kehujanan di
daerah A. Akan tetapi jika beberapa orang mengalami kehujanan di daerah A, bisa jadi masyarakat di
daerah lain mengakui kebenaran peristiwa hujan yang terjadi di daerah A tersebut. Jadi, kebenaran itu
juga dapat dinyatakan apabila ada bukti dan mayoritas masyarakat mempercayai peristiwa yang terjadi
itu.

Dari konsep kebenaran tersebut kemudian saya berfikir bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan
segala kekurangan dan kelebihan. Setiap manusia mempunyai hati yang dapat digunakan untuk meyakini
segala hal yang terjadi. Manusia juga diberi pikiran yang mana digunakan untuk berfikir mana yang benar
dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.

Kemudian mengenai materi sesuatu yang dapat dikatakan ada. Sesuatu dapat dikatakan ada apabila kita
berfikir. Berfikir mengenai keberadaan sesuatu tersebut. Bahkan bapak dosen juga berkata bahwa, apabila
mahasiswa mau diakui keberadaannya di kelas atau dinyatakan hadir, maka mahasiswa tersebut harus bisa
berfikir. Berfikir dan menanggapi suatu keadaan, kemuadian dikemukakanlah hasil pemikiran tersebut.

Ada atau tidaknya suatu peristiwa tergantung pada pemikiran manusia itu sendiri. Maksudnya, seseorang
menyakini adanya suatu benda, misalnya pensil yang tergeletak di meja. Seseorang tersebut akan
menggunakan akal pikirannya dan menuangkannya pada keberadaan pensil tersebut. Orang tersebut
meyakini adanya pensil di meja, maka pensil di meja tersebut ada. Manusia diberi akal oleh Allah SWT
untuk berfikir mana yang ada dan mana yang tidak ada. Karena dari pikiran itulah sesuatu dapat dikatakan
ada.

Dari sekian materi yang saya dapatkan sampai semester ini, hanya materi tentang konsep kebenaran dan
sesuatu yang dapat dikatakan ada saja yang masih teringat dipikiran. Karena mungkin materi tersebut
merupakan materi awal yang tidak terlalu susah dan penyampaiannya lebih terperinci. Kedua materi
tersebut sedikit demi sedikit mengubah cara pandang saya terhadap suatu masalah yang saya alami.

Anda mungkin juga menyukai