Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hermeneutika salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interprestasi makna. Hemeneutika juga
tidak terlepas dari pertumbuhan dan kemajuan pemikiran tentang bahasa dalam wacana keilmuan lainnya.
Pada dasarnya hermeneutika ini digunakan oleh mereka yang berhubungan erat dengan kitab suci injil.
Ilmu ini dikenal sangat pesat di sebuah bidang keilmuan sebagai disiplin keilmuan yang sangat luas.
Termasuk kajian yang sama dilakukan pada teks-teks klasik Yunani dan Romawi.

Sebenarnya dalam tradisi islam pun sudah mengenal hermeneutika sebagai metode baca teks dan
penafsiran. Bagi umat islam hal itu dimaksudkan sebagai ilmu fiqh dan tafsir Al-Qur’an. Oleh karena itu
kajian tentang hermeneutika juga sangat penting di pelajari untuk menambah pengetahuan baru
bagaimana memahami teks serta penafsiran terhadap teks yang akan diteliti.

Banya filosof-filosof yang mempunyai teori dan konsep yang berbeda tentang hermeneutika ini. Seperti
Emillo Betti, Martin Heidegger, Rudolf Bultman, Kari Otto Apel, Jurgen Habernas, Paul ricoeur, dan
sampai akhirnya Hans-Georg Gadamer.

Mereka merupakan filosof hermeneutika yang dalam penafsirannya dan pemahamannya tidak sama.
Untuk kali ini, saya akan mencoba mengemukakan hermeneutika oleh filosof Gadamer.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Hans-Georg Gadamer

Hans-Georg Gadamer lahir di Marburg, Jerman pada tanggal 11 Februari tahun 1900. Ia terlahir sebagai
anak kedua dari pasangan Emma Caroline Johanna Gewiese (1869-1904) dan Dr. Johannes Gadamer
(1867-1928). Sejak berumur 2 tahun, ia pindah di kota Breslu (sekarang dikenal dengan nama Wroclau,
Polandia) karena ayahnya diminta menjadi profesor luar biasa di Universitas Breslau. Ibunya adalah
seorang ibu rumah tangga penganut Protestan yang taat dan konservatif. Ibunya meninggal ketika
Gadamer berusia 4 tahun karena terserang penyakit diabetes. Walaupun besar dalam keluaraga Protestan
yang taat, Gadamer memilih bungkam jika disodori pertanyaan mengenai imannya.1

Ayah Gadamer menginginkannya untuk mengikuti jejak sang ayah sebagai ilmuan eksak (ilmu alam).
Tetapi Gadamer yang sekolah menengahnya di Holy Gost School dari tahun 1907 sampai 1918
menunjukan minatnya bersebrangan dengan ayahnya. Dia lebih tertarik dengan ilmu humaniora,
khususnya sastra dan filologi.2

Selepas pendidikan menengah, Gadamer akhirnya memasuki fakultas non-eksak di Universitas Breslau
jurusan filologi. Tidak sampai satu tahun, Gadamer pindah ke Universitas Marburg. Di kampus inilah ia
menyelesaikan desertasinya berjudul “The Nature of Pleasure According to Plato’s Dialogues” di bawah
bimbingan Paul Natorp.

Setamat nnya dari Universitas Maburg, Gadamer mencari pekerjaan sebagai dosen privat dengan syarat
harus menyelesaikan Habilitation Schrift terlebih dahulu. Akhirnya dia memperoleh kedudukan sebagai
privatdozent dengan Habilitation berjudul “ Studies on Greek Philosophy of Nature” dengan mengikuti
kuliah Martin Heidegger tahun 1923 di Universitas Freiburg.

Gadamer mulai dikenal luas ketika menerbitkan buku Truth and Method tahun 1960, sebuah proyek
intelektual yang telah di rintisnya sejak awal tahun 50-an.ketika pensiun di tahun 1968, Gadamer sudah
mendapat nama internasional. Hingga akhirnya ia wafat pada tanggal 13 Maret 2002 di Rumah sakit
Universitas Heidelberg. Gadamer telah menjadi saksi berbagai peristiwa penting abad XX, diantaranya
Revolusi Bolshevik di Rusia, dua Perang Dunia, terbelahnya Jerman menjadi dua blok, Keruntuhan
Tembok Berlin tahun 1989, dan yang paling akhir, Peristiwa 11 september 2000.

C. Perjalanan Gadamer Sebagai Seorang Filosof

Perjalanan intelektual Gadamer dapat dibelah menjadi dua dengan penerbitan Turth and Method sebagai
pemisahnya. Sebelum karya ini di terbitkan tahun1960, peristiwa penting yang menjadi tonggak
perjalanan intelektual Gadamer adalah perselisihan pendapat dengan ayahnya yang justru memperkuat

1
Muzir Inyiar Ridwan,Hermeneutika filosofis Hans – Georg Gadamer, ( Jogjakarta; Ar-Ruzz Media ) 2008.h.40
2
Muzir Inyiar Ridwan,Hermeneutika filosofis Hans – Georg Gadamer, ( Jogjakarta; Ar-Ruzz Media ) 2008.h.41
keingannya mendalami Geistewissenschaften di Universitas Breslau dan Universitas Marburg.3 Dan juga
di perkuat oleh persahabatannya dengan Heidegger.

Gadamer menghabiskan musim semi 1923 di Freiburg, mengikuti kuliah Husserl dan seminar-seminar
Heidegger. Seminar ini membahas Logical Investigation Husserl dan ontologi.

Pada tahun-tahun berikuntnya, Gadamer mendapat kedudukan sebagai Rektor Universias Leibzig. Namun
pada tahun itu, Gadamer terlunta-lunta oleh perang dan suasana pascaperang sehingga memperkecil
Gadamer untuk menghasilkan karya yang signifikan.

Akhirnya Gadaner memutuskan untuk pindah dan menetap di Heidelberg, lalu ia mulai merintis karier
profesionalnya dalam filsafat. Di tahun 1948, ia menerjemahkan Buku XII Metaphysics karya Aristoteles,
dan tahun 1949 menyunting karya Dilthey, Sketch of a General History of Philosophy. Di tahun 1953,
juga berkesempatan mendirikan jurnal filsafat bernama Philoshophiche Rundschau bersama Helmut
Kuhn.

Karyanya Truth and Method dapat sambutan hangat dari publik. Hanya beberapa orang akademisi yang
menyambut dengan kritis, diataranya Emilo Betti yang mengulas buku ini dan menuduh bahwa
hermeneutika Gadamer adalah historisisme dan relativisme. Gadamer menanggapi kritikan ini dalam esai
berjudul “ Hermeneutics and Historisism” yang kemudian dijadikan apendiks dalam edisi kedua Truth
anda Method tahun 1965.

Menjelang akhir hayatnya, yakni era 1980-an dan 1990-an, Gadamer lebih memfokuskan pemikirannya
pada hubungan hermeneutika dengan filsafat praktis. Konsep Phronesis (pengetahuan moral) Aristoteles
menjadi model dasar baginya. Berdasarkan konsep klasik, Gadamer mencoba mengaitkan hermeneutika
dengan isu-isu etika dan politik kotemporer dan menandaskan dan menandaskan betapa pentingnya
suasana pesahabatan yang penuh solidaritas.4

E. Kronologi Umum Konsep Hermeneutika

a. Hermeneutika di Zaman Klasik

Menurut istilah, hermeneutika (inggris: hermeneutics) pertama kali dikenalkan ke dalam kebudayaan
Barat (Eropa) dalam bentuk latin hermeneutica oleh seorang teolog dari Strasbourg bernama Johann
Dannhauer.5 Pada zaman ini senada dengan semangat zaman Renaissance yang ingin menghidupkan
kembali kearifan kuno dengan menyusuri teks-teks klasik.

b. Hermeneutika di Abad Pertengahan

3
Muzir Inyiar Ridwan,Hermeneutika filosofis Hans – Georg Gadamer, ( Jogjakarta; Ar-Ruzz Media ) 2008.h.48
4
https://www.academia.edu/29722238/ _Hermeneutika_Hans_ Pemikiran Georg_Gadamer
Pada zaman ini, istilah hermeneutika menjadi baku di Eropa pada abad ke 17. Istilah ini berrti sebuah
disiplin yang diperlukan untuk menafsirkan kitab suci Bibel. Pada zaman tersebut Risalah De Doctrina
Christiana, karangan Santo Agustinus adalah karya pertama yang secara teoritis mengemukakan konsep-
konsep hermeneutis menyangkut hubungan antara bahasa dan pikiran manusia dengan melandaskan diri
pada doktrin inkarnasi dalam tradisi kristen.6

c. Hermeneutika di Abad Modern

Pada zaman ini diistilahkan oleh Paul Ricoeur dengan hermeneutika regional. Istilah ini dimaksudkan
sebagai hermeneutika yang “baru”, seperti teks keagamaan, teks pada umumnya, atau hanya pada
persoalan dialog tatap muka, seperti yang ada dalam teori retorik.7

F. Hermeneutika Menurut Pandangan Gadamer

Dasar dari Hermeneutika Gadamer adalah retorika dan filsafat praktis (etika). Di dalam sejarahnya,
retorika dan hermeneutika memang selalu terkait. Retorika adalah seni untuk memaparkan pengetahuan.
Sementara hermeneutika adalah seni untuk memahami teks. Dalam beberapa tulisannya, Gadamer
mencoba untuk melepaskan hermeneutika dari wilayah ilmu pengetahuan terutama ilmu sosial. Gadamer
menjadikan etika sebagai dasar bagi hermeneutika dengan tujuan utamanya sama, yakni melepaskan
hermeneutika dari ilmu pengetahuan yang cenderung rigorus, saintifik, dan sifatnya instrumental.8

Konsep dasar hermeneutik Gadamer lebih bersifat Ontologis. Klaim Ontologis dan sifatnya yang
universal, menjadi kekuatan dari hermeneutik filosofis Gadamer. Gadamer mendefenisikan hermenutika
filosofis bukan suatu metode bersfilsafat, melainkan sebagai kesadaran baru dari fenomena pemahaman.9

Gadamer menyatakan bahwa hermeneutika adalah seni, bukan proses mekanis. Jika pemahaman adalah
jiwa hermeneutic, maka pemahaman tidak bisa digunakan sebagai proses mekanis. Pemahaman dan
hermeeutic hanya dapat diberlakukan sebagai suatu karya seni dan tidak bisa disiapkan terlebih dahulu
sebelum dibuat, tidak dapat diramalkan atau dikatakan sebelumnya.

Hermeneutik harus menghasilkan suatu esensi dalam batiniah yang merupakan realitas utama dan benar.
Gadamer juga menyatakan interprestasi adalah penciptaan kembali meskipun bukan perbuatan yang
kreatif. Hermeneut (penafsir) selalu memahami realitas dan manusia dengan titik tolak sekarang atau
kotemporer. Dan apabila seorang hermeneut berinterprestasi mulai dari titik tolak sejarah yang
menguntungkan dirinya sendiri, hal ini akan menimbulkan suatu pencampuran kebudayaan yang
bermacam-macam. Tidak ada cakrawala yang tertutup yang melingkari kebudayaan adalah abstraksi.

Dalam uraian terabut refleksi hermeneutic menjadi penting bila kita berhubungan dengan manusia yang
pengalaman-pengalamannya tidak selalu bisa dipilah dan dikategorikan. Menurut Gadamer “ Refleksi
hermeneutic tentang syarat-syarat pemahaman nyatalah dalam kemungkinan-kemungkinan menyatakan
diri dalam kesadaran yang merumuskan pemahaman dalam sebuah bahasa tidak mulai dari nol atau

6
Muzir Inyiar Ridwan,Hermeneutika filosofis Hans – Georg Gadamer, ( Jogjakarta; Ar-Ruzz Media ) 2008.h.67
7
Muzir Inyiar Ridwan,Hermeneutika filosofis Hans – Georg Gadamer, ( Jogjakarta; Ar-Ruzz Media ) 2008.h.69
8
https://rumahfilsafat.com/2009/09/21/hermeneutika-hans-georg-gadamer
9
Hasyim Hasanah, Hermeneutik Ontologis- Dialektis Hans- George- Gadimer. h. 6
berakhir pada ketidaktentuan. Model filsafat praktis ini harus mampu berfungsi sebagai theoria yang
legistimasi-ontologisnya hanya dapat ditemukan di dalam intellectus infinitus (pemikiran yang luas) yang
tidak dikenal dalam pengalaman eksistensial karena tidak di dukung oleh wahyu”. Hermeneutika filosofis
juga dikemukakan oleh Gadamer yaitu refleksi kritis tentang pemahaman dan interprestasi yang
berlandaskan ontologi keterbatasan temporal Dasein, sebuah hermeneutika yang tidak mengobyektivitasi
pengalaman dan amat sadar dengan historikalitas pemahaman.

Kesadaran akan sejarah berdampaks sebagai prinsip hermeneutis yang menyebabkan pemahaman
bersifat historis (historikalitas pemahaman), pada dasarnya adalah sejarah teks-teks yang ditransmisikan
lewat tradisi. Hubungan teks dengan penafsirannya adalah relasi percakapan tempat bermainnya logika
tanya jawab. Keseluruhan konsep penting ini mengacu pada satu titik yaitu bahasa.

Gadamer mengangkat hasil analisisnya di dua bagian pertama ke level abstrak dengan
menganalisis bahasa sebagai media atau landasan ontologis bagi setiap pemahaman manusia yang
menyejarah, dan di balik bahasa itulah kebenaran dapat ditem

Analisis hermeneutika filosofis Gadamer atas proses pemahaman ini memberikan pendasaran filosofis
dan implikasi bagi ilmu humaniora. Ada tiga hal penting dalam pemikiran hermeneutika Gadamer, yaitu:

1. Memahami kenyataan (realitas) sesungguhnya adalah menafsirkan.

2. Semua pemahaman pada pokoknya terikat dengan bahasa.

3. Pemahaman atas makna teks tidak dapat dipisahkan dari aplikasinya.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan materi yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa hermeneutika merupakan


penafsiran dan penginterprestasian yang harus menggunakan pemahaman. Dari makalah ini dapat juga
disimpulkan bahwa Gadamer adalah filosof hermeneutika yang membahas tentang interprestasi dan
pemahaman yang menerapkan pengetahuan tentang bahasa. Gadamer mengembangkan konsep dari
filosof terdahulu yakni proses penafsiran tekstual di dalam literatur dan filsafat. Namun, dalam setiap
bentuk penafsiran untuk memperoleh suatu pemahaman, perlu juga melibatkan pemahaman dasar lainnya.
Artinya penafsiran juga membutuhkan histori masa lalu, agar membantu kita memahami apa artinya
menjadi manusia berdasarkan historitas kehidupan itu sendiri.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang hermeneutika menurut Hans-
Georg Gadamer, dan sekiranya ada kesalahan kata mohon kemakluman pembaca. Selain itu penulis juga
meminta kritik dan saranya agar dapat mengevaluasi penulisan kedepannya.
DAPTAR PUSTAKA

Muzir Inyiar Ridwan,Hermeneutika filosofis Hans – Georg Gadamer, ( Jogjakarta; Ar-Ruzz Media ) 2008

Hasyim Hasanah, Hermeneutik Ontologis- Dialektis Hans- George- Gadimer.

https://www.academia.edu/29722238/PEMIKIRAN_HERMENEUTIKA_HANS_GEORG_GADAMER

https://rumahfilsafat.com/2009/09/21/hermeneutika-hans-georg-gadamer

Anda mungkin juga menyukai