Anda di halaman 1dari 7

HERMENEUTICS OF GADAMER

(Interpretasi Hermeneutika Filsuf Hans-George Gadamer)

Oleh:
Arif Chasanul Muna
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang
ragecrack0@gmail.com

Lailatus Sofrina
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang
lailatussofrina21@gmail.com

Iksa Azzahra Rismawati


Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang

Abstrak
Tulisan ini ingin menelaah dan menjelaskan pemikiran seorang filsuf
kontemporer, yaitu bernama Hans-George Gadamer tentang Hermeneutika
menurut dia. Ia dari sudut pandangnya menjelaskan mengenai
Hermeneutika bahwa Hermeneutika filosofis bukanlah suatu metode
berfilsafat, dan Hermenutika menurutnya lebih bersifat Ontologis, yang
mana bukan hanya soal penafsiran, namun hermeneutika sendiri menurut
dia adalah metode pemahaman terhadap suatu teks yang di kaji, jadi
menurutnya Hermeneutika sendiri adalah metode pemahaman dan
interpretasi terhadap suatu teks.

Kata kunci : Hermeneutika, Ontologi, Gadamer, Metode Pemahaman

A. Pendahuluan
Interpretasi Hermeneutika dari berbagai tokoh memiliki keunikan sendiri-
sendiri, memiliki sudut pandang yang berbeda, walaupun pada akhirnya
hermeneutika bertujuan untuk menginterpretasi sebuah teks agar lebih mudah
di pahami oleh pembaca, entah itu teks mengenai keagamaan, seni maupun
sejarah. Hermeneutika sendiri secara bahasa berasal dari kata Hermeneuein
yang berarti “Seni menerangkan makna”, yang mana istilah Hermeneutika
sendiri sering di kaitkan dengan salah satu dewa mitologi yunani, yaitu Hermes
(Merupakan dewa yang bergelud di bidang sastra dan menjadi pengirim pesan
dewa kepada manusia).1

1
Petrus J. Pattiasina, “Hermeneutik”. Research Gate, April 2018, Hal. 01.
Dalam suatu kejadian di olympus saat Hermes di perintahkan oleh zeus
untuk menyampaikan pesan kepada manusia, hermes mengalami permasalahan
untuk mengomunikasikan pesan Zeus untuk manusia, yang mana dewa-dewa
olympus menggunakan “bahasa langit” dan manusia menggunakan “bahasa
bumi”. Yang pada akhirnya Hermes dengan kepandaiaannya menerjemahkan
pesan Zeus menjadi bahasa bumi agar bisa dipahami manusia, yang akhirnya
pesan itu menjadi sebuah teks suci. Pemaknaan dari kata teks berasal dari
bahasa latin ialah produk hasil tenun atau pemintalan, yang mana dalam cerita
mitologis ini Hermes memintal pesan Zeus untuk dijadikan sebuah narasi yang
nantinya menjadi teks suci yang mudah dipahami oleh manusia
Dalam tradisi filsafat perenial terdapat dugaan kuat bahwa figur Hermes tak
lain adalah Nabi Idris yang disebutkan dalam al-Quran. Pendapat ini diakui oleh
Hossein Nasr sendiri bahkan oleh sebagian ulama dan mufassir lainnya.2 Jika
kita belajar sejarah kenabian, kita mengenal nabi Idris sebagai seorang penenun
atau pemintal. Dan kita akan tahu bahwa profesi nabi Idris dan dewa Hermes
sebagai pemintal itu bersinggungan dan ada korelasi positif di keduanya. Yang
mana sama-sama menenun atau merangkai firman Tuhan agar mudah dipahami
oleh manusia.
Jadi, kita tahu bahwa, sejak lama Hermeneutika dari zaman ke zaman,
secara teoritis dan historis, Hermeneutika tidak lepas dari bagaimana cara
menjelaskan sebuah teks untuk menjadikannya mudah dipahami oleh para
pendengar maupun pembaca agar tidak terjadi kesalahpahaman.

B. Mengenal Hans George Gadamer


Gadamer adalah filosof kelahiran Marburg Jerman 11 Pebruari 1900,
seorang Protestan, tapi tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan penganut
agama nalar (vernunftreligion). Ayahnya yang bernama Dr. Johannes Gadamer
merupakan ahli farmasi dan ibunya ialah seorang protestan yang taat dan

2
Sofyan A.P. , “Hermeneutika Gadamer Dan Relevansinya Dengan Tafsir”. Jurnal Farabi,
Vol 11. No 2. Desember 2014, Hal. 111.
konservatif.3 Walaupun Gadamer di besarkan di keluarga yang cenderung taat
beragama, ia lebih menyembunyikan keimananya dan menjadi orang yang
humanis. Gadamer sendiri lebih tertarik dengan ilmu kemanusiaan seperti
halnya ilmu sastra dan sejarah. Ia bertumbuh dan belajar di Breslau di bawah
Hönigswald, namun tak lama kemudian kembali ke Marburg untuk belajar
dengan para filsuf NeoKantian Paul Natorp dan Nicolai Hartmann. Ia
mempertahankan disertasinya pada tahun 1922.4
Kemudian, Gadamer berkunjung ke Freiburg dan mulai belajar dengan
Martin Heidegger, yang saat itu Martin Heidegger merupakan sarjana muda
yang sangat di elu-elukan di Universitas namun dia belum memperoleh gelar
profesor. Ia kemudian menjadi salah satu dari kelompok mahasiswa seperti Leo
Strauss, Karl Löwith, dan Hannah Arendt. Ia dan Heidegger menjadi akrab, dan
ketika Heidegger mendapatkan posisi di Marburg, Gadamer mengikutinya di
sana. Heidegger menjadi pengaruh terhadap pemikiran Gadamer yang mana
sudut pandangnya yang khas dan menjauhkannya dari pengaruh-pengaruh neo-
Kantian sebelumnya dari Natorp dan Hartmann.5
Pada tahun 1960, Gadamer menyelesaikan bukunya yang sampai sekarang
menjadi buku yang cukup terkenal di kalangan pengkaji filsafat, yaitu Truth
and Method (Metode dan Kebenaran), di waktu yang sama Gadamer terlibat
dalam perdebatannya yang terkenal dengan seorang filsuf yang cukup muda
dari jerman yaitu Jurgen Habermas, dalam perdebatan mereka membahas
kemungkinan dalam mentransendensikan sejarah dan kebudayaan guna
menemukan posisi yang benar-benar obyektif yang daripadanya orang dapat
mengkritik masyarakat. Yang mana dalam perdebatan ini mereka tidak
menemukan kesimpulan, alih-alih menjadi saingan dalam pola berpikir,
hubungan mereka menjadi dekat satu sama lain. Karena, Gardamerlah yang

3
Hasyim Hasanah, “Hermeneutik Ontologis-Dialektis Hans-Georg Gadamer”. Jurnal At-
Taqaddum, Volume 9, Nomor 1, Juli 2017, Hal. 3-4. Diakses pada 5 maret 2022, dari UIN Walisongo
Semarang
4
id.wordpress.com/tag/filsuf-gadamer/ - 11k - Cached - Similar pages. Diakses pada 5
maret 2022.
5
Rasmi, “EPISTEMOLOGI HERMENEUTIKA GADAMER : Kaitan dan Implikasinya Bagi Ilmu
Pendidikan Secara Umum dan Khusu”). Jurnal IAIN Kediri, 2012, Hal. 102.
membatu Habermas dalam menyelesaikan studinya dan menjadi seorang
profesor di Universitas tempat ia belajar.6

C. Hermeneutika Gardamer
Dalam interpretasinya Gardamer menjelaskan bahwa Hermeneutika bersifat
ontologis, konsep dasar inilah yang menjadi kekuatan bagi hermeneutika
filosofis Gardamer. Ia dari sudut pandangnya menjelaskan mengenai
Hermeneutika bahwa Hermeneutika filosofis bukanlah suatu metode berfilsafat.
yang mana bukan hanya soal penafsiran, namun hermeneutika sendiri menurut
dia adalah metode pemahaman terhadap suatu teks yang di kaji, jadi
menurutnya Hermeneutika sendiri adalah metode pemahaman dan interpretasi
terhadap suatu teks, entah berupa teks keagamaan, kesenian, maupun sejarah.
Interpretasi terhadap teks menurut Gardamer bukan bagaimana menafsirkannya
tapi bagaimana memahaminya, karena pemahaman inilah yang menjadikan
suatu alasan kuat untuk menjadikan para pendengar dan pembaca tidak
salahpaham dengan teks yang sudah di tafsirkan ini.
Konsep Hermeneutika Gardamer sendiri berawal dari pemahaman
Gardamer mengenai ilmu kemanusiaan dan juga berasal fenomenologi
Heidegger tentang present-at-hand menjadikan manusia makhluk historis.7
Term dari Heidegger inilah yang ingin di radikalkan oleh Gardamer.
Gardamer mengawali analisisnnya dengan berpendapat bahwa teks yang
dibuat pengarang akan menciptakan dunianya sendiri, begitu pula dengan
interpretasi terhadap teks juga menciptakan dunianya sendiri. Jadi tujuan dari
penafsiran sendiri ialah untuk memahami dunia dengan interpretasi masing-
masing.

6
Ibid.
7
Hasyim Hasanah, “Hermeneutik Ontologis-Dialektis Hans-Georg Gadamer”. Jurnal At-
Taqaddum, Volume 9, Nomor 1, Juli 2017, Hal. 7. Diakses pada 5 maret 2022, dari UIN Walisongo
Semarang
1. Teori Hermeneutika Gardamer
Dalam analisinya untuk mendapatkan pemahaman yang maksimal,
Gardamer mengajukan beberapa teori :

a. Prasangka Hermeneutik
Membaca dan memahami teks secara teliti dan kritis.
b. Lingkaran Hermeneutik
Mengerti konten teks dengan memahaminya secara sungguh-sungguh,
proses ini oleh Gardamer di sebut dengan The hermeneutical circle
(Lingkaran Hermenmeneutik)
c. “Engkau dan Aku” menjadi Kami
Menurut Gadamer sebuah dialog seperti dialog kita dengan teks akan
dipandang sebagai dialog yang produktif jika formulasi subjek-objek
“aku-engkau” telah hilang dan digantikan dengan ”kami”.
d. Hermeneutik Dialektis
Gadamer menegaskan bahwa pemahaman seseorang semuanya bersifat
historis, peristiwa dialektis dan kebahasaan. Karena itu, terbuka
kemungkinan terciptanya hermeneutika yang lebih luas. Hermeneutika
adalah ontologi dan fenomenologi pemahaman.
2. Teori Pemahaman
Dalam teorinya, Gardamer merumuskan dua hal dalam memahami
penafsiran teks, yang pertama ialah konten kebenaran, teori ini berarti
memahami makna teks dari materinya. Yang kedua adalah intensi yang
berarti adalah memahami kondisi atau situasi di balik suatu teks. Dan kedua
teori pemahaman ini yang menjadi perhatian Gadamer sebagai kesadaran
pemahaman menyejarah.8

8
Ibid.
D. Kesinpulan
Dari penjelasan tersebut sepintas secara etimologi terlihat tidak ada yang
berbeda antara hermeneutika dan penafsiran. Bahkan dengan kata lain
hermeneutika yaitu seni untuk berinterpretasi. Sebagai wujud dari upaya
interpretasi, hermeneutika juga ikut andil dalam kontribusi pemberian makna
pada suatu teks, sehingga akar pemikiran hermeneutika Gadamer terfokus
terhadap konsep ‘’memahami’’. Pemahaman senantiasa dapat
diimplementasikan terhadap kondisi kita sekarang ini, sekalipun suatu
pemahaman tersebut memiliki hubungan dengan fenomena sejarah, dialektis,
dan juga bahasa.
Adapun yang paling penting dari semua pemikiran Gadamer yaitu
pemahaman pada suatu teks dapat terjadi ketika suatu teks secara terus menerus
diletakan dalam konteks yang berbeda dengan cara berkelanjutan. Perubahan
yang berkelanjutan ketika memahami teks dengan mudah akan mengikuti
perubahan berkelanjutan suatu karya. Maka dari itu makna sebuah teks yang
terlihat di depan kita bukan merupakan sesuatu yang tetap dan statis. Tujuan
hermeneutika Gadamer bukan menjadi suatu teori/metode, dan buka pula
menjadikan aturan-aturan yang secara objektif sah, akan tetapi tujuan daripada
hermeneutika Gadamer yaitu berusaha memahami suatu pemahaman selengkap
mungkin, maka dari itu Gadamer mengusulkan beberapa teori yang telah
disebutkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Petrus J. Pattiasina. (2018). “Hermeneutik”. Research Gate Journal,
10.13140/RG.2.2.26443.69921, 01.
Sofyan A.P. (2014). “Hermeneutika Gadamer Dan Relevansinya Dengan Tafsir”.
Jurnal Farabi, Vol 11. No 2 (ISSN: 1907-0993), 111.
Hasyim Hasanah. (2017). “Hermeneutik Ontologis-Dialektis Hans-Georg
Gadamer”. Jurnal At-Taqaddum, Volume 9, Nomor 1, Hal. 3-4. Diakses pada 5
maret 2022, dari Jurnal UIN Walisongo Semarang.

Rasmi. (2012). “EPISTEMOLOGI HERMENEUTIKA GADAMER : Kaitan dan


Implikasinya Bagi Ilmu Pendidikan Secara Umum dan Khusu”). Jurnal IAIN
Kediri, Hal. 102.

Anda mungkin juga menyukai