Anda di halaman 1dari 2

Tugas Hermeneutika

NIM : 200301005

MUSIK GEREJA

A. Pengertian HHermeneutik

Hermeneutika adalah sebuah cabang ilmu dari filsafat yang mempelajari tentang
penafsiran makna atau interpretasi, kata Hermeneutika di ambil dari dewa Hermes,
dewa pengetahuan yang berasal dari mitologi Yunani, sesuai namanya Hermes
bertugas sebagai pemberi pemahaman dan pengetahuan kepada manusia terkait pesan
yang di kirim oleh dewa olimpus, dari namanya juga dipakai menjadi kata kerja
“hermenuin yang berarti menafsirkan, dan kata benda hermenia yang berarti
interpretasi, jadi jika di simpulkan secara kata adalah sebuah teori tentang cara atau
operasi untuk menyimpulkan dan menarik pemahaman dari sebuah teks,

Tapi Hermeneutika ini, lingkup pengertiannya bukan Cuma untuk menafsirkan sebuah
teks teks penting seperti kitab suci, tetapi secara jelas meluas dipakai untuk menafsir
semua bentuk teks, baik teks satra, karya seni maupun teks yang berasal dari teks
masyarakat, dengan pola atau kaidah yang sudah ada di ilmu ini,

B. Sejarah Hermeneutika

Seperti yang saya tulis di atas kata Hermeneutika ini merupakan variasi dari nama
dewa Hermes, dewa Hermes yang merupakan dewa yang mempunyai misi khusus
untuk memberikan pemahaman, pengetahuan dan pesan dari dewa dewa tertinggi
olimpus kepada manusia entah penyampaian dewa yang ditulis dengan bentuk pesan
pesan dari gunung atau pun pesan biasa, hermes lah yang bertugas untuk itu semua,,
beberapa kisah lain juga dikatakan Hermes menjadi sebuah perantara dari Yupiter ke
manusia, jadi karena tugas khusus ini Hermes di angkat menjadi simbol pengetahuan
oleh budaya Yunani Kuno

Secara teologis tugas dari hermes ini bisa dinobatkan sebagai nabi utusan Tuhan, ada
tokoh islam yang bernama Sayyed Hoseen Nashr memiliki sebuah hipotesis bahwa
Hermes adalah Nabi Idris tidak lain. Ia dikenal sebagai manusia pertama yang
mengetahui tulisan serta teknologi tenun dan pengetahuan tentang ilmu kedokteran
dan astrologi dan lain lain yang dimana di masa itu sangat jarang bagi orang untuk
menguasai ilmu pengetahuan dengan bobot seperti itu, sedangkan jika di lingkungan
agama Yahudi Hermes dikenal sebagai Thoth, yang dalam mitologi Mesir dikenal
sebagai nabi Musa, intinya peranan Hermes untuk menyelesaikan permasalahan
krusial adalah bagaimana menafsirkan pesan dari Tuhan yang berbicara dengan
bahasa “langit” kepada manusia yang berbahasa bumi, hermeneutika yang diambil
dari peran Hermes adalah sebuah ilmu atau seni menginterpretasikan (the art of
interpretation) sebuah teks. Sebagai sebuah ilmu, hermeneutika harus menggunakan
cara-cara ilmiah dalam mencapai makna rasional dan dapat diuji sebagai sebuah seni,
ia harus menampilkan sesuatu yang baik dan indah tentang sesuatu penafsiran.
Hermeneutika pertama kali diperkenalkan sebagai istilah ilmiah sejak munculnya
sebuah karya buku tentang dasar dasar logika peri hermenias oleh Aristoteles, sejak
saat itu konsep logika dan rasionalitas diperkenalkan sebagai tindakan Hermeneutis,
konsep ini telah terbawa pada tradisi keagamaan ketika memasuki abad pertengahan,
misalnya dalam tradisi Kristen sejak abad 3 M, Gereja menggunakan konsep logika
dan rasionalitas dari buku Aristoteles untuk menginterpretasikan Alkitab (tradisi
paritetik atau pengikut Aristoteles) , kalau dalam islam istilah ini dikenal sebagai
takwil.

Pada masa reinasans dari akhir abad 18 M sampai awal 19 M, kajian teori
Hermeneutika yang dilakukan pada abad pertengahan dinilai tidak berbeda dengan
upaya filosofi klasik, empat tingkatan interpretasi yang berkembang pada abad
pertengahan, yaitu, literal eksegesis, allegoris eksegesis, tropologikal eksegegis, dan
eskatologis eksegesis, direduksi menjadi literal dan gramatikal eksegesis. Pemahaman
ini diawali oleh seorang ahli filologi bernama Ernesti pada tahun 1761, dan terus
dikembangkan oleh Friedrich August Wolf dan Friedrich Ast. Kemudian ilmu
Hermeneutika ini keluar dari disiplin filologi, bahkan telah melampaui maksud dari
empat poin tingkatan, yang digunakan pada abad pertengahan, Schleiermacher
kemudian menyatakan sebuah proses interpretasi jauh lebih umum dari sekedar
mencari makna sebuah teks, kemudian Hermeneutika ini dijadikan ilmu yang baru,
hal itu pun disetujui oleh Wilhelm diltney diujung 19 M,

Pada abad 20 M ditandai sebagai era post modern dalam sejarah filsafat barat, ada
sebuah disiplin ilmu yang baru yaitu fenomenologi, yang merambah dunia
Hermeneutika, Martin Heidegger, yang menyatakan proses Hermeneutis merupakan
sebuah proses mencari jati diri dan permasalahan keberadaan manusia yang
sesungguhnya, mendapat respon positif dari Hans-Georg Gadamer yang kemudian
memadukan Hermeneutika Heidegger dengan konsep estetika. Keduanya sama-sama
sepakat bahwa Yang-Ada berusaha menunjukkan dirinya sendiri melalui tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh manusia, terutama bahasa.

Selanjutnya, sebagai sebuah metodologi penafsiran, hermeneutika bukan hanya


sebuah bentuk yang tunggal melainkan terdiri atas berbagai model dan varian. Paling
tidak ada tiga bentuk atau model hermeneutika yang dapat kita lihat. Pertama,
hermeneutika objektif yang dikembangkan tokoh-tokoh klasik, khususnya Friedrick
Schleiermacher (1768-1834), Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan Emilio Betti (1890-
1968). Kedua, hermeneutika subjektif yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh modern
khususnya Hans-Georg Gadamer (1900-2002) dan Jacques Derida (l. 1930). Dan satu
lagi yakni hermeneutika campuran, sebagaimana yang disampaikan Wardatun Nazilah
dalam pembukaan kuliah hermeneutikanya.

Anda mungkin juga menyukai