Anda di halaman 1dari 13

• R.

Masri Sareb Putra Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya


dalam Studi Komunikasi

Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya


dalam Studi Komunikasi

R. Masri Sareb Putra

Universitas Multimedia Nusantara


Jl. Boulevard, Gading Serpong
Telp. 021-54220808, 37039777, e-mail: masrisareb@yahoo.com

ABSTRAK
Tradisi “hermeneutika” sudah dikenal dalam mitologi Yunani lewat figur Hermes yang
dikenal piawai menafsirkan pesan “dunia atas” atau realitas ontologis untuk disampaikan
kepada manusia. Kemudian, hermeneutika dipraktikkan para pakar untuk menemukan makna
hakiki sebuah teks Akitab.
Sekolah Frankfurt kemudian mengembangkan metode hermeneutika sebagai cabang
filsafat yang mencapai puncaknya pada Gadamer. Akan tetapi, hermeneutika baru menarik
perhatian para pakar komunikasi Amerika pada 1976.
Di Indonesia, hermeneutika belum banyak digunakan untuk studi komunikasi, padahal
hermeneutika dapat membongkar makna yang terselubung di balik realitas yang ada di balik
teks dan wacana secara radikal.

Kata kunci: Hermeneutika, eksegese, makna, filsafat, komunikasi, wacana, teks.

PENDAHULUAN vorurteil tersebut, si penafsir coba mencari


Filsafat adalah induk dan cikal bakal hakikat sebuah teks atau realitas dalam konteks
dari semua ilmu (Grant, 1996; Barrett dan Ai- sejarah dan tradisi pada saat teks atau realitas
ken; 1962; Agushevits, 2008). Jika demikian, lahir. Inilah yang disebut “lingkaran herme-
maka ilmu komunikasi yang kita kenal saat ini neutika”, sebuah horizon yang terus berposes
juga asal mulanya dari filsafat. dan berkembang dalam usaha rasional men-
Sebagaimana diketahui bahwa makna emukan hakikat.
atau true conditions adalah inti dari penelitian Terkait dengan topik pembahasan,
kualitatif. Hermeneutika ialah usaha rasional struktur paper ini mula-mula menggali lebih
mencari makna suatu teks atau realitas dengan dahulu etimologi dan sejarah hermeneutika,
jalan menafsirkannya. Di dalam proses penaf- praktik hermeneutika pada studi dan penaf-
siran tersebut, si penafsir dituntun oleh vorur- siran Alkitab, hermeneutika sebagai cabang
teil (prejudice), yakni sejumlah pengalaman filsafat, dan pada bagian akhir bagaimana fil-
dan seperangkat pengetahuannya. Berdasarkan safat hermeneutika berproses dan berdialek-

Desember 2010 • Volume II, Nomor 2 73


Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya • R. Masri Sareb Putra
dalam Studi Komunikasi

tika sehingga diadopsi menjadi salah satu verifikasi sesuatu yang tampak di permukaan
metode penelitian komunikasi untuk menc- dengan substansi atau realitas yang merupakan
ari makna (sensus plenior/true conditions) “ada” atau being yang sesungguhnya. Inilah
atau hakikat sesuatu lewat usaha rasional inti hermeneutika, sebagaimana namanya (dari
berupa penafsiran. nama dewa Hermes) yang piawai menafsirkan
dan menjembatani jarak ontologis dunia dewa
PEMBAHASAN dan jarak fisik dunia manusia.
Menelisik kembali asal usul kata, ker- Dalam salah satu karya Aristoteles
ap sangat membantu upaya kita memahami “De Interpretatione”[2] (tentang Interpretasi)
sesuatu. Dalam konteks ini, untuk memahami kembali muncul istilah yang kurang lebih sama
“hermeneutika”, kita perlu terlebih dahulu dengan Hermes, yakni “Peri Hermenias” yang
menggali etimologinya. mengacu kepada penafsiran dalam arti sempit,
Hermeneutika berasal dari kata Yunani yakni penafasiran yang mengandung benar/salah.
hermeneuō yang berarti: saya menasfirkan. Dalam tradisi pemikiran Yunani, penafsiran sep-
Terminologi ini dipetik dari nama Hermes erti ini diarahkan pada teks pidato (retorika)
dalam epik karya Homeros[1] yaitu Ililiad dan seperti pidato Homeros dan syair-syairnya.
Odyssey. Dikisahkan bahwa Hermes adalah Pada abad pertengahan, para Bapa Ge-
utusan dewa, ia mengemban tugas membawa reja menafsirkan Alkitab secara lebih sistematis
pesan Zeus dari dunia dewa kepada alam ma- dan metodis dengan mencari makna alegorinya
nusia, terutama agar “bahasa dewa” dapat di- (sensus allegoricus) yang coba memahami teks
mengerti dan diterjemahkan ke dalam “bahasa berkenaan dengan isi doktrinal dari dogma Ge-
manusia” (Palmer, 1999). Hermes dikisahkan reja, sehingga yang menjelaskan setiap elemen
sangat piawai menasfirkan tanda yang diberi- literal yang memiliki makna simbolis.
kan dewa-dewa dan memiliki kemampuan Hermenutika kemudian berkembang
menerjemahkan pesan-pesan tersebut dalam dan diadopsi para pakar Akitab (Kristen)
bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia. yang mengembangkan studi penasfiran kitab
suci secara ilmiah, dengan melihat konteks
SEJARAH HERMENEUTIKA (kapan, di mana, lingkungan sosial budaya,
Di dalam mengemban tugas tersebut, serta ciri tekstual/struktur sastra) Alkitab
Hermes menjembatani apa yang disebut “gap tersebut untuk coba menangkap pesan (mak-
ontologis” (ontological gap) yakni gap antara na) yang dimaksudkan si penulis teks terse-
pemikiran atau alam dewa dan pemikiran atau but agar tidak bias dan maknanya tidak lari
alam manusia. Dalam mitos, dikisahkan bah- dari maksud si penulis.
wa Hermes memiliki kemampuan muncul dan Dalam metode penasfiran Alkitab[3]
menghilang kapan saja, punya kemampuan tersebut, sejarah dan tradisi tidak boleh lepas
lari secepat kilat, dan punya daya magis untuk dari konteks. Oleh karena itu, metodolog-
membuat orang tertidur atau bangun. Dikisah- inya disebut “eksegese” (penafsiran), yakni
kan pula bahwa Hemes bukan hanya sanggup sebuah usaha rasional melakukan interpre-
menjembatani antara jarak fisik (physical dis- tasi secara sistematis. Cara kerja seperti ini
tance) dan jarak ontologis (ontological gap) hanya dapat ditemukan pada Philo dari Alek-
antara dunia dewa (illahi) dan dunia manu- sandria, yang melakukan refleksi tentang
siawi (Palmer, hlm. 2). makna alegoris dari Perjanjian Lama yang
Tugas hemeneutika, seperti halnya tu- berasumsi bahwa makna literer dari sebuah
gas dewa, ialah: menjembatani gap antara on- teks dapat menyembunyikan arti non-literer
tologi (realitas) dan apa yang tampak di per- (true conditions) yang hanya dapat ditelusuri
mukaan (fenomena). Dengan demikian, terjadi melalui kerja interpretasi yang sistematis.

74 Desember 2010 • Volume II, Nomor 2


• R. Masri Sareb Putra Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya
dalam Studi Komunikasi

St. Origenes (185-254) dari Alexandria curahkan perhatian dan mendapatkan inspi-
selanjutnya mengembangkan studi interpre- rasi, juga berpengaruh pada perkembangan
tasi Kitab Suci secara sistematis dan dengan hermeneutika modern. Sebagaimana diketa-
berani menyatakan bahwa Alkitab memiliki hui bahwa Thomas Aquinas membagi empat
tiga tingkatan makna, seperti bangun segitiga lapis makna Alkitab, yakni
yakni: tubuh, jiwa, dan semangat yang masing-
masing mencerminkan tahap yang semakin 1) the literal or historical level (Alkitab seb-
lebih maju kepada pemahaman Kitab Suci se- agai teks itu sendiri),
cara lebih menyeluruh dan mendekati kepenu- 2) the allegorical[5] level (peristiwa literal
han atau plenior (Seiler, 1835: 4). Dengan kata berkaitan dengan pristiwa Perjanjian Baru),
lain, Alkitab dilihat bukan semata-mata sebuah 3) the moral level (menjelaskan pelajaran ab-
teks-tertulis per se (tubuh), akan tetapi Alkitab strak moral yang bisa ditarik dari peristiwa
juga memiliki dimensi makna (jiwa), dan di- literal), dan
mensi power atau semangat yang dapat meng- 4) the anagogical level (yang berkaitan den-
gerakkan orang (afeksi, kognisi, dan behav- gan makna) yang juga kerap disebut seb-
ioral). Konsep segitiga “temuan” Origenes ini agai “heavenly things”.
nantinya memengaruhi teori-teori psikologi,
yang selanjutnya mempengaruhi teori komuni- Layer yang keempat ini oleh Brown dise-
kasi, terutama mengenai dampak dari isi atau but sebagai “sensus plenior” yakni fuller sense
pesan komunikasi.[4] atau cita rasa yang purna dari Alkitab. Inilah
makna yang sesungguhnya dari seluruh kegiatan
Power (spirit) penafsiran, yakni upaya menemukan true condi-
tions, sesuai dengan arti anagoge: tingkatan
tertinggi yang melampaui apa yang kelihatan.
Filsuf lain yang turut mempengaruhi ta-
hap awal hermeneutika modern adalah Spinoza.
Dalam bab ketujuh dari Tractatus theologico-
Tubuh (teks) Jiwa (makna) politicus (1670), Spinoza mengusulkan bahwa
untuk memahami bagian paling esensial dan
Gambar 1: Segitiga tingkatan makna paling sulit dari Kitab Suci, si penafsir harus-
Alkitab menurut St. Origenes lah berangkat dari cakrawala historis di mana
teks-teks tersebut ditulis dan merekonstruksi
Selanjutnya, St. Agustinus dari Hippo bagaimana Alkitab tersebut diproduksi. Dengan
(354-430) adalah salah seorang pemikir yang demikian, Alkitab bukanlah pertama-tama se-
berpengaruh terhadap hermeneutika modern buah teks-mati, melainkan mengandung makna
seperti diakui oleh Dilthey, Heidegger, dan terdalam seperti dicatat Caroll (2002:6) bahwa
Gadamer. Menurut Gadamer, justru Augus-
tinuslah yang pertama kali memperkenalkan …in traditional Christian and Jewish circles
the Bible is read as the story of the Jewish
universalitas hermeneutika. Pernyataan ini
nation or the Church –from the creation of
didasarkan pada bagaimana Agustinus me- the world until the end of time—give or take
mandang hubungan antara bahasa dan in- a few centuries. It also read as the “story of
terpretasi, juga bagaimana penafsiran Kitab salvation” (Heilsgesclichte) by many Chris-
Suci melibatkan tingkatan yang lebih eksis- tian reading communities.
tensial dari sekadar pemahaman atas teks
itu sendiri. Karya Thomas Aquinas (Summa Selanjutnya, Caroll (hlm. 7) menekank-
Theologia), di mana Heidegger banyak men- an bahwa tradisi hermeneutik Kristen di dalam

Desember 2010 • Volume II, Nomor 2 75


Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya • R. Masri Sareb Putra
dalam Studi Komunikasi

menafsirkan Alkitab tidak pernah lepas-lepas, TUJUAN YANG INGIN DICAPAI DARI
melainkan selalu dilihat secara “intertextual”. HERMENEUTIKA
Jalan dialektika bagaimana para pakar Tentu saja, dalam kertas kerja ini tidak
dalam tradisi Kristen menafsirkan Alkitab se- mungkin membahas secara mendetail semua
cara hermeneutik seperti dilukiskan di atas pemikiran para filsuf tersebut terkait dengan
panjang sekali. Sejarah dan tradisi menafsir- hermeneutika. Untuk itu, akan dipilihkan be-
kan itu sendiri adalah kegiatan hermeneutik di berapa saja yang dianggap mewakili atau di-
mana konteks tradisi dan sejarah tidak dapat anggap cukup fenomenal baik karena pemiki-
dilepaskan dari sang penasfir, sehingga mer- rannya yang luar biasa maupun karena diakui
eka bersepakat memandang bahwa Alkitab berjasa meletakkan fondasi bagi pemikiran dan
pertama-tama bukanlah sebuah teks-mati; na- metode hermenutika.
mun harus dapat menangkap maknanya yang Oleh karena Gadamer dianggap se-
terdalam pada tataran anagogical atau sensus bagai “bapak hermeneutika modern” maka
plenior. Dalam perkembangan selanjutnya, porsi pembahasannya cukup panjang lebar,
metode eksegese ini juga dipakai ilmu sastra terlebih lagi mengingat bahwa hermeneutika
(menasfirkan teks/terjemahan) dan psikologi Gadamer diadopsi para pakar untuk memban-
(menafsirkan mimpi). gun teori komunikasi (Deetz, 1976; Palmer,
1999). Dengan demikian, mengelaborasi
TIPE-TIPE HERMENEUTIKA bagaimana filsafat hermeneutika berproses
Menurut Palmer (1999), selain Ga- dan berdialektika menjadi teori komunikasi
damer, terdapat dua belas filsuf yang pemiki- sangatlah menarik dan sangat relevan dengan
ran dan karyanya berkorelasi dengan herme- perkuliahan “Metodologi Penelitian Kualita-
neutika yakni: tif”. Sekaligus melalui usaha elaborasi ini di-
1) Plato (metode dialogis yang dikembang- paparkan bagaimana proses terjadinya konsep
kannya dari Sokrates, mitos tidak berten- dan teori baru dalam ilmu komunikasi –dalam
tangan dengan rasio/logos) hal ini hermeneutika-- dan bagaimana para to-
2) Aristoteles (Organon, terutama de Inter- koh membangun teori ini secara induktif-lo-
pretatione) gis. Pada akhirnya, hermeneutika adalah upa-
3) Hegel (dialektika: tesis, antitesis, sintesis) ya rasional menafsirkan realitas (ontologis)
4) Husserl (fenomenologi) untuk mengungkapkan hakikat atau substansi
5) Heidegger (fenomenologi, terutama Be- yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang
ing and Time) ada (being) yang dalam bahasa teknis-ilmiah
6) Wittgenstein (filsafat bahasa) disebut sebagai “true conditions”.
7) Adorno (teori kritis Frankfurt School) Menurut Ricour (1991), hermeneu-
8) Habermas (hermeneutika salah satu di- tika ialah “the theory of operations of under-
mensi teori kritik sosial). standing in their relation to the interpreta-
9) Derrida (mendekati hermeneutika dari tion of text (1991: 53).
latar post-structuralist theory) Dengan kata yang sederhana dapat
10) Foucault (strukturalis/ "interpretative an- disebutkan bahwa metode filsafat hermenutika
alytics"). ialah: kegiatan olah pikir yang menafsirkan dan
11) Rorty (menggunakan hermeneutika un- memahami makna suatu teks (realitas) secara
tuk membangun posisi menentang episte- rasional untuk mencari/menemukan hakikatnya.
mologi yang berbasis-filsafat, masa lam- Filsafat hermenutika dibangun dan
pau, dan masa kini) dipengaruhi oleh filsafat fenomenologi. To-
12) Davidson (menafsirkan Alkitab sebagai kohnya adalah Schleiermacher, Dilthey, Hegel,
dialog hermeneutikal) dan Heidegger[6]. Gadamer yang dianggap

76 Desember 2010 • Volume II, Nomor 2


• R. Masri Sareb Putra Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya
dalam Studi Komunikasi

sebagai filsuf hermeneutika modern dipenga- mengerti teks maka penasfiran adalah metode
ruhi oleh fenomenologi Heidegger (terutama [8] atau jalan untuk mencapai pengertian yang
melalui Being and Time) karena Gadamer ada di balik teks tersebut. Dengan demikian,
adalah murid Heidegger. Pengaruh pemiki- Filsafat Hermeneutik adalah kritis, bahkan
ran fenomenologi[7] ini nantinya cukup ken- cenderung skeptis (salah satu sikap ilmuwan
tal dalam karya Gadamer yakni Wahrheit un untuk tidak mudah percaya begitu saja).
Methode (1960) atau Truth and Method dan Ketika kita menafsirkan teks, maka ada
atas “temuan”-nya ini Gadamer dipandang se- jarak waktu (dialektis). Teks mempengaruhi
bagai tokoh filsafat hermenutika modern yang saya. Terjadi proses dialektis antara teks dan
mengelaborasi penafsiran sebagai usaha me- saya, oleh karena itu, ada horizon.
mahami realitas yang hakiki dalam konteks se- Teks juga dimengerti dalam dialektis
jarah dan tradisi. perpaduan horizon. Jadi, tahap ini aktual ti-
Gadamer menegaskan bahwa kontem- dak hanya pada zaman dulu. Di dalam upaya
plasi metodikal berlawanan dengan pengala- memahami realitas sebagai teks: ada vorurteil
man dan refleksi. Menurut Gadamer, manusia (prejudice), praduga. Vorurteil ini dipakai un-
dapat meraih kebenaran hanya dengan menger- tuk membaca teks. Inilah syarat supaya pema-
ti atau bahkan menguasai pengalamannya. haman akan sebuah teks terjadi.
Oleh karena metode hermeneutika mengandal- Dengan demikian, menurut Gadamer,
kan olah akal budi rasional dalam upaya me- pengalaman individu selalu hermeneutik, se-
mahami realitas/ontologi (menafsirkan teks) lalu berkembang dalam proses penafsiran.
dan kontemplasi ini maka hermeneutika oleh Karena itu, pengalaman negatif dalam teks ha-
Habermas disebut sebagai metode kritis (Wa- rus dipelajari dengan baik. Sejarah yang nega-
chterhauser, 1986: 243-276) dan oleh Ricoeur tif, misalnya Gerakan 30-S/PKI dan Tragedi
disebut sebagai “kritik atas ideologi” (Wa- Mei 1998, karena itu, menjadi penting. Men-
chterhauser, hlm. 400). gapa? Karena peristiwa tersebut merupakan
Pengalaman, menurut Gadamer, tida- “peristiwa sosial” yang dalam bahsa Ricoeur
klah tetap, melainkan berubah-ubah; dan pen- disebut sebagai “symbol of evil”[9] dan hanya
galaman tersebut selalu menunjukkan perspe- dapat dipahami secara utuh-menyeluruh dalam
ktif waktu. Gadamer menunjukkan pada kita konteks sejarah. Sebagai contoh, (teks) lagu
bahwa kita tidak pernah dapat melangkah kelu- “Genjer-Genjer”, hanya dapat dimengerti se-
ar dari tradisi. Oleh karena itu, yang dapat kita cara purna apabila dikaitkan dengan peristiwa
lakukan adalah: berusaha atau mencoba untuk sosial jelang G30S/PKI tahun 1965. Bagi para
memahami tradisi tadi. Konsep atau proposisi saksi sejarah yang hari ini masih hidup lagu
ini kemudian mengelaborasi atau menguraikan tersebut adalah sebuah “teks” yang mengand-
gagasan tentang lingkaran hermeneutika. ung realitas ontologis yang, apabila ditafsirkan
Bagi Gadamer, sejarah bukanlah mi- dalam konteks sejarah pada waktu itu, dapat
lik kita, tetapi kita adalah milik sejarah. Lama menyingkap banyak hal. Sebaliknya, bagi gen-
sebelum kita bisa memahami diri kita (autos erasi sekarang, lagu yang sama hanyalah seba-
hepa), kita memahami siapa diri kita dalam tas teks (tubuh) saja.
cara yang terbukti dengan sendirinya, yakni Demikian halnya dengan teks atau tu-
kita ada dalam keluarga, masyarakat, negara, lisan “Milik Pribumi” yang ditulis di tembok,
dan tempat tinggal kita (tradisi). Inilah yang depan toko, ruko, atau barang-barang tertentu
disebut dengan “realitas historis”. Konsep yang pada Kerusuhan Mei 1998. Teks tersebut untuk
penting dalam pandangan Gadamer ialah bah- saat ini “tidak berbunyi” apabila tidak dikait-
wa Gadamer melihat realitas sebagai sebuah kan dengan sejarah atau peristiwa sosial pada
teks. Gadamer juga meyakini bahwa jika kita saat itu. Amuk massa sebagai pelampiasan

Desember 2010 • Volume II, Nomor 2 77


Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya • R. Masri Sareb Putra
dalam Studi Komunikasi

kekecewaan dan dendam yang terpendam pada seni, budaya, dan sejarah teks. Sejarah (teks)
Pemerintahan Orde Baru dilampiaskan pada merupakan bagian dari tradisi kita sendiri,
kalangan nonpri, sehingga apa pun yang me- karya-karya sejarah tidak terutama menampil-
nyimbolkan nonpri halal untuk dirusak dan kan diri kepada kita sebagai objek netral dan
dijarah; namun “milik pribumi” haram hukum- bebas-nilai dari penyelidikan ilmiah. Sejarah
nya untuk diganggu, apalagi dirusak. Makna (teks) adalah bagian dari cakrawala di mana
terdalam atau sensus plenior dari teks “Milik kita hidup dan melalui cakrawala tersebut
Pribumi” hanya dapat dimengerti dalam kon- pandangan kita terhadap dunia akan dibentuk.
teks sejarah dan pengalaman kolektif pada Dengan kata lain, kita dibentuk oleh karya-
saat itu dan pendekatan hermeneutika dapat karya besar (tradisi dan histori) sebelum kita
menjelaskan makna di balik sebuah teks. mendapatkan kesempatan untuk mendekatinya
Dalam konteks itulah Gadamer berpan- dengan tatapan yang objektif.
dangan bahwa hermeneutika adalah metode Melalui usahaa interpretatif untuk me-
yang terus berproses dalam lingkaran histo- mahami realitas yang sejati, kita mendapatkan
ris sebagai usaha rasional untuk memahami pemahaman yang lebih baik dan lebih men-
ontologis. Teks adalah realitas yang tampak, dalam tidak hanya sebatas apa yang disaji-
teks yang tampak tersebut haruslah ditafsirkan kan oleh teks yang menurut istilah Origenes
dalam tiga dimensi: 1) psikologis, 2) struktur, “tubuh”, akan tetapi juga memahami diri kita
dan 3) historis untuk menemukan kebena- sendiri (autos hepa). Hal inilah yang diangkat
ran (realitas) yang sejati –yang dalam bahasa Deetz (1976) dalam Kolokuium Komunikasi
Thomas Aquinas disebut sebagai “anagogical Verbal di Florida, Juli 1976. Deetz antara lain
level”, upaya menemukan sensus plenior dari menekankan hal yang berikut ini.
sesuatu.
Jadi, what is truth? Teks adalah petun- However, when these concepts are taught
juk (clue) to something. Aletheia (kebenaran) and make their way into everyday language,
they are often understood as representing
menampakkan diri dalam seluruh dialektis (in- things rather than experiences and process.
teraksi antara aku-teks: aku sebagai si penafsir “self,” “attitudes,” norms,” “culture,” and so
dan teks sebagai objek yang ditafsir) dan agar forth are example of concepts suffering from
sampai pada pemahaman yang purna (sensus this reification. Explanation using these con-
plenior) mengenai hakikat segala sesuatu yang cepts in understood as one thing causing
another rather than chosen way of structur-
ada (being) maka interaksi aku-teks ini ber- ing the experience on continuity. The experi-
langsung dalam lingkaran hermeneutika. ence is thus explained away in abstraction
rather than brought to clearer understanding.
For example, what does it mean to say that
HERMENEUTIKA SEBAGAI METODE a communication problem is a result of cul-
tural differences? And how does that move
PENELITIAN KOMUNIKASI us towards solving the problem? Concepts
Menurut Gadamer, manusia adalah do not need to be seen as tools of classi-
makhluk yang tidak dapat lepas dari bahasa. fication (in a categorical sense) but can be
Melalui bahasa, dunia ini terbuka bagi kita. seen as opening experience in interpretative
Kita belajar untuk mengetahui dunia dengan sensee.” (Deetz, hlm. 23-24).
belajar menguasai bahasa. Oleh karena itu,
kita tidak dapat benar-benar memahami diri Pemahaman akan realitas sejati dan
kita kecuali kita memahami diri sebagai bagian pemahaman akan diri ini terus-menerus berpros-
dari budaya dan bahasa dalam dimensi ruang es dalam apa yang dinamakan “lingkaran herme-
dan waktu yang menyejarah. Hal ini membawa neutik” seperti gambar berikut ini di mana teks
konsekuensi dalam pemahaman kita tentang (realitas) terus berputar dan tidak pernah selesai.

78 Desember 2010 • Volume II, Nomor 2


• R. Masri Sareb Putra Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya
dalam Studi Komunikasi

Di tempat lain, Palmer dalam “The Rel-


evance of Gadamer’s Philosopical Hermeneu-
tics to Thirty-Six Topics or Fields of Human
Activity” menyebutkan terdapat 36 topik yang
relevan dengan filsafat hermeneutika Gadamer,
salah satu di antaranya untuk studi komunikasi,
yakni topik ke-35 “Communication Theory”,
terutama menyangkut bahasa sebagai alat ko-
munikasi (verbal), bagaimana bahasa bekerja,
serta bagaimana metode penasfiran hermeneu-
tika Gadamer dipakai untuk menafsirkan meta-
bahasa atau realitas di balik bahasa verbal.
Sebagai metode dalam penelitian/studi
komunikasi, hermeneutika mengikuti langkah
yang berikut ini:
1) Menetapkan being atau objek material
(teks, objek, fenomena) yang hendak
Gambar 2: Lingkaran hermeneutika diselidiki atau diamati.
Sumber: http://www.friesian.com/hermenut.htm 2) Berusaha menafsirkan being tersebut
dengan mengikuti “segitiga” tingkatan
Dalam upaya memahami sebuah teks makna Origenes.
secara utuh-menyeluruh maka interpretasi harus 3) Lalu berupaya mencari sensus plenior
terus-menerus mengikutinya. Dalam konteks ini- (hakikat terdalam/true conditions) dari
lah penafsiran harus diletakkan dalam dimensi being tersebut.
waktu (sejarah) dan tradisi –sesuatu yang meng- 4) Jika si penafsir yang sudah sampai pada sen-
ingatkan kita akan Berger dan Luckmann[1] sus plenior di mana ia sudah berhasil menjadi
(1966) mengenai kesadaran kolektif yang mem- jembatan (mediator/messenger) dan berhasil
bentuk konsepsi mengenai realitas sosial. menunaikan tugas seperti yang dilakukan
Relasi antarmanusia dan kesadaran- Hermes yaitu berhasil menjembatani gap
sejarah ini kembali ditekankan Deetz (hlm. 24) ontologis realitas yang sesungguhnya den-
bahwa hermeneutika, terutama Gadamer, mem- gan apa yang tampak, maka hermeneutika
berikan kontribusi penting bagi studi komu- sudah sampai pada metode penelitian kual-
nikasi yang intinya ialah bahwa: makna (true itatif: menemukan makna terdalam dari
conditions) dari segala sesuatu yang ada baru segala sesuatu yang ada (being).
dapat dipahami seutuhnya jika dikaitkan dengan
kesadaran-sejarah (historical consciousness). PROSES KESAHIHAN DAN KEABSAH-
Apa relevansi filsafat hermenutika den- AN DATA
gan studi-studi ilmu komunikasi? Deetz me- Terdapat beberapa faktor yang memen-
nyebutkan bahwa hermeneutika sangat men- garuhi kesahihan data (validitas) dan keandalan
arik bagi para pakar ilmu komunikasi Amerika. (realibilitas) data dalam penelitian kualitatif,
Alasannya: metode filsafat hermeneutika san- yakni nilai subjektivitas, metode pengumpu-
gat cocok dan relevan untuk studi komunikasi, lan data, dan sumber data dalam penelitian.
terutama karena hemerneutika membantu studi Dalam hermeneutik, si penafsir adalah subjek
komunikasi di dalam “understanding the mes- yang tidak dapat dihindarkan karena di dalam
sage becomes primarily an instrumental act upaya memahami makna sebuah realitas (teks)
towards this end” (Deetz, hlm. 10). ia berada pada posisi menafsirkan dan dalam

Desember 2010 • Volume II, Nomor 2 79


Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya • R. Masri Sareb Putra
dalam Studi Komunikasi

penafsiran tersebut di balik kepala si subjek “At the heart of hermeneutics is a novel view
diandaikan adanya vorurteil, prejudice[11] of the structure of discursive understanding,
which it takes to be circular rather than linear.
(Gadamer,273 ) “Actually ‘prejudice’ means a Analytic logic moves one step at a time toward
judgement that is rendered before all the ele- a conclusion and attempts to exclude presup-
ments that determine a situation have been fi- positions or predeterminations. Hermeneutics
nally examined. In German legal terminology not only affirms the impoverishment of this kind
a ‘prejudice’ is a provisial legal verdict before of thinking, but it makes predispositions and
prederminations constitutive and central to the
the final verdict is reached.”
communication process itself.”
Cita rasa prejudice dalam bahasa Ing-
gris tidak sepenuhnya dapat menjelaskan apa
Hermeneutika ialah upaya rasional
yang Gadamer maksudkan sebagai vorurteil
mencari dan menemukan makna atau sensus
yang dalam bahasa Latin, praejudicium yang
plenior dari sebuah teks (realitas); sementara
berarti: adverse effect, disadvantage, harm.
hakikat dari penelitian kualitatif juga mencari
Cita rasa negatif kata tersebut hanyalah deriva-
makna hakiki dari being, segala sesuatu yang
tif, konsekuensi negatifnya sangat bergantung
ada yang hendak diteliti.
pada validitas positif, nilai dari “provisial de-
Sebagai contoh, seseorang hendak
cission” sebagai prejudgement, sebagaimana
meneliti teks/wacana Orde Baru yakni “amank-
halnya setiap preseden. Dengan demikian,
an”. Mendapatkan prefiks ke-an, kata dasar wa-
“prejudice” sebagaimana dimaksudkan Ga-
cana ini adalah “aman” yang berarti: bebas dari
damer, ialah “certainly does not necessarily
gangguan, terlindung atau tersembunyi, tenter-
mean a false judgement, but part of the idea
am[12]. Arti kamus ini menurut Origenes adalah
is that it can have either a positive or negative
“tubuh” atau teks per se. Untuk mengerti makna
value.” (Gadamer, hlm. 273).
dan peristiwa (sosial) di balik teks “amankan”
Dengan demikian, “subjektif” dalam
ini, kita (peneliti) harus dapat menangkap jiwa
hermeneutika tidak identik maknanya den-
dari kata tersebut, yaitu bukan benar-benar ter-
gan subjektif sebagaimana yang kita menger-
lindung atau tenteram sebagaimana tersurat
ti sehari-hari, yakni mengenai atau menurut
dalam pengertian kamus; sebaliknya seseorang
pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung
yang “diamankan” dalam konteks sejarah Orde
mengenai pokok atau halnya (Kamus Besar
Baru justru berarti hilang (diculik atau dibunuh)
Bahasa Indonesia, 2007: 1095).
agar yang bersangkutan tidak mengganggu
Metode pengumpulan data dalam studi
sepak terjang dan menghalang-halangi peny-
hermeneutika ialah bahwa data terdapat dalam
elenggaraan pemerintahan pada saat itu.
teks atau dalam wacana. Dapat tunggal (da-
Makna terdalam dari wacana ini dapat
tum) dapat juga jamak (data) bergantung pada
dijelaskan dengan pendekatan hermeneutika,
sifat atau lingkup unit analisisnya.
yakni dengan mencari sensus plenior-nya, ti-
Adapun sumber data dalam pene-
dak hanya sebatas teks saja. Jika hanya mene-
litian hermeneutika haruslah orisinal atau
laah teks maka makna hakiki dari wacana
sumber primer.
tersebut tidak terungkap. Untuk mengung-
kap secara utuh-menyeluruh teks tersebut,
PENERAPAN METODE HERMENEUTI-
pendekatan hermeneutika dapat membantu
KA DALAM STUDI KOMUNIKASI
dengan menempatkan objek material (unit
Oleh pakar komunikasi, hermeneutika
analisis) “amankan” ke semua aras dari bangun
dimasukkan ke dalam teori kritis (Littlejohn,
segitiga Origenes dan mengangkatnya ke aras
2009: xiv; 469-474). Diakui bahwa metode
anagogikal (anagogical level) sebagaimana
hermeneutika memberikan perspektif baru
yang disarankan oleh Thomas Aquinas. Kemu-
dalam studi komunikasi.

80 Desember 2010 • Volume II, Nomor 2


• R. Masri Sareb Putra Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya
dalam Studi Komunikasi

dian, menempatkannya dalam konteks sejarah limit) dan dan garis batas ontologis yang (ma-
(dan tradisi) sesuai dengan yang dianjurkan sih) terkendala oleh realitas. Gap antarkedua
Gadamer di mana aku (penafsir) terus-menerus garis ini yang coba dijembatani atau dihubung-
berdialog dengan teks, dan dalam dialektika kan si penafsir dan dalam horizon yang bersifat
tersebut, ada horizon yang memungkinkan se- dialektis inilah si penafsir menemukan kepur-
buah teks atau realitas ditangkap secara utuh- naan makna sebuah teks.
menyeluruh. Penafsiran (hermeneutika) ini Dengan demikian, teks “amankan”
berlangsung dalam sebuah siklus yang disebut yang ontologis sebagai “bahasa dan jargon
“lingkaran hermeneutika”. dewa” berusaha dijembatani oleh si penafsir
dengan menemukan sensus plenior-nya per-
tama-tama memang melalui salah satu kaki
segitiga Origenes yakni “tubuh/teks”. Akan
tetapi, hal yang jauh lebih penting setelah itu
ialah melihat kaki-kaki yang lain, yakni jiwa
dan spiritnya dalam peristiwa sejarah dan ke-
adaan pada saat itu. Begitu dari dunia dewa
datang titah untuk “mengamankan” seseorang
maka itulah isi pesan yang langsung dapat di-
mengerti warga dunia atas, namun yang tidak
sepenuhnya dimengerti orang kebanyakan. Si
Gambar 3: Tampilan struktur spiral turun yang
penafsir akan bertindak selaku Hermes dan ia
sama dengan tabel “siklus realistis hermeneutika”
Sumber: http://www.friesian.com/hermenut.htm akan menjadi mediator antara dunia dewa dan
dunia manusia, sehingga manusia yang melak-
sanakan pesan itu di lapangan melakukan apa
yang dikehendaki dewa.
Sebagaimana tampak dalam gambar di atas, Dalam upaya menemukan sensus ple-
penafsiran hermeneutik dibatasi oleh teks, atau nior inilah agaknya kita memahami apa yang
oleh bukti empiris, atau oleh hal lain, sehingga ditekankan Gadamer berikut ini.
ada kemungkinan bahwa siklus hermeneu-
All the beginning of all historical hermeneu-
tik justru bukan mempersempit spiral di luar tics, then, the abstract thesis between tradi-
kendali. Limit dari spiral, apakah tercapai atau tion and historical research, between history
tidak, merupakan prinsip objektivitas dan re- and the knowlede of it, must be discarded.
alitas. Seperti dalam mekanika kuantum itu The effect (Wirkung) of a living tradition and
sendiri, akan ada kisaran yang lebih besar atau effect of historical study must constitute a
unity of effect, the analysis of which would
lebih kecil dari ketidakpastian, tetapi ini hany- reveal only a texture of reciprocal effects.
alah kisaran, bukan sebuah kemungkinan tak Hence we would do well not regard histori-
terhingga atau tak terbatas. cal consciousness as something radically
Jika teks “amankan” dimasukkan new –as it seems at first—but as a new ele-
ke dalam siklus hermeneutika dan coba di- ment in what has always constituted the hu-
man relation to the past. In other words, we
cari maknanya yang paling hakiki maka aku have to recognize the element of tradition in
(penafsir) terus-menerus berdialog dengan historical research and inquire into its her-
teks (realitas), di dalam proses dialektis terse- meneutic productivity.
but ada jarak waktu tersebut ada horizon yakni That element of tradition affects the hu-
garis yang sejajar antara batas pendekatan atau man sciences despite the methodical purity
of their procedures, an element that con-
usaha rasional untuk mengerti teks (approach stitutes their real nature and distinguishing

Desember 2010 • Volume II, Nomor 2 81


Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya • R. Masri Sareb Putra
dalam Studi Komunikasi

mark, is immediately clear if we examine the Menurut Gadamer, hermeneutic circle adalah
history of research and note the difference dialektika antara knowledge and fore-knowl-
between the human and the natural sci-
edge. Dialektika tersebut tidak lain tidak bukan
ences with regard to their history. Ofcourse
none of man’s finite historical endeavors adalah apa yang disebut sebagai “temporal dis-
can completely erase the trace of this fini- tance” yakni jarak antara dua horizon: horizon
tude. (Gadamer, hlm. 283-284). masa lampau yang menyejarah (the horizon of
the past) dan horizon masa kini (the horizon of
Dalam upaya mencari dan menemu- present).
kan kepurnaan makna teks “amankan” maka The horizon of the past (of an object
pendekatan hermeneutika pertama-tama harus itself) ialah bingkai tempat segala sesuatu ter-
menempatkan teks tersebut dalam bingkai se- jadi atau tempat peristiwa historis berlangsung.
jarah untuk menemukan sensus plenior-nya. Sementara the horizon of present (of an inter-
Aspek kesadaran akan sejarah dan vorurteil preter) ialah segala usaha yang coba mema-
inilah yang membedakan Gadamer dari Haber- hami dan menginterpretasi suatu objek atau
mas seperti yang dicatat Palmer. peristiwa.
Salah satu aspek penting dari herme-
What separates Heidegger and Gadamer is neutik kontemporer ialah sudut pandang bah-
Gadamer's concept of wirkungsgeschichtli-
wa setiap usaha yang dianggap berhasil dari
ches Bewußtsein, a consciousness in which
history is always at work. For Gadamer there pemahaman atau interpretasi suatu teks (reali-
is no escape from history or from prejudic- tas) ialah memahami hakikatnya. “... in order
es, although one must continually become to understand Gadamer’s contribution to the
aware of them. But they are the basis of our study of interpersonal understanding, one must
understanding at all, so "prejudgments" are
realize that understanding is communicative.”
always already there (Palmer).
(Boldonova, hlm. 490).
Apabila sang interpreter atau penafsir
berhasil memecahkaan persoalan antara some-
Gadamer memandang teks (bahasa) sebagai thing unknown and the familiar -- yang dalam
“the house of Being”. Untuk mengungkap istilah filsafat menjembatani antara jarak fisik
sekaligus menemukan makna yang purna dari (physical distance) dan jarak ontologis (onto-
“Being” tersebut, pertama-tama si penafsir logical gap)-- maka ia sama melakukan tugas
haruslah lebih dahulu masuk ke dalam rumah seperti dilakukan Hermes.
Being dimaksud sebagai upaya awal mengurai Komunikasi dan pemahaman tejadi
apa yang oleh Gadamer disebut sebagai “her- ketika interlokutor mencapai kesepahaman
meneutic circle”. Dari perspektif studi komuni- (commonality). Gadamer menyebut ini seb-
kasi, menurut Boldonova (2008: 504), konsep agai fenomenon fusi dari horizon (fusion of
lingkaran hermeneutik ini penting untuk diurai horizon) dan menggambarkan tipe ini sebagai
karena “konversasi hermeneutik” ketika makna yang
sama sudah terbangun.
…hermeneutic circle provide the explanation
of the circular movement of understanding, Menurut Boldonova (hlm. 496) kon-
which runs from the part of the conversation sep hermeneutik lain dari Gadamer dapat juga
to the whole conversation, and back. The diterapkan pada komunikasi antarpribadi. “Ap-
interlocutor calls the expectation of mean- plication is connected with feedback is the
ing a force-conception of completeness: this
form of verbal expression or actions as a result
solve the problem of contradiction between
something unknown and the familiar. of understanding. In interpersonal communi-
cation, interlocultors must have proper listen-
ing skills, interpretative competence, and the

82 Desember 2010 • Volume II, Nomor 2


• R. Masri Sareb Putra Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya
dalam Studi Komunikasi

ability to give immediate feedback.” ingkap realitas di balik data yang terselubung,
Sumbangan hermeneutika, terutama dan bagaimana menangkap makna di balik hal-
Gadamer, untuk studi komunikasi tidak dira- hal yang tampak di permukaan (ucapan, teks,
gukan lagi seperti dicatat Deetz berikut ini. gesture).
Hermeneutika memberikan sumban-
Gadamer would have communication stud- gan pada metode penelitian komunikasi untuk
ies become aware of time not as a variable menemukan makna yang purna (sensus pleni-
to be considered as “timing” not as some-
thing along side interaction (as interaction or) dari segala sesuatu yang ada (being).
happens through time) but as an integral
part of the structure of interaction itself…. END NOTE
Meaning is not extra wordly ut is subject to [1] Homeros hidup sekitar abad 8 sebelum
change in time and thus open to new sig- Masehi. Jika diakui sebagai karya Homeros
nificance. Meaningful everyday interaction
like a great literary work is never closed in maka Ililiad dan Odyssey diperkirakan
meaning but able to speak again in a dif- lahir bersamaan waktunya dengan masa
ferent but significant way…. Communication kehidupan sang penciptanya. Boleh di-
directed toward increased understanding is katakan bahwa epik tersebut adalah awal
opening of meaning to time and change and mula dari literatur Barat yang selanjutnya
the interactants to new experience (Deetz, sangat mempengaruhi sejarah sastra.
hlm. 18). [2] Sebagaimana diketahui dalam karya Aris-
toteles, Organon, salah satu dia antaranya
Deetz sesungguhnya menegaskan kem- De Interpretatione ini atau dalam ba-
bali makna sebuah teks sebagaimana dikatakan hasa Yunaninya Peri Hermenias. Karya
Gadamer, “… the task of understanding is con- ini terdiri atas delapan bab, pada intinya
cerned in the first place with the meaning of the dibahas di dalamnya hubungan antara ba-
text itself (Gadamer, hlm. 335). Adapun krite- hasa dan logika. Selengkapnya lihat Ar-
ria untuk memahami sebuah teks “The criteria istotle’s Categories and Propositions (De
for understanding must be the harmony of all interpretatione), 1980.
the details itself (Gadamer, hlm. 259). Dengan [3] Lihat misalnya Davidson, The Old Tes-
kata lain, makna sebuah teks dipahami secara tament (1857) di mana Aklitab secara
intertextual. hermeneutis dikritisi latar teksnya, dengan
Akhirnya, Deetz menyimpulkan bahwa metode hermeneutika yakni dengan meng-
hermeneutika terutama memberikan sumbang- kritisi (interpretasi) teks tersebut dalam
sih bagi studi komunikasi untuk mengkonstruk hubungannya dengan tradisi dan sejarah
body of knowledge. “It should clear that Ga- bangsa Ibrani pada saat teks itu ditulis.
damer's analysis of character of undertanding [4] Leon Festinger misalnya, dalam teori Cog-
makes problematic the basic assumed goal of nitive Dissonace menekankan tiga efek ko-
communication studies to construct a body of munikasi yang jika dicermati dengan saksa-
knowledge” (Deetz, hlm. 22). ma mirip dengan bangun segitiga Origenes.
[5] Dari kata Yunani anagoge yang secara
SIMPULAN harfiah berarti: “naik” atau “pendakian”.
Relevansi filsafat hermeneutika dalam [6] Untuk melihat bagaimana pengaruh fenom-
studi komunikasi ialah: Filsafat hermeneutika enologi demikian kuat dalam diri Gadam-
memberikan kontribusi pada studi komunikasi er, baca misalnya Wachterhauser, Herme-
untuk melihat realitas di balik data (meta data), neutics and Modern Philosophy (1986).
menyingkap meta-teks dengan coba mem- [7] Sedemikian kuatnya pengaruh Hei-
bongkar ada apa di balik teks tersebut, meny- degger pada Gadamer dilukiskan Palm-

Desember 2010 • Volume II, Nomor 2 83


Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya • R. Masri Sareb Putra
dalam Studi Komunikasi

er sebagai berikut “…then a German DAFTAR PUSTAKA


philosopher, Hans-Georg Gadamer, Agushevits, Reuven. 2008. Principles of Phi
who had been Heidegger’s assistant for losophy. Jersey City: KTAV
five years in Marburg, from 1923-1928, Publishing House.
while Heidegger was writing Being Apostle, Hippocrates George (terj.) 1980. Aris
and Time,came to see in Heidegger’s totle's Categories and Propositions (De
thought-both in Being and Time and interpretatione). California:Peripatetic Press.
in the 1935 essay, “Der Ursprung des Barret, William dan Henry David Aiken. 1962.
Kunstwerkes”(“The Origin of the Work Philosophy in the Twentieth Century:
of Art,” pp. 139-212 in Heidegger, Ba- An Anthology, Volume 1. New York:
sic Writings) the basis for a “philo- Random House.
sophical hermeneutics.” Hermeneutika Berger, P. dan Luckmann T. 1966. The Social
Gadamer yang menekankan interpretasi Construction of Reality: A Treatise on
dalam bingkai waktu sejarah dan tradi- the Sociology of Knowledge. London:
si ada benang merahnya dengan karya Penguin University Books.
Heidegger, Being and Time. Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Yo
[8] Metode dalam bahasa Latin, methodus gyakarta: Kanisius.
yang diderivasi dari kata Yunani, mé- Boldonova, Irina. 2008. “On H.G. Gadamer’s
thodos (metá: sesudah dan hodós: jalan) Truth and Method: The Hermeneutics
yang secara harfiah berarti: orang yang of Interpersonal Communica
mengikuti jalan tertentu. tion” dalam William Sweet
[9] Untuk mendalaminya, baca buku The (ed.), The Dialoque of Cultural
Symbol of Evil (1967) Paul Ricoeur yang Traditions: A Global Perspec
diterjemahkan E. Buchanan. tive. Washington: The Council
[10] Berger dan Luckmann dalam buku So- for Research in Values and Philosophy.
cial Construction of Reality (1966) Caroll, Robert P. 2002. “Removing An Ancient
membahas sosiologi pengetahuan dan Landmark: Reading The Bible as Cul
melihat bahwa apa yang disebut dengan tural Production” dalam Martin
“realitas” ialah hasil dari konstruksi so- O’Kane (ed.), Borders, Boundaries and
sial yang menjadi nyata dalam kerangka the Bible. New York: Sheffield
sejarah. “…Humans do construct social Academic Press ltd.
life, but this social life, becomes real, a Davidson D.D., Samuel. 1857. The Text of the
series of ‘social facts’. This can be seen Old Testament. London: Longman.
clearly in historical terms —and the fa- Deetz, Stanley. 1976. “Gadamer’s Hermeneu
mous ‘castaways on a desert island’ ex- tics and American Communication
ample make this clear.” Studies”, paper presented at the Annual
[11] Oleh karena cita rasa prejudice dalam International Colloquium on Verbal
bahasa Inggris kurang sanggup men- Communication.
transfer seluruhnya cita rasa vorurteil Gadamer, Hans-Georg. 1975. Truth and Meth
dalam bahasa Jerman, banyak pakar ti- od. London-New York: Continuum.
dak menggunakan bahasa Inggris, tetapi Grant, Edward. 1996. The Foundations of
tetap mempertahankan aslinya. Ini juga Modern Science in The Middle Ages:
dapat dilihat sebagai bagian dari proses Their Religious, Insti
hermeneutika di mana istilah tersebut tutional, and Intellectual Con
coba dicari makna hakikinya. text. Cambridge: Cambridge University Press.
[12] Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 35. Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss (edi

84 Desember 2010 • Volume II, Nomor 2


• R. Masri Sareb Putra Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya
dalam Studi Komunikasi

tors). 2009. Encyclopedia of Communi &William Wright. 1835. Bibli


cation Theory. California: Sage. cal Hermeneutics; or, The Art of Inter
Ricoeur, Paul. 1973 “The Hermeneutical pretation. London: Kessinger Publishing.
Function of Distanciation” dalam Phi Vatimmo, Gianni. 1997. Beyond Interpreta
losophy Today 17. tion: The Meaning of Hermeneutics of
-----------------. 1967. The Symbol of Evil (ter Philosophy. Standford, Califor
jemahan oleh E. Buchanan. nia: Standford University Press.
New York: Harper & Row. Wachterhauser, Brice R. (ed.). 1986. Herme
-----------------. 1991. From Text to Action: Es neutic and Modern Philosophy. New
says in Hermeneutics, II. Illio York: State University of New York.
nis: Northwestern University Press. http://plato.stanford.edu/entries/aristotle-log
Seiler, Georg Friedrich, Jodocus Heringa ic/ diunduh pada 5 Maret 2011.

Desember 2010 • Volume II, Nomor 2 85

Anda mungkin juga menyukai