FAUZAN
NIM: 271222003
HERMENEUTIK
Hermeneutika secara epistimologis berasal dari ‘hermeneuein’ dalam Bahasa Yunani dan
berarti “seni menerangkan makna”, artinya hermeneutika adalah disiplin ilmu atau seni yang
digunakan untuk menginterpretasi. Kehadiran hermeneutika dalam deretan ilmu-ilmu sosial,
sebenarnya masih relatif baru. Dan di era sekarang hermeneutika selalu dikaitkan dengan kata
“HERMES” , nama seorang tokoh dalam mitologi bangsa Yunani yang menurut sumber-sumber
tertulis kuno. Pada tahap awal perkembangan hermeneutika telah memiliki tiga unsur yang masih
berlaku hingga saat ini.
Unsur kedua, pengertian hermeneutika mengenai hakikat atau sifat makna yang ingin
dipahami. Tulisan atau berita yang hendak diterjemahkan dianggap memiliki makna yang selalu
melebihi daya pemehaman yang berusaha mengungkapnya.
Unsur Ketiga,hermeneutic, baik secara tegas tak terkatakan berangkat dan asumsi bahwa
suatu tulisan atau berita hanya dapat diartikan dengan satu cara saja.
Sebagai ilmu yang memahami sebuah teks, hermeneutika mempunyai tingkat fleksibilitas
yang tinggi. Ia dapat diterapkan di sejumlah ilmu-ilmu kemanusiaan. Pengalaman kehidupan
manusia menyimpan banyak pelajaran tentang kehidupan. Pengalaman masa lalu manusia
seringkali tidak selalu sama dengan apa yang terjadi saat ini. Pengungkapan pengalaman
manusia di masa lalu selalu asing bagi pembaca berikutnya. Disinilah perlu adanya penafsiran
secara benar pengalaman itu. Pengalaman manusia tidak hanya berada dalam satu ruang lingkup
saja. Pengalaman manusia inilah yang telah mengajarkan ilmu-ilmu kemanusiaan. Agar kita
dapat belajar dan memahami tentang pengalaman-pengalaman manusia masa lampai yang
berguna bagi kelangsungan kehidupan manusia maka ilmu-ilmu kemanusiaan itu sangat
memerlukan hermeunitika (Dilthey dalam Subiyantoro, 2006: 80).
Dari beberapa hal diatas dapat pula diketahui bahwa cara kerja hermeneutika adalah
mengenai penegasan makna otentik yang ingin dicapai selalu dilihat dalam konteks ruang dan
waktu. Memahami makna objek yang diluar konteks akan mendapat sebuah makna yang kita
lihat adalah pemahaman makna semu. Keautentikan makna hanya bisa dimengerti dan dipahami
dalam ruang dan waktu yang persis tepat dimana ia berada. Artinya, setiap makna selalu
tersituasikan dan hanya benar-benar dapat dipahami dalam situasinya. Pemahaman makna yang
tidak autentik adalah makna yang dikontrol situasi. Jadi inti dari pekerjaan hermeneutika adalah
untuk mengmbalikan pada pengalaman orisinil dari para penulis (teks) dengan maksud untuk
menemukan “kunci” makna kata-kata atau ungkapan pada konteks saat ini. Dalam mengkaji
sebuah teks yang ada dengan Hermeneutika kita tidak bisa lepas dari dua hal yang sangat
berpengaruh yakni mengenai subyektivitas teks dan subyektivitas penafsir.