Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HASIL ANALISIS KONSEP EKLAREN, VERSTEHEN, DAN

HERMENEUTIKA DALAM SEJARAH DAN HUBUNGAN KETIGA KONSEP


TERSEBUT DALAM EKSPALANASI SEJARAH

Tugas Individu Pengganti UTS Mata Kuliah Metodologi Sejarah

Dosen Pengampu : Rikza Fauzan, M. Pd

Disusun Oleh :

Isda Zulfani F061201030

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PERTUKARAN MAHASISWA MERDEKA UNTIRTA 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb, salam sejahtera untuk kita semua, puji syukur


kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, karena penyertaan dan selalu
memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas individu
pengganti ujian tengah semester mata kuliah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pengganti ujian tengah
semester mata kuliah metodologi sejarah. Dalam makalah ini terdapat pengulasan
mengenai konsep eklaren, verstehen, dan hermeneutika dalam sejarah, serta kolerasi
ketiga konsep tersebut dilakukan dalam eksplanasi sejarah. Penulis harap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Sekian dari saya, dan
selamat membaca.

Bandung, 15 Oktober 2021

Salam hangat,

penulis.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah menjadi kewajiban seorang pelajar sejarah, untuk memahami konsep-konsep


yang ada dalam sejarah, namun hal yang paling penting dalam memahami sejarah
adalah dibutuhkan pemahaman dalam penulisan sejarah, bagaiman pola sejarawan
dalam menyusun suatu tulisan sejarah.

Nah yang telah diketahui bahwa untuk menyusun sebuah tulisna sejarah tentu ada
berbagai tahapan yang harus dicapai hingga dapat membetuk suatu tulisan sejarah,
dimulai dari heuristik, verifikasi, interpretasi, hingga historiografi. Lalu tugas kita
sebagai pelajar sejarah bila ingin membaca sejarah kita harus memahami terlebih
dulu konsep dalam penulisan sejarah, bagaimana si sejarawan tersebut dalam
menjelaskan suatu sejarah dalam penulisannya.

Dalam memahami sejarah, ada beberapa istilah-istilah atau hal penting yang terpaut
didalamnya, hal ini berhubungan dengan tugas yang diberikan oleh bapak mengenai
konsep eklaren, verstehen, dan hermeneutika dalam sejarah. Dari sumber buku yang
saya baca, yaitu buku ‘Penjelasan Sejarah’ yang juga menjadi buku ketiga dari
Kuntowijoyo dimana pandangan beliau dalam sejarah. Didalam buku tersebut beliau
meyebutkan ‘hermeneutika’ juga ‘verstehen’ yang menjadi bagian dari ekspalanasi
sejarah atau penjelasan sejarah. Berikut adalah kutipan dari buku beliau :
“Ilmu sejarah tidak lain merupakan serangkaian upaya untuk menafsirkan,
memahami dan mengerti (hermeneustics dan verstehen)”.

Sejarah adalah ilmu mandiri. Mandiri dalam artian sejarah memiliki filsafat ilmu
sendiri, pemasalahan sendiri, dan penjelasan sendiri. Maka dari itu kita juga
membutuhkan keterampilan sendiri untuk memahami sejarah. Setelahnya saya akan
menguraikan konsep eklaren,verstehen, dan hermeneutika didalam makalah ini,
berserta hubungan antar setiap konsep dalam ekspalanasi sejarah.
1.2 Perumusan Masalah
a. Apa itu konsep erklaren, verstehen, hermeneutika ?!
b. Bagaimana hubungan diantara ketiga konsep-konsep tersebut, dilakukan dalam
ekspalanasi/penjelasan sejarah ?!

1.3 Teknik Pengumpulan Data


1.3.1 Studi Dokumenter
Terupakan teknik mengumpulkan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen baik yang tertulis, gambar, maupun elektronik.Isi
documenter dianalisis, dibandingkan, dan dipadukan sehingga membentuk hasil
kajian sistematis, padu, dan utuh.

1.3.2 Studi Pustaka


Teknik pengumpulan data studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang relevan atau sesuai yang dibutuhkan untuk penelitian dari buku, artikel
ilmiah, berita, maupun sumber kredibel lainnya yang reliabel dan juga sesuai
dengan topik penelitian yang dilakukan.

1.4 Tujuan Pembuatan Makalah


Untuk mengetahui mengenai konsep eklaren, verstehen, dan hermeneutika dalam
sejarah dan dihubungkan keseluruhan konsep dilakukan dalam eksplanasi sejarah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Erklaren, Verstehen, Hermeneutika

Sebelum masuk kedalam ranah ketiga konsep diatas, terlebih dahulu kita perlu
menemukan titik temu yang menghubungkan ketiga konsep ini. Erklraen yang berarti
menjelaskan, verstehen yang berarti mengerti (to understand), sedang hermeneutika
sebagai awal mula dari segalanya. Kata hermeneutika mulai dipakai pada abad ke-17
dan ke-18 untuk menunjukkan ajaran tentang aturan-aturan yang harus diikuti dalam
menafsirkan dan mengerti dengan tepat suatu teks dari masa lampau, khususnya kitab
suci dan teks-teks klasik.

Hermeneutika berasal dari kata ‘hermeneuein’ yang berarti menginterpretasikan,


menafsirkan. Tentu sebagai pelajar sejarah, kita sudah tidak asing dengan kata
interprestasi, untuk melakukan sebuah penelitian kita akan melewati tahapan interpretasi
yaitu menganalisis data empiris. Hermeneutika sebagai persoalan mengenai pemahaman
serta memahami yang terwujud lewat interpretasi. Kata ini bersanding sejalan dengan
mitologi Yunani yaitu Hermes yang mana ia dikatakan sebagai seorang yang diutus
untuk menyampaikan serta menjelaskan pesan-pesan dari dewa Yupiter

A. Hermeneutika Sebagai Metode

Wilhelm Dilthey seorang tokoh hermeneutika, yang mana ia sangat menaruh


perhatian terhadap sejarah. Dia mengembangkan pemahaman mengenai
hermeneutika yang semulanya ialah berkenaan mengenai metode memahami teks
menjadi metode ilmiah untuk menghayati sejarah yang kemudian menghasilkan
sebuah makna. Menurutnya sejarah tidak dapat dijadikan sebagai metode ilmiah,
karena sejarah selalu mengalami perubahan sedangkan metode ilmiah merupakan
suatu ketetapan, akan tetapi Dilthey mencoba untuk membuat penelitian sejarah
masuk kedalam ranah ilmiah. Pemikiran Dilthey yang baru ini ia tidak lagi
mempelajari manusia dengan membandingkannya dengan alam namun untuk
mengetahui manusia maka kita harus mempelajari manusia itu sendiri. Pemahaman
tentang manusia itu dinamis. Pada hakikatnya hidup manusia adalah saling berbagi
dengan sesama manusia yang lain. Dari sinilah kita saling berbagi segala hal, salah
satunya ialah informasi, yang mana ketika informasi tersebut telah sampai kepada
saya maka saya harus berusaha untuk memahami mengenai apa isi dari informasi
tersebut.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dapat dipahami dengan melalui
progress yang panjang. Menurut Dhilthey, pemahaman adalah proses mengetahui
sesuatu melalui tanda atau ekspresi yang ditangkap oleh pancaindra. Memahami
adalah mengetahui apa yang tengah terjadi kepada orang lain lewat suatu tiruan dari
pengalaman orang lain tersebut.

Menurut Richard E. Palmer (2005), proses penyampaian pesan oleh Hermes kepada
manusia menggunakan tiga arti dari kata kerja dari hermēneuein, yaitu: (1)
Mengungkapkan kata-kata; (2) Menjelaskan, seperti menjelaskan sebuah situasi; dan
(3) Menerjemahkan, seperti di dalam transliterasi bahasa asing. Ketiga arti
hermēneuein ini bisa diterjemahkan dengan bentuk kata kerja Inggris to interpret,
namun masing-masing ketiga arti itu membentuk sebuah arti independen dan
signifikan bagi interpretasi. Jadi, interpretasi dapat mengacu kepada tiga persoalan
yang berbeda, yakni pengucapan lisan, penjelasan yang masuk akal, dan transliterasi
dari bahasa lain.

Menurut F. Budi Hardiman (2015), Schleiermacher dan Dilthey merupakan contoh


klasik untuk hermeneutika sebagai metode, karena keduanya berupaya keras untuk
menetapkan sebuah prosedur interpretasi yang dapat diterapkan secara umum, yaitu
melampaui disiplindisiplin teologis. Bultmann dan Ricoeur juga dapat dihitung
sebagai tokoh-tokoh yang mengembangkan hermeneutika sebagai metode yang
targetnya adalah horizon ontologis dan antropologis umat manusia.

Ada perbedaan antara praktik hermeneutika dan pemikiran tentang hermeneutika.


pemikiran tentang hermeneutika merupakan refleksi kritis atas pengandaian-
pengandaian implisit atas praktik-praktik hermeneutika, sementara praktik
hermeneutika adalah manakala hermeneutika menjelma menjadi sebuah metode
untuk menafsirkan.
B. Naturwissenschaften dan Geisteswissenschaften

Perbedaan ilmu kealaman (naturwissenschaften) dan ilmu kemanusiaan


(geisteswissenschaften) nyatanya terletak pada dua hal yaitu yang pertama pada
objek, dan yang kedua ialah posisi subjek dan objek. Objek pengetahuan ilmu
kemanusiaan adalah manusia disertai dengan kompleksitas jaringan pikiran,
kehendak, dan tindakannya. Sedangkan posisi objek dan subjek nya berada pada
siatuasi dimana keduanya saling memengaruhi. Berbeda dengan ilmu alam yang
objeknya dapat dipastikan dan dijangkau, lalu posisi objek serta subjeknya tidak
saling mempengaruhi dalam banyak hal.

Dalam penjelasannya, Dilthey membicara kedua ilmu ini juga, yang mana bila yang
sedang dibicarakannya adalah ilmu kemanusiaan maka yang dimaksudnya adalah
ilmu sejarah, hukum, politik, kesusastraan, psikologi dan lain-lain. Dilthey secara
tegas membedakan kedua rumpun ilmu ini, yakni ilmu kealaman dan ilmi
kemanusiaan. Rumpun ilmu yang dikategorikannya dalam ilmu alam antara lain
ialah biologi, kimia, fisika, dan lain-lain, yang menggunakan metode induksi dan
eksperimen Metode ini bersifat erkleren daripada verstehen. Sedangkan ilmu
kemanusiaan, menggunakan pendekatan pada setiap pengalaman objek. Dalam
kerangka inilah Dilthey menawarkan hermeneutika sebagai metode bagi ilmu
kemanusiaan.

2.2 Hubungan Konsep Eklaren, Verstehen, dan Hermeneutika dilakukan dalam


Eksplanasi Sejarah

[Kuntowijoyo] Eskplanasi sejarah atau penjelasan sejarah adalah usaha membuat


unit sejarah intelligible (dimengerti secara cerdas). Perlunya intelligible ini karena
menurut Kunto bahwa sejarah bukan saja dijelaskan secara kausalitas, justru kausalitas
itu hanyalah salah satu dari penjelasan sejarah.

Sebagai ilmu, sejarah ini berkaitan erat dengan penelitian ilmiah, yaitu sumber dan
upaya dalam mengembangkan suatu rumpun ilmu. Sejarah sendiri terikat pada fakta,
yang mana fakta ini berarti data-data yang teruji kebenarannya melalui kritik sumber.
Untuk memperoleh kebenaran inilah, sejarawan diminta untuk meneliti sumber secara
cermat dan tuntas agar dapat mengungkapkan kebenaran sejarah secara objektif (atau
mendekati objektif). Hasil akhir yang diharapkan dari penelurusan kebenaran suatu
sejarah ialah adanya kesesuaian pemahaman dan sejarawan dengan fakta.

Sejarah sebagai ilmu mengandung tiga pengertian berikut : (1) Penjelasan sejarah
adalah hermeneustik dan verstehen; (2) Penjelasan sejarah adalah penjelasan waktu
yang memanjang, dan; (3) Penjelasan sejarah adalah penjelasan tentang peristiwa
tunggal. Dalam bukunya, Kuntowijoyo menekankan bahwa penjelasan sejarah lebih dari
sekedar penjelasan mengenai sebab-akibat, justru sebab-akibat adalah bagian kecil dari
sejarah itu sendiri.

Keberhasilan Kuntowijoyo dalam meramu teori tentang penjelasan sejarah adalah


dengan memberikan kaidah-kaidah penjelasan sejarah yang disederhanakan mejadi
enam kaidah :
1. Regularity. Regularity adalah Penjelasan antar peristiwa yang mengandung
prediksi sejarah menjadi penjelasan dalam peristiwa
2. Generalisasi. Adalah persamaan karakteristik tertentu. Generalisasi sejarah
adalah membandingkan unit-unit sejarah
3. Inferensi Statistik dan Metode Statistik. Ini menjadi andalan dalam generalisasi,
yang pada dasarnya sejarah ialah persoalan kualikatif
4. Pembagian Waktu dalam Sejarah. Membuat periodisasi atau pembabakan waktu
yang merupakan konseptualisasi sejarawan,
5. Narrative History. Sejarah adalah cerita masalalu, sejarawan memiliki tugas
untuk menyusun kisah-kisah tersebut secara teratur, caranya dengan
merekontruksi masa lalu mengubungkan fakta-fakta sejarah hingga terbentuk
sebuah cerita
6. Multi-Interpretable. Bahwa ilmu sejarah yang dipahami sebagai menafsirkan,
memahami dan mengerti, cukup menjelaskan adanya subyektivisme dan
relativisme dalam penjelasan sejarah. Sehingga sejarah bakal Multi-
Interpretable. Sebagai akibatnya bisa jadi dalam mencari sebab musabab sebuah
peristiwa terdapat perbedaan-perbedaan tafsir.

Rasionalisasi hermeneutika Dilthey: untuk memahami sebuah teks kita harus


menempatkan pada konteks penulisnya yaitu keadaan sosial-budaya, ekonomi,
politik dan sebagainya. Hermeneutika dapat menjadi dasar proses memahami di
dalam ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan atau Geisteswissenchaften.

Dilthey mengembangkan pemikiran Hermeneutika Wolf yaitu Verstehen


(Memahami) dan Erklaren (Menjelaskan). Menurut Wolf memahami adalah untuk
diri kita sendiri, sedangkan menjelaskan adalah untuk orang lain. Untuk dapat
mengungkapkan pemahaman kita atas suatu bacaan dengan cara membaca
kemudian menjelaskan. Hal inilah yang kemudia dikembangankan oleh Dilthey
dengan membedakan secara garis besar antar imu kemanusiaan dengan ilmu alam.

Metode erklaren menurut Dilthey memusatkan diri pada sisi luar obyek penelitian,
sikap peneliti pada metode ini ialah dengan mengambil distansi penuh atas
obyeknya tanpa mengikutsertakan perasaan, penilaian ataupun keinginannya dalam
mengetahui obyek itu. Atau yang dikenal dengan ‘mengobyektifikasi’. Pada
akhirnya metode erklaren merupakan analisis-kausal, yaitu analisis atas proses-
proses yang berhubungan sebab-akibat untuk menemukan hukum-hukum alam.

Berbeda dengan metode erklaren, verstehen yang memusatkan diri pada “sisi
dalam” obyek penelitiannya yaitu dunia mental atau penghayatan. Bagi Dilthey, ini
sesuai untuk masyarakat dan kebudayaan.

Versetehen tidak mengambil jarak atau distansi penuh atas obyek yang ditelitinya,
melainkan berpartisipasi dalam interaksi dan komunikasi dengan hal-hal yang
ditelitinya atau tepatnya membaur dengan sosial-kemasyarakatan yang sedang
diteliti untuk menarik dan memahami sebuah makna. Versetehen kemudian menjadi
pondasi epistemologis untuk ilmu-ilmu social-kemanusiaan (Geisteswissenchaften).
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Untuk mengekspalanasi sejarah kita membutuhkan konsep erklaren, verstehen,


serta hermeneutika. Pentingnya kegita konsep ini ialah, kita coba bandingkan saja
dengan realita, untuk menjelaskan suatu pemahaman atau suatu cerita maka kita
perlu membaca dan kemudian memahami isi dari tulisan yang kita baca tersebut.
Dalam hal ini, Dilthey Ilmuan yang pemikiran nya menjadi pertimbangan besar
dalam konsep hermeneutika. Ia membedakan struktur ilmu kemanusiaan dan ilmu
kealaman serta metode untuk keduanya. Metode yang digunakan
naturwissenschaften bersifat erkleren daripada verstehen. Sedangkan ilmu
kemanusiaan, (geisteswissenschaften) yang menggunakan pendekatan pada setiap
pengalaman objek, dalam kerangka inilah Dilthey menawarkan hermeneutika
sebagai metode bagi ilmu kemanusiaan.

3.2 Daftar Pustaka

Kuntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah (Historical Explanation).


Yogyakarta: Tiara Wacama.

Palmer, Richard E. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai


Interpretasi terj. Musnur Hery. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wisarja, I Ketut. 2003. HERMENEUTIKA SEBAGAI METODE ILMU


KEMANUSIAAN (Prespektif Hermeneutika Wilhem Dilthey). Jurnal Filsafat vol.
35 (3) pp. 202-208.

Al-Munir, M Ied. 2021. HERMENEUTIKA SEBAGAI METODE


DALAM KAJIAN KEBUDAYAAN. Jurnal Humaniora vol. 05 (1) pp. 101-116.

Rahman, Daden R. 2016. KRITIK NALAR HEMENEUTIKA PAUL


RICOEUR. Junal Studi Agama dan Pemikiran Islam vol. 14 (1). pp 37-52

Saidah, Nur. 2011. EKSPLANASI SEJARAH DAN IMPLIKASINYA


DALAM PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SKI UNTUK MI. Al-
Badiyah vol. 3(2). pp 237-256.

Anda mungkin juga menyukai