Anda di halaman 1dari 16

HERMEUNEUTIKA HANS GEORG GADAMER

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


FILSAFAT ILMU
Dosen Pembimbing : ( Muhammad NurSyahid, M.S.I )

Kelompok : 10 (Sepuluh)
Semester : V B (Lima B)
Disusun Oleh : Ari Eka Bintoro
Arif Rahman

FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-


KARIMIYAH SAWANGAN KOTA DEPOK
Jl. H. Maksum No.23, Sawangan Baru, Kota Depok
Tahun Akademik 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “HERMEUNEUTIKA HANS GOERG GADAMER” ini dengan baik. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni
agama Islam.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT ILMU
KELAS pada semester V Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STAISKA
Al-Karimiyyah.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak


yang berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan makalah ini semoga kita dapat
belajar lebih dalam memahami materi ini, dan dapat lebih menambah pengetahuan. Kami
sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan mencapai tingkat
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila ada
kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1
BAB II...................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Pengertian hermeuneutika.........................................................................2
B. Hermeuneutika hans George gadamer.......................................................3
C. Fusion of horizon.......................................................................................5
BAB III .................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hermeneutika adalah kata yang sering didengar dalam bidang teologi, filsafat,
bahkan sastra. Hermeneutik Baru muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi
Protestan Eropa, yang menyatakan bahwa Hermeneutika merupakan “titik fokus” dari
isu-isu teologis sekarang. Martin Heidegger tak henti-hentinya mendiskusikan karakter
hermeneutis dari pemikirannya. Filsafat itu sendiri, kata Heidegger, bersifat (atau harus
bersifat) “hermeneutis”.1
Hermeneutika selalu berpusat pada fungsi penafsiran teks. Konsep “teks” di sini
tak terbatas pada sesuatu yang tertulis, tapi meliputi pula ujaran, penampilan, karya seni,
dan bahkan peristiwa. Di sini sebenarnya bisa pula dikatakan interpretasi “teks
sosial”. Bahkan simbol-simbol pun, sebenarnya merupakan teks. Termasuk simbol-
simbol dalam mimpi seseorang. Meski terjadi perubahan dan modifikasi radikal terhadap
teori-teori Hermeneutika, tetap saja berintikan seni memahami teks. Pada kesempatan
kali ini pemakalah akan mengurai dari awal mengenai Hermeneutika, harapannya agar
kita semua benar- benar faham apa itu Hermeneutika.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian hermeuneutika ?
2. Bagaimana hermeuneutika menurut hans George gadamer ?
3. Apa yang dimaksud dengan fusion of horizon ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hermeuneutika.
2. Untuk mengetahui hermeuneutika menurut hans George gadamer.
3. Untuk mengetahui pengertian dari fusion of horizon.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hermeuneutika

Pengertian Hermeneutik secara etimologi berasal dari kata kerja yunani hermeneuein,
yang memiliki tiga makna dalam tradisi Yunani, yakni menjelaskan, menerjemahkan dan
mengekpresikan.2 Akar kata Hermeneuein adalah Hernes, nama seorang dewa dalam
mitologi yunani yang berperan sebagai perantara pesen tuhan kepada manusia. Kemudian
kata Hermeneuein di serap kedalam bahasa jerman menjadi Hermeneutik, dan dalam bahasa
inggris menjadi Hermeneutics.3 Sedangkan dalam bahasa Indonesia menjadi Hermeneutika.

Adapun pengertian Hermeneutik secara terminologi, menurut Hans Georg Gadamer


dalam salah satu karya tulisnya “Classical and Philoshophical hermeneutics”, 4 hermneutika
di definisikan sebagai suatu istilah yang memiliki makna yang beragam dan bertingkat.

Gadamer memaknai Hermeneutika sebagai sebuah seni praktis dan juga techne yang
digunakan dalam berbagai hal sepertihalnya dalam berceramah, menafsirkan atau
menerjemahkan bahasa lain, menerangkan dan menjelaskan teks. Yang mana inti dari semua
kegiatan tersebut ialah seni memahani, suatu seni khusus yang dibutuhkan ketika terdapat
keambiguan makna dari suatu teks.
Sejarah Hermeneutika berawal dari penggunan Hermeneutika itu sendiri yang sesuai
dengan pemaknaanya dalam budaya Yunani, hal ini diawali oleh Homer (8 SM) dan
Hesoid (7 SM), pada masa ini Hermeneutika di gunakan untuk menginterpretasikan berbagai
teks kakonik yang berupa hukum, puisi, ataupun mitos.5

Selanjutnya pada awal abad ke 1 Masehi Hermeneutika dikembangkan dan diadopsi oleh
para filosof dan teolog. Sebagaimana yang dilakukan Philo Von Alexandrien yang dikenal
sebagai bapak interpretasi Alegoris, karena Dia menggunakan Interpretasi alegoris sebagai

2
media untuk menginterpretasikan perjanjian lama.6 Interpretasi alegoris yang dikembangkan
dan digunakan Philo terhadap perjanjian lama, mengemukakan bahwa terdapat dua makna
dalam sebuah teks yakni makna tekstual dan makna alegoris yang saling berhubungan
bagaikan badan dan jiwa.

B. Hermeuneutika Hans Georg Gadamer

Pemikiran hermeneutika Gadamer sangat di pengaruhi oleh Heidegger, bahkan


dapat dikatakan bahwa setengah pemikiran hermeneutika Gadamer terinspirasi dari
pemikiran Heidegger. Pokok pemikiran Hermeneutika Heidegger yang diambil oleh
gadamer adalah pemikiran Hermeneutika Ontologis dimana hermeneutika diartikan
sebagai pemahaman itu sendiri dan pemahaman sendiri adalah suatu proses memahami
sesuatu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa konstruksi pemikiran hermeneutika
Heidegger ialah : Faktisitas (terlibatnya manusia kedalam suatu realitas/ fakta yang
terjadi) yang kemudian dipahami dengan pra pemahaman yang ada. Selanjutnya Gadamer
menambahkan satu poin dalam konstroksi pemahaman tersebut yakni dialektika dengan
pemahaman dimensi sosial yang ada.

Dalam memahami Hermeneutika yang diusung oleh Gadamer, maka kita perlu
memahami teori-teorinya, yakni :

1. Pra pemahaman atau prasangka, pemahaman yang dimiliki seseorang hermenet


sebelum memahami atau menginterpretasikan sesuatu. yang mana terbagi
menjadi tiga macam yakni : Vorhabe, pandangan awal atau kesan awal yang
dimiliki terhadap objek yang akan difahami. Vorsicht, pengertian akan adanya
hasil yang akan dicapai melalui pemahaman yang sedang dilakukan atau adanya
suatu visi yang ingin dicapai dalam proses pemahaman.Vorgriff, perspektif atau
sudut pandang yang akan digunakan dalam memahami.
2. Effective History (pengaruh sejarah), keterpengaruhan seseorang hermenet oleh
sejarah yang ada disekitarnya. Adapun dalam Effective History terdapat empat

3
lapisan yeng mempengaruhi seseorang, yakni : pertama kesadaran akan situasi
yang ada di sekitar seseorang yang akan memahami. Kedua, tradisi intelektualitas
atau modus berfikir seseorang hermenet yang mempengaruhi gaya berfikirnya.
ketiga, logika zaman atau paradigma yang terbentuk dalam suatu zaman yang
mempengaruhi seorang hermenet baik itu pengaruh pro ataupun kontra.
Keempat, Refleksi diri atau identifikasi diri yang dilakukan seorang hermenet
terhadap dirinya sendiri yang mempengaruhi gaya berfikirnya.
3. Fusion of horison(peleburan antar horizon) atau Kesatuan Pemahaman antara
hermenet dengan teks yang menjadi objek hermeneutikanya, karena dalam
hermeneutika Gadamer seorang interpreter tidak mendatangi teks secara objektif
dan tidak ambil bagian dari proses interpretasi, namun dalam proses interpretasi
tersebut terdapat dialektika atau peleburan antara horizon seorang interpreter
dengan horizon dari teks, sehingga melahirkan horison baru yang memperluas
horison seorang interpreter. Maka menurut Gadamer hermeneutika yang sukses
adalah hermeneutika yang dapat memproduksi makna bukan yang mereproduksi
makna.
4. Aplikasi, aplikasi dalam pandangan Gadamer bukanlah sesuatu yang diterapkan
atau ada setelah pemahaman, namun menurut Gadamer aplikasi sendiri ialah
pemahaman itu sendiri, yakni proses pengaplikasian suatu pemahaman
merupakan bagian dari pemahaman itu sendiri, karena proses pengaplikasian
tersebut akan melahirkan suatu pemahaman yang baru.

Dari beberapa teori hermeneutika Gadamer diatas maka dapat dipahami bahwa
menurut Gadamer hermeneutika bukanlah suatu metode ataupun sekedar seni, melaikan
Hermeneutika adalah sebuah pengalaman.22 Kemudian dikenallah istilah pengalaman
hermeneutika, yakni proses pengalaman yang dilalui manusia baik berupa proses
pembelajaran, pemahaman ataupun pengaplikasian yang akan melahirkan rantai
pemahaman yang tak terhingga. Karena manusia dianggap sebagai makhluk yang
hermeneutis yang dalam setiap kegiantan yang dilkukanya tidak terlpas dari proses
pemahaman hermeneutika tersebut.

4
Teori Gadamer tersebut yang menyimpulkan bahwa kehidupan manusia adalah
pengalaman hermeneutiaka memiliki beberapa dampak bagi manusia tersebut, yakni :
Bildung, pengalaman hermeneutika membentuk jalan fikiran seseorang bahkan karakter
seseorang, Sensus Communs (Commen Sense), pengalaman hermeneutis membentuk
persepsi secara global atau kesepakatan secara global yang membentuk norma moral
dalam suatu masyarakat , yang bersember dari interaksi terhadap sosio cultural di tengah
masyarakat. Pertimbangan, pengalaman hermeneutis dapat mempengaruhi seseorang
dalam menentukan alternatif atau sosusi dari suatu permasalahan yang di hadapi, yang
bersumber dari kekayaan pengalaman seseorang.. Selera, pengalaman hermeneutis juga
mempengaruhi pembentukan selera seseorang karena suatu pilihan ditentukan oleh alasan
yang bersejarah.

C. Fusion of horizon.

Salah satu condition of possibility yang dijelaskan oleh Gadamer adalah fusion of
horizon. dapat diketahui bahwa horizon adalah jangkauan penglihatan yang mencakup
segala hal yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu. Sehingga keluasan horizon
menentukan pemahaman seseorang karena ia tidak akan bisa berpikir melampaui
horizon yang dimilikinya.

Istilah horizon sebenarnya bukanlah istilah yang asli dari Gadamer, melainkan
meminjam istilah dari fenomenologi Husserl. Sedangkan yang dimaksud dengan fusion
of horizon adalah bahwa memahami merupakan aktivitas peleburan antara horizon masa

lalu dari teks dan horizon masa kini dari pembaca.15 Lebih lanjut, ada dua ciri horizon,
pertama, sebuah horizon tidak terisolasi, melainkan terbuka. Kedua, horizon tidak statis,
melainkan dinamis, terus bergerak.

Gadamer ingin menegaskan bahwa tidak ada pemahaman yang ‘steril’ atau
obyektif seutuhnya. Hal ini sekaligus mengkritik hermeneutika pendahulunya yang
menganggap bahwa proses memahami itu berada di luar horizon, melainkan justru
bergerak di dalam horizon. Karenanya tugas interpretasi tidak lain adalah

5
memproyeksikan sebuah horizon historis yang berbeda dari horizon kekinian.17
Sehingga interpretasi bukanlah rekonstruksi atau representasi melainkan sebuah upaya
produksi untuk menghasilkan makna baru.

Gadamer menunjukkan sikap berseberangan dengan kesadaran metodologis yang


dipertahankan oleh ilmu-ilmu kemanusiaan, khususnya dalam kesadaran sejarah. Ia

menjelaskan tiga persoalan dasar yang dijawabnya sendiri.18 Pertama, benarkah terdapat
perbedaan horizon antara penafsir dengan horizon teks? Menurut Gadamer, memang ada
perbedaan, tetapi tidak mungkin terjadi pemisahan antara penafsir dan teks. Sebaliknya
yang terjadi adalah suatu keutuhan, horizon yang bergerak antara horizon penafsir dan
teks.

Kedua, apakah seni memahami sejarah berdasarkan pada kemampuan


menyibak sebuah horizon yang berbeda dari keyakinan seorang penafsir?. Dalam
pandangan Gadamer, tidak mungkin jika seorang peneliti datang dari sebuah tabula rasa
melainkan telah berpijak pada satu horizon tertentu. Ketiga, dapatkah seseorang berbicara
secara umum tentang horizon yang tertutup? Gadamer memastikan bahwa tidak ada
horizon yang tertutup. Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa kerja dari fusion of
horizon adalah mendialogkan horizon teks dan horizon penafsir.

Kedua horizon tersebut berdiri dalam realitas sejarahnya masing- masing.


Gadamer menyebut realitas sejarah tersebut dengan sebutan sejarah efektif atau effective
history. Konsep ini dipahami untuk melihat tiga kerangka waktu yang mengitari teks
historis. Pertama, masa lampau di mana teks tersebut dilahirkan dan makna teks bukan
hanya milik pengarang, melainkan juga milik setiap orang yang membacanya. Kedua, masa
kini di mana penafsir datang dengan ‘segudang’ prasangka (prejudice). Prasangka ini akan
berdialog dengan masa sebelumnya sehingga menghasilkan suatu produksi makna.
Ketiga, masa depan, di mana terdapat nuansa baru yang produktif.

Lebih lanjut, menurut Gadamer, pemahaman akan lahir melalui dialektika antara
masa lampau dan masa kini sehingga menghasilkan makna untuk masa depan. Lingkaran
hermeneutis dan lingkaran waktu tersebut terus berputar sehingga makna yang dihasilkan
pun akan terus berkembang. Kata kuncinya adalah bahwa horizon teks dan penafsir

6
berada dalam suatu tradisi budaya dan sejarah yang terbentuk dalam kontinuitas (masa

lalu, sekarang, dan masa depan).20 Karenanya cara kerja dari fusion of horizon adalah
dengan memahami sejarah teks atau masa lampau dan mendialogkannya dengan sejarah
saat ini sehingga yang terjadi adalah produksi makna baru. Fusion of horizon ini
sebenarnya juga digunakan dalam penelitian-penelitian ilmiah yang menjadi contribution
of knowledge.

Contoh peleburan horizon adalah penelitian yang dilakukan oleh Clifford Geertz.
Dalam salah satu pembahasannya, ia sebagai seorang Amerika dan banyak belajar sastra
Barat memahami struktur drama shakespeare untuk memahami struktur pertunjukan

wayang Jawa.21 Hasil interpretasinya merupakan peleburan antara horizon Jawa dan
horizon Geertz sebagai peneliti. Disinilah contribution of knowledge dari Geertz ketika
mengkaji seputar tradisi Jawa.

Selanjutnya setelah memahami fusion of horizon, timbul permasalahan baru,


bagaimana horizon teks dan penafsir dapat bertemu dan melebur? Apa mediumnya?.

Menurut Palmer, mediumnya adalah bahasa.22 Ia juga menegaskan bahwa pengalaman


hermeneutis adalah perjumpaan antara warisan budaya dalam bentuk sebuah transmisi
teks dan horizon penafsir. Sedangkan pengalaman tidak hadir mendahului atau di luar

bahasa, namun pengalaman itu sendiri terjadi di dalam dan melalui bahasa.23 Karenanya
esensi (being) itu berekstensi melalui bahasa dan hanya bisa dipahami melalui bahasa.

Selain itu, melalui bahasa yang dituangkan ke dalam teks, seorang penulis dapat
menceritakan peristiwa masa lalu untuk dihadirkan kini dan di sini (now and here). Jarak
ruang dan waktu dapat dipersempit dan diperluas oleh wawasan ilmu pengetahuan yang

dikomunikasikan melalui bahasa.25 Sehingga semakin luas bahasa yang dimiliki oleh
seseorang, semakin besar pula cakupan horizon yang dapat diterima dan pada akhirnya
melahirkan pemahaman yang lebih menyeluruh.

7
D. Sebagaimana pembahasan
sebelumnya, hermeneutika
Gadamer
E. banyak terinspirasi dari
pemikiran lsafat
Heidegger, sehingga
F. hermeneutika Gadamer
pun cenderung
hermeneutika loso s. 11

G. Maksudnya adalah
bahwa proses pemahaman
bukan dibangun
H. atas dasar langkah
metodologis sebagaimana
yang digagas oleh
8
I. Sebagaimana pembahasan
sebelumnya, hermeneutika
Gadamer
J. banyak terinspirasi dari
pemikiran lsafat
Heidegger, sehingga
K. hermeneutika Gadamer
pun cenderung
hermeneutika loso s. 11

L. Maksudnya adalah
bahwa proses pemahaman
bukan dibangun
M. atas dasar langkah
metodologis sebagaimana
yang digagas oleh
9
N. Sebagaimana pembahasan
sebelumnya, hermeneutika
Gadamer
O. banyak terinspirasi dari
pemikiran lsafat
Heidegger, sehingga
P. hermeneutika Gadamer
pun cenderung
hermeneutika loso s. 11

Q. Maksudnya adalah
bahwa proses pemahaman
bukan dibangun
R. atas dasar langkah
metodologis sebagaimana
yang digagas oleh
10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gadamer berpendapat bahwa hermeneutic adalah seni, bukan proses mekanik. Jika
pemahaman adalah jiwa dari hermeneutic, maka pemahaman tidak dapat dijadikan
pelengkap proses mekanis. Gadmer secara mendasar menegaskan bahwa persoalan
hermeneutic bukanlah persoalan tentang metode dan tidak mengajarkan tentang metode.
Hermeneituk lebih mengarah kepada memahami dan menginterprestasikan sebuah teks.
Hermeneutic merupakan bagian dari keseluruhan pengalaman mengenai dunia.

Hermeneutika Gadamer menjadi salah satu tawaran alternatif untuk memahami teks
secara proporsional. Salah satu gagasannya yaitu fusion of horizon dapat diaplikasikan
untuk memahami setiap teks termasuk teks kitab suci. Karenanya, pemahaman adalah
suatu tindakan aktif dan terus bergerak tidak pernah final sesuai dengan horizon yang
mengitarinya.

Sikap terbaik untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif adalah pertama,


kemauan terbuka untuk menerima gagasan dan wawasan baru. Hal ini penting untuk
memperluas cakrawala seseorang sehingga ia dapat menjangkau hal-hal yang lebih luas
lagi. Kedua, menghasilkan pemahaman baru atau memproduksi sesuatu yang baru. Meski
demikian, perlu digarisbawahi bahwa kebaruan gagasan tidak dapat diperoleh tanpa
memahami sejarah masa lampau.
11
Ketiga, pemahaman yang efektif bukanlah pemahaman yang berdiri sendiri, justru
pemahaman yang valid adalah pemahaman yang bersumber dan ditopang dari horizon-
horizon yang beragam. Semakin luas horizon, semakin luas pula pemahamannya. Oleh
karena itu, fusion of horizon mendorong para peneliti untuk terus memperluas wawasan,
tidak berhenti dalam satu pemahaman yang stagnan. The last but not least, seseorang yang
memiliki cakrawala pengetahuan luas akan terbuka dan lebih dewasa dalam menyikapi
perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhammad Maghfur. 2018. “Hermeneutika dan penerapanya dalam penafsiran


Al-Qur’an (Konteks keIndonesiaan)”. Makalah Studi al-Qur’an. Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir Progam Pasca Sarjana. UINSA.

Fais, Fahrudin. 2017. Hermeneutika Al-Qur’an dan tema-tema Konteoversial.


Yogyakarta : kalimedia.

Hanif, Muh. 2017. “Hermeneutika Hans-Georg Gadamer Dan Signifikansinya Terhadap


Penafsiran Al-Qur’an”. Jurnal Maghza.Volume.2. Nomer. 1. Januari – Juni.

Hasanah, Hasyim. 2017. “Hermeneutik Ontologis-Dialektis Hans-Georg


Gadamer(Produksi Makna Wayang sebagai Metode Dakwah Sunan Kalijogo)”.
Jurnal At-Taqaddum. Volume 9. Nomor 1. Juli.

Kau, Sofyan A.P. 2014. “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir”.
Jurnal FarabI. Volume 11. Nomor 1. Juni.

Muylyono, Edi. 2012. Belajar Hermeneutika. Yogyakarta : diva press.

Palmer, Richard E. 2005. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi.


Terjemahan Masnuri Hery dan Damanhuri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumaryono, E. 1993. Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta : Kanisius.

12
Syamsudin, Syahiron, 2017. Hermeneutika dan pengembangan Ulumul Qur’an.
Yogyakarta : pesentren Nawasea press.

13

Anda mungkin juga menyukai