Anda di halaman 1dari 12

EPISTEMOLOGI HERMEUNETIKA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu: Hammad Mutawakkil Hibatillah., S.Sos., M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 5

Ade Riyadul Hilmi (2203004125)


Hilma Maulida (2203004134)
Siti Maspufah (2203004115)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
2022/2023
Jl. Kyai Ahmad Fadlil 1 Cijengjing Dewasari, Ciamis 46271
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah ini yaitu “Epistemologi Hermeunetika”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
cabang filsafat yaitu hermeunetika.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bpk. Hammad Mutawakkil
Hibatillah., S.Sos., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 04 Juni 2023

Penyusun

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... I
DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hermeunetika .................................................................. 3
B. Sejarah dan Perkembangan Hermeunetika ........................................ 3
C. Tiga Paradigma Hermeunetika Kontemporer ................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hermeunetika bukan merupakan sebuah kajian keilmuan yang baru.
Dalam sejarah perkembangannya hermeunetika tidak lagi hanya sebatas kajian
pemahaman atas teks. Pada abad ke-17 dan 18 hermeunetika telah mampu
memunculkan pemikiran-pemikiran tentang wacana kebahasaan, filsafat dan
keilmuan lainnya yang kemudian menghantarkan hermeunettika menjadi
sebuah kajian keilmuan yang mapan pada abad ke-20 (Grondin, 2017: 18).
Kemudian dalam kemajuan perkembangannya, wacana hermeunetika yang
digunakan sebagai prinsip-prinsip pada ranah interpretasi semakin menyebar
luas di dunia pengetahuan pada berbagai objek dengan cakupan yang lebih luas
lagi, tidak terbatas dalam teks keagamaan saja.
Berdasarkan konteks pemikiran masa kini, hermeunetika terasa begitu
penting karena topik bahasannya memiliki relevansi pada seluruh ruang
lingkup yang tidak hanya pada tataran empiris atau sekadar bersifat empirik-
analiktik, hermeunetika juga memberikan penawaran terhadap pandangan baru
yang holistik tentang kenyataan, dan oleh karenanya banyak pemikir modern
yang mulai sadar akan hakikat kontekstualitas kebenaran (Poespoprodjo, 2015:
12).
Berhubungan dengan hakikat kebenaran tersebut peneliti menemukan
sebuah doktrin innerancy of the scripture (pendirian yang kuat oleh pemeluk
agama) yang menyatakan kebenaran atas kitab sucinya dalam setiap teks yang
dikatakannya. Tentunya doktrin tersebut merupakan sebuah sikap tendensi dari
seorang pemeluk agama terhadap kitab suci yang menjadi keyakinannya
sehingga menjadikan seorang pemeluk agama yang taat (beriman).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hermeunetika?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan hermeunetika?
3. Apa tiga paradigma hermeunetika kontemporer?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hermeunetika
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan hermeunetika
3. Untuk mengetahui tiga paradigma hermeunetika kontemporer

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hermeunetika
Kata hermeunetika berasal dari bahasa yunani hermeneuein yang berarti
menafsirkan, kata bendanya hermeneia yang berarti tafsiran. Dalam tradisi
Yunani Kuno kata hermeneuin dipakai dalam tiga makna, yaitu mengalahkan
(to say), menjelaskan (to explain) dan menerjemahkan (to translate). Dari tiga
makna tersebut, kemudian dalam kata Inggris diekspresikan dengan kata: to
interpret. Dengan demikian, perbuatan interpretasi menunjuk pada tiga hal
poko yaitu, pengucapan lisan (an oral recitation), penjelasan yang masuk akal
(a reasonable explanation) dan terjemahan dari bahasa lain (a translation from
another languange) atau mengekspresikan.
Menurut istilah, hermeunetika biasa dipahami sebagai: “the art and
science of interpreting especially authoritative writings; mainly in application
to sacred scripture, and equivalent to exegesis” (seni dan ilmu menafsirkan
khususnya tulisan-tulisan berkewenangan, terutama berkenaan dengan kitab
suci dan/atau identik dengan tafsir). Ada juga yang memahami bahwa
hermeunetika merupakan suatu filsafat yang memusatkan bidang kajiannya
pada persoalan “understanding of understanding” (pemahaman pada
pemahaman) terhadap teks, terutama teks kitab suci, yang datang dari kurun
waktu, tempat, serta situasi sosial yang asing bagi para pembacanya.
B. Sejarah dan Perkembangan Hermeunetika
Pada awalnya hermeunetika digunakan oleh kalangan agamawan.
Melihat hermeunetika dapat menyuguhkan makna teks klasik, maka pada awal
abad ke-17, kalangan gereja menerapkan telaah hermeunetis untuk
membongkar makna teks Injil. Ketika menemukan kesulitan dalam memahami
bahasa kitab suci itu, mereka berkesimpulan bahwa kesulitan itu akan terbantu
oleh hermeunetika. Sebab itu, dalam posisi ini hermeunetika dianggap sebagai
metode untuk memahami teks kitab suci. Fakta ini dinisbatkan sebagai langkah
awal dalam pertumbuhan hermeunetika, bahwa hermeunetika merupakan suatu
gerakan interpretasi (eksegesis) di awal perkembangannya.

3
Memasuki abad ke-20, kajian hermeunetika semakin berkembang. FDE
Schleirmacher-filsuf yang digelari sebagai Bapak Hermeunetika Modern,
memperluas cakupan hermeunetika tidak hanya dalam bidang sastra dan kitab
suci. Ia melihat bahwa sebagai metode interpretasi, hermeunetika sangat besar
artinya bagi keilmuan dan dapat diadopsi oleh semua kalangan. Faktanya,
sekarang berbagai disiplin ilmu menyadari arti pentingnya, dan hermeunetika
di zaman ini telah masuk merasuk ke bidang-bidang semisal agama (kitab
suci), sastra, sejarah, hukum, dan filsafat. Hingga akhir abad ke-20,
hermeunetika dapat dipilah pada tiga kategori, yaitu:
a. Sebagai filsafat
Hermeunetika tumbuh menjadi suatu aliran pemikiran yang
menempati lahan strategis dalam diskursus filsafat, ini diperkenalkan oleh
martin Heidegger dalam istilah hermeunetika eksistensialis ontologis.
b. Sebagai kritik
Hermeunetika memberi reaksi keras terhadap berbagai asumsi idealis
yang menolak pertimbangan ekstra linguistik sepagai faktor penentu
konteks pikiran dan aksi. Hermeunetika ini dimotori oleh Jurgen
Habermas.
c. Sebagai teori
Hermeunetika berfokus pada problem disekitar teori interpretasi:
bagaimana menghasilkan interpretasi dan standardisasinya. Asumsinya
adalah bahwa sebagai pembaca, orang tidak punya akses pada pembuat
teks karena perbedaan ruang dan waktu sehingga diperlukan hermeunetika,
hasilnya beragam teori pun bermunculan.
Dalam perkembangan selanjutnya, hermeunetika berkembang menjadi
beragam pengertian, sebagaimana diperinci oleh Richard E, Palmer sebagai
berikut:
a. Teori penafsiran kitab suci
Disini, hermeunetika difungsikan untuk memahami kitab suci oleh
kalangan agamawan. Pelopornya adalah I.C. Dannhauer. Disini bentuk
hermeunetika beragam dan dapat memunculkan banyak aliran serta corak
yang terkadang saling bertolak belakang. FDE Schleirmacher muncul

4
dengan gagasan hermeunetika modern dan telah berjasa dalam
membakukan hermeunetika sebagai acuan dalam hal interpretasi secara
metodologis.
b. Sebagai metode filologi
Hermeunetika difungsikan sebagai metode pengkajian teks dan
menempatkan semua teks sebagai sama, termasuk kitab suci.
Kemunculannya dipicu oleh semangat resionalisme pencerahan dengan
pelopor Johan August Ernesti. Dalam perkembangannya, Ernesti diklaim
sebagai bercorak sekuler oleh kalangan gereja, sebab menyuguhkan
metode kritik sejarah dalam memahami persoalan teologi. Meski
demikian, metode pengkajian Injil tidak bisa melepaskan diri dari metode
riset filologi.
c. Sebagai ilmu pemahaman bahasa
Dari kapasitasnya sebagai metode filologi, hermeunetika melangkah
menjadi suatu ilmu bahasa (linguistic). Hermeunetika difungsikan sebagai
suatu ilmu untuk memahami berdasarkan teori-teori linguistik.
Hermeunetika menjadi landasan bagi segala interpretasi teks, karena
memaparkan segala kondisi yang pasti ada dalam setiap interpretasi.
Prosedur yang dijalankan adalah berusaha menyusup lebih jauh di balik
suatu teks.
d. Sebagai fondasi ilmu kemanusiaan
Difungsikan sebagai landasan metodologis bagi ilmu humaniora.
Tokohnya adalah Wilhelm Dilthey, seorang filsuf sejarah. Dilthey
berusaha menggiring hermeunetika sebagai landasan epistemologi bagi
ilmu humaniora dan tidak hanya sekadar sebagai ilmu penafsiran teks.
Lebih jauh, hermeunetika sebagai dasar metodologis ilmu kemanusiaan
dapat dipahami melalui tiga proses. Pertama, memahami sudut pandang
atau gagasan para pelaku asli. Kedua, memahami arti (makna) kegiatan-
kegiatan mereka yang secara langsung berhubungan dengan peristiwa
sejarah. Ketiga, menilai peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan gagasan-
gagasan yang berlaku pada saat sejarawan itu hidup.

5
e. Sebagai pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi
Lebih difungsikan sebagai penafsiran untuk melihat fenomena
keberadaan manusia itu sendiri melalui bahasa. Tokohnya adalah Martin
Heidegger dan Hans G. Gadamer. Dalam perspektif Heidegger
hermeunetika bukan hanya sebagai metode filologi, melainkan menjadi
karakteristik manusia itu sendiri. Memahami dan menafsirkan merupakan
bentuk paling mendasar dari eksistensi manusia. Gadamer memandang
hermeunetika sebagai usaha untuk mempertanggungjawabkan
pemahamannya sebagai proses ontologis manusia. Pemahaman merupakan
modus eksistensi manusia. Peristiwa pemahaman merupakan peristiwa
historis, dialektis, dan linguistik.
f. Sebagai sistem penafsiran
Dalam konteks ini, hermeunetika lebih difungsikan sebagau
seperangkat aturan penafsiran dengan cara menghilangkan segala misteri
yang menyelimuti simbol, yaitu dengan membuka selubung yang
menutupinya. Tokohnya adalah Paul Ricouer. Recouer mengulang kembali
definisi hermeunetika sebagai teori penafsiran (eksegesis) tekstual.
Baginya hermeunetika merupakan teori tentang peraturan yang
menentukan suatu eksegesis, interpretasi suatu bagian teks. Hermeunetika
adalah proses penguraian yang bertolak dari isi dan makna yang tampak,
kepada makna yang tersembunyi. Objek interpretasi adalah teks dalam
pengertian luas, yang mencakup simbol-simbol, mimpi, mitos dan simbol
serta secara reflektif mensistematisasi realitas di balik bahasa, simbol, dan
mitos.
Kendati hermeunetika difungsikan dalam banyak lakon dan fungsi, yang
menyebar dalam berbagai bidang keilmuan, tidak bisa dinafikan bahwa peran
terbesar hermeunetika tetap ada dalam segmen interpretasi teks. Sejarah
membuktikan, bahwa sejak kelahiran sampai perkembangannya di era
kontemporer, para pengkaji kitab suci dan teks klasik memosisikan
hermeunetika sebagai satu-satunya metode yang dapat diandalkan.

6
C. Tiga Paradigma Hermeunetika kontemporer
1. Hermeunetika Sebagai Metode
Adalah upaya memahami sebagai sebuah prosedur interpretasi yang
dapat diterapkan secara umum. Interpretasi yaitu melampaui disiplin
teologis (kepercayaan dsb). Jadi menggunakan teori untuk memahami suatu
teks. Misalnya, Seseorang yang membaca teks perlu memahami sesuatu
peristiwa di belakang seseorang tersebut, jadi ketika memahami suatu teks
harus melalui dari si penulisnya.
2. Hermeunetika Sebagai Filosofis
Yaitu memahami sebagai ciri ontologis, antropologis dan
epistemologis. Bukan menjadikan hermentik sebagai metode, namun
menempatkan hermeunetik sebagai ciri yang dicari keberadaannya. Jadi
sesuatu yang dicirikan sebagai ontologis adalah hermeunetik, dan
pemahaman itu adalah sebagai ontologis nya. Misalkan Memahami sebagai
ontologis, Seseorang yang membuat teks itu adalah suatu keberadaan. Atau
kawasan sebagai suatu teks. Untuk memahami suatu teks kita harus tahu
kawasan-kawasannya. Karena setiap teks itu ada kawasan-kawasannya. Jadi
ontologis membuat teks itu berada pada sesuatu dan harus jelas
keberadaannya.
3. Hermeunetika Sebagai Kritis
Yaitu memahami sebagai realitas sosial. jadi realitas sosial
merupakan teks sebagai hermeunetik, realitas sosial mampu membentuk
teks, atau teks itu sendiri berasal dari realita sosial. Sebuah fakta bahwa
tidak ada teks tanpa sejarah, atau tanpa latar belakang, bahwa tidak akan ada
pendapat tanpa pengalaman masa lalu. Itulah Ranah hermeunetik kritis.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hermeunetika merupakan suatu filsafat yang memusatkan bidang
kajiannya pada persoalan “understanding of understanding” (pemahaman pada
pemahaman) terhadap teks, terutama teks kitab suci, yang datang dari kurun
waktu, tempat, serta situasi sosial yang asing bagi para pembacanya. Sebab itu,
dalam posisi ini hermeunetika dianggap sebagai metode untuk memahami teks
kitab suci. Fakta ini dinisbatkan sebagai langkah awal dalam pertumbuhan
hermeunetika, bahwa hermeunetika merupakan suatu gerakan interpretasi
(eksegesis) di awal perkembangannya.
Sejarah membuktikan, bahwa sejak kelahiran sampai perkembangannya
di era kontemporer, para pengkaji kitab suci dan teks klasik memosisikan
hermeunetika sebagai satu-satunya metode yang dapat diandalkan.
Hermeunetika Sebagai Metode Adalah upaya memahami sebagai sebuah
prosedur interpretasi yang dapat diterapkan secara umum. Jadi sesuatu yang
dicirikan sebagai ontologis adalah hermeunetik, dan pemahaman itu adalah
sebagai ontologis nya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Susanto Edi, 2016 (cet. 1), Studi Hermeunetika Kajian Pengantar,
Jakarta:Kencana
Filsafat Ilmu: Epistemologi Hermeneutika (junaidisyariahstain.blogspot.com)
https://youtu.be/XnQcKEEue6c

Anda mungkin juga menyukai