Oleh :
Kelompok 10
1. Pahriah : 230411146
2. Putri : 230411147
3. Putri Barokah : 230411148
4. Putri Paradilla : 230411149
5. Rahma Amira : 230411150
AMUNTAI
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Segala puji bagi Allah swt.,berkat bimbingan serta petunjuk-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada baginda
Rasulullah saw, beserta keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan,
yang di bimbing oleh Bapak H. Taufikurrahman, M.M.Pd. Dengan selesainya
pembuatan makalah ini, maka kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada Bapak Dosen yang telah membimbing dalam proses pembelajaran mata kuliah
ini. Kami sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, baik dari segi tulisan, maupun dari segi analisis.
Semoga, makalah sederhana ini bermanfaat secara keillmuan bagi penulis
untuk terus menggali dan belajar sebagai bentuk perbaikan kedepan. Akhir kata, Allah
lah yang Maha mengetahui atas segala sesuatu.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya islam itu satu, tetapi pada kenyatannya islam di kemas oleh
berbagai kalangan menjadi beragam tampilan. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan
zaman, berbagai macam budaya yang ada, maupun teknologi yang semakin canggih.
Biasanya terdapat komunitas-komunitas yang menampilkan islam dengan segala
visi, misi maupun tujuan yang berbeda-beda. Komunitas ini ada yang menampilkan
islam dengan pemerintahan kerajaan, pemerintahan republik bahkan ada yang ingin
kembali ke pemerintah yang berbentuk khilafah. Pemikiran-pemikiran berbagai
komunitas ini tidak bisa dihindari, karena dalam komunitasnya mereka juga
memiliki landasan-landasan atau sumber yang menurut mereka benar.Munculnya
berbagai komunitas dan berbagai macam pemikiran ini lah yang menjadi alasan
adanya perdebatan kalam di kalangan modernis
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalam kontemporer ?
2. Bagaimana pemikiran kalam menurut Hasan Hanafi ?
3. Bagaimana pemikiran kalam menurut Muhammad Arkan ?
4. Bagaimana pemikiran kalam menurut Nasr Hamid Abu Zaid ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalam kontemporer.
2. Untuk mengetahui pemikiran kalam menurut Hasan Hanafi.
3. Untuk mengetahui pemikiran kalam menurut Muhammad Arkon.
4. Untuk mengetahui pemikiran kalam menurut Nasr Hamid Abu Zaid.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dalam Sabda-Nya yang berupa wahyu. Teologi demikian, lanjut Hanafi, bukanlah
ilmu tentang Tuhan, karena Tuhan tidak tunduk kepada ilmu. Tuhan
mengungkapkan diri dalam sabda-Nya yang berupa wahyu. Ilmu Kalam adalah
tafsir yaitu ilmu hermeneutic yang mempelajari analisis percakapan (discourse
analysis), bukan saja dari segi bentuk-bentuk murni ucapan, melainkan juga dari
segi konteksnya, yakni pengertian yang merujuk kepada dunia. Adapun wahyu
sebagai manifestasi kemauan Tuhan, yakni sabda yang dikirim kepada manusia
mempunyai muatan-muatan kemanusiaan. Hanafi ingin meletakkan teologi Islam
tradisional pada tempat yang sebenarnya, yakni bukan pada ilmu ketuhanan yang
suci, yang tidak boleh dipersoalkan lagi dan harus diterima begitu saja secara taken
for Granted. Ia adalah ilmu kemanusiaan yang tetap terbuka untuk diaadakan
verifikasi dan falsafikasi, baik secara historis maupun eiditis. Menurut Hasan
Hanafi, teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar-benar
hidup dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret umat manusia hal
ini disebabkan oleh sikap para penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan
kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia. Sehingga menimbulkan
keterpercahan antara keimanan teoritik dengan amal praktiknya di kalangan umat.
Secara historis, teologi yang telah menyingkap adanya benturan berbagai
kepentingan dan ia sarat dengan konflik social-politik. Teologi telah gagal pada dua
tingkat: Pertama, pada tingkat teoritis, kedua, pada tingkat praxis, yaitu gagal karena
hanya menciptakan apatisme dan negativisme.
C. Pemikiran Kalam Menurut Muhammad Arkon
Muhammad Arqoun merupakan salah satu tokoh pemikir Islam
kontemporer yang berasal dari Aljazair. Umat Islam menurut M. Arkoun perlu
memperdalam Islam melalui pendekatan ilmu social, antroologi, dan
kesusanteraan agar memperoleh pemahaman yang konperhensif tentang Islam.
Islamologi klasik nampaknya perlu dikaji dan dipahami secara mendalam lagi
agar mampu berisnteraksi dengan perubahan zaman.
3
Salah satu aspek pemikiran Arkon yang sangat berharga adalah usahanya untuk
memperkenalkan pendekatan hermeneutika, sebuah metodologis kritis. Dalam
karya-karya Arkon ditemukan wacana kritis dari tiga sumber utama, yaitu visi
Qur'an, kitab-kita Islam klasik, dan filsafat Barat kontemporer yang sering
dikategorikan sebagai pemikiran pascamodernisme. Berdasarkan cara pandang
Arkoun, data kehidupan generasi awal Islam yang disajikan dalam buku-buku
klasik, seperti kitab Al-Maghazi, karya Muhammad al-Waqidi, Sirah Rasul Allah
karya Muhammad Ibn Ishaq, Tarikh al-Thabari dan al-Tabaqat al-Kubra karya Ibn
Sa'ad, akan memunculkan informasi dn makna baru ketoka didekati dengan cara
pandang baru, terutama dengan menggunakan metode hermeneutika histories.
D. Pemikiran Kalam Menurut Nasr Hamid Abu Zaid
Nasr Hamid Abu Zayd adalah satu di antara banyak pemikir Islam kontemporer
yang berasal dari Mesir. Beliau juga termasuk pemikir Islam yang mempunyai
gagasan-gagasan kontrovesial dan progresif yang menjadikan diskusi-diskusi
tentang Islam semakin hidup. Salah satu gagasan kontroversialnya adalah
bahwasanya Al-Qur’an adalah produk budaya (muntaj tsaqofi), yang mana gagasan
ini telah menimbulkan banyak polemik hingga banyak kalangan mengatakan bahwa
dia telah menghina Al-Qur’an dan menistakan agama.
Nasr Hamid berfikir bahwa ayat Arrijalu Qowwamuna Alan Nisa’yang selalu
digunakan untuk melegitimasi budaya patriarki di Mesir pada waktu itu, dianggap
sudah kehilangan konteksnya. Dia mengatakan “Bagaimana bisa ibu saya
diremehkan kemampuannya karena dia perempaun. Sedangkan dia lebih kuat dari
sepuluh laki-laki sekalipun”.
Dalam pandangannya, teks Al-Qur’an yang normatif tersebut tidak lagi
mendapatkan konteks yang empiris, sehingga diperlukan sebuah metodologi baru
dalam menafsirkan Al-Qur’an agar sesuai dengan konteks yang ada. Nasr Hamid
kemudian mendekonstruksi konsep Al-Qur’an sebagai Kalamullah yang sakral, dan
maknanya dari Allah SWT diubahnya menjadi Al-Qur’an adalah sebagai produk
budaya. Sehingga untuk mendukung gagasannya bahwa Al-Qur’an adalah produk
4
budaya, dan Nabi Muhammad SAW sebagai pengarangnya, penafsiran yang sudah
ada berabada-abad dalam menafsirkan Al-Qur’an diganti oleh Nasr Hamid, dengan
menawarkan sebuah penafsiran yang menggunakan teori Hermeneutika. Yaitu
sebuah teori Blibical Critism (kritik teks bible), yang telah berkembang dalam
tradisi Kristen. Hal ini supaya penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an bisa
menemukan konteksnya.
Pendapat Nasr Hamid yang mengatakan bahwa Al-Qur’an sebagai produk
budaya, tentu saja merusak konsep dasar Al-Qur’an sebagai kalamullahdan juga
menghilangkan kesakralan Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam. Selain itu,
pendapatnya tersebut akan menjadikan Al-Qur’an hanya sebagai teks manusiawi
atau hasil pengalaman individual Nabi Muhammad SAW, sebagai sang penyampai
wahyu dalam waktu dan tempat tertentu, dengan latar belakang sejarah yang sangat
mewarnainya.
5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemikiran kalam kontemporer merupakan gabungan dari pemikiran klasik yang
masih relevansi dan sesuai dengan perkembangan zaman dengan pemikiran modern
yang baru dikemukakan oleh para tokoh-tokoh guna memberikan kontribusi bagi
kemajuan umat Islam yang semakin lemah dan kurang termotivasi oleh karena
kemunduran yang dialami umat Islam.
Adanya kalam kontemporer ini dipengaruhi oleh budaya, teknologi, perubahan
zaman dan lain lain. Dalam kalam kontemporer ini terdapat tiga tokoh yang dibahas
yaitu Hasan Hanafi, Muhammad Arkoun, dan Nasr Hamid Abu Zaid. Adapun
pemikiran menurut Hasan Hanafi, yaitu menegaskan perlunya mengubah orientasi
perangkat konseptual kepercayaan (teologi) sesuai dengan perubahan konteks politik
yang terjadi. Pemikiran kalam menurut Muhammad Arkoun adalah umat islam perlu
memperdalam islam melalui pendekatan ilmu social, antroologi, dan kesusanteraan
agar memperoleh perubahan yang konperhensif tentang islam. Dan pemikiran kalam
menurut Nasr Hamid Abu Zaid, salah satu gagasan kontroversialnya adalah
bahwasanya Al - Qur'an adalah produk budaya (muntaj tsaqofi) yang mana gagasan ini
telah menimbulkan banyak polemik hingga banyak kalangan mengatakan bahwa dia
telah menghina Al - Qur'an dan menistakan agama.
6
DAFTAR PUSTAKA
1. https://sg.docworkspace.com/d/sIDe29uC7AY-P36gG?sa=00&st=0t
2. https://www.studocu.com/id/document/universitas-17-agustus-1945-
jakarta/audit/kelompok-10-hasan-hanafi/47944030
3. https://www.researchgate.net/publication/315997438_Pemikiran_Fazlur_
Rahman_and_Muhammad_Arkoun
4. https://islami.co/nasr-hamid-abu-zayd-pemikir-islam-kontemporer-dan-
kontroversial-asal-mesir/