Disusun oleh :
Risna Dewi Rustandi
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Aliran Ilmu Kalam Kontemporen
menurut Hasan Hanapi dan Ismail Faruki ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah Ulumul Qur’an yang berjudul Makalah Aliran Ilmu Kalam
Kontemporen menurut Hasan Hanapi dan Ismail Faruki ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah
Aliran Ilmu Kalam Kontemporen menurut Hasan Hanapi dan Ismail Faruki ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Aliran Ilmu
Kalam Kontemporen menurut Hasan Hanapi dan Ismail Faruki ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ajaran Islam, yang sumber ajarannya berasal dari Al-qur’an dan sunnah Nabi,
diyakini oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang diproduksi
oleh perputaran zaman. Pada dasarnya Islam itu satu, tetapi pada kenyataannya bahwa
tampilan Islam itu beragam, karena lokasi penampilannya mempunyai budaya yang
beragam, perubahan jaman telah membawa budaya dan teknologi yang berbeda-beda.
Misalnya, ada komunitas yang senang menampilkan Islam dengan pemerintahan
kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan republik. Bahkan, ada yang ingin
kembali ke pemerintah bentuk khilafah Ada yang terikat dengan teks Al-Qur’an dan
Hadis dalam memahami ajaran Islam.
Tidak bisa dihindari lagi, semua merasa pemikirannyalah yang paling benar
antara sesama Muslim yang terjadi dimana-mana dalam rangka menampilkan Islam.
Tampaknya, pemahaman itu utuh, pesan ketuhanan dapat ditangkap, fanatik buta
dapat diredam, sejarah tampilan ajaran Islam dari waktu ke waktu perlu dicermati.
Dengan cara ini proses terselengaranya syariat Islam di masa Nabi dan generasai-
generasi berikutnya dapat dipahami. Alasan kebijakan para tokoh Islam untuk maksud
ini pun dapat dimengerti. Dalam era kontemporer ini kemudian teraktualisasi
perdebatan kalam dikalangan tokoh modernis.
Di antara tokoh yang ada di era kontemporer ini adalah Ismail Al-Faruqi dan
Hasan Hanafi. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang ilmu kalam masa kini
tentang pemikiran tokoh yang telah disebutkan di atas.
B. Rumusan Masalah
ISI
Dari sekian banyak tulisan dan karyanya yaitu: Kiri Islam (Al-Yasar Al-
Islami) merupakan salah satu puncak sublimasi pemikirannya semenjak revolusi
1952. Kiri Islam, meskipun baru memuat tema-tema pokok dari proyek besar
Hanafi, karya ini telah memformulasikan satu kecenderungan pemikiran yang
ideal tentang bagaimana seharusnya sumbangan agama bagi kesejahteraan umat
manusia.
b. Rekontruksi Teologi
2) Pentingnya teologi baru ini bukan semata pada sisi teoritisnya, tetapi juga
terletak pada kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideologi
gerakan dalam sejarah. Salah satu kepentingan teologi ini adalah
memecahkan problem pendudukan tanah di Negara-negara muslim.
Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada tanggal 1 Januari 1921.
Pendidikan dasarnya dimulai dari madrasah, dan pendidikan menengahnya di
Colleges des Freres, dengan bahasa pengantar Perancis. Kemudian pada tahun
1941 lulus dari American University of Beirut. Ismail lalu bekerja untuk
pemerintah Inggris di Palestina. Pada tahun 1945, dia dipilih sebagai Gubernur
Galilea. Tapi, setelah Israel mencaplok Palestina, ia pindah ke Amerika Serikat
pada tahun 1949. Di Amerika, ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang
filsafat di University of Indiana dan University of Harvard. Dia melanjutkan
pendidikannya dengan mengambil gelar doktor filsafat di University of Indiana
dan di Al-Azhar University pada tahun 1952.
Pembunuhan atas dirinya dan istrinya diduga karena kritiknya yang keras
terhadap kaum Zionis Yahudi. Kematian Ismail Raji al-Faruqi meninggal dunia
karena dibunuh pada tanggal 27 Mei 1986 di rumahnya.
Esensi peradaban Islam adalah Islam sendiri. Tidak ada satu perintah pun
dalam Islam yang dapat dilepaskan dari tauhid. Tanpa tauhid, Islam tidak aka
nada. Tanpa yauhid, bukan hanya sunnah nabi yang patut diragukan, bahkan
ptanata kenabian pun menjadi hilang.
Tauhid menempatkan manusia pada suatu etika berbuat atau bertindak, yaitu
etika ketika keberhargaan manusia sebagai pelaku moral diukur dari tingkat
keberhasilan yang dicapainya dalam mengisi aliran ruang dan waktu.
Eskatologi Islam tidak mempunyai sejarah formatif. Is terlahir lengkap dalam
Al-Qur’an, dan tidak mempunyai kaitan dengan situasi para pengikutnnya
pada masa kelahirannya seperti halnya dalam agama Yahudi atau Kristen. Is
dipandang sebagai suatu klimaks moral bagi kehidupan di atas bumi
Berbeda denga “iman” Kristen, iman Islam adalah kebenaran yang diberikan
kepada pikiran, bukan kepada perasaan manusia yang mudah dipercayai begitu
saja. Kebenaran, atau proposisi iman bukanlah misteri, hal yang dipahami dan
tidak dapat diketahui dan tidak masuk akal, melainkan bersifat kritis dan
rasional. Kebenaran-kebenarannya telah dihadapkan pada ujian keraguan dan
lulus dalan ditetapkan sebagai kebenaran
Dalam Islam, alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, ia bersifat
teleologis, sempurna, dan teratur. Sebagai anugerah, ia merupakan kebaikan
yang tak mengandung dosa yang disediakan untuk manusia. Tujuannya agar
manusia melakukan kebaikan dan mencapai kebahagiaan. Tiga penilaian ini,
keteraturan, kebertujuan, dan kebaikan, menjadi cirri dan meringkas
pandangan umat Islam tentang alam.
Dalam Islam tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.
Masyarakat Islam adalah masyarakat terbuka dan setiap manusia boleh
bergabung dengannya, baik sebagai anggota tetap ataupun sebagai yang
dilindungi (dzimmah). Masyarakat Islam harus mengembangkan dirinya untuk
mencakup seluruh umat manusia. Jika tidak, ia akan kehilangan klaim
keislamannya.[10]
Al-Faruqi melihat implikasi Islam untuk tata ekonomi ada dua prinsip, yaitu:
pertama, tak ada seorang atau kelompok pun yang dapat memeras yang lain.
Kedua, tak satu kelompok pun boleh mengasingkan atau memisahkan diri dari
umat manusia lainnya dengan tujuan untuk mebatasi kondisi ekonomi mereka
pada diri mereka sendiri.[14]
m. Tauhid sebagai prinsip estetika
Dalam hal kesenian, beliau tidak menentang kretaivitas manusia, tidak juga
menentang kenikmatan dan keindahan. Menurutnya Islam menganggap bahwa
keindahan mutlak hanya ada dalam diri Tuhan dan dalam kehendak-Nya yang
diwahyukan dalam firman-firman-Nya.
BAB II
PENUTUP
Al-Faruqi, Lamya, Allah, Masa Depan Kaum Wanita, Terj. Masyhur Abadi,
Surabaya: Al-Fikr, 1991
Al-Faruqi, Ismail Raji Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Jakarja: Pustaka, 1988
Rozak, Abdul dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, bandung: Pustaka Setia, 2006