Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FILSAFAT UMUM

FILSAFAT HERMENEUTIKA

Dosen Pembimbing : WIDODO, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 4

 Nuraini : 12040121332
 Meiza Riani Fitri : 12040121278
 Putra Samporna : 12040111331

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama Allah SWT, Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’Filsafat
Hermeneutika” tepat waktu.

Makalah ‘’Filsafat Hermeneutika”disusun untuk memenuhi tugas yang


dibimbing oleh Bapak Widodo, M.Pd. pada bidang studi Filsafat Umum. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang ‘’Filsafat Hermeneutika’’.Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada Bapak Widodo, M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Umum.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. oleh
karena itu, penulis mohon maaf dan meminta kepada Bapak Widodo, M.Pd. sekiranya
dapat memberikan kritik dan saran untuk perbaikan yang selanjutnya. Sekian dari
kami semoga tugas makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca.

Pekanbaru, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

A. Definisi Filsafat Hermeneutika ..................................................................... 2


B. Sejarah Filsafat Hermeneutika ...................................................................... 3
C. Objek Metode Filsafat Hermeneutika ........................................................... 7
D. Ruang Lingkup dan Fungsi Filsafat Hermeneutika ...................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu kehidupan setiap manusia senantiasa menyampaikan sesuatu
terhadap manusia yang lain bertujuan untuk dapat saling mengenal, saling
berinteraksi, dan saling membutuhkan antar sesama. Dalam pengertian
sederhana komunikasi dapat dipahami sebagai tindakan oleh satu, dua orang,
atau lebih yang dapat mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi yang
terjadi dalam suatu konteks tertentu.
Dari pengertian diatas tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi
memiliki tiga dimensi yaitu: fisik, sosial-psikologis dan temporal. Ketiga
dimensi ini saling berinteraksi dan masing-masing saling pula mempengaruhi
sekaligus dipengaruhi oleh yang lain. Dalam hal ini kami menyusun sebuah
makalah untuk memberikan sedikit penjelasan tentang defenisi filsafat
hermeneutika, sejarah filsafat hermeneutika, objek metode, dan ruang lingkup.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi filsafat hermeneutika?
2. Apa sejarah filsafat hermeneutika?
3. Apa objek metode filsafat hermeneutika?
4. Apa saja ruang lingkup dan fungsi filsafat hermeneutika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi filsafat hermeneutika
2. Untuk mengetahui sejarah filsafat hermeneutika
3. Untuk mengetahui objek filsafat hermeneutika
4. Untuk mengetahui ruang lingkup dan fungsi filsafat hermeneutika

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Filsafat Hermeneutika


Hermeneutika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau
filsafat tentang interpretasi makna. Secara etimologis, kata hermeneutik berasal
dari bahasa Yunani hermeneuin yang berarti menafsirkan. Maka kata benda
hermeneia secara harfiah dapat diartikan penafsiran atau interpretasi.1
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat
hermeneutika yang telah dikemukakan, seperti menurut ( Richard E. Palmer)
hermeneutika didefinisikan sebagai: Pertama, teori penafsiran Kitab Suci.
Kedua, hermeneutika sebagai metodologi filologi umum. Ketiga, hermeneutika
sebagai ilmu tentang semua pemahaman bahasa. Empat, hermeneutika sebagai
landasan metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan. Lima, hermeneutika sebagai
pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi. Dan enam, hermeneutika
sebagai sistem penafsiran.2
Menurut (Martin Heidegger dan Hans George Gadamer) secara
terminologi bahwa hermeneutika adalah proses yang bertujuan untuk
menjelaskan hakikat dari pemahaman.3
Dalam diskursus Islam, hemermeneutik adalah tafsir, takwil, bayan, syarh
dan sebutan lainnya. Dalam kajian ushul al-fiqh cara atau teori memahami atau
menafsirkan teks-teks al Qur-an, hadits atau sumber lainnya dikenal dengan
istilah “al-istidlal bi al-alfazh”. Di kalangan ulama tafsir telah melahirkan
tradisi penafsiran al-Qur'an yang luar biasa, yang kemudian dikenal dengan
ilmu tafsir. Kecenderungan mereka berkonsentrasi pada pengembangan
1
E. Sumaryono, Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm.
24
2
Richard E. Palmer, Hermeneutics , (Northwestern University Press, 1969), hlm. 33.
3
Fahmi Salim, Kritik terhadap Studi Al-Qur’an Kaum Liberal, (Jakarta: GIP, 2010), hlm 53-
55.

2
berbagai kaidah untuk menemukan kandungan teks berdasarkan masa dan
tempat turunnya. Dalam analisis tradisional yang lebih menekankan pada aspek
lafad atau teks.4

B. Sejarah Filsafat Hermeneutika


Istilah Hermeneutika secara etimologi diambil dari kata
Yunani,“Hermenuin”, yang berarti tafsir dan penjelasan serta penerjemahan.
kata hermeneutika berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani hermeneuin dan
kata benda hermeneia. Kata ini kerap diterjemahkan dengan mengungkapkan
(to say), menjelaskan (to explain) dan menerjemahkan (to translate). Dalam
Bahasa Inggris, terjemahan yang mewakili adalah to interpret
(menginterpretasikan, menafsirkan, dan menerjemahkan). Hermeneutika
diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi
mengerti.5
Jika dilihat dari sejarahnya, istilah hermeios merujuk pada seorang tokoh
mitologis dalam mitologi Yunani yang dikenal dengan nama Hermes. Dia
seorang dewa yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pesan dari
Jupiter kepada manusia. Dewa Hermes bertugas untuk menerjemahkan pesan
Dewa-dewa dari gunung Olympus ke dalam bahasa yang dimengerti oleh
manusia. Dari tradisi Yunani, hermeneutika berkembang sebagai metodologi
penafsiran Bibel, yang di kemudian hari dikembangkan oleh para teolog dan
filosof di Barat sebagai metode penafsiran secara umum dalam ilmu-ilmu sosial
dan humaniora.
Kata “hermeneutic” dalam pendapat yang lain diambil dari kata Hermes.
Hermes sendiri adalah utusan dewa-dewa dalam mitologi Yunani. Akan tetapi,
4
Op.Cit, hlm. 178
5
Richard E. Palmer, “Hermeneutics Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey,
Heidegger, and Gadamer”, Terj. Musnur Hery dan Damanhuri Muhammad dengan judul
Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2005), hlm.14-
16.

3
dia juga adalah Tuhan yang berubah dari Tuhan orang-orang Mesir kuno Theht.
Dengan itu hermeneutic membangun sebuah teori penafsiran tentang alam dan
wujud, awal mulanya dan kembalinya.6 Tugas utama hermeneutika adalah
mencari dinamika internal yang mengatur struktur kerja suatu teks untuk
memproyeksikan diri ke luar dan memungkinkan diri makna itu muncul.7
Secara terminologis, hermeneutika dalam penggunaan klasiknya dapat
diartikan sebagai penafsiran teks-teks, khususnya teks-teks Alkitab, tetapi juga
teks-teks filosofis. Menurut howard, hermeneutika pada awalnya merujuk pada
teori dan praktik penafsiran. Hermeneutika adalah sebuah kemahiran yang
diperoleh seseorang dengan belajar bagaimana menggunakan instrument
sejarah, filosofis, manuskrip, teologi dan sebagainya. Kemahiran ini secara
tipikal dikembangkan untuk memahami teks-teks yang tidak lepas dari
persoalan karena pengaruh waktu, perbedaan-perbedaan cultural atau karena
kebetulan-kebetulan sejarah.8
Hermeneutika juga merupakan kajian tentang kaidah-kaidah umum untuk
menafsirkan Bibel, dan tujuan utama dari hermeneutika dan metode-metode
penafsiran Yahudi dan Nasrani sepanjang sejarahnya adalah untuk menyingkap
kebenaran dan nilai dari Bibel. Hermeneutika diartikan sebagai metode
penafsiran bukan hanya untuk Bibel tapi juga teks-teks folosofis yang bertujuan
untuk menyingkap kebenaran dan nilai dari Bibel yang sejak awalnya sudah
bermasalah.
Cakupan hermeneutika sangat luas, yaitu meliputi bidang teologis,
filosofis, linguistik, maupun hukum. Hermeneutika sebagai filosofis berarti
bagian dari seni berpikir. Pertama-tama ide yang ada dalam pikiran manusia
dipahami, baru kemudian diucapkan. Inilah alasannya mengapa Schleiemacher
menyatakan bahwa bahasa manusia itu berkembang seiring dengan buah
6
Op.Cit, hlm. 52.
7
Aksin Wijaya, Teori Interpetasi al-Qur‟ᾱn Ibnu Rusyd Kritik Ideologis Hermeneutis,
(Yogyakarta: LKis, 2009), hlm. 24.
8
Op.Cit, Cet. XII, hlm. 23-26.

4
pikiran manusia itu sendiri. Namun, bila pada saat berpikir merasa perlu untuk
membuat persiapan dalam mencetuskan buah pikiran itu, maka saat itulah
terdapat apa yang disebutnya the transformation of the original thought, and
then explication also becomes necessary. The New Encyclopedia Britannica
menulis, bahwa hermeneutika adalah studi prinsip-prinsip general tentang
interpretasi Bibel (the study of the general principle of biblical interpretation).9
Dari pengertian-pengertian hermeneutika di atas, dapat disimpulkan
bahwa hermeneutika adalah sebuah metode penafsiran atau pengungkapan
makna Teks Inggrisnya, “Hermeneutics, the study of the general principles of
biblical interpretation. For both Jews and Christians throughout their histories,
the primary purpose of hermeneutics and of the exegetical methods employed
in interpretation, has been to discover the truth and values of the Bible.”10
Dalam suatu teks, yang dalam hal ini adalah Bibel, lahir dari mitologi
Yunani, dan berkembang dalam budaya Kristen. Integrasi hermeneutika
(hermeneutics), yang dalam arti luas mencakup Hermeneuse (praktik
penafsiran), hermeneutics (hermeneutika dalama arti sempit, yakni ilmu tentang
metode-metode penafsiran), philosophica hermeneutics (hermeneutika filosofis)
dan hermeneutical philosophy ( filsafat hermeneutics), ke kajian al-Qur‟an dan
Hadis hingga saat ini masih diperdebatkan di kalangan pemikir Muslim.
Banyak dari mereka menolak secara keseluruhan dan sebagian lain menerima
dan atau menolaknya tidak secara keseluruhan.11
Hermeneutika sendiri adalah suatu istilah yang mengcover berbagai level
refleksi, sebagaimana seringkali terjadi dalam kata Yunani yang menjadi bagian
terminology dalam disiplin kesarjanaan. Pertama-tama hermeneutika menunjuk
kepada satu praktik, satu seni, yang membutuhkan kemampuan khusus. Ini
9
Friedrich Schleiermacher, Hermeneutics and Criticism and Other Writings, (ed. Andrew
Bowie), (Cambridge: Cambridge University Press, Cet. I, 1998), hlm.5-7.
10
Encyclopedia Britannica, (Chicago: Encyclopedia Britannica 1985, 15th Edition, Vol. V),
hlm. 874.
11
Phil. Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika al-Qur‟ᾱn & Hadis, (Yogyakarta: elSAQ Press), 2010,
hlm. 1.

5
menunjuk kepada kata Yunani yang lebih jauh, yaitu tehcne. Hermeneutika
merupakan seni praktik, yaitu, a-techne, melibatkan khutbah, interpretasi
bahasa-bahasa lain, menjelaskan dan menguraikan teks, dan sebagai dasar dari
semua ini, seni memahami, satu seni yang khususnya diperlukan setiap kali
makna sesuatu tidak jelas atau ambigu.12
Yang menjadi persoalan kita sekarang adalah: dapatkah hermeneutika
bertahan terhadap penyelidikan dan mempertahankan kedudukannya sebagai
metode? Kiranya tidak, sebab sebagai metode, hermeneutika tidak dapat
disejajarkan dengan metode ilmiah yang sifatnya ketat dan baku, sementara
hermeneutika sifatnya luwes atau fleksibel.
Namun, tidak dapatkah sebuah metode yang bersifat luwes atau fleksibel
itu tetap disebut metode juga? Dari berbagai macam metode yang telah
diajukan oleh para filusuf sejak dari Plato sampai dengan Spinoza maupun
filsuf-filsuf abad kita ini, kebhinekaan pendapat-pendapat mereka menunjukkan
bahwa kita membahas atau memasukkan filsafat hanya ke dalam satu jenis
metode pembahasan khusus juga, berarti kita telah berusaha untuk
menyingkirkan filsafat dari perdebatan filosofis. Sebab, secara historis, para
filsuf telah menggunakan bermacammacam prosedur pembahasan, meskipun
secara umum metode-metode yang dipergunakan itu seringkali overlap dengan
yang digunakan di dalam ilmu-ilmu pengetahuan diluar filsafat. Bahkan dari
perkembangan metode filsafat sendiri selalu terjadi perkembangan yang
mengarah pada anggapan “lebih menjelaskan”, yang diperoleh melalui kritik
terhadap kelemahan metode yang lama.13

C. Objek Metode Filsafat Hermeneutika

12
Syafa‟atun Al-Mirzanah & Sahiron Syamsuddin, Pemikiran Hermeneutika Dalam Trdisi
Barat Reader, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, Cet. 1, 2011), hlm. 143.
13
Op.Cit, hlm. 133

6
1. Teks Sebagai Objek Kajian
Secara sederhana bahwa hermeneutika adalah situasi tenteng
penafsiran dan pemahaman teks. Dengan demikian objek atau saran yang
dijadikan kajian utama hermeneutika adalah teks. Dalam kajian filologi,
secara sederhana Terminologi teks disini harus dibedakan dengan naskah.
Naskah adalah benda yang konkrit maka yang dapat dilihat atau dipegang
karena sifatnya konkrit maka yang menjadi fokus perhatian dalam
pembicaraan tentang naskah adalah tulisan, tinta yang digunakan untuk
menulis, penjilidan dan lain-lain.
Sedangkan teks adalah kandungan atau muatan naskah yang isinya
ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca
dalam bentuk cerita yang dapat dipelajari menurut berbagai pendekatan
melalui alur, perwatakan, gaya bahasa dsb.

2. Problematika teks
Hermeneutika selalu berhubungan dengan teks. Takkala berhubungan
dengan teks atau membaca sebuah teks maka sesungguhnya kita tidak saja
menghadapi teks itu sendiri tetapi kita juga berkomunikasi dengan penulis
atau pengarangnya.
Dengan demikian hermeneutika sebagai sebuah aktifitas penafsiran
dengan tiga unsur yang sering kali disebut sebagai struktur triadic. Pertama,
adalah tanda, pesan atau teksdari berbagai sumber. Kedua, adalah mediator/
penafsir yang menerjemahkan/pengarang yang berproduksi teks. Ketiga,
adalah pembacaannya yang menjadi teks yang sekaligus mempraposisi teks.

3. Beberapa persoalan sekitar studi hermeneutika


a. Struktur dasar penafsiran dan pemahaman
Penafsiran atau pemahaman manusia atas dunia yang bermacam-
macam sesuai dengan sudut pandang. Suatu objek dinyatakan objektif

7
jikalau pemikiran lebih dari satu subjek sama dalam memandang sebuah
objek.
b. Teori-teori penafsiran dan pemahaman
Hermeneutika sebagai penafsiran dan pemahaman dalam pandangan
Ah Zaenuri telah melahirkan 3 macam teori penafsiran yaitu bertumpu
pada struktur tidak dalam hermeneutika yaitu dunia penulis atau
pengarang teks, dan dunia penafsir atau pembaca teks, dan dunia teks itu
sendiri. Antara lain :
 Teori yang berfokus pada penuli
 Teori yang berfokus pada pembaca
 Teori yang berfokus pada teks

4. Metode Pendekatan Studi Islam Dengan Hermeneutika


a. Metode dialektik
Yaitu dua orang yang berdialog sehingga melemparkan pertanyaan
dan memberika jawaban masing-masing secara bergantian. Kebenaran
yang diperoleh atas dasar metode dialektif bertanya dan menjawab ini
secara beransur-angsur mengurai keraguan atau ketidakjelasan tentang
suatu hal.

b. Metode silogisme atau logika


Yaitu dengan menggabungkan pembenaran dan penyangkalan
diantara kesimpulan yang meyakinkan dapat kita peroleh.
c. Metode Thomistik
Yaitu mengetengahkan persoalan yang harus dijawab dalam bentuk
sebuah pernyataan.

8
D. Ruang Lingkup Filsafat Hermeneutika
Tugas pokok hermeneutika adalah bagaimana menafsirkan sebuah teks
klasik atau 9realita sosial di masa lampau yang asing sama sekali agar menjadi
milik orang yang hidup di masa, tempat dan suasana kultural yang berbeda.
Maka dari itu, kegiatan hermenutika selalu bersifat triadik menyangkut tiga
subjek yang saling berhubungan. Tiga subjek dimaksud meliputi the world of
the text (dunia teks), the world of the author (dunia pengarang) dan the world of
the reader (dunia pembaca) yang masing-masing memiliki titik pusaran
tersendiri dan saling mendukung dalam memahami sebuah teks.14
Pertama, The world of the text (dunia teks). Teks menjadi hal yang
sangat urgen karena merupakan objek utama dalam suatu penafsiran. Teks ini
mencakup bahasa dan tata bahasa yang digunakan si pengarang/penulis teks
untuk mengungkapkan keinginannya. Menurut George Gadamer, teks memiliki
kepribadiannya yang terpisah dari penulis atau penciptanya. Karena itu,
diperlukan pengandaian dari penafsir terhadap teks itu. Pendapat George
Gadamer ini sependapat dengan umat Kristen yang mengatakan, teks yang
dalam hal ini adalah wahyu, ia diturunkan karena adanya “sebab” („illah) yang
digerakkan oleh Allah secara bebas. Artinya, si penerima wahyu bebas
menggunakan wahyu itu untuk tujuan-tujuannya.15
Dari sini dapat dipahami dalam hermeneutika tidak ada konsep bahwa
teks itu memiliki otoritas yang kuat. Meskipun teks kitab suci, yang namanya
teks hanya teks. Semuanya samasama teks tidak ada bedanya. Kedua, The
world of the author (dunia pengarang). Menurut F. Schleiemacher, hal ini
berkaitan dengan makna pikiran dan tujuan yang dirasakan oleh pengarang
ketika ia menulis/megucapkan teks. Ini tentu saja berada dalam diri dan hati

14
Ilyas Supena, artikel “Hermeneutika Teologis Rudolf Bultmann, lihat, Edi Mulyono, Belajar
Hermeneutika: dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies”, Komaruddin Hidayat, M.
Luqmanul Hakim Habibie: Hermeneutik dalam Kajian.... Fikri, Vol. 1, No. 1, Juni 2016 ISSN: 2527-
4430 220
15
Op.Cit, hlm. 127.

9
pengarang teks. Maka “sisi dalam” pengarang itu harus diselami melalui teks,
karena teks yang terucapkan/tertulis bercampur di dalamnya perasaan, niat, dan
keinginan penulisannya yang tertuang dalam wadah teks yang digunakannya.16
Sedangkan menurut George Gadamer, penafsiran teks bukan bertujuan
memahami maksud pengucap atau pencipta teks, tidak juga penting memahami
siapa mitra bicara dan atau sasaran yang pertama kali dimaksud oleh
pengucap/penulis teks. Tetapi yang penting Memahami Bahasa Agama: Sebuah
Kajian Hermeneutika, adalah apa yang dipahami oleh penafsir/penakwil sesuai
pengetahuannya yang terus berkembang, pandangannya yang melekat di
benaknya, prediksi dan pertanyaan-pertanyaannya menyangkut teks, serta apa
yang dihasilkan oleh dialognya dengan teks. Dengan demikian makna teks itu
tidak lagi sakral. Tidak masalah jika menafsirkan teks tidak sesuai dengan apa
yang dikehendaki pengarang teks tersebut.
Ketiga, the world of the reader (dunia pembaca). Seperti yang dipahami
George Gadamer, bahwa pembaca memiliki kekuasaan penuh dalam
menafsirkan teks. Haknya dalam menafsirkan melebihi hak si penulis teks itu
sendiri. Pemikiran yang disampaikan penulis dalam sebuah teks, akan mati jika
penulisnya mati. Lalu bagaimana dengan Bibel? Teks-teks Hebrew Bibel ditulis
setelah jauh berselang dari era pewahyuannya; sekitar 2000 tahun. Bibel terbagi
menjadi dua, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Diduga keras Perjanjian
Lama ditulis dengan Bahasa Hebrew sedangkan Perjanjian Baru dalam Bahasa
Greek. Sementara itu, Yesus sendiri berbicara dengan Bahasa Aramaic.
Kemudian Bibel diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, lalu ke dalam
bahasabahasa Eropa yang lain, seperti Jerman, Inggris, Prancis, dan lainnya,
termasuk bahasa Indonesia yang banyak mengambil dari Bibel berbahasa
Inggris.17 Oleh karena itu, tidak heran jika dalam Bibel yang ada saat ini
terdapat kerancuankerancuan secara makna harfiyah atau makna kalimat

16
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hlm. 408.
17
Ibid,

10
disebabkan terjemahannya dari satu bahasa ke berbagai bahasa lainnya tanpa
didampingi bahasa Bibel yang asli. Sedangkan dalam hal ini Richard E. Palmer
juga mamberikan peta hermeneutic sebagai berikut:18
1. Hermeneutic sebagai teori penafsiran kitab suci.
2. Hermeneutic sebagai sebuah metode filologi (studi tentang budaya dan
kerohanian suatu bangsa dengan menelaah karya-karyanya). Dimulai
dengan rasionalisme dan hal-hal yang berhubungan dengannya.
3. Hermeneutic sebagai ilmu pemahaman linguistic.
4. Hermeneutic sebagai fondasi ilmu kemanusiaan. Kerangka dalam bentuk di
awali oleh Wilhelm Dilthey. Hingga di akhir perkembangan pemikirannya,
ia berusaha menggunakan psikologi dalam memahami dan
menginterpratisasikan.
5. Hermeneutic sebagai fenomena das sein dan pemahaman eksistensial.
6. Hermeneutic sebagai system penafsiran.

Sebagai teknik untuk memperoleh pemahaman yang benar, hermeneutika


berguna dan berfungsi untuk :19

1. Membantu mendiskusikan bahasa yang digunakan teks. Bahasa menjadi


bagian yang tak terpisahkan dari aktifitas hermeneutika. Lingkup bahasa
yang membantu hermeneutika dapat mencakup masalah bahasa, makana
kata, masalah semantik, semiotik, pragmatik, masalah expression dan
indikation serta masalah logika yang terkandung dalam teks.
2. Membantu mempermudah menjelaskan teks, termasuk teks kitab suci.
Membantu mengandaikan hubungan teks dengan waktu, hubungan teks
dengansituasi atau lingkungan di mana teks disusun. Masalah lain adalah
masalah teks dengan teks yang lain yang sudah ada dan sudah didiskusikan
tema tertemtu. Masalah ini memunculkan persoalan mengenai ciri khas
18
Mamat S. Burhanuddin, Hermeneutika al-Qur‟an ala Pesantren,( Yogyakarta: UII Press,
2006), hlm. 62-69.
19
http://asyroff.wordpress.com/al-quran/heurmenetika-al-quran

11
yang membedakan seorang pengarang dengan pengarang yang lain yang
membahas tema yang sama.
3. Memberi arahan untuk masalah yang terkait dengan hukum. Poin ini
menjelaskan bahwa penafsiran terhadap teks hukum dapat dilakukan secara
hermeneutika bagi mereka yang memiliki dasar dan penguasaan terhadap
masalah hukum. Sedangkan analisis hukum atau teks hukum tetap diambil
dari kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam tradisi hukum islam.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hermeneutika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau
filsafat tentang interpretasi makna. Secara etimologis, kata hermeneutik berasal
dari bahasa Yunani hermeneuin yang berarti menafsirkan. Maka kata benda
hermeneia secara harfiah dapat diartikan penafsiran atau interpretasi.

12
Jika dilihat dari sejarahnya, istilah hermeios merujuk pada seorang tokoh
mitologis dalam mitologi Yunani yang dikenal dengan nama Hermes. Dia
seorang dewa yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pesan dari
Jupiter kepada manusia. Dewa Hermes bertugas untuk menerjemahkan pesan
Dewa-dewa dari gunung Olympus ke dalam bahasa yang dimengerti oleh
manusia. Dari tradisi Yunani, hermeneutika berkembang sebagai metodologi
penafsiran Bibel, yang di kemudian hari dikembangkan oleh para teolog dan
filosof di Barat sebagai metode penafsiran secara umum dalam ilmu-ilmu sosial
dan humaniora.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Sumaryono. 1993. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.


Palmer, Richard E.. 1969. Hermeneutics. Northwestern University Press.
Salim, Fahmi. 2010. Kritik terhadap Studi Al-Qur’an Kaum Liberal. Jakarta:
GIP.
Richard E. Palmer. 2005. “Hermeneutics Interpretation Theory in
Schleiermacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer”, Terj. Musnur Hery dan

13
Damanhuri Muhammad dengan judul Hermeneutika Teori Baru Mengenai
Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II.
Wijaya, Aksin. 2009. Teori Interpetasi al-Qur‟ᾱn Ibnu Rusyd Kritik Ideologis
Hermeneutis. Yogyakarta: LKis.
Schleiermacher, Friedrich. 1998. Hermeneutics and Criticism and Other
Writings, (ed. Andrew Bowie). Cambridge: Cambridge University Press, Cet. I.
Encyclopedia Britannica. 1985. Chicago: Encyclopedia Britannica 1985, 15th
Edition, Vol. V.
Syamsuddin, Phil. Sahiron. 2010. Hermeneutika al-Qur‟ᾱn & Hadis.
Yogyakarta: elSAQ Press.
Al-Mirzanah, Syafa‟atun dan Sahiron Syamsuddin. 2011. Pemikiran
Hermeneutika Dalam Trdisi Barat Reader. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN
Sunan Kalijaga, Cet. 1.
Supena, Ilyas. artikel “Hermeneutika Teologis Rudolf Bultmann. lihat, Edi
Mulyono, Belajar Hermeneutika: dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic
Studies”, Komaruddin Hidayat, M. Luqmanul Hakim Habibie: Hermeneutik dalam
Kajian.... Fikri, Vol. 1, No. 1, Juni 2016 ISSN: 2527-4430 220
Shihab, M. Quraish. 2013. Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati, 2013.
Burhanuddin, Mamat S. 2006. Hermeneutika al-Qur‟an ala Pesantren.
Yogyakarta: UII Press.
http://asyroff.wordpress.com/al-quran/heurmenetika-al-quran

14

Anda mungkin juga menyukai