HERMENEUTIKA
Oleh :
Aisyah Fatma Nia (0142S1B021005)
Dela Senja Puspita (0142S1B021013)
Sri Rezeki Wd. (0142S1B021022)
Subhan Aditya Pratama (0142S1B021006)
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul ”Hermeneutika” ini.
Selawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat, hingga umatnya sampai akhir
zaman.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan
tugas mata kuliah hermeneutika. Pada makalah ini akan dibahas mengenai
seputar teori hermeneutika.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan
serta kekurangan di dalamnya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
sarannya dari para pembaca agar makalah ini dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unsur intrinsik pembangunan puisi menurut Hamberan Syahbana
terdiri dari bunyi, diksi, rima, ritme, citraan, majas, tema, amanat, dan
judul puisi. Interpretasi dalam sebuah karya sastra (puisi) lewat resepsi
yang bersandar pada hermeneutika yang menitikberatkan pada tafsir
makna, pesan, nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Secara garis besar
hermeneutika bukanlah sebuah pendekatan sastra yang mengabaikan
strukturalisme, tetapi ada langkah-langkah serta-merta dilakukan untuk
masuk ke dalamnya, mendalami aspek-aspek lain. Hermeneutika pada
mulanya adalah cabang dari kajian filsafat bahasa di abad ke 20. Model
kajian ini adalah hasil resepsi yang sangat bergantung pada tingkat
pengetahuan peneliti (pembaca).
Dalam memahami makna terselubung dalam sebuah teks karya
sastra, pembaca akan selalu berkomunikasi dengan bantuan simbol-
simbol yang bermakna dan hadir sebagai acuan dan sumber abadi
(Coulon 2008:2). Hermeneutika merupakan kegiatan penafsiran yang
melibatkan tiga unsur yakni teks, mediator, dan pembaca (Anshari
2009:187). Berangkat lewat pendekatan ini persepsi ini tidak bisa
terpisah dengan eksistensi manusia yang dibangun lewat waktu, sama-
sama terbuat dari bahasa sebagai instrumen komunikasi sebagai alat
sekunder untuk mengekspresikan gagasan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
sebagai berikut:
1. Apa itu hermenutika?
2. Apa saja landasan teori dari hermeneutika ini?
3. Bagaimana menganalisis puisi dengan pendekatan hermeneutika?
1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan
makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hermeneutika.
2. Untuk memahami apa saja ladasan teori dari hermeneutika.
3. Untuk mengetahui bagaimana menganalisis puisi dengan pendekatan
hermeneutika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hermeneutika
Secara etimologis, kata hermeneutic berasal dari bahasa Yunani
‘hermeneuein’ yang berarti menginterpretasikan, menafsirkan. Pada kata
Yunani hermeneuein memuat tiga arah arti yakni : mengatakan atau
mengungkapkan dengan lantang, menjelaskan atau menerangkan situasi,
dan menerjemahkan atau mengalihbahasakan ke bahasa asing. Secara
umum, hermeneutika dapat diartikan sebagai suatu teori atau filsafat
tentang interpretasi makna (Atho dan Arif Fahruddin 2002:4). Sementara
itu, dikatakan Hermeneutika adalah studi pemahaman, khususnya
pemahaman teks (Palmer 2003:8).
Hermeneutika merupakan salah satu pendekatan penelitian yang
berkaitan langsung dengan penafsiran atau interpretasi yang erat
kaitannya dengan konsep wacana tulisan. Hermeneutika menuntun orang
pada pemahaman. Dalam arti luas, hermeneutika adalah sebuah disiplin
yang berurusan dengan bukan hanya interpretasi makna tekstual, tetapi
juga arti realitas.
Secara sederhana hermeneutika adalah menafsirkan atau
mengungkapkan. Maka arti kata tersebut menunjuk kepada Hermes.
Munculnya istilah hermeneueuin atau hermeneia terkait dengan tokoh
mitologis, Hermes yaitu seorang utusan yang menyampaikan pesan
Jupiter kepada manusia. Hermes harus mampu menginterpretasikan
pesan kedalam bahasa yang dipergunakan oleh pendengarnya. Oleh
karena itu, hermeneutika pada akhirnya diartikan sebagai proses
mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti
(Sumaryono 1999). Pada awalnya, hermeneutika digunakan untuk
menafsirkan kehendak Tuhan yang ada didalam kitab suci yakni Injil
kepada manusia. Namun, hermeneutika tidak hanya digunakan pada kitab
suci saja, pada abad ke 17 bentuk hermeneutika mulai berkembang,
6
kemudian ia berkembang pesat dalam berbagai disiplin keilmuan yang
luas.
7
adanya bentuk analogi. Bentuk analogi inilah yang dapat
membentuk simbol untuk mengilustrasikan pemikiran atau realitas
imajiner. Karena itu, simbol sering muncul dalam puisi untuk
mewakili ungkapan penyair mengenai fenomena yang tidak dapat
dilihat dengan mata, tapi dirasakan keberadaannya.
8
antara langit dan bumi
memberi salam kepada para nabi
membagi salam kepada para kekasih
lalu turunlah hujan yang membawa kebaikan
9
menutup pandang mata
menutup pintu dan jendela
Pada bait kedua ini penyair membaca situasi dengan cermat.
Bahwa saat kejadian atau peristiwa berlangsung, semua objek
yang terdapat di Yogyakarta terkena dan diselimuti oleh abu
gunung Kelud. Semua tempat serba putih, jarak pandang
terbatasi, pintu dan jendela pun benar-benar terselimuti oleh
abu tersebut. Indikasi yang ada, tidak banyak kegiatan yang
dilakukan warga Yogyakarta di luar rumah, termasuk penyair
sendiri.
tetapi di dalam rumah hati
justru semua pintu jendela membuka
menjadilah panorama
dibaca oleh mata cinta :
Pada bait ketiga, penulis mengungkapkan perasaan yang
dimiliknya dengan berpadu pada hal konkrit yang ditemuinya
sehari-hari. Manusia diberikan anugerah dari Tuhan berupa
akal, pikiran, dan hati. Ketiga hal tersebut mempunyai perannya
masing-masing. Terlebih berbicara hati manusia yang teramat
peka untuk merasai segala sesuatunya. Gambaran tersebut
dapat kita tangkap melalui metafora rumah hati dan mata cinta.
10
relung hati, yang tentunya merupakan bagian dari jiwa itu
sendiri.
Mata Cinta
Makna yang terkandung pada kata mata cinta adalah sebuah
penglihatan yang dibarengi oleh perasaan teramat dalam dan
kuat. Bukan hanya melihat dengan kedua mata telanjang,
melainkan ikut merasai setiap objek yang dilihat menggunakan
hati, pikiran, dan perasaan.
Malaikat
Malaikat adalah ciptaan Allah SWT dari cahaya. Malaikat
sebagai hamba Allah SWT yang senantiasa patuh dan taat pada
perintah Allah SWT. Dari kata malaikat tersebut, ada arti di balik
itu semua, yaitu manusia. Penyair bahkan berani mensimbolkan
jika sebenarnya manusia dan malaikat itu tidak jauh beda.
Keduanya sama ciptaan Allah SWT, hanya saja perbedaannya
adalah kadar ketatan dan kepatuhan pada pencipta-NYA. Di
sinilah, penyair ingin mengajak manusia-manusia untuk lebih
mendekatkan diri pada Allah SWT.
Para Kekasih
Para kekasih sebagai simbol para manusia itu, manusia yang
beraneka ragam bentuk, rupa, fisik. Bukan pula sedarah
sekandung, melainkan manusia-manusia yang dijelaskan di atas
adalah saudara kita yang sesungguhnya, termasuk penyair
sendiri menganggap bahwa semua manusia yang ada di sekitar
kita atau di Indonesia sekalipun, mereka tetaplah saudara kita
karena hidup pada suatu negara bernama NKRI. Hubungan
dengan lain pada konteks yang sama, sudah menjadi keharusan
untuk kita mengasihi antar sesama tanpa memandang pangkat,
derajat sosial, harta, atau dalam bentuk lainnya. Sejatinya,
berbagi itu butuh keikhlasan untuk mengharap dan mendapat
ridha dari Allah SWT semata.
11
3. Konsep Sajak “Hujan Abu Gunung Kelud di Yogya”
Sajak “Hujan Abu Gunung Kelud di Yogyakarta”
diungkapkan dalam sebuah peristiwa yang tidak terduga karena
bencana yang terjadi tersebut bukanlah kehendak manusia,
melainkan kehendak Allah SWT. Apa saja yang tertuang pada sajak
tersebut, berisikan pandangan penyair terhadap musibah yang
menimpa warga Kediri, Jawa Timur beserta warga dari daerah lain
yang ikut terkena imbas dari abu gunung Kelud yang menyebar ke
beberapa wilayah meliputi hal konkrit apa saja yang ditemui dan apa
sikap yang seharusnya kita tunjukkan terkait hal tersebut.
12
6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Hermeneutika
berasal dari bahasa Yunani yaitu hermenuein, yang artinya menafsirkan.
Maka, kata benda hermeneuein secara harfiyah dapat diartikan sebagai
“penafsiran atau interferetasi. Teori yang digunakan dalam menganalisis
suatu sajak yaitu teori metafora, teori simbol dan teori konsep yang
ketiganya saling berkaitan antara satu dan lain. Dalam analisis sajak
“Hujan Abu Gunung Kelud di Yogya” metafora menghubungkan makna
explisit dan makna implisit dalam karya sastra.
Hasil analisis pada karya Abdul Wachid B.S dalam buku
antologinya yang berjudul HYANG yang menggunakan teori dan metode
hermeneutika Paul Ricoeur pada puisi “Hujan Abu Gunung Kelud di
Yogya” yaitu gambaran sebuah peristiwa atau kejadian atas kehendak
Allah SWT. Sementara itu simbol-simbol yang digunakan penyair pada
puisi “Hujan Abu Gunung Kelud di Yogya” ada empat yaitu rumah hati,
mata cinta, malaikat, dan para kekasih. Sedangkan konsep yang
digunakan oleh Abdul Wachid B.S diungkapkan melalui pandangan
tentang paradigma sikap seperti apa yang harus kita lakukan ketika
sebuah peristiwa atau kejadian yang tidak kita sangka-sangka
kedatangannya, seperti musibah meletusnya gunung Kelud, di Kediri,
Jawa Timur tersebut.
6
6
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Hudan. 2020. Heterotematik Kumpulan Puisi Pohon Tanpa Hutan Karya He,
Benyamine Dalam Kajian Hermeneutika. Banjarbaru : Komunitas Teras
Puitika.
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/apollo-project/article/view/5337/2518
Syamsu, Nur, Faisal. 2016. Makalah Penerapan Teori Hermeneutika dalam Sajak
Abu Gunung Kelud di Yogyakarta Karya Abdul Wachid B.S - Seputar
Informasi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
https://icalpbsi.blogspot.com/2016/06/makalah-penerapan-teori-
hermeneutika.html?m=1