Anda di halaman 1dari 4

RESENSI BUKU

Hermeneutika: Menggali Makna Filosofis Teks

Peresensi: Ach. Rifqiy Al Nabiil

Buku ini ditulis oleh Prof. Mudjia Rahardjo. Buku


yang menurut peresensi sangat berisi, berbobot,
mencerahkan dan memberi wawasan yang baru. Apalagi
bagi peresensi belum pernah bergelut dalam dialektika
hermeneutika, hanya sekedar pernah membaca sekilas
dalam judul-judul jurnal atau artikel, itu pun mayoritas
berbahasa asing. Secara garis besarnya, buku ini berisi
tentang konsep dasar hermeneutika, sejarah
hermeneutika, varian pemikiran hermeneutika sejak
Scheilmacher dengan hermeneutika filosofisnya hingga
Capurro dengan hermeneutika digitalnya, praktik
hermeneutika, hermeneutika dan wacana politik di
Indonesia, manfaat hermeneutika bagi kemanusiaan, tantangan dan masa depan hermeneutika, dan
juga ada ulasan terkait hermeneutika dalam tafsir al-quran.

Memang pada dasarnya gagasan utama buku ini adalah menyajikan beragam aliran yang
ada pada Hermeneutika, baik tokoh dan pemikirannya dikupas tuntas oleh penulis, tapi juga
gambaran kontekstualnya yang disuguhkan dengan bahasa yang ringan bagi awam tentang
hermeneutika khususnya. sehingga ketika membaca buku ini, pembaca seolah dibawa untuk
mengikuti alur pemikiran yang dibawa oleh penulis.

Dan buku ini pada lembaran awalnya,


disana terdapat lembar kata pengantar, yang
mana diisi ooleh Prof. Dr. E. Armada Riyanto,
seorang guru besar filsafat dan ketua STF
Widya Sasana. Yang mana penulis (Prof.
Mudjia) sangat berbangga karena bukunya
dapat dihantarkan oelh sebuah sambutan
pengantar oleh beliau (Prof. Dr. E. Armada
Riyanto). Meskipun Begitu, penulis yang juga
merupakan guru besar di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang dalam bidang linguistik, hal

1
ini menunjukkan sebuah keluasan dan keluwesan seorang ahli dalam bidangnya yang mana tetap
dan selalu dapat berkolaborasi dengan siapapun, tentunya sifat seperti ini akan sangat
mempengaruhi dalam pemikiran penulisan buku ini.

Bila dilihat dari tulisannya, penulis adalah seorang yang sangat detail, sangat peduli dan
sangat memotivasi. Buku ini disusun secara runtut, narasi yang digunakan sangat mudah difahami
dan dicerna oleh pembaca. Lebih-lebih ketika buku ini mengupas tentang pemikiran para tokoh
hermeneutika. Penulis mencantumkan ide pokok-ide pokok setiap tokohnya, sehingga pembaca
tidak kesulitan lagi untuk menyimpulkan dan menganalisis kembali perbedaan dalam hal kelebihan
dan kekurangannya. Buku ini sangat membantu mahasiswa untuk lebih mendalamai sebuah teks dan
fenomena-fenomena yang kerap kali muncul ditengah-tengah kehidupan mereka. Pemilihan judul
“Hermeneutika; menggali makna teks” adalah kata kunci sangat sangat strategis untuk menarik
minat pembaca bahwa buku ini sangat mendalam dalam mengupas dan mengantarkan pada konsep
pemahaman baru tentang hermeneutika.

Di dalam buku ini, penulis membagi menjadi sepuluh bab yang di awali oleh pendahuluan
dan diakhiri dengan penutup. Jangan dilupakan, bahwa buku ini juga diberi pengantar oleh ahli, yang
menurut peresensi sangat penting dibaca terlebih dahulu sebelum membaca isi dari buku ini. Dalam
menghadirkan masing-masing bab, penulis membagi lagi dalam beberapa subtema, hal tersebut
bertujuan untuk membatasi bahasan dalam setiap bab yang dikaji oleh penulis. Pembagian bab dan
sub tema bahasan pada buku tersebut terlihat sebagai mana di bawah ini :

1. BAB 1: Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini, penulis fokus pada pengenalan awal tentang hermeneutika,
kebutuhan, metodologis dan sejarahnya. Bab satu menjadi empat sub tema bahasan;
Interpretasi sebagai kebutuhan kodrati manusia, Hermenutika sebagai tawaran
metodologis, Perkembangan konseptualisasi hermeneutika, dan Sejarah hermeneutika.

2. BAB 2: Bahasa, Pengetahuan, dan Peradaban


Penulis membagi bab dua ini menjadi tiga sub tema bahasan; Hakikat bahasa, pikiran
dan pengetahuan, Bahasa dan peradaban, Bahasa dalam hermeneutika. Menurut
penulis, sebagaimana dikutip dari Gadamer, bahasa berawal dari bahasa tutur, disusul
dengan bahasa tulis untuk keefektivitasan dan kelestariannya. Dengan bahasa,
pengetahuan dan peradaban manusia berkembang.
3. BAB 3: Ragam Pemikiran Hermeneutika
Pada bab tiga, penulis lebih mengfokuskan bahasannya pada kajian pemikiran para
tokoh hermeneutika dimulai dari Friendrich Ernst Daniel Schleirmacher, Wilhelm Dithey,
Edmund Husserl, Martin Heidegger, Hans Georg Gadamer, E.D Hirsch Jr, Jurgen

2
Habermas, Paul Ricoeur, Jacques Derrida, Rafael Capurro. Disetiap awal pembahasan
pemikiran para tokoh, penulis mencantumkan bibliografi para tookohnya dalam bentuk
tabel. Begitu pula di akhir pembahasan para tokoh, penulis selalu menyimpulan ide
pokok dari setiap tokohnya dalam bentuk tabel, sehingga hal ini sangat mempermudah
para pembaca buku untuk memahaminya.
4. BAB 4: Persepektif dan Penerapan Hermeneutika
Pada bab empat, penulis membaginya menjadi tiga bagian; Hermeneutika sebagai
perspektif dan pendekatan, penerapan hermeneutika, dan lingkungan hermeneutika.
Setelah mengetahui beragam aliran hermeneutika, penulis rupa-rupanya sangat jeli,
bagaimana tatacara menerapkan hermeneutika, kapan, dimana dan lingkaran
hermeneutika itu digunakan.

5. BAB 5: Teks, Pengarang dan Pembaca


Pada bab lima, penulis membaginya menjadi dua bagian; posisi teks dalam
hermeneutika, memahami dan menafsirkan. Bab ini sangat menarik, pembaca diajak
oleh penulis untuk melanglang buana mengenal teks, mengidentifikasi posisinya
sehingga dalam memahami dan menafsirkan teks akan menjadi lebih baik.
6. BAB 6: Antara Gadamerian dan Intensionalisme
Pada bab enam, penulis membaginya menjadi dua bagian; hermeneutika gadamerian
dan hermeneutika intensionalisme. Inti pokok hermeneutika gadamerian adalah makna
suatu tindak (suatu teks atau praktik) bukanlah sesuatu yang ada pada tindak itu sendiri,
namun makna selalu makna bagi sesorang sehinga bersifat relatif bagi penafsirnya.
Berbda dengan hermeneutika intensionalisme, ia berpandangan bahwa makna tindak
terkandung didalamnya berdasarkan apa yang diwujudkan oleh intensionalitas. Sehingga
makna telah ada dan menanti untuk dipahami, dan terlepas dari mereka yang ingin
memahami. Karena itulah, bagi intersionalisme, makna suatu tindakan terpaku pada
saat kinerjanya.
7. BAB 7: Hermeneutika dalam Tafsir al Qur’an dan Wacana Politik
Pada bab tuju, penulis membaginya menjadi dua sub tema bahasan; Hermeneutika
dalam Tafsir al Qur’an dan Wacana Politik. Hermeneutika dalam tafsir al Qur’an pada
titik poinnya bahwa menafsiri al qur’an tidak boleh hanya mengandalkan akal atau nalar
sebagaimana dianut kaum rasionalis. Hermeneutika dalam tafsir al qur’an tidak diberi
ruang menafsir teks melebihi dari maksud sang pemilik teks. Dalam menganalisis wacana
politik menggunakan hermeneutika, penulis mengambil contoh kepemimpian yang ada
di Indonesia. Dimulai dari presiden pertama Ir. Soekarno sampai presiden yang sekarang,
yaitu Ir. Joko Widodo. Pada prinsipya, penulis menyoroti gaya kepemimpinan mereka

3
melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Setiap ganti kepemimpinan, mereka selalu
ingin memperbaiki pemimpin sebelumnya, namun, hal tersebut kadang tidak sesuai
harapan. Kadang menurut pemerintah baik, tetapi ditengah-tengah masyarakat malah
menimbulkan kegaduhan. Hal itu tidak lain dikarenakan kurangnya komunikasi antara
pemimpin dan masyarakatnya.
8. BAB 8: Revolusi Industri dan Hermeneutika Digital
Pada bab delapan, penulis membaginya menjadi dua sub bahasan; Revolusi Industri dan
Hermeneutika Digital. Pada kesimpulannya, pemanfatan tekhnologi tidak berarti
mengubah makna dan tugas esensial hermeneutika sebagai metode memahami teks
secara filosofis. Dengan artian bahwa, tugas dan fungsi hermenutika tidak akan tergusur
karena adanya refolusi industri.

9. BAB 9: Hermeneutika Bagi Kemanusian


Pada bab terakhir dari isi buku ini, penulis menyorot hermeneutika bagi kemanusian.
Bab ini terbagi menjadi tiga sub tema bahasan; pelajaran bagi manusia, bagi kebudayaan
bangsa dan masa depan hermenutika. Pelajaran yang dapat dipetik bahwa harus ada
upaya kesadaran menafsirkan, memberi makna dan dilanjutkan memahami, namun itu
semua tidaklah sederhana, harus ada proses. Dengan hermenutika, kita dapat
mempelajari masa lalu bangsa tujuannya untuk belajar kembali, mengantisipasi dan
mempersiapkan generasi masa depan dengan berbagai tantangan. Masa depan
hermeneutika akan selalu diperlukan dan semakin meyakinkan, dengan catatan bahwa
komunikasi antarmanusia masih selalu ada.
10. BAB 10: Catatan Penutup
Isi dari penutup buku ini bukanlah pengulangan dari apa yang telah dituliskan pada bab-
bab yang terdahulu, melainkan sebuah informasi yang sama-sama sangat pentingnya
sama dengan bab yang didepan. Buku yang ditulis oleh Prof. Mudjia Raharjdo, M.Si. ini
akan mengantarkan para pembaca memahami, menerapkan tafsir hermeneutika sebaik
mungkin. Buku ini sekaligus akan lebih sangat membantu mahasiswa-mahasiswa dan
dosen yang berminat mempelajari lebih jauh tentang filsafat hermeneutika.

Anda mungkin juga menyukai