Anda di halaman 1dari 2

Hans-George Gadamer

Sangat wajar jika ada orang yang tak begitu hirau dengan biografi filosof, bahkan biografi yang bagus sekalipun,
sebab apa atau bagaimana sesungguhnya hidup sebagai seorang filosof. Gadamer punya jawaban sendiri, “para
filosof adalah para pemikir dan identitas mereka biasanya ditemukan di dalam kesinambungan pemikiran mereka,
sementara biografi tidak lebih dari sekedar renda pinggir”.

Gadamer adalah seorang filsuf yang lahir di kota Marburg, Jerman pada 11 Februari 1900. Beliau adalah anak kedua
dari pasangan Emma Caroline Johanna Gewiese (1864-1904) dengan Dr. Johannes Gadamer (1867-1928). Ayahnya
adalah seorang profesor di universitas Breslau yang keras dan berdisiplin kuat, sedangkan ibunya merupakan ibu
rumah tangga penganut protestan yang taat dan konservatif. Karena tuntutan pekerjaan tersebut, maka sejak usia 2
tahun Gadamer beserta kedua orang tuanya pindah dari kota Marburg ke kota Breslau. Tapi tak berselang lama,
ibunya meninggal pada saat Gadamer berusia 4 tahun dikarenakan penyakit diabetes.

Pendidikan Gadamer dimulai sejak ia menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di Holy Gost School dari tahun
1907 hingga 1918. Ketertarikan tersebut sangat berseberangan dengan keinginan ayahnya yang menginginkan
anaknya untuk mengikuti jejaknya sebagai ilmuwan eksak. Setelah tamat dari Holy Gost School, Gadamer
melanjutkan pendidikannya di Universitas Breslau dengan konsentrasi di jurusan filologi klasik. Selama kuliah,
Gadamer juga ikut kelompok baca Stefan George yang khusus mengkaji sastra dan pembacaan puisi karya Stefan
George.

Ketertarikan Gadamer pada dunia filsafat dimulai ketika ia mengikuti kuliah Eugen Kuhnemann yang
berjudul “explication of Kant’s Critique of Pure Reason”. Ketertarikan tersebut pun berlanjut hingga ia pindah ke
Universitas Marburg dan menyelesaikan kesarjanaannya dengan disertasi berjudul “The Nature of Pleasure According
to Plato’s Dialogues” di bawah bimbingan filsuf Paul Natorp. Ketertarikan Gadamer pada filsafat sempat ditentang
oleh ayahnya yang berprofesi sebagai profesor kimia di Universitas Breslau. Ayahnya dianggap sebagai ahli
terpandang di bidangnya. Menurut ayah Gadamer, filsafat, kesusastraan, dan ilmu-ilmu humaniora pada umumnya
bukan merupakan ilmu pengetahuan yang serius. Akan tetapi, Gadamer tidak mendengar perkataan ayahnya. Ia
berpegang teguh pada pilihannya untuk memperdalam filsafat. Beliau kembali ke kota Marburg setelah belajar di
Breslau sebelumnya untuk belajar dengan para filsuf Neo-Kantian Paul Natorp dan Nicolai Hartmann. Di kota ini pula
Gadamer melangsungkan pernikahan dengan Frida Kartz namun harus kandas pada tahun 1947.

Petualangan intelektual Gadamer di bidang filsafat dimulai di Universitas Breslau. Kemudian, Gadamer pindah ke
Marburg mengikuti kepindahan ayahnya ke kota tersebut. Di kota ini, Gadamer belajar filsafat kepada sejumlah filsuf,
di antaranya Paul Natorp, Nicolai Hartmann, dan Rudolf Bultmann. Pada tahun 1922, Gadamer berhasil meraih gelar
doktor filsafat dengan sebuah disertasi tentang Plato. Beberapa bulan setelah lulus ujian disertasi, dia terjangkit polio
yang membuat kakinya pincang seumur hidup. Selama dalam perawatan, Gadamer menghabiskan waktu untuk
melahap buku-buku utama filsafat, diantaranya karya-karya Kant dan Husserl. Sesembuhnya dari sakit, dia menikahi
Frida Kartz. Pernikahan ini menandai lepasnya Gadamer dari bayang-bayang ayahnya, dan mulai saat itu dia akan
didampingi oleh seorang istri yang akan merawatnya. Walaupun pada akhirnya pernikahan ini kandas dengan
perceraian tahun 1947, akibat perselingkuhan Frida Gadamer dengan sejawatnya, Warner Krauss.[2]
Sesudah itu, Gadamer mengikuti kuliah Martin Heidegger tahun 1923 di Universitas Freiburg. Bahkan ketika dilanda
krisis ekonomi, Gadamer sempat menumpang di Pondok Heidegger. Pada tahun 1927, Heidegger mengusulkan
kepada Gadamer untuk membuat habilitation. Dalam sistem akademis di Jerman, orang yang sudah memiliki gelar
doktor filsafat harus membuat tulisan habilitation sebelum bisa diangkat sebagai dosen di universitas. Di bawah
bimbingan Heidegger, akhirnya Gadamer berhasil membuat habilitation tentang etika dialektis Plato. Akhirnya,
Gadamer pun diangkat menjadi dosen pada Universitas Marburg.

Akhirnya, pada tahun 1936, Gadamer diangkat menjadi profesor di bidang filsafat. Selanjutnya, pada tahun 1939,
Gadamer dipanggil ke Universitas Leipzig di Jerman Timur untuk diangkat sebagai guru besar penuh. Setelah selesai
Perang Dunia II (1945), kota Leipzig termasuk wilayah yang ada di bawah pengawasan Uni Soviet dan dimasukkan
ke dalam wilayah Jerman Timur yang komunis. Berkat keuletannya bekerja sebagai guru besar, akhirnya Gadamer
diangkat sebagai dekan fakultas filsafat, untuk selanjutnya diangkat sebagai rektor universitas.

Di bulan April 1949, dia mendapat undangan dari filosof Karl Jasper untuk menggantikan kedudukannya di
Universitas Heidelberg. Gadamer pindah ke Heidelberg tahun 1950, karena telah menduduki posisi professor tetap di
kampus ini, dan di tahun inilah dia menikahi Kate Lakesburgh. Gadamer menghabiskan sisa hidupnya di kota
Heidelberg dan mencurahkan seluruh energinya untuk kehidupan akademis di Universitas Heidelberg. Gadamer mulai
di kenal luas ketika menerbitkan buku Truth and Method tahun 1960, sebuah proyek intelektual yang telah dirintisnya
sejak awal tahun 50-an. Ketika pension di tahun 1968, Gadamer sudah mendapat nama internasional. Jean Grondin
mengilustrasikan kehidupan Gadamer di usia senjanya sebagai “Masa Muda Kedua”, karena justru di masa tua inilah
dia memperoleh kesempatan untuk mengabdikan diri pada dunia intelektual tanpa harus dihantui oleh kesibukan
politik dan urusan rumah tangga.

Akan tetapi, Gadamer tidak dapat bertahan lama memegang jabatan tersebut. Karena tekanan rezim komunis
sehingga membuat penelitian dipersulit, Gadamer hijrah ke Jerman Barat. Pada tahun 1948, Gadamer bekerja di
Frankfurt am Main. Selanjutnya, pada tahun 1949, Gadamer menggantikan posisi Karl Jaspers di Universitas
Heidelberg. Akhirnya, Heidelberg menjadi tempat yang kondusif bagi karier Gadamer sampai memasuki masa
pensiun pada tahun 1968. Setelah pensiun, Gadamer sering mengisi ceramah di Amerika Serikat, Jerman, dan
beberapa tempat lain. Walaupun telah memasuki usia lanjut, Gadamer tetap sering mengikuti diskusi-diskusi filosofis
dan termasuk salah seorang filsuf yang paling populer di Jerman.

Sampai wafat pada tanggal 13 Maret 2002 di Rumah Sakit Universitas Heidelberg, Gadamer telah menjadi saksi
berbagai peristiwa penting abad XX, di antaranya Revolusi Bolshevik di Rusia, dua Perang Dunia, terbelahnya Jerman
menjadi dua blok, keruntuhan Tembok Berlin tahun 1989, dan yang paling akhir, peristiwa 11 September 2000.

Anda mungkin juga menyukai