Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TOKOH ILMUWAN SOSIAL

“GEORG SIMMEL”

Oleh :
1. Siti Aisyah (071911733012)
2. Adinda Sayyidah H (071911733092)

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
1
DAFTAR ISI

Cover Makalah ...................................................................................................................... 1

Daftar Isi ................................................................................................................................ 2

A. Latar Belakang Keluarga .............................................................................................. 3


B. Riwayat Kehidupan ....................................................................................................... 4
C. Riwayat pendidikan ...................................................................................................... 4
D. Riwayat Karier .............................................................................................................. 4
E. Teori .............................................................................................................................. 5
F. Pemikiran-Pemikiran ................................................................................................... 10
G. Tokoh yang Mempengaruhi Pemikiran Georg Simmel ................................................ 18
H. Kategori Teori ............................................................................................................... 18
I. Karya Georg Simmel .................................................................................................... 19

2
GEORG SIMMEL

Georg Simmel adalah sosiolog dan filsuf Jerman yang sering disebut sebagai salah
satu dari The Founding Father Sociology. Georg Simmel lahir di Berlin – Jerman, suatu
daerah tempat ia hidup pada masa kanak-kanak sebagai mahasiswa maupun sebagai guru
besar. Ia memperoleh gelar doktor dibidang filsafat pada 1881, dan mengajar di Universitas
Berlin sampai tahun 1914. Georg Simmel merupakan keturunan keluarga Yahudi, anak
terakhir dari tujuh bersaudara. Meskipun berdarah Yahudi, Simmel ketika muda, beralih
afiliasi agama menjadi seorang Protestan. Pada saat itu di Jerman tidak aneh apabila seorang
anak berpindah keyakinan dari Yahudi ke Protestan. Afiliasi pada agama Yahudi dianggap
menjadi penghalang karier seseorang khususnya di Jerman abad 19 hingga awal abad 20.

Oleh beberapa orang ia digambarkan sebagai seorang yang tinggi dan langsing,
sementara oleh orang lain digambarkan sebagai seorang yang pendek dan menunjukkan
ekspresi putus asa. Tampilan luarnya dilaporkan sebagai tidak menarik, tipikal Yahudi,
namun juga sangat intelektual dan teguh secara moral. Ia dilaporkan sebagai seorang pekerja
keras, namun juga penuh humor dan sangat lancar berbicara ketika memberikan kuliah.
Simmel meninggal dunia pada 20 September 1918.

A. Latar Belakang Keluarga

Simmel merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara. Ayahnya adalah seorang pemilik
pabrik coklat yang sukes dari Yahudi yang beraliran katolik, sedangkan ibunya
mengkonversi ke aliran protestan. Ayah Georg Simmel meninggal pada tahun 1874 yang
mana usia Simmel masih remaja pada saat itu. Ayahnya meninggalkan banyak harta warisan.
Latar belakang orangtuanya itu menjadi hambatan Simmel selama hidupnya. Suasana anti
Semit di Berlin tidak dapat dihindarkan oleh Simmel walaupun keluarganya beragama
protestan. Ayahnya meninggal saat Simmel masih muda, lalu Julius Friedlander ditunjuk
sebagai walinya. Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan pendiri penerbit

3
internasional. Julius meninggalkan kekayaan untuk Simmel yang dapat digunakannya untuk
bersekolah hingga sarjana. Simmel masuk dan menuntut ilmu di Universitas Berlin.

B. Riwayat Kehidupan

Pada 1890 Simmel menikahi seorang wanita


bernama Gertrud Kinnel, seorang filsof. Dan sejak itu, ia
mulai produktif berkarya dan terkenal hingga USA dan
Eropa. Mereka hidup di dalam lingkungan borjuis dan
sosialita yang membuat keduanya termasuk dalam
keluarga terpandang pada zamannya. Simmel meninggal
dunia pada 20 September 1918.

C. Riwayat Pendidikan

Tahun 1876 Simmel masuk dan menuntut


ilmu di Universitas Humboldt Berlin yang tidak
memberikannya status akademis penuh. Simmel
mencoba meraih beberapa posisi akademis,
namun ai gagal kendati memperoleh dukungan
dari ilmuwan semacam Max Weber. Salah satu
alasan yang menyebabkan Simmel gagal adalah
karena ia keturunan Yahudi, sementara di abad
19, Jerman sedang di landa paham anti-Yahudi

Kegagalan personal Simmel pun dapat di kaitkan dengan rendahnya penghargaan


akademisi Jerman terhadap sosiologi ketika itu. Ia mempelajari psikologi, sejarah, filsafat,
dan bahasa Italia. Tetapi, upaya pertamanya untuk menyusun disertasi di tolak. Meski
proposal pertamanya di tolak, ia mempertahankan disertasi dan akhirnya menerima gelar
Doktor Filsafat pada tahun 1881. Ia mendapat gelar doktor melalui disertasinya yang
berjudul “Description and Asseement of Kant’s Various On The Nature of Matter”.

D. Riwayat Karier

Selama 15 tahun sebelum tahun 1900, Simmel mengajar sebagai privat dozent (dosen
tanpa bayar) di universitas Berlin. Meskipun ia berkali-kali melamar untuk mengajar pada
sejumlah perguruan tinggi termasuk universitas Heidelberg dimana ia mendapat dukungan
dari Marx Weber tetapi ditolak. Kemudian ia menjadi dosen yang tak di gaji, yang
kehidupannya tergantung pada honor dari mahasiswa. Gaya mengajarnya demikian populer,
hingga bahkan orang terpelajar pun mengadiri kuliahnya. Dalam karier akademisnya sebagai

4
dosen, Simmel sering dikritik karena tema-tema pemikirannya yang tidak sesuai dengan
gaya yang lazim. Selain itu, gaya menulis Simmel juga dipandang tidak sesuai dengan
standar yang ada.

Pada tahun 1914, Simmel diangkat menjadi guru besar tetap di Universitas Strassbourg
dengan bantuan temannya yaitu Max Weber. Pusat perhatian studi Simmel mencakup ruang
lingkup yang sangat luas dimulai dari filsafat, yang kemudian menjadi ilmu yang sangat
bermanfaat bagi bidang-bidang sosiologi, sejarah, sastra dan kesenian. Simmel memberikan
kuliah mengenai bidang-bidang itu dan menyusun karya-karya ilmiah. Di bidang sosiologi,
pusat perhatiannya terarah pada proses interaksi yang dianggap sebagai ruang lingkup primer
sosiologi dan perkembangannya. Selanjutnya dia menyelidiki masalah solidaritas dan
konflik yang dikaitkannya dengan besar kecilnya kelompok. Tidak lama setelah Simmel
kerja di Stasbourg perang dunia 1 meletus. Universitas tersebut dijadikan rumah sakit,
mahasiswanya ikut berperang dan Simmel tetap menjadi sosok marginal dikalangan
akademisi.
Sebagai guru besar di Universitas Berlin, ia memberikan kuliah-kuliah yang sangat
popular dan banyak menulis. Ia menghasilkan karya-karya yang sangat terkenal pada masa
itu walaupun karirnya tidak terlalu berkembang karena latar belakang yang tidak
menguntungkan pada waktu itu. Simmel menulis banyak artikel (The Metropolis and Mental
Life) dan buku the Philosophy of Money. Ia terkenal di kalangan akademisi Jerman,
mempunyai pengikut internasional, terutama di Amerika. Di situ karyanya berpengaruh
besar dalam kelahiran sosiologi. Kedudukannya yang serba marginal menyebabkan Simmel
sangat peka terhadap masalah yang ada di sekitarnya. Masalah-masalah itu terlepas dari
perhatian orang-orang yang berkedudukan baik pada saat itu.

E. Teori

Simmel tidak pernah menjalani proses akademik namun ia mampu menarik banyak
pengikut akademisi masa ini karena ketenarannya sebagai ilmuwan berkembang pesat
setelah tahun berselang. Perhatian Simmel terhadap teori konflik makro membuatnya
dikenal sebagai sosiolog mikro. Simmel memiliki teori realitas sosial yang terbagi dalam
tiga level. Pertama asumsi mikro tentang komponen-komponen psikologi kehidupan sosial.
Kedua, pada skala yang lebih luas, minatnya pada komponen-komponen dalam hubungan
antarpribadi. Ketiga yang paling makro, karyanya tentang struktur dan perubahan dalam
semangat sosial pada zamannya.

Tidak hanya berbicara tentang tiga level realitas sosial saja namun Simmel juga
membicarakan tentang teori kemunculan dimana ide yang lebih tinggi muncul dari ide yang
lebih rendah. Simmel juga menulis mengenai tipe-tipe dan bentuk interaksi yang meliputi
subordinasi, superordinasi pertukaran, konflik dan sosiabiliti.

 Pemikiran Dialektis

Pemikiran dialektis Simmel dari kesalingketerkaitan tiga level realitas sosial mengingatkan
kita pada sosiolog Marx yang juga membahas dialektika. Dialektika itu sendiri merupakan
pemahaman suatu bentuk logika bahwa benda, masyarakat, dll tidak diam, memiliki sebab

5
dan arah, menyatukan fakta dan nilai, dll. Adanya kemiripan diantara Simmel dan Marx
namun bukan berarti tidak ada perbedaannya. Perbedaan yang terpenting adalah fakta bahwa
masing-masing memfokuskan perhatiannya pada aspek dunia sosial yang sangat berbeda dan
menawarkan gambaran berbeda tentang masa depan dunia. Simmel memiliki gambaran
berbeda tentang masa depan yang lebih dekat dengan gambaran Weber tentang “kerangkeng
besi” yang tidak menyediakan celah untuk meloloskan diri darinya (Ritzer, 175:2010).

Simmel memusatkan pemikirannya tentang relasi, khususnya interaksi. Ia tidak pernah


sepakat dengan dualisme, konflik dan kontradiksi di dunia sosial. Salah satu bentuk interaksi
yang dibicarakan Simmel adalah gaya (fashion). Gaya adalah bentuk relasi sosial yang
menginginkan orang menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok. Gaya bersifat dialektis
yang berarti keberhasilan dan persebaran gaya akan berujung pada kegagalan.

Kebudayaan subyektif dan obyektif. Orang dipengaruhi oleh struktur sosial dan
kebudayaan, simmel membedakan kebudayaan menjadi dua, pertama kebudayaan obyektif
merupakan hal yang dihasilkan orang seperti seni, ilmu, filsafat sedangkan kebudayaan
subyektif merupakan pemeran untuk menghasilkan, menyerap, dan mengendalikan elemen-
elemen dari kebudayaan obyektif.

“Daya cipta kehidupan” (More life) dan “hasil kreasi kehidupan” (More than life)
merupakan konsep yang digunakan oleh Simmel. Terjadinya kontradiksi inheren dan tidak
terbantahkan antara more life dan more than life. Kehidupan sosial menghasilkan dan
melepaskan sesuatu yang bukan merupakan kehidupan namun memiliki penjelasan
tersendiri dan mengikuti hukumnya sendiri. Kehidupan terletak dalam kesatuan dan konflik
antar keduanya. Kehidupan memiliki dasar lalu prosesnya adalah more life dan more than
life.

 Kesadaran Individu

Simmel memusatkan perhatiannya pada bentuk interaksi sosial dan tidak terlalu
memerhatikan masalah individu. Simmel berpikiran bahwa setiap orang harus memiliki
kesadaran kreatif. Baginya basis kehidupan sosial adalah individu dan kelompok yang sadar
dan berinteraksi satu sama lain untuk berbagai tujuan, motif dan kepentingan. Kesadaran
memiliki peran lain dalam karya Simmel. Sebagai contoh, meskipun Simmel percaya bahwa
struktur sosial dan budaya memiliki hidupnya sendiri. Ia sadar setiap orang harus
mengkonsepkan atau merefleksikan struktur-struktur tersebut agar bisa memiliki pengaruh
pada dirinya.

 Interaksi Sosial

Salah satu minat Utama Simmel adalah interaksi antar pemeran sadar dan tujuannya
adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang mungkin sepele namun pada saat lain sangat
penting. Menurut Simmel interaksi timbul karena kepentingan-kepentingan dan dorongan
tertentu (Soerjono Soekanto, 405:2003)

6
 Interaksi: Bentuk Tipe

Bentuk berbeda dengan isi. Seperti perhatian Simmel yang membicarakan mengenai
bentuk-bentuk interaksi bukan isi interaksi. Dunia nyata tersusun dari peristiwa, tindakan,
interaksi untuk mengungkap realitas atau isi lalu orang menetapkan sejumlah pola/bentuk-
bentuk. Seperti pandangan Simmel tentang tugas sosiolog yaitu, menerapkan bentuk yang
jumlahnya terbatas pada realitas sosial agar interaksi dapat dianalisa dengan baik.

Minat Simmel pada bentuk interaksi menuai banyak kritikan. Ia dituduh memaksa
suatu tatanan yang sebenarnya tidak ada dan menghasilkan studi yang tidak saling terkait
yang akhirnya sama sekali tidak menerapkan tatanan yang lebih baik pada realitas sosial.

 Geometri Sosial

Simmel berupaya mengembangkan “geometri” realitas sosial pada sosiologi


formalnya. Ada dua yang terkandung dalam geometri yang menarik perhatiannya yaitu,
jumlah dan jarak. Jumlah di sini awalnya dari minat Simmel terhadap kualitas interaksi.
Dalam bahasannya kita akan mengenal istilah dyad dan triad yang memiliki perbedaan. Dyad
merupakan kelompok yang terdiri dari dua orang sedangkan triad merupakan kelompok yang
terdiri dari tiga orang. Adanya penambahan orang ketiga pada kelompok ini menyebabkan
perubahan radikal dan fundamental dan anggota keempat dan seterusnya akan membawa
dampak yang sama dari masuknya orang ketiga.

Dengan masuknya orang ketiga dalam kelompok, peran sosial menjadi mungkin ada.
Misalnya, pihak ketiga menjadi mediator lalu selanjutnya pihak ketiga dapat memanfaatkan
perselisihan yang terjadi antara pihak pertama dan pihak kedua demi keuntungan sendiri.
Anggota ketiga dapat dengan sengaja mendorong terjadinya konflik untuk menguasai. Oleh
karena itu, adanya orang ketiga ini menyebabkan adanya perubahan yang radikal. Gerakan
dyad menuju triad adalah sesuatu yang esensial bagi berkembangnya struktur sosial yang
dapat dipisahkan dari, dan dominan terhadap imdividu (Ritzer, 181:2010)

Perhatian terhadap jarak muncul diberbagai tempat dalam karya Simmel. Misalnya
dalam The Philosophy of Money yang mana nilai sesuatu ditentukan oleh jaraknya dari
pemeran tersebut. Sebuah barang tidak akan ada nilainya jika terlalu mudah untuk diraih
namun juga sebaliknya. Obyek yang dapat diraih dengan sungguh-sungguh itulah yang
menjadi paling berharga.

 Superordinasi dan Subordinasi

Superordinasi dan subordinasi memiliki hubungan timbal balik. Pemimpin tidak ingin
sepenuhnya menginginkan dan mengarahkan tindakan orang lain. Justru pemimpin member
kesempatan kepada yang tersubordinasi agar dapat berprilaku positif atau negatif.
Superordinat sering memperhitungkan kebutuhan dan keinginan subordinat dengan tujuan
untuk mengontrolnya. Simmel menganggap subordinasi dibawah prinsip obyektif sebagai

7
sesuatu yang paling menyakitkan, mungkin karena hubungan antarmanusia dan interaksi
sosial tereliminasi.

 Struktur Sosial

Simmel tidak banyak membahas tentang struktur masyarakat pada skala besar karena
fokusnya adalah pada pola interaksi. Simmel tidak melihat masyarakat sebagai suatu benda
atau organisme. Ia berpendapat masyarakat hanyalah nama bagi sejumlah individu yang
dihubungkan oleh interaksi.

Simmel cenderung menganut pandangan interaksionis tentang masyarakat yang mana


ia melihat masyarakat sebagai struktur yang independen dan memaksa. Dalam sosiologinya
ia memandang masyarakat sebagai bagian dari proses perkembangan budaya obyektif yang
lebih luas yang begitu mengkhawatirkannya.

 Kebudayaan Objektif

Salah satu fokus perhatian Simmel adalah sisi kebudayaan realitas sosial atau yang
disebutnya kebudayaan obyektif. Dalam pandangan Simmel, orang menghasilkan
kebudayaan, namun oleh kemampuannya untuk membendakan realitas sosial, dunia
kebudayaan dan realitas sosial kemudian mampu menghidupi dirinya sendiri. Kebudayaan
obyektif tumbuh dan meluas melalui berbagai cara, antara lain dalam buku (Ritzer,
186:2010) :

a. Ukuran mutlaknya berkembang seiring dengan meningkatnya modernisasi.


b. Jumlah komponen ranah budaya yang berlainan pun tumbuh.
c. Beragam elemen dunia budaya menjadi semakin berkelindan dalam dunia

 Uang dan Nilai

Menurut Simmel semakin besar kesulitan untuk mendapatkan suatu objek, semakin
besar pula nilainya. Prinsip umumnya adalah bahwa nilai benda berasal dari kemampuan
seseorang untuk menjarakkan dirinya secara tepat terhadap objek. Kesulitan kita untuk
mendapatkannya membuat uang bernilai bagi kita. Pada saat yang sama, saat kita
mendapatkan banyak uang kita dapat mengatasi jarak antar diri kita dengan objek. Dengan
demikian uang memiliki fungsi yang unik, menciptakan jarak antara orang dengan objek,
kemudian menjadi sarana untuk mengatasi jarak tersebut.

 Uang, Reifikasi, dan Rasionalisasi

Uang menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk mendapatkan kehidupan untuk
dirinya sendiri yang bersifat eksternal dan memiliki daya paksa terhadap seorang pemeran.
Hal ini bertentangan dengan masyarakat-masyarakat sebelumnya yang mana barter dan
perdagangan tidak mengarah pada dunia yang tereifikasi yang merupakan produk khas
ekonomi uang. Misalnya, uang memiliki kegunaan atau manfaat jangka panjang, dengan

8
usaha berskala besar dan kredit jangka panjang. Bagi Simmel reifikasi di sini hanya bagian
dari proses yang lebih umum, yaitu simbolisasi pikiran dalam objek.

 Efek Negatif

Uang yang dijadikan tujuan akhir bagi masyarakat menghasilkan sejumlah efek negatif
pada individu. Misalnya, sinisme dan sikap acuh. Meningkatnya semua hal yang menjadi
alat tukar umum mengarah pada sikap sinis bahwa semua hal memiliki harga. Bahwa apapun
dapat dijual dan dibeli. Sedangkan sikap acuh yang terjadi pada orang sesungguhnya orang
tersebut kehilangan kemampuan untuk membedakan nilai diantara objek yang diberi.

Pandangan Simmel yang paling menarik terletak pada pemikirannya tentang dampak
uang pada gaya hidup orang. Misalnya, masyarakat yang didominasi oleh ekonomi uang
cenderung menjadikan semua hal menjadi tali penghubung yang dapat dipahami secara
intelektual bukan emosional.

 Tragedi Kebudayaan

Meningkatnya spesialisasi kebudayaan mengarah kepada perbaikan kemampuan untuk


menciptakan beragam budaya namun, pada saat yang sama, individu yang berspesialisasi
tersebut kehilangan budaya total dan kehilangan cara untuk mengendalikannya. Ketika
kebudayaan objektif muncul dan berkembang, kebudayaan individu sirna. Misalnya, ketika
bahasa menjadi suatu kebudayaan yang berkembang pesat secara totalitas namun
kemampuan linguistik individu justru merosot. Selain itu dengan semakin berkembangnya
dunia teknologi dan permesinan, kemampuan dan keterampilan individu sebagai pekerja
merosot dengan dramatis. Meskipun adanya upaya peningkatan dalam dunia intelektual,
nyatanya semakin sedikit individu yang mendapatkan label “intelektual”.

Tingginya peningkatan budaya modern menjadi salah satu contoh dari besarnya upaya
peningkatan kebudayaan obyektif yang membawa efek dramatis bagi kehidupan. Bentuk
intelektual yang dulu terbatas hanya pada percakapan tertentu saja atau pada buku-buku yang
langka sekarang sepanjang waktu tersedia buku dan majalah. Di sini juga terdapat elemen
positif. Misalnya, orang jadi mendapatkan kebebasan karena tidak lagi dibatasi oleh hidup
yang alami. Dan pada akhirnya, uang menjadi symbol dan factor utama dalam perkembangan
mode eksisitensi relativistic. Dengan kata lain, uang memungkinkan kita merelatifkan
segalanya.

 Kerahasiaan: Studi kasus sosiologi Simmel

Pada bagian penutup ini kembali lagi pada tipe keilmuan Simmelian yang menjadi cirri
khasnya. Karyanya yang membahas interaksi (kerahasiaan). Kerahasiaan di sini merupakan
kondisi ketika orang menyembunyikan sesuatu dan orang lain berusaha mengungkap apa
yang disembunyikan orang tersebut. Simmel yang berangkat dari fakta dasar bahwa orang
pasti mengetahui beberapa hal tentang orang lain agar bisa berinteraksi dengannya.
Misalnya, kita pasti tahu dengan siapa kita berhubungan, mungkin kita banyak mengetahui

9
tentang orang lain namun kita tidak pernah mengenal mereka seutuhnya jadi kita tidak tahu
apa yang dipikirkan dan bagaimana situasi orang tersebut.

Di seluruh aspek kehidupan kita tidak hanya memperoleh kebenaran, namun juga
kebodohan dan kekeliruan. Namun, didalam interaksi dengan orang lain inilah kebodohan
dan kekeliruan memperoleh karakter khasnya. Menurut Simmel kerahasiaan adalah bagian
integral dari semua relasi sosial, meskipun suatu hubungan dapat rusak jika rahasia diketahui
oleh irang-orang yang tidak diberitahu tentang rahasia tersebut. Namun, sebagaimana terjadi
pada kasus individu, rahasia dalam masyarakat tidak bisa disembunyikan selamanya.

 Kerahasiaan dan Relasi Sosial

Simmel menelaah berbagai bentuk relasi sosial dari sudut pandang pengetahuan timbal
balik dan kerahasiaan. Meningkatnya objektivitas kebudayaan membawa serta kelompok
kepentingan yang semakin terbatas dan jenis hubungan yang terkait dengannya. Bentuk
relasi sosial misalnya, perkenalan. Kita memiliki kenalan dan mengenal kenalan kita tersebut
namun kita tidak mempunyai pengetahuan yang cukup intim tentang mereka. Biasanya orang
hanya mengenal orang lain dari tampilan luarnya dan berdasarkan apa yang ditunjukkan
kepada kita. Jadi kerahasiaan lebih banyak terjadi antarkenalan daripada antar teman akrab.

 Pemikiran lain tentang kerahasiaan

Rahasia memiliki fungsi menciptakan perasaan satu atau perasaan yang sama yang
begitu kuat antarmereka yang mengetahui rahasia tersebut apalagi jika dimiliki oleh
sejumlah orang. Interaksi manusia secara umum dibangun oleh kerahasiaan dan logika
lawannya, yaitu pengkhianatan (Ritzer, 199:2010). Pengkhianatan bisa berasal dari dua
sumber, secara eksternal (orang lain dapat menemukan rahasia kita) dan secara internal
(kemungkinan kita mengungkapkan rahasia kepada orang lain).

Simmel melihat bahwa di dunia oder, urusan-urusan public, seperti yang terkait dalam
politik, cenderung kehilangan kerahasiannya dan inaksesbilitasnya. Sebaliknya urusan-
urusan pribadi jauh lebih rahasia dibandingkan dengan masyarakat pramodern. Jadi, karya
Simmel tentang kerahasiaan menunjukkan bahwa ia memiliki orientasi teoritis yang jauh
lebih elegan dan maju daripada yang biasanya dipersangkakan padanya oleh mereka yang
hanya terbiasa dengan satu pemikiran tentang fenomena level mikro.

F. Pemikiran Georg Simmel

 Georg Simmel dalam konteks social

Georg Simmel hidup dalam keadaan sosial Jerman yang bergejolak. Selama akhir abad
ke-19 Jerman mengalami suatu perkembangan yang meledak dalam bidang industri
kapitalis, serta urbanisasi yang meningkat dengan pesat. Berlin adalah pusat kegiatan
ekonomi dan perdagangan, baik kelas borjuis maupun kelas proletariat meluas dengan pesat.
Namun demikian, suasana politik Jerman sangat mencerminkan nilai-nilai aristokrasi
semi feodal dan ideal disiplin militer Prusia. Kedudukan kaum buruh yang semakin baik

10
diimbangi dengan berbagai usaha kesejahteraan, tetapi pada umumnya struktur sosial
ditandai oleh suatu perbedaan antara etos kapitalis yang sedang muncul dalam bidang
ekonomi dan seperangkat ideal prakapitalis dalam bidang politik. Dalam kondisi seperti ini,
Simmel tidak mau terlibat dalam bidang politik, kalaupun ia berbicara tentang masalah sosial
politik atau ekonomi, itu hanya digunakannya untuk menggambarkan pokok-pokok
pemikiran teoritisnya yang umum.
Meskipun Simmel menolak model masyarakat yang bersifat organik, dalam hal
tertentu ia dipengaruhi oleh model evolusi Spencer mengenai kompeksitas sosial yang
semakin bertambah. Evolusi ini berusaha menjelaskan perubahan masyarakat secara
bertahap dari suatu struktur yang sederhana dengan diferensiasi yang rendah dan sangat
homogen, ke suatu struktur yang lebih kompleks dengan diferensiasi serta heterogenitas
yang tinggi. Publikasi Simmel yang pertama berjudul “On social differentiation”
menjelaskan dasar-dasar pembentukan kelompok yang berubah dan keterlibatan sosial dari
individu.
Simmel juga menganalisa konflik dialektik antara bentuk-bentuk sosial yang sudah
mapan yang tercermin dalam institusi-institusi yang ada dan pola-pola budaya serta proses
hidup itu sendiri yang secara terus menerus harus menciptakan bentuk baru bagi
pengungkapannya sendiri. Perhatian Simmel tidak hanya pada sosiologi, ia menulis banyak
hal dan memberi kuliah dalam bidang filsafat, etika, sejarah, kritik budaya umumnya, seni
dan kritik sastra khususnya.

 Munculnya Masyarakat Menurut Georg Simmel


Munculnya masyarakat menurut Simmel dikenal dengan istilah vergesellschaftung
yang secara harfiah berarti “proses terjadinya masyarakat”, atau disebut juga dengan istilah
“Sosiasi” (sociation). Jadi munculnya masyarakat terjadi karena adanya interaksi timbal
balik yang mana dalam proses tersebut individu akan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Masyarakat lebih daripada jumlah individu yang membentuknya lalu
ditambah dengan pola interaksi timbal balik dimana mereka saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
Akan tetapi masyarakat tidak akan pernah ada sebagai suatu benda objektif yang
terlepas dari anggota-anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan proses interaksi
timbal balik. Pendekatan ini mengusahakan keseimbangan antara pandangan nominalis
(yang percaya hanya pada individu yang riil) dan pandangan realis atau teori organik (yang
mengemukakan bahwa kenyataan sosial itu bersifat independen dari individu yang
membentuknya).
Contoh terbentuknya masyarakat menurut Simmel, misalnya sejumlah individu yang
terpisah satu sama lain atau berdiri sendiri-sendiri saja, yang sedang menunggu dengan
tenang di terminal lapangan udara tidak membentuk jenis masyarakat atau kelompok. Tetapi
kalau ada pengumuman yang mengatakan bahwa kapal akan tertunda beberapa jam karena
tabrakan, beberapa orang mungkin mulai berbicara dengan orang disampingnya, dan
disanalah muncul masyarakat.

11
Dalam hal ini masyarakat (sosietalisasi) yang muncul akan sangat rapuh dan sementara
sifatnya, dimana ikatan-ikatan interaksi timbal baliknya itu bersifat sementara saja. Proses
munculnya masyarakat sangat banyak macamnya, mulai dari pertemuan sepintas lalu antara
orang-orang asing ditempat-tempat umum sampai ke ikatan persahabatan yang lama dan
intim atau hubungan keluarga. Tanpa memandang tingkat variasinya, proses sosiasi ini
mengubah suatu kumpulan individu saja menjadi satu masyarakat (kelompok/sosiasi).
Masyarakat ada pada tingkat tertentu dimana dan apabila sejumlah individu terjalin melalui
interaksi dan saling mempengaruhi.

 Dyad dan Triad


Adapun yang membedakan antara hubungan dyad dan triad adalah jumlah orang yang
terlibat dalam interaksi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Simmel begitu jumlah
orang yang terlibat dalam interaksi berubah, maka bentuk interaksi merekapun berubah
dengan teratur dan dapat diramalkan. Simmel berpendapat bahwa unit terkecil dalam
kehidupan manusia yang menjadi ruang lingkup perhatian sosiologi adalah dyad, yang
merupakan unit atau kelompok yang terdiri dari dua orang. Bentuk dyad (duaan)
memperlihatkan ciri khas yang unik sifatnya yang tidak terdapat dalam satuan sosial apapun
yang lebih besar.
Contohnya adalah, suami dan isteri, dua orang sahabat karib dan seterusnya. kalau
seseorang individu memilih untuk keluar dari suatu kelompok dyad (duaan) maka satuan
sosial itu sendiri akan hilang lenyap. Sebaliknya, dalam semua kelompok lainnya, hilangnya
satu orang anggota tidak ikut menghancurkan keseluruhan satuan sosial itu. Dalam dyad
tersebut kemungkinan besar yang terjadi adalah bahwa salah satu pihak tenggelam dalam
kedudukan dan peranan pihak lain.
Oleh karena dyad terdiri dari dua pihak, maka tidak ada pihak lain yang mungkin
menengahinya, sehingga Simmel berkesimpulan kedua pihak tersebut sebenarnya
merupakan suatu kesatuan perasaan. Di dalam dyad terdapat hubungan yang sangat erat dan
menyatu. Maka, ada kemungkinan terjadi konflik atau pertikaian. Kesatuan perasaan
tersebut kadang terganggu oleh tindakan masing-masing pihak yang mungkin
mengakibatkan terjadi konflik. Hubungan dyad tidak selalu disertai oleh perasaan-perasaan
positif. Dalam situasi konflik, apapun masalah dan sebab musababnya, hubungan yang
sangat intim seringkali membuat konflik malah menjadi lebih parah. Masalah konflik yang
kelihatannya sepele bagi orang luar, ditanggapi dengan sangat emosional.
Sesungguhnya keterbukaan mereka satu sama lain pada tingkat kepribadian yang
sangat dalam membuat mereka mudah saling menyerang yang berhubungan dengan masalah
kepribadian ini. Ketiadaaan pihak ketiga menimbulkan situasi dimana tidak ada pemisah
ketika mereka berkonflik. Ketiadaan pihak ketiga memang meningkatkan keakraban dalam
dyad. Akan tetapi, bila terjadi konflik, timbul kebutuhan akan adanya pihak ketiga. Hadirnya
pihak ketiga dapat menetralisasi ketegangan yang ada. Simmel menyatakan, adanya pihak
ketiga akan menyebabkan pihak yang terlibat dalam konflik mengemukakan pendapatnya
secara lebih rasional, sehingga kemungkinan terjadinya perdamaian lebih besar.

12
Triad disini diartikan sebagai pihak ketiga. Salah satu pokok pikiran Simmel yang
terkenal adalah diskusinya mengenai berbagai peran yang dapat dilakukan oleh pihak ketiga.
Menurut Simmel, triad cenderung tidak stabil, karena secara koheren, terkait dengan
pembentukan suatu koalisi dua pihak yang berhadapan dengan satu pihak lain. Pihak yang
ditempatkan dalam kedudukan ketiga atau status yang tersingkir, senantiasa berubah.
Simmel telah menyajikan pelbagai contoh mengenai efek pihak ketiga. Dia
memberikan contoh, orang-orang Eropa cenderung untuk memperkerjakan hanya seorang
pembantu, padahal mereka mampu untuk membayar gaji lebih banyak pembantu. Dengan
adanya lebih dari seorang pembantu, timbul ciri-ciri suatu triad, sehingga hubungan antara
pembantu dengan majikan lebih bersifat formal.
Apabila terjadi penambahan jumlah orang (artinya lebih dari tiga), maka hal itu
mempunyai akibat tertentu terhadap hakikat interaksi dalam suatu kelompok. Simmel pernah
mengemukakan suatu hipotesa yang menyatakan, bahwa semakin besar suatu kelompok
semakin besar pula kecenderungan terjadinya bentuk interaksi seperti dyad.
Selama terjadinya proses menuju bentuk hubungan sebagaimana halnya dengan suatu
dyad dalam suatu kelompok besar, setiap pihak atau kategori cenderung menerima anggota-
anggota yang memiliki ciri-ciri pokok sama, misalnya : kekayaan, pola sikap tindak, dst.
Kecenderungan terjadinya konflik dalam triad merupakan masalah yang menjadi salah satu
pusat perhatian studi Simmel. Hal ini antara lain disebabkan karena terdapatnya banyak
kesempatan pada pihak-pihak dalam triad untuk melaksanakan pelbagai peranan.

 Pemikiran sosiologi mikro Georg Simmel


Georg Simmel muncul di dunia ilmu sosiologi dengan menghadirkan pokok-pokok
pemikiran yang lebih mengulas pada sosiologi mikro, meskipun demikian ia tetap berkiprah
dengan terus menghasilkan pemikiran kritis tentang komponen-komponen kehidupan sosial
dan hubungan antar pribadi, sedangkan untuk lingkup yang lebih luas atau makro, karyanya
tentang struktur dan perubahan dalam semangat sosial pada zamannya. Pokok pemikiran
mikro Georg Simmel adalah :
a. Kesadaran individu
b. Konsep sosiologi
c. Realitas social
d. Interaksi social
e. Pengaruh jumlah pada bentuk social
f. Kreatifitas individu versus bentuk budaya yang mapan
g. Uang dan nilai
Karya-karyanya yang terkenal tidak serta merta menjadi hal yang dapat diterima orang
dengan mudah, karena ia terhalang suatu hal yang berawal dari latar belakangnya, kala itu
keadaan antisemitisme menjadikan dirinya merasa terkucilkan. Antisemitisme adalah suatu
sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk
penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari
kebencian terhadap individu hingga lembaga. Fenomena yang paling terkenal akan anti-

13
semitisme adalah ideologi Nazisme dari Adolf Hitler, yang menyebabkan permusuhan
terhadap kaum Yahudi di Eropa.

 Interaksionisme Simbolik
Adanya kesadaran individu yang dikemukakan oleh Georg Simmel menjadi sumber
awal Simmel dalam mengkaji lebih jauh tentang interaksi sosial, ia telah melakukan
teoretisasi masalah modernitas dengan penekanan pada perkembangan pesat dari ilmu,
teknologi, pengetahuan obyektif, berikut diferensiasinya di satu sisi dan erosi budaya
subyektif di sisi lain. Konflik dan krisis kebudayaan modern dilukiskan Simmel dalam
bentuk pemiskinan-subyektivitas yang disebutnya endemi atrophy (terhentinya
pertumbuhan budaya subyektif) karena hypertrophy (penyuburan budaya obyektif). Simmel
berusaha menjelaskan adanya ketimpangan budaya individu atas manusia sebagai subjeknya
dibandingkan dengan perkembangan media atau sarana kehidupan yang mengurangi peran
aktif manusia dalam berkarya. Sehubungan dengan fenomena endemi antrophy interaksi
menjadi salah satu pokok pemikiran dalam teori Simmel.
Masyarakat, kemudian, dapat didefinisikan sebagai sejumlah individu yang
dihubungkan dengan interaksi. Interaksi ini dapat menjadi mengkristal sebagai bidang
permanen. Hubungan ini, atau bentuk sociation, sangat penting karena mereka menunjukkan
bahwa masyarakat bukan merupakan substansi, tetapi sebuah peristiwa, dan karena bentuk-
bentuk sociation mengatasi individu / dualisme sosial (individu terlibat dengan satu sama
lain dan dengan demikian merupakan sosial). Sedangkan interaksi sosial menurut Georg
Simmel memiliki point-point tersendiri yang menurutnya merupakan hal yang perlu untuk
disertakan dalam teori-teorinya, Simmel mengungkapkan beberapa interaksi, yaitu:
1. Menurut bentuk, meliputi :

 Subordinasi (ketaatan)
 Superordinasi (dominasi)
 Hubungan seksual
 Konflik
 Sosiabilita (interaksi yang terjadi demi interaksi itu sendiri dan bukan untuk
tujuan lain)

1. Menurut tipe, meliputi :

 interaksi yang terjadi antar individu-individu


 interaksi yang terjadi antar individu-kelompok
 interaksi yang terjadi antar kelompok-individu
Pada keadaan yang sama yaitu kehidupan dengan interaksi dan komunikasi dapat
menumbuhkan kemungkinan-kemungkinan tertentu, dimana memiliki dampak positif dan
negatif, ada pada suatu saat seseorang merasakan kedekatan, kekompakan, dan kebersamaan
baik secara pribadi maupun kelompok. Adanya kontak merupakan faktor yang mendorong
terjadinya komunilkasi, kontak tersebut terdiri dari kontak secara langsung maupun secara
tidak langsung (melalui media), dan komunikasi itu sendiri adalah gambaran dari adanya
interaksi dalam hidupnya dengan orang lain.

14
Simmel juga memusatkan pemikirannya mengenai relasi, khususnya interaksi antar
pemeran sadar dan tujuannya adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang mungkin
sepele namun pada saat lain sangat penting. Menurut Simmel interaksi timbul karena
kepentingan-kepentingan dan dorongan tertentu (Soerjono Soekanto, 405:2003). Salah satu
bentuk interaksi yang dibicarakan Simmel adalah gaya (fashion). Gaya adalah bentuk relasi
sosial yang menginginkan orang menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok. Gaya
bersifat dialektis yang berarti keberhasilan dan persebaran gaya akan berujung pada
kegagalan. Hal positif yang muncul dari adanya interaksi bisa terjadi melalui terjalinnya
solidaritas masyarakat, dan hal negatif adalah berupa adanya konflik.
Minat Simmel pada bentuk interaksi menuai banyak kritikan. Ia dituduh memaksa
suatu tatanan yang sebenarnya tidak ada dan menghasilkan studi yang tidak saling terkait
yang akhirnya sama sekali tidak menerapkan tatanan yang lebih baik pada realitas sosial.
Menurut bentuknya terdapat konsep yang disebut dengan Subordinasi (ketaatan) dan
Superordinasi (dominasi).

 Teori Konflik
Interaksi yang terjadi baik antar individu maupun antar kelompok kadang
menimbulkan konflik, dan konflik merupakan pokok bahasan tersendiri yang diuraikan oleh
Simmel,menurut Simmel masalah mendasar dari setiap masyarakat adalah konflik antara
kekuatan-kekuatan sosial dan individu, karena, pertama, sosial melekat kepada setiap
individu dan, kedua, sosial dan unsur-unsur individu dapat berbenturan dalam individu,
meskipun pada sisi lain dari konflik merupakan sarana mengintegrasikan individu-individu.
Karena setiap individu meiliki kepentingan yang berbeda-beda dan adanya benturan-
benturan kepentingan tersebut mencerminkan dari sikap-sikap individu tersebut dalam
usahanya memenuhi kebutuhannya, dari sikap yang nampak ini Simmel memiliki sebuah
pemikiran yang menghasilkan konsep individualisme ini (dari kepribadian yang berbeda)
terwujud dalam prinsip-prinsip ekonomi, masing-masing, persaingan bebas dan pembagian
kerja.

 Kelompok Kecil
Dalam pembagian-pembagian kerja, individu terbentuk dalam kelompok-kelompok
kecil, kelompok ini menurut Simmel memiliki analisa tersendiri dimana terdiri dari satu,
dua, dan tiga orang. Satu orang atau singkatnya individu berada dalam posisi sendirian, tidak
terjadi interaksi dan ia akan mendapat penolakan dari masyarakat, maka itu Simmel
menghadirkan konsep dyad dan triad dimana menurut pandangan Simmel bahwa kebebasan
tidak akan terjadi jika seseorang itu sendirian, tetapi jika ia ada dalam kelompok.
Simmel memiliki filosofi tentang angka 2 dan 3, angka dua adalah bentuk yang paling
sederhana sociation, antara dua orang atas mana hal itu sepenuhnya tergantung, angka dua
adalah sepele dan intim, perkawinan terjadi antara dua orang dan setelah lahir anak diantara
mereka konsep dyad ini sepenuhnya berubah menjadi triad dan hadirnya orang ketiga
menjadi penghancur.

15
 Kerahasiaan : Studi Kasus Sosiologi Georg Simmel
Simmel berangkat dari fakta dasar bahwa orang pasti mengetahui beberapa hal tentang
orang lain agar bisa berinteraksi dengannnya, namun hal tersebut juga bisa menjadi
penghancur atas dirinya. Penghancur ini merupakan hal yang paling dihindari, interaksi
seseorang tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam hidupnya, interaksi
yang terjadi kadang menuntut sebuah keterbukaan namun dapat dipastikan seterbuka apapun
seseorang ia tidak akan mengungkapkannya secara seluruhnya karena hal itu justru dapat
menjatuhkan dirinya sendiri karena orang lain akan tahu apa yang jadi tujuan kita padahal
pada faktanya antara individu yang satu dengan yang lain memiliki kemampuan yang
berbeda meskipun pada satu tujuan yang sama dan pastinya seseorang tidak ingin apa
yang menjadi targetnya diambil orang lain.
Dari uraian tersebut Simmel membuat konsep masyarakat rahasia (yaitu keberadaan
kelompok merupakan rahasia, atau keanggotaan dalam kelompok yang dikenal adalah
rahasia) memiliki tujuan perlindungan melalui kepercayaan. Kepercayaan di antara para
anggotanya sangat penting, mereka harus menjaga rahasia, tetapi situasi ini tidak stabil.
Diam adalah teknik yang diperlukan untuk menjaga rahasia, sementara komunikasi tertulis
bertentangan dengan semua rahasia (misalnya huruf).
Kerahasiaan bisa menjadi tujuan pembentukan sosial (misalnya perkumpulan rahasia),
dan mencegah orang dari sociation mengungkapkan rahasia karena isolasi yang
counterbalances hasil dari menyimpan rahasia. Oleh karena itu, masyarakat rahasia memiliki
ritual khusus, yang harus dilakukan dan yang harus dijaga sebagai sebuah rahasia, itu klaim
individu, membuatnya anggota perkumpulan rahasia. Perkumpulan rahasia juga memiliki
derajat kebebasan yang hilang dalam masyarakat pada umumnya, masyarakat rahasia
mengkompensasi kurangnya kebebasan dalam masyarakat umum.
Dibandingkan dengan sociation pada umumnya, perkumpulan rahasia terpisah, formal
dan sadar, mereka memiliki sistem rumit tanda-tanda yang aman dalam kohesi dan
mengasingkan diri dari luar; para anggotanya merasa superior, dan dimulai untuk material
dan secara resmi mendirikan pengasingan dari masyarakat, mereka egois dalam hal rahasia
memusuhi masyarakat dan masyarakat umum, rahasia masyarakat memiliki ikatan sangat
kuat, mereka mengecualikan konflik-konflik batin, dan mereka terpusat (buta ketaatan
kepada para pemimpin), para anggota de-individual, setara, anonim , dan karena mereka
pada dasarnya menolak upaya pemerintah pemersatu dalam masyarakat pada umumnya,
mereka muncul sebagai berbahaya.
Interaksi manusia secara umum dibangun oleh kerahasiaan dan logika lawannya, yaitu
pengkhiatan. Rahasia selalu dibarengi secara dialektis oleh kemungkinan bahwa dia dapat
ditemukan. Pengkhianatan bisa berasal dari dua sumber. Secara eksternal, orang lain dapat
menemukan rahasia kita, sementara secara internal, selalu ada kemungkinan bahwa kita akan
mengungkapkan rahasia kita kepada orang lain. “Rahasia menjadi penghalang antar
manusia, namun pada suatu saat yang sama dia menjadi tantangan yang menggairahkan
untuk diterobos, dengan gosip dan pengakuan …. Dari persaingan antar kedua kepentingan,
dalam menyembunyikan dan mengungkapkan, tumbuh nuansa dan nasib interaksi manusia
yang berlangsung secara menyeluruh” (Simmel, 1906/1950 : 334)

16
 Pertikaian dan Persaingan

A. Pertikaian
Signifikansi Sosiologis dari pertikaian, secara prinsipil belum pernah disangkal.
Pertikaian dapat menjadi penyebab atau pengubah kelompok-kelompok kepentingan,
organisasi-organisasi, kesatuan-kesatuan, dsb. Dalam kenyataan, faktor-faktor disosiatif
seperti kebencian, kecemburuan, dan selanjutnya, memang merupakan penyebab terjadinya
pertikaian. Dengan demikian, pertiakaian ada untuk mengatasi pelbagai dualisme yang
berbeda. Pertikaian mengatasi ketegangan antara hal-hal yang bertentangan.
Terdapat dua masalah yang secara konsisten menjadi objek telaah ilmu-ilmu tentang
manusia, yakni manusia dan kelompok, sehingga tidak ada masalah ketiga. Ada pertikaian
yang tampaknya menyampingkan semua unsur, misalnya, apabila terjadi perkelahian antara
perampok dengan korbannya. Apabila perkelahian itu bertujuan untuk membunuh atau
menghancurkan pihak lain, maka sama sekali tidak ada unsur-unsur pemersatu. Namun
apabila ada pembatasan terhadap berlakunya kekerasan, maka ada faktor kerjasama,
walaupun hanya sebagai suatu kualifikasi terhadap kekerasan.

B. Persaingan
Suatu ciri yang menonjol dari persaingan adalah bahwa dalam proses itu terjadi pertikaian
yang tidak langsung. Apabila satu pihak menindas musuhnya atau merugikannya secara
langsung, maka tidak terjadi persaingan. Secara umum persaingan hanya menunjuk pada
kegiatan yang dilakukan secara paralel, untuk mencapai tujuan yang sama. Pada persaingan
terdapat dua kombinasi :
1. Apabila suatu kemenangan terhadap lawan merupakan kebutuhan pertama secara
kronologis, maka hal itu sendiri tak akan ada artinya. Dengan demikian, hasil
suatu persaingan tidak berisikan tujuannya, sebagaimana halnya apabila
seseorang marah, balas dendam, dan lain sebagainya, yang merupakan unsur
yang mendorong terjadinya perkelahian.

2. Tipe persaingan yang kedua sangat berbeda dengan bentuk atau jenis pertikaian
lainnya. Dalam hal ini persaingan hanya berlangsung antara pihak-pihak, tanpa
usaha menyingkirkan lawan. Yang menjadi prioritas utama adalah tujuan, dan
bukan lawan.
Persaingan secara modern digambarkan sebagai suatu perjuangan dari semua terhadap
semua, dan dari semua untuk semua. Tidak jarang sebagai akibatnya timbul tragedi yang
berakibat unsur-unsur sosial suatu kesatuan saling bertentangan. Akan tetapi semua akibat
tersebut, sebenarnya merupakan tambahan pada kekuatan persaingan untuk mempersatukan.
Persaingan, secara sosiologis merupakan suatu jaringan konsentrasi terhadap pikiran,
perasaan, dan kemauan sesama manusia.

17
G. Tokoh yang Mempengaruhi Pemikiran Georg Simmel

Yang banyak memberikan pengaruh


pada Simmel adalah seorang ahli filsafat
Jerman yang bernama Immanuel Kant.
Kant mengembangkan suatu perspektif
filosofis yang didasarkan pada pembedaan
antara persepsi manusia mengenai gejala
dan hakikat dasar dari benda-benda seperti
mereka berada dalam dirinya sendiri.
Ia memperlihatkan bahwa kita tidak
pernah dapat mengetahui benda seperti
benda itu berada dalam dirinya sendiri,
tetapi hanya karena mereka muncul
menurut kategori-kategori kesadaran atau
pikiran tertentu yang bersifat a priori.
Menurut Kant ada kategori pikiran fundamental tertentu yang bersifat a priori (ruang,
waktu, sebab dan seterusnya) yang tidak didasarkan pada rangsangan inderawi tetapi
membentuk kesadaran subjektif kita akan dunia empiris diluar kita.
Begitu Simmel menerapkan model berfikir ini tentang kenyataan sosial, ia menyadari
bahwa perkembangan pengetahuan sosiologi meliputi lebih daripada hanya sekedar
mencatat hukum-hukum universal yang jelas tersingkap oleh data empiris. Sebaliknya
pikiran manusia dalam menjalankan fungsi memilih, mengorganisasi pada waktu
menginterpretasikan data empiris, ia menggunakan kriterianya sendiri dalam proses ini yang
tidak terdapat dalam fakta empiris itu sendiri.
Tokoh lainnya yang mempengaruhi pemikiran Simmel adalah Spencer mengenai
kompleksitas sosial yang semakin bertambah.
H. Kategori Teori

Teori-teori yang dikemukakan oleh Georg Simmel termasuk dalam teori sosiologi
Klasik. Teori klasik adalah teori sosiologi yang muncul pada tahun-tahun awal, periode ini
ditandai oleh munculnya aliran Sosiologi dengan tokoh-tokoh seperti: Auguste Comte, Max
Weber, Karl Marx, dll.

Menurut Simmel masyarakat sebagai konstruksi abstrak sangat mungkin dipelajari


karena adanya proses kategorisasi. Kehidupan sosial penuh dengan kategorisasi, seperti
gender, ras, kelas, agama, dan sebagainya. Upaya manusia itu sendiri dalam menciptakan
kategorisasi berimplikasi pada kenyataan bahwa dunia sosial itu ada. Kontribusi penting
Simmel pada sosiologi adalah sebuah konsep yang ia sebut ”form” atau bentuk. Sosiologi,
menurutnya, adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana adanya berbagai macam
bentuk dalam interaksi sosial. Berbagai bentuk tersebut dapat berupa pertukaran, konflik,
subordinasi, dan penghargaan. Sosiologi yang dikembangkan oleh Simmel mendapat label
sosiologi formal.

18
I. Karya-Karya Georg Simmel

A. The Philosophy of Money (1900)

Buku The Philosophy of Money merupakan karya terkenal


Simmel. Buku ini menunjukkan bahwa setidaknya Simmel layak
mendapatkan pengakuan atas teori atau karya-karyanya tentang
sosiologi mikro. Judul buku yang kelihatannya memusatkan
perhatiannya terhadap uang namun minatnya pada fenomena ini
melekat pada serangkaian teoriitis dan filosofis yang lebih luas.

Kita ketahui Simmel tidak tertarik hanya pada uang semata


namun Simmel tertarik pada dampak yang ditimbulkannya pada
fenomena tersebut. Ia juga melihat uang lebih spesifik lagi
kegunaannya. Tidak hanya untuk jual beli saja namun bisa
mengandung makna pertukaran, kepemilikan, pemborosan,
keserakahan, sinisme, kebebasan individu, life style,
kebudayaan, nilai kepribadian, dsb. Simmel melihat uang sebagai
komponen kehidupan spesifik yang dapat membantu kita
memahami totalitas hidup.

Meskipun buku Philosophy Of Money memiliki kemiripan subtansif dengan teori


Marxian, pemikiran Simmel jauh lebih dekat dengan pemikiran Weber dan gagasannya
tentang “kerangkeng besi” sebagai gambaran dunia modern dan dunia masa depan.

B. Fashion (1904)

Lewat Fashion, Simmel membahas tentang kontradiksi yang hadir dalam dunia
mode. Di satu sisi, mode memberi ruang bagi mereka yang ingin terlihat sebagai bagian dari
kelompok tertentu. Dengan mengadopsi gaya berpakaian kelas borjuis misalnya, seorang
individu dapat tampil sebagai bagian dari kelas sosial tersebut. Namun di sisi yang lain, mode
juga memberi ruang bagi mereka yang ingin telihat berbeda dan unik seperti Lady Gaga dan
kostum-kostumnya yang kerap dianggap tidak lazim.

Lebih lanjut, Simmel menjelaskan bahwa perubahan mode di dalam masyarakat


melibatkan serangkaian proses. Pada awalnya, masyarakat memiliki kesepakatan terkait apa-
apa saja yang dianggap modis atau fashionable. Selanjutnya, muncul individu-individu yang
menyimpang dari kesepakatan tersebut, dan menciptakan berbagai variasi mode yang baru.
Mode-mode baru inilah yang lama-kelamaan dianggap fashionable, dan diikuti oleh
masyarakat luas.

Bagi Simmel, mode bukanlah sesuatu yang abadi. Kematian sebuah mode akan
melahirkan mode baru, yang kelak (juga) akan mati dan digantikan oleh mode yang lebih
baru.
19
C. The Conflict in Modern Culture (1921)

Dalam The Conflict in Modern Culture, Simmel


menjelaskan tentang perbedaan antara budaya subjektif dan
budaya objektif. Menurut Simmel, budaya objektif mengacu pada
segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia, seperti seni, ilmu
pengetahuan, filsafat, dan lain-lain. Budaya subjektif, di sisi lain,
mengacu pada kapasitas sang aktor untuk memproduksi,
menyerap, dan mengontrol elemen-elemen budaya objektif.

Menurut Simmel, idealnya hubungan antara budaya


subjektif dan objektif terjadi secara dua arah: budaya subjektif
membentuk budaya objektif, dan budaya objektif turut
memengaruhi budaya subjektif. Namun pada praktiknya, budaya
objektif justru berevolusi menjadi sesuatu yang bernyawa —
sesuatu yang hidup. Dampaknya, manusia justru diatur oleh
produk-produk budaya yang mereka ciptakan sendiri, seperti
sains dan teknologi.

Karya-karya Simmel memiliki dampak yang signifikan bagi perkembangan sosiologi,


khususnya sosiologi di Amerika Serikat. Dibandingkan pemikiran Durkheim, Marx, dan
Weber, pemikiran Simmel jauh lebih dikenal oleh sosiolog Amerika di awal abad ke-20. Topik
bahasan yang unik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, penjelasan di level mikro, serta
konsep dualitas yang hadir dalam sebagian besar karyanya membuat Simmel kerap disebut
sebagai pemikir post-modern di era modern.

20

Anda mungkin juga menyukai