Anda di halaman 1dari 12

Critical Review

Buku Teori Politik Modern


(SP. Varma. 2016. Penyunting: Tohir Effendi. Jakarta: Rajawali Pers, Bab I)
Nama : Dedi Mizwar
Kelas : C1
Mata Kuliah : Teori-Teori Ilmu Politik
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Maswadi Rauf, MA.

A. Deskripsi
Ketika orang mulai hidup berkelompok seperangkat aturan di buat untuk
mengatur kehidupan bersama, sejak saat itulah para pemikir poitik mulai membahas
mengenai penerapan kekuasaan, hubungan antara yang memerintah dan yang di perintah,
serta sistem apa yang paling baik tentang pengaturan dan pengawasan. Namun terlepas
dari lahir dan berkembangnya ilmu politik, ilmu politik baru mendapatkan identitasnya
yang terpisah pada saat didirikannya “School of Political Science” di Collumbia Collage
pada tahun 1880 atas prakarsa John W. Burges. Sekolah tersebut lahir hampir sepenuhnya
dari buah pemikiran Burges dan rekan-rekan kerjanya. Tahun 1886 sekolah tersebut
menerbitkan The Political Science Quarterly, yang menjadi saluran utama bagi penulisan
berbagai karya ilmiah ilmu politik untuk jangka waktu yang lama. Tahun 1877 Herbert
Baxter Adams mendirikan program latihan dan penelitian lanjutan di bidang sejarah dan
ilmu politik di Universitas Jhon Hopkins, kemudian tahun 1883 mendirikan The Jhon
Hopkins Studies in Historical & Political Science. Sementara itu Universitas Michigan di
bawah pimpinan Charles Kendall Adams telah memperkenalkan pengajaran untuk
mencapai M.A serta program penelitian untuk mencapai Ph.D di bidang ilmu sejarah dan
politik. Banyak universitas lain berpaling ke Columbia dan John Hopkins ketika
membutuhkan pengajar-pengajar untuk memperkenalkan pengajaran ilmu politik.
Meskipun keduanya menitik beratkan pada penelitian yang berdasarkan data dan bukan
sekedar spekulasi filsafat serta memusatkan perhatian kepada metode perbandingan
sejarah sebagai cara ilmiah yang mendasar untuk menemukan hukum-hukum kehidupan
politik, Columbia College lebih membuka diri dari terhadap interaksi dengan disiplin-
disipin lainnya selain sejarah.
Pada tahun terakhir abad ke-19 James Bryce mengemukakan setiap pedekatan
haruslah dibutuhkan fakta seperti karyanya yang berjudul American Commonwealth pada
tahun 1888 dan Modern Democraties terbit tahun 1924. Bryce selalu berbicara berulang-
ulang tentang pemikiran bagaimana politik menjadi suatu ilmu. Woodrow Wilson dalam
tahun 1880 selalu mengemukakan sanggahan bahwa penelitian melalui dokumen-
dokumen tidaklah sesuai bagi suatu penelitian tentang kehidupan politik. Perhatiannya
yang utama adalah melindungi serta memelihara demokrasi Amerika. Setelah beberapa
dekade berlalu metode perbandingan sejarah mulai menyurut, Waldo berpendapat “Pada
abad ke-20, sejarah cenderung dipandang tidak lagi sebagai sumber utama hukum-hukum
politik atau bahkan sumber pemahaman politik, tetapi hanya sebagai salah satu dari
sekian banyak sumber”. Metode perbandingan kebanyakan hanya dipergunakan di Eropa,
tetapi sangat terbatas di negara-negara lainnya, dan sebagian terdiri dari hal-hal yang
bersifat deskriptif dan formalistik.
Perkembangan-Perkembangan Baru
Dalam kerangka pendekatan tradisional, jauh sebelum kaum behavioralis muncul,
para ilmuan politik pada awal abad ke-19 telah mengembangkan pengetahuan yang lebih
luas tentang cara kerja berbagai lembaga politik. Mereka telah mulai menyelidiki
masalahmasalah dimana pusat kekuasaan terletak dalam suatu masyarakat & bagaimana
pengoperasian kekuasaan tersebut di dalam suatu pemerintahan. Beberapa diantara
mereka mencoba mengidentifikasi determinan budaya dari berbagai pemerintahan, yang
lainnya mempelajari aspek-aspek organisasional secara lebih intensif. Mereka kini lebih
melakukan penekanan lebih besar terhadap analisa unsur-unsur pembuatan suatu
kebijaksanaan & pada penelitian terhadap karakter-karakter kepemimpinan politik serta
perubahan pola-pola hubungan antara ideology dan kepemimpinan. Proses-proses
pemilihan juga tak luput dari perhatian mereka. Penekanan lebih awal terhadap struktur-
struktur yudikatif dan formal mulai membuka jalan bagi penelitian-penelitian yang
terarah secara fungsional.
Perhatian lebih besar juga diberikan kepada pengaruh aktifitas berbagai organisasi
nonpemerintahan dan kelompok-kelompok sosial terhadap aktifitas pemerintah. Ruang
lingkup ilmu politik tidak lagi terbatas pada filasafat-filsafat politik dan deskripsi
kelembagaan. Terdapat kecenderungan yang lebih besar dengan menggunakan metode-
metode yang bersifat empiris dalam meneliti lembaga-lembaga dan organisasi. Dengan
penekanan-penekanan yang baru ini timbul kebutuhan akan adanya data-data serta
generalisasi-generalisasi yang baru, pengertian-pengertian yang lebih kritis tentang cara
kerja suatu pemerintahan yang akan membawa kepada rasa tidak puas terhadap perangkat
konseptual dan teknik dari ilmu politik yang ada, serta menekankan kebutuhan akan
adanya kerangka konsepsual dan peralatan teknis yang baru untuk meneliti tentang cara
kerja suatu pemerintahan. Pada permulaan abad ke-20, sebagaimana yang telah
ditunjukkan oleh Gettell, ilmu politik mulai dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan yang
dicapai dalam beberapa tahap penelitian kalangan intelektual. Gettell secara khusus
menunjuk Biologi dan Antropologi yang telah merangsang berkembangnya metode-
metode penelitian ilmiah, serta menekankan suatu sudut pandang yang berkembang
secara bertahap dengan maksud menangkal sifat-sifat keramat masa lampau, serta
dukungan doktrin-doktrin liberal tentang perubahan dan reformasi. Gettell juga berbicara
tentang penyempuranaan metode-metode pengukuran fakta-fakta yang bersifat
kuantitatif. Metode-metode modern menunjukkan suatu kecenderungan berbeda dalam
observasi, survey dan pengukuran.
Dari semua upaya mulai dari pencarian metode dan peralatan riset yang lebih baik
serta terobosan-terobosan yang dilakukan adalah hasil dari kaum behavioralis. Bryce dan
penulis-penulis lainnya masih bersifat primitif, meskipun beberapa kesimpulan didapat
oleh Bryce dapat dianggap akurat. Ilmu politik masih belum mampu menjangkau metode
pengumpulan data, pengolahan data serta analisa yang digunakan oleh Bryce dan Almond
akan semakin memperjelas masalah ini. Ketidakpuasan terhadap ilmu politik akhirnya
tidak dapat dihindari, sebagaimana yang ditunjukkan Kirkpatrick, telah menimbulkan
keresahan dan perubahan-perubahan yang meresahkan. Oleh karena itu, kini dibutuhkan
suatu unit analisa yang baru, metode yang baru, teknik-teknik yang baru, data-data baru
untuk mengembangkan suatu teori yang sistematis. Lembaga-lembaga politik tak lagi
dianggap sebagai unit-unit dasar analisa dan penelitian, dan penekanan dalam penelitian
juga mengalami perubahan kearah perilaku individu-individu dalam situasi-situasi
politik. Para ilmuwan politik kini mulai bangga mengidentifikasikan disiplin ilmu mereka
dengan ilmu-ilmu yang bersifat behavioral, seperti Caltin benar-benar menyatukan
dirinya dengan aliran tersebut. Mereka mulai menganjurkan pemanfaatan serta
pengembangan teknik-teknik yang lebih tepat untuk melakukan observasi,
menggolongkan serta mengukur data, serta memberikan penekanan-penekanan yang jauh
lebih besar kepada pemanfaatan rumusan-rumusan yang bersifat statistik dan dapat
dikuantifikasikan.
Berdirinya American Political Science Association pada tahun 1903, serta
terbitnya American Political Science Review diapandang sebagai suatu peristiwa yang
amat penting, meskipun beberapa ketua pada awal asosiasi ini berdiri, serta kertas-kertas
kerja yang diterbitkan dalam journal yang mereka miliki hampir belum dianggap sesuatu
hal yang baru. Tetapi ketua lainnya seperti Frank J. Goodnow, James Bryce, Lawrence
Lowell dan Woodrow Wilson benar-benar mempunyai pandangan jauh kedepan. Mereka
pada umumnya berkeyakinan bahwa penelitian-penelitian di bidang politik, harus
mempunyai relevansi secara langsung terhadap keyakinan politik praktis yang ada.
Kemudian Charles Beard, A. Lawrence Lowell serta Arthur Bentley benar-benar
memainkan peranannya dalam upaya memperluas ruang lingkup ilmu politik.

Arthur Bentley Dan Konsep Tentang Proses

Dua sumbangan Bentley terhadap ilmu politik ialah, gagasan tentang kelompok
sebagai tingkat kenyataan yang tepat bagi pemahaman serta penelitian politik dan konsep
tentang proses sebagai satu-satunya pendekatan yang andal untuk memahami realitas
tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa dua hal tersebut merupakan kecenderungan
yang belum ada sebelumnya, Bentley mengintenskan keduanya dalam karyanya berjudul
The Process of Government. Konsepnya tentang kelompok digunakan sebagai ilustrasi
bagaimana pendekatan teoritisnya dapat digunakan dalam penelitian terhadap realitas
politik yang ada.

Charles Merriam Dan Awal Suatu Pendekatan Ilmiah

Charles Merriam dianggap sebagai bapak pembaptisan intelektual dari ilmu


politik yang bersifat behavioral, memulai karirnya di Universitas Chicago sebagai
seorang ahli ilmu politik tradisional, yang menulis buku-buku menurut adat pemikiran
politik Eropa dan Amerika. Hasil karyanya adalah Pripary Election pada tahun 1908
merupakan suatu analisa empiris, meskipun ia tidak menyelaminya secara mendalam.
Pada tahun 1921 dalam suatu artikelnya yang dimuat dalam American Political Science
Review, ia meminta perhatian lebih besar kepada berbagai metode dan penemuan dari
ilmu seperti sosiologi, psikologi sosiologi, geografi, etnologi, biologi dan statistic. Pada
tahun 1924 ia semakin menyadari kemungkinan munculnya ilmu psikologi politik. Ia
menekankan bahwa kebutuhan dasar yang diperlukan bagi ilmu politik adalah
pengembangan suatu teknik serta metodologi ilmiah dalam penelitian akan seluk-beluk
dari fenomena politik yang ada dengan teliti, sabar dan intensif.

Merriam menganggap hasil kerja para ahli sejarah tidak relevan, mereka terlalu
mengabaikan factor-faktor psikologis, social dan ekonomi dalam kehidupan manusia, ia
juga menganggap pendekatan tradisional dari disiplin ilmu ini merupakan landasan yang
tidak memadai lagi bagi adanya suatu ilmu politik yang baru. Pergeseran dari
progresisme historis ke arah behavioralisme psikologis yang disajikan oleh Merriam ini
juga merupakan indikasi kecenderungan umum dari pemikiran-pemikiran yang terdapat
diantara para ilmuwan politik. Menarik untuk dicatat bahwa tiga siding dalam konferensi
nasional tentang ilmu politik yang diselenggarakan pada tahun 1923, 1924 dan 1925,
diselenggarakan di Chicago memberikan arah baru bagi ilmu politik yang dihadiri oleh
para ahli psikologi dan justru tidak dihadiri oleh ahli sejarah maupun sosiologi. Laporan
konferensi tersebut sebagai kesimpulan atas pandangan-pandangan dari mereka yang
hadir menyatakan “tidak ada keragu-raguan lagi bahwa berbagai hal yang telah dicapai
ilmu politik baru bisa menyajikan pengukuranpengukuran yang akurat serta generalisasi
yang bersifat ilmiah bila kita dapat menemukan metodenya”. Hasil karyanya yang
berjudul New Aspect of Politics yang ditulis pada tahun 1925 akhirnya menjadi kekuatan
intelektual yang berpengaruh dalam Chicago Round, dimana para ilmuwan politik
behavioralis yang lebih muda berkumpul kemudian mendirikan The Chicago School of
Behavioral Political Science.

Dibawah kepemimpinannya, Departemen Ilmu Politik Universitas Chicago


menjadi pusat utama kegiatan-kegiatan akademik, serta berhasil menghasilkan ilmuwan-
ilmuwan politik terkemuka, seperti Leonard White, Horald Gosnell, Quinchy Wright,
Horald Laswell, Frederich Schuman, V. O. Key Jr, Gabriel Almond, Avery Leiserson,
Herbert Simon dan David Truman. Merriam sendiri percaya akan pentingnya manfaat
ilmu dalam pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Ia juga tidak pernah menentang
pentingnya ilmu politik menjadi ilmu tentang kebijaksanaan.

Pengaruh Ahli-Ahli Sosiologi Eropa

Faktor-faktor penting lainnya yang menyebabkan perkembangan behavioralisme


dalam ilmu politik di Amerika serikat adalah pengaruh dari sekelompok sarjana Eropa,
dan diantara mereka begitu dipengaruhi oleh pendekatan-pendekatan ilmu politik yang
bersifat sosiologis. Kita dapat menyebutkan nama Marx disini. Pada tahun 1867, Marx
mengatakan bahwa masyarakat bukanlah suatu Kristal yang padat tetapi merupakan
organisme yang mampu secara konstan berubah. Tetapi pengaruh yang lebih besar datang
dari Comte, Durkheim, Weber dan Frued, semuanya dianggap sebagai perintis jalan bagi
behavioralisme. Agus Comte sebagai penemu istilah sosiologi, menaruh perhatian
terutama pada pengembangan suatu ilmu tentang masyarakat yang bersifat empiris dan
mencoba menerapkan metode-metode ilmiah, bersama-sama dengan suatu teori ilmiah
tentang sosial. Dalam tulisannya ia membahas dengan rinci pengaruh dari suatu
masyarakat yang sedang berubah terhadap negara dan lembaga-lembaga politiknya.
Pengaruh lebih besar lagi datang dari Max Weber (1864-1920) yang menunjukkan
pentingnya menjaga adanya analisa masyarakat yang bersifat netral secara etik (bebas
nilai). Talcott Parsons, Seorang Jerman yang merupakan ahli sosiologi Amerika Serikat
juga dipengaruhi secara mendalam oleh Max Weber. Hasil karyanya yang berjudul The
Structure of Social Action pada tahun 1937 di New York memperkenalkan kepada para
ilmuwan politik tentang teori tindakan (action theory).

Perang Dunia II Dan Pengaruhnya

Perang Dunia II telah membuat banyak ilmuwan politik di Amerika Serikat turun
dari menara gading serta menempatkan mereka langsung pada kenyataan-kenyataan
politik dan administrative yang terjadi di Washington dan tempat-tempat lainnya. Tahun-
tahun peperangan menjadi sangat penting, karena berhasil mengumpulkan ilmuwan
politik, ekonomi, sosiologi dan psikologi social dari berbagai bagian negara tersebut.
Penekanan pada penelitian tentang sikap-sikap, motivasi serta persepsi dari individu,
telah menyebabkan semakin tingginya pemanfaatan wawancara sebagai sumber data.
Teknikteknik wawancara benar-benar diperbaiki. Perhatian juga diberikan kepada teknik-
teknik analisa isi atau kadar (Content analysis), dimana statistik dimanfaatkan jauh lebih
besar. Dengan ditingkatkannya penggunaan teknik survey dan wawancara sebagai suatu
sumber data serta suatu metode verifikasi telah membawa para ilmuwan politik kepada
masalahmasalah pengukuran sikap, bentuk-bentuk skala, pengujian validitas dan
reliabilitas dan lain-lain.

Tahun-Tahun Sesudah Perang

Pada masa ini, behavioralisme yang bersifat thrustonian yang lama mulai
ditinggalkan, karena konsepsinya tentang metode ilmiah didasarkan terlalu sempit dan
pilihannya terhadap sikap sebagai unit yang funfamental dianggap terlalu terbatas. Ilmu
politik pada saat itu berada dibawah pengaruh ahli-ahli sosiologi serta pendekatan sistem.
Tetapi antara tahun 1945-1955 sebagaimana yang ditunjukkan oleh Kirkpatrick, istilah
ilmuwan behavioral masih menggambarkan suatu pendekatan dan tantangan, suatu
orientasi dan gerakan reformasi. Selama periode ini beberapa perangkat asumsi, metode-
metode, teknik-teknik serta data-data yang berbeda selalu diidentifikasikan dengan
gerakan behavioral dalam ilmu politik.

Sejak awal tahun 1920-an, suatu dewan riset ilmu social (Social Science Research
Council) telah didirikan di Amerika Serikat. Badan ini merupakan suatu badan swasta
yang terdiri dari para ilmuwan social yang berusaha membantu para peneliti dalam
mengembangkan tema-tema serta metode-metode yang lebih baik. Program ini mengarah
pada berdirinya pusat penelitian lanjutan ilmu perilaku di Palo Alto. Dengan metode
statistik yang sudah begitu maju dan tersedianya computer elektronik yang semakin
banyak, benarbenar memudahkan penelitian-penelitian dalam lapangan baru tersebut.
Universitas-universitas seperti Michigan terus banyak bergerak dengan mendirikan kelas
tingkat sarjana yang secara khusus mengajarkan ilmu perilaku,
pembaharuanpembaharuan teknis seperti instrument-instrumen pengujian, metode-
metode survey, analisa statistik, analisa isi/kadar, percobaan terhadap kelompok-
kelompok kecil dalam kondisi-kondisi Mendasar Yang Telah Ditemukan Dalam Suatu
Laboratorium Ilmiah, Model-Model matematika dan pengujian-pengujian telah menjadi
suatu tentangan pada masa itu. Para ahli behavioralisme secara tegas dapat dibagi dalam
sejumlah hal seperti (a) kemungkinan dan keinginan akan adanya suatu paradigm bagi
ilmu politik secara keseluruhan, (b) keunikan serta kemiskinan akan hal-hal yang bersifat
politik, (c) peran serta status penelitian terapan, dan (d) kemungkinan, potensi dan
keinginan akan penelitian tentang kebijaksanaan. Kaum behavioralisme menghadapi
tantangan keras dan terorganisir dari para kaum tradisionalis, namun pada pertengahan
kedua decade 1960-an behavioralisme benarbenar merupakan fakta yang bisa diterima.

Pendekatan-Pendekatan Inter-Disipliner

Tahun 1920-an telah berdiri Social Science Research Council, ilmu politik mulai
terlibat dalam suatu kegiatan kerja ilmu social yang bersifat inter-disiplin. Pada akhir
tahun 1920-an dan awal tahun 1930-an, di bawah pengaruh sarjana-sarjana imigran dari
Eropa mencoba menghidupkan kembali perhatian terhadap masalah-msalah yang bersifat
normatif, filosofis dalam ilmu politik. Lazersfeld dianggap sebagai ahli sosiologi politik
yang mengembangkan penilaian-penilaian tentang perilaku dalam pemungutan suara di
Amerika Serikat. Ahli-ahli sosiologi politik lainnya menerapkan analisanya terhadap
struktur birokrasi, seperti Max Weber dan Robert Michels. Setelah berakhirnya Perang
Dunia II, para ilmuwan politik telah dengan sukses menyerap pendekatan-pendekatan
teoritis dan metodologis dari sosiologi politik dan psikologi kedalam analisa politik, dan
penelitian-penelitian tentang perilaku dalam pemungutan suara serta sikap-sikap politik
telah menjadi suatu pokok permasalahan umum bagi suatu penelitian ilmiah.

Hubungan Dengan Sosiologi Dan Antropologi

Istilah-istilah seperti relativisme budaya, evolusi social, difusi budaya dan


akulturasi yang digunakan oleh ilmuwan politik merupakan konsep-konsep dari
antropologi dan demikian juga sejumlah istilah-istilah teori politik kini digunakan secara
umum dalam antropologi. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat-
masyarakat politik di daerah-daerah yang sedang berkembang sangatlah penting bagi
ilmuwan politik untuk memperhitungkan segenap lingkungan social budaya dari
kehidupan mereka, maka bantuan dari sosiologi dan antropologi sangatlah penting. Oleh
karena itu para ilmuwan politik harus mempelajari tentang studi kawasan (country
studies), tidak hanya meneliti elit-elit nasional atau kebijakan pemerintah pusat, tetapi
juga masalah-msalah politik local atau daerah.
Sosiologi dalam ilmu politik merupakan disiplin yang mempunyai asal-usul sama.
Sudah sejak lama ilmu politik telah melibatkan dirinya dengan masalah-masalah negara
dan masyarakat. Kita perlu melihat ilmu sosial sebagai ilmu yang (a) mengamati sistem
tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan, (b) mempelajari pengaruh suatu
pembaharuan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan itu, (c) menganalisa sistem
tersebut, terutama struktur-strukturnya yang bersifat menyatukan dan mengatur.

Suatu pendekatan ilmu sosial akan membantu para ilmuwan politik dalam
memberi penekanan pada aspek-aspek prosesional dalam sistem itu. Penelitian terhadap
ketegangan yang timbul dalam pengaturan budaya, dimana sosiologi begitu menaruh
perhatian secara khusus akan membatu menyelesaikan konflik-konflik politik. Sebagai
akibat pemanfaatan berbagai peralatan serta pendekatan dari sosiologi secara lebih besar,
kemudian dikenal sebagai sosiologi politik yang secara sah merupakan sub-bidang ilmu
politik.

Ilmu Politik, Ekonomi Dan Psikologi

Paradigma ilmu ekonomi, model-model penukaran yang didasarkan pada alokasi


beban, pembagian kerja secara politik dan sebagainya semakin meningkat digunakan oleh
ilmuwan politik. Bukan berarti pula ilmu ekonomi yang baru ini akan menggeser
sosiologi politik secara keseluruhan, karena ilmu politik akan terus menaruh perhatian
pada masalah-msalah yang tidak dapat dipecahkan dari sudut pandang ekonomi saja.

Perbedaan mendasar antara ilmu politik dan psikologi begitu besar, sehingga
penerapan perangkat psikologi dalam analisa-analisa politik kadang-kadang menjadi
pengalaman yang mengandung risiko dan membingungkan. Oleh karena itu, meskipun
terdapat kecenderungan kearah psikologi, ilmu politik belum mampu memanfaatkan
secara penuh perkembangan teori dan kerangka konsepsual yang terjadi dalam bidang
psikologi untuk tujuan analisa politik.

Bagian terpenting dalam psikologi mempengaruhi penelitian-penelitian politik


adalah psiko-analisa. Psikologi Freud secara umum dianggap sebagai salah satu dari dua
model pemikiran yang paling berpengaruh, yang muncul dalam peradaban barat pada dua
abad belakangan ini. Satu orang lainnya ialah Marx. Pemikiran Freud menjadi pengaruh
besar terhadap ilmu-ilmu social dan kemanusiaan daripada terhadap psikiatri. Freud sama
sekali tidak mempercayai manusia dalam masyarakat. Ilmu psikologi semacam ini tentu
saja belum dapat memberikan pengaruh yang mendalam terhadap studi ilmu politik.

Dari Behavioralisme Ke Post-Behavioralisme

Diantara prinsip-prinsip serta kecenderungan-kecenderungan post-behavioral


yang penting, terdapat penekanan-penekanan baru pada nilai-nilai dalam masalah
keadilan, kebebasan dan persamaan. Kaum behavioralis yang kini beralih menjadi post-
behvioralis, menyadari bahwa terlalu banyak waktu yang terbuang oleh mereka, untuk
penelitianpenelitian yang dangkal dan sering tidak relevan. Mereka memikirkan masalah-
masalah stabilitas, ultra stabilitas, homeostatis, ekuilibrium, pola-pola pemeliharaan dan
sebagainya dengan bidang pekerjaan yang dilakukan kadang-kadang didasarkan pada
seluk-beluk, skalaskala, indek-indeks, serta teknik-teknik khusus untuk mengumpulkan
dan menganalisa data. Perbedaan diantara keduanya terletak pada kenyataan bahwa
tradisionalisme menolak validitas pendekatan yang menekankan pada perilaku dan selalu
mengulang kembali keyakinannya terhadap tradisi klasik ilmu politik, sedangkan post-
behavioralisme menerima apa saja yang telah dicapai pada era behavioralisme tetapi
berusaha untuk mendorang ilmu politik lebih jauh lagi, kea rah cakrawala baru.

B. Analisis
Penulis memandang bahwa SP Varma mencoba menguraikan perkembangan ilmu
politik dari barat terutama Amerika Serikat dimana pendekatan-pendekatan behavioral
maupun post-behavioral lahir. Varma mengurai secara proses perubahan-perubahan yang
terjadi dari tradisionalisme, behavioralisme sampai ke post-behvioralisme namun tidak
digambarkan atau dijelasnkan secara rinci bagaimana paham tradisionalisme itu sendiri,
hanya sedikit pembahasan terkait itu, namun hampir pada seluruh sub tema membahas
terkait perubahan perilaku. Cukup dijelaskan bahwa tradisonalisme merupakan orang-
orang yang menganut keyakinan tradisi klasik ilmu politik, sedangankan post-
behavioralisme merupakan paham dari kaum-kaum yang tidak puas atas hasil capaian
kaum behavioralis dan coba mendorong ilmu politik lebih maju lagi ke arah cakrawala
baru. Lahirnya politik menjadi sebuah ilmu pada akhir Abad ke-19 merupakan sebuah
dorongan kuat dari para sarjana politik, walaupun terjadi gejolak besar waktu itu karena
meletusnya Perang Dunia II. Varma menjelaskan terjadi beberapa perkembangan ilmu
politik yang begitu signifikan hubungannya terhadap ilmu-ilmu lainnya, seperti sosiologi,
ekonomi, hukum, psikologi dan antripologi, namun pendekatan-pendekatan yang
dilakukan dinilai masih terlalu dangkal, sehingga muncul gerakan kritisme terhadap
pendekatan perilaku (behavioral approach) karena dianggap mengabaikan nilai-nilai
dalam setiap penelitian sarjana politik pada saat itu. Munculnya kaum ini yang disebut
post-behavioralis beranggapan bahwa para ilmuwan politik harus melibatkan diri secara
aktif untuk mengatasai masalahmasalah sosial yang terjadi.
Penulis juga melihat sebuah penelitian pasca Perang Dunia II dijelaskan mulai
perkembangan baru dari metode-metode, analisa statistik, analisa isi/kadar dalam
penelitian politik. Pada saat itu mulai dipelajari tentang metode survey dengan
wawancara sebagai sumber infomasi data yang dapat diakui, maka model-model
wawancara sebagai basis informasi pun mulai dikembangkan, terutama pada saat
dipelajari penelitian tentang pemilihan.
Varma mengatakan sosiologi dan politik memiliki asal usul sama dan sejak lama
ilmu politik melibatkan dirinya dalam masalah negara dan masyarakat. Menurut Miriam
Budiardjo para sosiolog memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perubahan dan
pembaruan. 1Ia mengatakan apabila dalam masyarakat timbul golongan-golongan baru
yang memajukan kepentingan baru, maka nilai-nilai kebudayaan masyarakat secara
keseluruhan akan menunjukkan perubahan-perubahan dalam pola kehidupan politik.
Antropologi merupakan kajian yang menarik akan hubungannya dengan ilmu
politik, dikenal dengan istilah-istilah leativisme budaya, evolusi sosial, difusi budaya,
akulturasi dan lain-lainnya merupakan istilah yang banyak digunakan ilmuwan politik,
namun sebetulnya ini merupakan konep-konsep dari antropologi. Namun Varma sendiri
tidak menjelaskan secara rinci hubungan ilmu politik dengan antropologi, berbeda
dengan Miriam Budiardjo dalam bukunya mengutarakan antropologi menyumbang
pengertian dan teori tentang kedudukan serta peran berbagai satuan sosial budaya yang
lebih kecil dan sederhana2. Artinya antropologi sebagai satu disiplin ilmu bisa menjadi

1
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Gramedia : Jakarta. Hal 29-30.
2
satu langkah alternatif untuk ilmu politik dalam mengkaji dan meneliti satu objek yang
berkaitan dengan budaya-budaya politik dalam satu kelompok masyarakat.
Perkembangan selanjutnya dijelaskan oleh Varma adalah hubungan ilmu politik
dengan ekonomi dan psikologi. Dalam penelitian ilmu politik, ekonomi dapat
menjelaskan modelmodel penukaran didasarkan pada alokasi beban, pembagian kerja dan
sebagainya. Istilah ekonometri politik sekarang lazim digunakan dalam istilah politik.
Sedangkan psikologi menghasilkan psiko-analisa dalam ilmu politik. Varma
melihat dua orang sosok pembaharuan ilmu politik dalam konteks psikologi social yaitu
Freud dan Marx, ia memandang justru dalam hal ini yang banyak memberikan pengaruh
ialah Freud dibandingkan Marx. Dalam pemahaman Freud disampaikan bahwa dia tidak
mempercayai manusia dalam masyarakat, sehingga mendorong sebuah gerakan yang
dinamakan NeoFreudians yang dicetuskan Erich Fromm dan Karen Horney yang justru
dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx. Kedua orang ini mengembangkan yang
dinamakan Socialised PsicoAnalysis.
C. Kesimpulan
Buku teori politik modern SP. Varma merupakan sebuah literatur yang cukup
lengkap membahas terkait perkembangan politik moderen ala Barat, terutama Amerika
Serikat. Namun tidak menjelaskan lebih banyak bagaimana perluasan pengaruhnya
terhadap dunia timur atau terhadap belahan dunia lainnya. Sehingga penjelasannya sangat
bergantung pada konteks pendapat dan pandangan para ilmuwan politik Eropa dan
Amerika.

Anda mungkin juga menyukai