Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dedi Mizwar

Kelas : C2
Mata Kuliah : Teori-Teori Sosial Klasik

Review Materi “The Distribution of Power Within Political Community”


Max Weber

Kekuasaan yang Ditentukan Secara Ekonomis dan Urutan Status

Weber mengatakan bahwa kekuasaan harus dilihat dari esensi masing-masing.


Kekuasaan ekonomi belum tentu identik dengan kekuasaan yang lain. Orang mencari
kekuasaan belum tentu karena ingin menjadi kaya raya. Orang mencari kekuasaan karena
pertimbangan kehormatan. Kekuasaan dan kehormatan memerlukan jaminan dari adanya
ketertiban berdasarkan hukum. Tertib hukum merupakan faktor tambahan penting untuk
memperluas kekuasaan dan kehormatan meskipun tidak selamanya menjamin.

Kekuasaan menentukan satu kelompok sosial mendominasi terhadap kelompok sosial


yang lain. Tidak seperti Marx, dia melihat bahwa kekuasaan bukan bersumber semata-mata
dari kekuatan ekonomi atau hubungan pemilikan secara private atas alat produksi. Menurut
dia, kekuasaan memiliki beberapa dimensi, meliputi kelas, status, dan partai.

1. Kelas (ekonomis)
Memulai dengan kelas, Weber setia kepada orientasi tindakannya dengan
menyatakan bahwa suatu kelas bukanlah suatu komunitas. Weber berpendapat bahwa
suatu situasi kelas ada ketika terpenuhi tiga kondisi. Pertama, sejumlah orang
mempunyai komponen penyebab spesifik yang sama untuk peluang-peluang
kehidupan mereka. Kedua, sejauh komponen itu digambarkan secara eksklusif oleh
kepentingan-kepentingan ekonomi untuk pemilikan barang-barang dan peluang-
peluang untuk penghasilan. Ketiga, digambarkan di bawah kondisi-kondisi komoditas
atau pasar-pasar tenaga kerja. Itulah situasi kelas. Konsep kelas mengacu kepada
setiap kelompok orang yang ditemukan di dalam situasi kelas yang sama. Oleh karena
itu, suatu kelas bukan suatu komunitas tetapi hanyalah kelompok orang di dalam
situasi ekonomi, atau pasar yang sama.
Max Weber menjelaskan bahwa adanya kelas di dasarkan pada pemilik tanah
dan benda-benda serta kelas yang bergerak dibidang ekonomi dengan menggunakan
keahlianya. Weber menganggap bahwa kelas-kelas bukan merupakan kelompok
sosial, akan tetapi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya peluang hidup
yang sama.
2. Status (sosial)
Berbeda dengan kelas, status benar-benar secara normal mengacu kepada
komunitas; kelompok- kelompok status adalah komunitas-komunitas keseharian,
meskipun agak tidak berbentuk. Status didefinisikan oleh Weber sebagai setiap
komponen khas kehidupan manusia yang ditentukan oleh penafsiran sosial yang
spesifik, positif atau negatif, atas kehormatan. Sebagaimana lazimnya, status
dikaitkan dengan suatu gaya hidup. Status terkait dengan konsumsi barang-barang
yang dihasilkan, sementara kelas terkait dengan produksi ekonomi. Orang- orang
yang ada di puncak hierarki status mempunyai gaya hidup yang berbeda dibanding
orang- orang yang berada di bawah. Di dalam kasus ini, gaya hidup, atau status,
dihubungkan dengan situasi kelas. Akan tetapi, kelas dan status tidak mesti
berhubungan satu sama lain. Misalnya, uang dan posisi pengusaha itu sendiri bukan
kualifikasi status, meskipun hal itu dapat menghasilkannya dan kurangnya harta itu
sendiri bukan diskualifikasi status, meskipun hal itu mungkin menjadi suatu alasan
baginya. Weber menyatakan bahwa gaya hidup memberikan batasan pada pola
interaksi. Gejala ini dengan sendirinya mengakibatkan seseorang untuk menahan diri
bergaul dengan orang yang lebih rendah statusnya. Berbeda dengan kelas ekonomi,
kelompok-kelompok status lebih berlandaskan pada ikatan subjektif antara para
anggotanya yang terikat menjadi satu karena gaya hidup, nilai serta kebiasaan yang
sama.
Ada sekumpulan hubungan yang rumit di antara kelas dan status, dan itu diperumit
lagi ketika kita menambahkan dimensi partai.
3. Partai (politik)
Sementara kelas ada di dalam tatanan ekonomi dan kelompok-kelompok status
di dalam tatanan sosial, partai-partai dapat ditemukan di dalam tatanan politis. Bagi
Weber, partai-partai selalu merupakan struktur-struktur yang berjuang mendapat
dominasi. Oleh karena itu, partai-partai adalah unsur-unsur yang paling terorganisir
dari sistem pembagian Weber. Weber memikirkan partai- partai sangat luas tidak
hanya mencakup partai-partai yang ada di dalam negara, tetapi juga yang mungkin
ada di dalam suatu klub sosial. Partai-partai biasanya, tetapi tidak selalu,
menggambarkan kelas atau kelompok status. Apa pun yang mereka gambarkan,
partai-partai diorientasikan kepada pencapaian kekuasaan.
Struktur sosiologis partai berbeda secara mendasar tergantung pada jenis aktivitas
sosial yang ingin mereka pengaruhi; Artinya, mereka berbeda menurut apakah
masyarakat dikelompokkan berdasarkan status atau kelas. Mereka bervariasi sebagian
besar tergantung pada struktur dominan. Karena pemimpin mereka biasanya sibuk
dengan penaklukannya. Dalam terminologi umum kita, partai bukan hanya produk
dari bentuk pemerintahan modern. Kami juga mendefinisikan festival kuno dan abad
pertengahan, meskipun pada dasarnya berbeda dari festival modern. Karena partai
selalu memperebutkan kontrol (dominasi) politik, organisasinya juga seringkali ketat
dan otoriter. 

Anda mungkin juga menyukai