PENDAHULUAN
1.3.Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Keterangan :
Golongan pertama atau kelas atas : merupakan kelompok terkecil
dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan
bangsawan.
Golongan kedua atau kelas menengah : merupakan golongan yang
cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari
para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga atau kelas bawah : merupakan golongan terbanyak
dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.
Keterangan :
Kelas sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas sosial kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas sosial ketiga : pengusaha, kaum professional
Kelas sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi
profesional, supervisor, pengrajin terkemuka.
Kelas sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam : para pekerja tidak tetap, pengangguran,
buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.
Deskripsi Nilai
Kelas sosial sering dikaitkan dengan pendapatan. Hal ini terjadi karena proses
pembentukan kelas sosial dalam pandangan modern berasal dari penggolongan strata
pekerjaan dan jabatan yang berkorelasi dengan pendapatan. Variabel pendapatan sering
disebut sebagai factor kelas sosial, namun beberapa tulisan menempatkan pendapatan
sebagai bagian dari pekerjaan dan pendidikan; artinya, pendapatan adalah konsekuensi
dari pekerjaan dan pendidikan. Pendapatan dan kelas sosial sering dipisah dan digabung
dalam berbagai penelitian. Namun Mihić & Ćulina (2006) sendiri menyatakan bahwa
sejak fenomena kelas sosial dalam pemasaran menjadi subyek studi, sebagian besar riset
mempertimbangkan kelas sosial sebagai variable daripada pendapatan.
Menurut penelitian Mihić & Ćulina (2006), pendapatan lebih berpengaruh pada
produk-produk mahal yang mana untuk mengkonsumsinya konsumen harus
mengeluarkan uang dalam jumlah banyak, sedangkan kelas sosial lebih dominan dalam
mempengaruhi produk-produk yang berhubungan dengan prestige, kelihatan mahal,
dan menandakan gaya hidup kelas tertentu. Sebagai contoh, dalam penelitian tersebut
ditunjukkan bahwa seseorang dari kelas sosial tinggi lebih banyak mengkosumsi
makanan sehat, alami, dan sederhana, sedangkan seseorang berpendapatan tinggi malah
sebaliknya. Seseorang dari pendapatan rendah lebih banyak mengkonsumsi makan cepat
saji sedangkan dari kelas sosial rendah lebih sedikit. Presentase pemilik mobil pada
kelompok pendapatan rendah lebih banyak dibandingkan dengan kelas sosial rendah.
Untuk pembelian produk-produk fashion, kelas sosial rendah lebih mempertimbangkan
kualitas dari pada harga, sedangkan kelompok pendapatan rendah sebaliknya.
Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh keluarga dalam
periode setiap bulan.Variabel pendapatan yang sering digunakan dalan berbagai studi
adalah gross household money income (Wolff & Zacharias, 2007) sama seperti Badan
statistik USA yang menggunakan pretax money income (Meyer & Sullivan, 2011),
namun Wolff dan Zacharias sendiri menggunakan ukuran comprehensive income
dalam penelitiannya. Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan pendapatan
masyarakat menjadi dua, yaitu penduduk miskin dan penduduk tidak miskin. BPS
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach)
dalam mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Penduduk miskin adalah mereka yang pendapatannya dibawah Garis Kemiskinan
(GK), sedangkan tidak miskin yang pendapatannya diatas garis kemiskinan.
Penghitungan GK adalah Garis Kemiskinan Makanan (GKM) ditambah dengan Garis
Kemiskinan Non Makan (GKNM). GKM adalah jumlah rupiah minimum yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan
2100 kilokalori per kapita per hari. GKNM adalah kebutuhan pokok bukan makanan
meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan (BPS, 2013). Sementara itu
penelitian Deloitte Southeast Asia (2015) menggolongkan pendapatan konsumen sebagai
proxi kelas sosial ke dalam empat tingkatan yaitu:
1. Higher income (> Rp.120 juta per tahun)
2. Upper middle income (Rp. 60-120 juta per tahun)
3. Lower middle income (Rp. 36-60 juta per tahun)
4. Lower income (< Rp. 36 Juta per tahun)
Pendapatan memiliki hubungan yang positif terhadap barang normal, sedangkan
barang inferior memiliki hubungan yang negatif terhadap pendapatan karena jika
kenaikan pendapatan maka permintaan terhadap barang inferior akan menurun.
Dengan menganggap pendapatan tetap sebenarnya tidak dapat ditafsirkan bahwa
pendapatan tidak mempunyai pengaruh terhadap jumlah barang yang diminta, karena
masih ada faktor- faktor lain yang juga tidak kurang penting yaitu barang lain dan selera
(Mankiw, 2008).
Konsumsi memiliki arti yang penting dalam mengekspresikan identitas sosial
(Elfick, 2011). Hutagalung & Aisha (2008) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah kelas sosial. Konsumsi dapat berarti
suatu ekspresi dari karakteristik kelas sosial tertentu (Al-Modaf, n.d). Hubungan antara
kelas sosial dengan konsumsi adalah self-reflexive. Kelas sosial mempengaruhi pola
konsumsi sehingga dengan demikian sebaliknya konsumsi merefleksikan suatu status
sosial (Al- Modaf, n.d). Sebagai contoh penelitian menunjukkan bahwa prebedaan klas
sosial berkaintan dengan konsumsi dan pilihan seluruh jenis makanan (Hupkens, Knibbe,
& Drop, 2000). Kelas sosial juga terbukti menjadi indicator penting yang terkait dengan
8 produk sehari-hari konsumen (Mihić dan Ćulina, 2006).
Schaninger (1981) menyatakan bahwa kelas sosial lebih baik untuk
digunakan sebagai dasar segmentasi pasar barang tahan dibandingkan pendapatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelas sosial lebih unggul dibandingkan dengan
pendapatan dalam segmentasi makanan dan minuman non-alkohol, serta perilaku belanja
dan menonton televisi di malam hari. Pendapatan lebih unggul dari kelas sosial pada
kasus barang peralatan utama, minuman ringan, dan minuman beralkohol. Kombinasi
pendapatan dan kelas sosial lebih unggul untuk make-up dan pakaian, serta mobil dan
kepemilikan televisi.
Penelitian Myers, Stanton, & Haug (1971), membandingkan korelasi antara kelas
sosial dan pendapatan terhadap perilaku konsumen khusus pada barang-barang
kebutuhan sehari-hari yang relatif murah. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pendapatan lebih dominan dalam mempengaruhi perlaku konsumen dalam kasus barang
kebutuhan sehari- hari dalam bentuk kemasan dibandingkan kelas sosial. Kelas sosial itu
sendiri lebih dominan dalam mempengaruhi produk-produk yang berhubungan dengan
kenyamanan atau cara praktis seperti mie instan, nasi instan, pai daging, dll.
2.3. Analisis Dan Pembahasan Kelas Sosial Di Jawa Timur
3.3.1. Data Diambil berdasarkan BPS Statistik Provinsi jawa Timur
Presentase
No Indikato (%)
Jenis Kelamin r
1 Laki-laki 56%
2 Perempuan 44%
Usia
1 21-30 th 31%
2 31-40 th 50%
3 41-50 th 14%
4 51-60 th 5%
Pendapatan
1 >30.400.000 4%
2 24.700.001-30.400.000 4%
3 19.000.001-24.700.000 8%
4 15.200.001-19.000.000 10%
5 11.400.001-15.200.000 10%
6 7.600.001-11.400.000 13%
7 5.700.001-7.600.000 15%
8 3.800.001-5.700.000 13%
9 1.900.001-3.800.000 17%
10 ≤1.900.000 6%
Pendidikan
1 Tidak Sekolah 0%
2 SD 0%
3 SMP 5%
4 SMA/SMK 23%
5 Diploma 1 (D1) 13%
6 Diploma 2 (D2) 8%
7 Diploma 3 (D3) 11%
8 S1/D4 38%
9 Strata 2 (S2) 2%
10 Strata 3 (S3) 0%
Makanan&Minuman
1 Frekuensi membeli daging sapi 37.837 Sig 47.136 Sig 9.299
4 Jenis susu yang dikonsumsi 12.921 Not Sig 18.743 Sig 5.822
Pakaian
8 Rata-rata harga baju yang dibeli 39.481 Sig 32.957 Sig 6.524
per potong
Investasi
15 Jenis fasilitas jasa investasi dan 39.990 Sig 49.981 Sig 9.991
keuangan yang dimiliki
16 Jumlah nilai investasi dan 103.991 Sig 79.720 Sig 24.271
keuangan yang dimiliki
Rumah dan bangunan
B. Pakaian
1. ”Kelas sosial di jawa timur terbilang tinggi, terlihat dari perbedaan
pendapatan antar penduduknya yang cukup signifikan, kelas social dan
pendapatan sama-sama berkaitan erat dengan harga baju dan tempat
pembelian baju. Semakin tinggi kelas sosial dan pendaptan, semakin
tinggi frekuensi pembelian baju. Namun tempat membeli baju lebih
berkaitan dengan kelas sosial konsumen; dengan kata lain semakin tinggi
kelas sosial, konsumen akan cenderung memilih tempat membeli baju
yang lebih nyaman dan modern tercermin dari adanya sebutan “crazy rich
surabayan” di Jawa Timur”
2. ”Harga baju yang terbilang mahal di jawa timur juga menentukan kelas
social yang terjadi disana, harga baju yang lebih mahal tentunya memiliki
kualitas yang lebih bagus. Pakaian atau baju merupakan salah satu icon
atau simbol yang dapat menunjukkan kelas sosial seseorang sehingga
bagi kalangan sosial tertentu harga dan kualitas baju menjadi
perhatian khusus untuk menunjukkan esistensi diri mereka. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Ulkhusna (2015) bahwa kelas sosial berpengaruh
positif dengan keputusan pembelian baju batik pada masyarakat dimana
untuk kelas sosial atas lebih memilih pakaian yang lebih mahal dan
berkualitas daripada kelas sosial rendah. ”
3. ”Tempat membeli baju yang berbeda akan menampilkan produk yang
berbeda dan kualitas yang berbeda. Bagi mereka yang memiliki kelas
sosial yang lebih tinggi akan memilih tempat yang terkenal seperti butik
khusus agar mereka dapat membeli barang- barang yang bermerek dan
diproduksi terbatas. ”
D. Investasi.
”Kelas sosial dan pendapatan sama-sama berkaitan erat dengan jenis dan
jumlah investasi yang dimiliki. Perbedaannya adalah bahwa pendapatan lebih
berkaitan dengan jenis atau ragam investasi sedangkan kelas sosial berkaitan
dengan nilai investasi. ”
”Tingginya nilai investasi di Jawa Timur menyebabkan jomplangnya kelas
kelas social yang terjadi. Pendapatan lebih memiliki hubungan yang tinggi
jika dibandingkan dengan kelas sosial karena dengan pendapatan yang lebih
tinggi maka sesorang dapat membeli berbagai macam investasi sedangkan
bagi kelas sosial tertentu akan memilih fokus pada salah satu jenis investasi
namun memiliki kualitas dan harga yang lebih bagus”
E. Rumah tinggal.
”Pendapatan dan kelas sosial berkaitan erat dengan kepemilikan dan harga
rumah tinggal. Dapat kita lihat sendiri banyaknya Gedung Gedung dan rumah
rumah mewah yang ada di jawa timur juga merupakan salah satu bagian dari
ketimpangan kelas social yang terjadi. namun secara umum pendapatan
konsumen menjadi faktor yang lebih menentukan harga rumah tinggal yang
dimiliki atau dibeli. Status kepemilikan tempat tinggal dan bangunan
merupakan salah satu kepemilikan yang terbilang cukup mahal untuk
dimiliki, sehingga masyarakat membutuhkan biaya yang cukup tinggi dalam
memiliki status kepemilikan tempat tinggal dan bangunan ini lebih dari satu.
Tingkat pendapatan mempengaruhi masyarakat dalam status kepemilikan
tempat tinggal dan bangunan. Status kepemilikan tempat tinggal dan
bangunan disesuaikan dengan segmen kelas ekonomi, yaitu kelas atas,
menengah serta bawah. Pendapatan lebih memiliki hubungan yang tinggi jika
dibandingkan dengan kelas sosial karena masyarakat membutuhkan biaya
yang cukup tinggi dalam memiliki dengan harga tempat tinggal dan bangunan
lebih dari satu. Tingkat pendapatan mempengaruhi masyarakat dalam
memiliki tempat tinggal dan bangunan. ”
BAB III
STUDI KASUS
Studi Keperilakuan Konsumen …. (Mariatul Ulfa Mansyur, Bambang Hariadi, & Wuryan Andayani)
STUDI KEPERILAKUAN KONSUMEN KELAS MENENGAH DALAM PENGADOPSIAN M-
COMMERCE DI JAWA TIMUR
1988). TPB dapat digunakan untuk terhadap minat perilaku konsumen dalam
Memprediksi perilaku tertentu dalam mengadopsi m-commerce.
berbagai situasi dan berbagai bentuk Minat perilaku (behavior intention) dan
tindakan. Konstruk yang digunakan dalam perilaku (behavior) merupakan dua hal yang
teori TPB ini yaitu pengaruh sosial, beberapa berbeda. Minat perilaku masih berupa suatu
studi yang dilakukan oleh Beberapa studi minat, minat atau intensi adalah keinginan
(Wei et al, 2009; Yi et al, 2006; Bakar et al, untuk melakukan perilaku. Minat belum
2013; Rodriguez & Trujillo, 2014; Yadav et al, berupa perilakunya. Perilaku diartikan
2016) menyatakan bahwa pengaruh sosial sebagai tindakan atau kegiatan nyata yang
memiliki hubungan positif terhadap minat dilakukan (Jogiyanto, 2007). Perilaku
perilaku individu. Berdasarkan argumentasi (behavior) adalah tindakan yang dilakukan
Theory of Planned Behavior (TPB) dan oleh seseorang. Dalam konteks penggunaan
penelitian terdahulu dapat dirumuskan Sistem teknologi informasi, perilaku
hipotesis ketiga adalah pengaruh sosial (behavior) adalah penggunaan sesungguhnya
berpengaruh positif terhadap minat perilaku (actual use) dari teknologi. Beberapa studi
konsumen dalam mengadopsi m-commerce (Sheppard et al, 1988; Turan, 2012; Mulero &
Innovation Diffusion Theory (IDT) Adeyeye, 2013; Akman & Mishra, 2017)
merupakan salah satu teori dalam ilmu menunjukkan bahwa minat perilaku memiliki
sosiologi yang diperkenalkan oleh Everett M. hubungan positif terhadap pengguna.
Rogers pada tahun 1964. Agarwal & Prasad Berdasarkan argumentasi dan penelitian
(1998) kemudian memperkenalkan Konstruk terdahulu dapat dirumuskan hipotesis kelima
Keinovatifan Pribadi dalam TI (Personal adalah minat perilaku berpengaruh positif
Innovativeness in Information Technology – terhadap penggunaan yang sesungguhnya
PIIT) yang telah digunakan hingga sekarang di dalam mengadopsi m-commerce
dalam beberapa penelitian terkait Adopsi Perbedaan studi ini dengan studi
Inovasi TI. Konstruk Keinovatifan Pribadi sebelumnya, peneliti menambahkan variabel
dalam TI merujuk pada kecenderungan dari teori IDT, yaitu keinovatifan pribadi dan
seseorang untuk mencoba suatu TI baru menambahkan variabel actual use (pengguna
(Martín dan Herrero (2012), Rodriguez dan yang sesungguhnya) sebagai variabel
Trujillo (2014). Beberapa studi yang dependen serta variabel behavior intention
dilakukan oleh (Yi et al, 2006; Fang et al, (minat perilaku) diposisikan sebagai variabel
2009; Crespo & Bosque, 2008; Martin & mediasi (intervening). Studi ini menggunakan
Herrero, 2012; Rodruguez & Trujillo, 2014) sampel konsumen kelas menengah di Jawa
Menyatakan bahwa keinovatifan pribadi Timur. Peneliti mengambil variabel
memiliki pengaruh terhadap minat perilaku keinovatifan pribadi karena salah satu
individu. Berdasarkan argumentasi dari teori karakteristik konsumen adalah
IDT dan penelitian terdahulu dapat kecenderungannya untuk mencoba suatu
Dirumuskan hipotesis keempat adalah teknologi informasi baru (Martín & Herrero
Keinovatifan pribadi berpengaruh positif 2012; Rodriguez & Trujillo, 2014).
Studi Keperilakuan Konsumen …. (Mariatul Ulfa Mansyur, Bambang Hariadi, & Wuryan Andayani)
Studi ini merupakan penggabungan dari kuesioner melalui soft copy yang berupa link
teori TAM, TPB, dan IDT. Tujuan dari studi ini google form.
untuk memprediksi dan mengetahui Pengukuran masing-masing variable dalam
perilaku konsumen terkait dengan penelitian ini menggunakan instrument yang
penggunaan dan pengadopsian teknologi diadaptasi dari penelitian terdahulu. Persepsi
informasi dalam hal ini m-commerce. kegunakaan (PK) menggunakan lima indikator
dari studi Wei et al (2009). Persepsi
METODE kemudahan penggunaan (PKP) menggunakan
Sampel pada studi ini terdiri dari 118 tiga indikator dari Wei et al (2009). Pengaruh
responden konsumen kelas menengah yang sosial (PS) menggunakan lima indikator dari
bekerja di Jawa Timur. Pengumpulan data Wei et al (2009). Keinovatifan pribadi (KP)
menggunakan metode survey berupa menggunakan tiga indikator dari Yi et al
kuesioner dengan bantuin link google form. (2006). Minat keperilakuan (BI) menggunakan
Pengumpulan data dilakukan pada bulan April tiga indikator dari Yi et al (2006). Penggunaan
2018. Metode yang digunakan menggunakan yang sesungguhnya (AU) menggunakan tiga
teknik convenience sampling. Convenience indikator dari Malhotra & Galleta (1999).
sampling dijadikan sebagai teknik pemilihan
sampel karena peneliti tidak mengetahui Data penelitian ini bersumber dari data
jumlah popuasi. Berdasarkan hal tersebut primer yang merupakan persepsi dari
peneliti melakukan konfirmasi kepada masing- konsumen yang sudah bekerja dan memiliki
masing perwakilan kota dan instansi (BUMN, penghasilan. Data tersebut didapat dan
Swasta, Negeri, maupun pengusaha) untuk dikumpulkan dengan menggunakan metode
menerima penelitian dan menyebarkannya survey melalui Google Form. Kuesioner
kepada responden yang telah ditentukan dalam penelitian ini terdiri dari item
sebelumnya. Setelah disetujui, selanjutnya pertanyaan yang akan didaptasi dari (Wei et
peneliti memberikan al (2009); Yi et al (2006); dan Dong et al
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018
dengan skala likert 1 sampai 7. 1= Sangat Pendidikan responden paling banyak adalah
tidak setuju, 2= Tidak Setuju, 3=Agak tidak jenjang S1, sebesar 61%. Rata-rata
setuju, 4= Netral, 5= Agak Setuju, 6= Setuju, menggunakan adopsi teknologi informasi m-
7= Sangat setuju. Analisis data dalam commerce lebih dari 5 tahun, sebesar 44%.
penelitian ini menggunakan analisis Aplikasi yang sering digunakan adalah
Structural Equation Model (SEM) berbasis pembelian daripada layanan lainnya,
Partial Least Square (PLS). sebesar 38% (lihat Tabel 1).
Berdasarkan tabel 2, maka dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN diketahui bahwa nilai faktor loading dari
Karakteristik Sampel penelitian ini semua konstruk lebih dari 0,7, nilai AVE dan
berdasarkan jenis kelamin, jumlah wanita Communality lebih dari 0,5. Hal tersebut
lebih besar daripada pria, yaitu sebesar 77%. menunjukkan bahwa validitas konvergen
Berdasarkan usia, rata-rata pengguna adalah mendukung semua variable laten. Nilai dari
usia 23-26 tahun. berdasarkan pekerjaan, Cronbach’s alpha lebih dari 0,6 dan nilai
paling banyak pegawai BUMN daripada composite reliability lebih dari 0,7. Hal
pekerjaan lainnya, sebesar 27%. Berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa uji reliabilitas
jabatan, staff/karyawan lebih dominan adalah didukung untuk semua konstruk
daripada jabatan lainnya, sebesar 62%. (Abdillah dan Jogiyanto, 2015). Sedangkan
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018
pada tabel 3 menunjukkan bahwa nilai akar maupun mengadopsi teknologi m-commerce
AVE lebih besar dari korelasi variable laten (β=0,174; t-statistic 1,787>1,64). H4 diterima
dan nilai cross loading lebih dari 0,7 ketika keinovatifan pribadi berpengaruh
(Abdillah dan Jogiyanto, 2015). Hal tersebut positif terhadap minat perilaku konsumen
menunjukkan bahwa validitas diskriminan dalam menggunakan maupun mengadopsi
didukung untuk semua konstruk. teknologi m-commerce (β=0,237; t-statistic
4,598>1,64). H5 diterima ketika minat
Pengujian Hipotesis perilaku konsumen berpengaruh positif
Syarat hipotesis diterima adalah nilai terhadap penggunaan yang sesungguhnya
original sampel atau beta (β) adalah positif dalam menggunakan maupun mengadopsi
dan nilai t-statistic adalah lebih dari 1,64. H1 teknologi m-commerce (β=0,547; t-statistic
diterima ketika persepsi kegunaan 8,057>1,64). Ringkasan dari pengujian
berpengaruh positif terhadap minat perilaku hipotesis dapat dilihat di Tabel 4.
konsumen dalam menggunakan maupun
mengadopsi teknologi informasi m- Diskusi Hasil Pengujian
commerce (β=0,326; t-statistic 4,431>1,64). Studi ini diadopsi dari teori TAM, TPB,
H2 diterima ketika persepsi kemudahan dan IDT untuk menjelaskan minat dalam
penggunaan berpengaruh positif terhadap penggunaan maupun pengadopsian teknologi
minat perilaku konsumen dalam informasi m-commerce oleh konsumen
menggunakan maupun mengadopsi kalangan menengah di Jawa Timur. Hasil dari
teknologi m-commerce (β=0,319; t-statistic studi ini menunjukkan bahwa persepsi
4,198>1,64). H3 diterima ketika pengaruh kegunaan memiliki pengaruh positif terhadap
sosial berpengaruh positif terhadap minat minat perilaku konsumen dalam
perilaku konsumen dalam menggunakan menggunakan maupun mengadopsi
teknologi informasi m-commerce. hasil ini digunakan maka akan menjadi suatu
konsisten dengan studi yang dilakukan oleh kebiasaan dalam melakukan aktifitas
Lu et al (2005), Wei et al (2009), Chong et al maupun pekerjaan sehari-hari, maka
(2013), Liu dan Yu (2017), Yadav et al (2016). mudahnya suatu teknologi informasi akan
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diperhatikan oleh konsumen, sehingga
seseorang percaya bahwa penggunaan penggunaannya akan terus berkelanjutan di
teknologi informasi m-commerce maka masa depan.
dapat meningkatkan kinerjanya dan berguna Studi ini menunjukkan bahwa pengaruh
bagi konsumen itu sendiri, maka minat sosial memiliki pengaruh positif terhadap
perilaku konsumen terhadap teknologi minat perilaku konsumen dalam
informasi m-commerce yang diadopsi menggunakan maupun mengadopsi teknologi
menjadi semakin positif. informasi m-commerce. Hasil ini konsisten
Studi ini juga menunjukkan persepsi dengan studi yang dilakukan oleh Wei et al
kemudahan penggunaan memiliki pengaruh (2009), Bakar et al (2013), Rodriguez
positif terhadap minat perilaku konsumen & Trujillo (2014), Yadav et al (2016).
dalam menggunakan maupun mengadopsi Pengguna maupun pengadopsi teknologi
teknologi informasi m-commerce. Hasil ini informasi m-commerce akan lebih
konsisten dengan studi yang dilakukan oleh terpengaruh oleh tekanan sosial yang
Dai dan Palvia (2009), Roy dan Moorthi berasal dari atasan, rekan kerja atau teman,
(2017), Lu et al (2005), Liu dan Yu (2017). sekaligus media massa akan memiliki peran
Ketika seorang konsumen memiliki penting dalam pengaruh sosial penggunaan
kepercayaan diri yang tinggi dan teknologi informasi.
berpendapat bahwa teknologi informasi m- Studi ini menunjukkan bahwa
commerce yang diadopsi ini mudah untuk keinovatifan pribadi memiliki pengaruh
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018
A. Identitas Jurnal
• Judul :
STUDI KEPERILAKUAN KONSUMEN KELAS MENENGAH DALAM
PENGADOPSIAN M-COMMERCE DI JAWA TIMUR
• Penulis :
Mariatul Ulfa Mansyur, Bambang Hariadi, & Wuryan Andayani
• Departemen penulis :
Universitas Brawijaya, Indonesia
• Jenis penelitian :
Studi kasus penelitian terhadap keperilakuan konsumen kelas menengah
dalam pengadopsian m-commerce di Jawa Timur.
• Tujuan penelitian :
Untuk memprediksi dan mengetahui perilaku konsumen terkait dengan
penggunaan dan pengadopsian teknologi informasi dalam hal ini m-
commerce.
• Metodologi penelitian :
Sampel pada studi ini terdiri dari 118 responden konsumen kelas menengah
yang bekerja di Jawa Timur. Pengumpulan data menggunakan metode
survey berupa kuesioner dengan bantuin link google form. Pengumpulan
data dilakukan pada bulan April 2018. Metode yang digunakan
menggunakan teknik convenience sampling. Convenience sampling
dijadikan sebagai teknik pemilihan sampel karena peneliti tidak mengetahui
jumlah populasi.
B. Analisis Jurnal
Implikasi hasil studi ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi
perusahaan pemberi layanan dalam mempertimbangkan perancangan dan
pengembangan teknologi informasi secara umum maupun teknologi informasi
khususnya pada layanan m-commerce sehingga akan mendorong adopsi m-
commerce di Jawa Timur. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa perilaku konsumen
dalam menggunakan maupun mengadopsi m-commerce ditentukan oleh minat
perilaku konsumen. Minat perilaku konsumen dipengaruhi secara positif oleh
persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, pengaruh social, dan keinovatifan pribadi.
Studi ini memberikan hasil bahwa minat perilaku merupakan faktor penentu
perilaku dan secara partial sebagai variable mediasi. Minat perilaku
mengindikasikan bahwa konsumen mempunyai hasil evaluasi yang positif terhadap
perilaku dalam menggunakan teknologi informasi m-commerce yang diadopsi.
Nilai R2 pada konstruk minat perilaku sebesar 0,583. Artinya, persentase variansi
konstruk minat perilaku dapat dijelaskan oleh konstruk persepsi kegunaan, persepsi
kemudahan penggunaan, pengaruh sosial, dan keinovatifan pribadi.
3. Kesesuaian Teori dengan keadaan faktual
Berdasarkan jurnal yang kelompok kami analisis mengenai studi
keprilakuan konsumen kelas menengah dalam penggunaan dan pengadopsian m-
commerce di daerah Jawa Timur dengan menggunakan berbagai teori yang penulis
teliti mengenai variabel-variabel seperti kebergunaan, kemudahan, pengaruh sosial,
keinovatifan, dan minat perilaku konsumen dalam penggunaan dan pengadopsian
m-commerce sudah sesuai dengan keadaan faktual yang terjadi di lingkungan
daerah Jawa Timur. Dengan dibantu berbagai data-data kelas sosial di daerah Jawa
Timur seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, jabatan, pendidikan dan juga minat
dari penggunaan m-commerce ini membuat semakin akurat nya data yang bisa kita
peroleh dan untuk dijadikan hipotesis mengenai apakah variabel-variabel tersebut
berpengaruh terhadap perilaku konsumen kelas menengah dalam mengunakan m-
commerce ini.
Seperti yang kita dapat lihat di hasil pengujian hipotesis yang dilakukan oleh
peneliti dengan menggunakan data responden daerah di Jawa Timur ini untuk
hipotesis pertama diterima ketika persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap
perilaku konsumen kelas menengah dalam penggunaan m-commerce, karena
semakin tinggi kebergunaanya m-commerce ini dapat meningkatkan kinerja
konsumen nya. untuk hipotesis kedua juga dapat diterima ketika persepsi
kemudahan berpengaruh positif terhadap perilaku konsumen kelas menengah dalam
penggunaan m-commerce, karena dengan mudah nya teknologi informasi m-
commerce ini membuat konsumen memiliki waktu lebih dalam melakukan aktifitas
atau pekerjaan sehari-harinya. Hipotesis ketiga juga dapat diterima ketika pengaruh
sosial berpengaruh positif terhadap minat perilaku konsumen dalam menggunakan
m-commerce, karena pengguna akan lebih terpengaruh oleh tekanan sosial yang
berasal dari atasan, rekan kerja, atau media massa yang memiliki peranan penting
dalam kelas sosial. Hipotesis keempat juga dapat diterima ketika keinovatifan
pribadi berpengaruh positif terhadap minat perilaku konsumen kelas menengah
dalam pengadopsian m-commerce, karena keinovatifan pribadi ini akan terus
melakukan inovasi baru dimasa depan dlam teknologi m-commerce ini. Terakhir
hipotesis kelima juga dapat diterima ketika minat perilaku konsumen berpengaruh
positif terhdap penggunaan dan pengadopsian m-commerce, karena minat perilaku
konsumen yang besar maka konsumen akan cenderung menggunakannya dalam
melakukan aktifits pekerjaan sehari-harinya.
Hal ini juga sangat penting bagi perusahaan penyedia jasa m-commerce
untuk memberikan layanan dan mempertimbangkan perancangan teknologi m-
commerce ini agar lebih baik dan disukai oleh konsumen dalam melakukan
kegiatan jual beli nya sehari-hari untuk mendorong penggunaan m-commerce yang
lebih banyak lagi dan memotivasi konsumen lainnya di Indonesia untuk
menggunkan m-commerce sehingga dapat meningkatkan kinerja, efektif dan
efisiensi waktu maupun fleksibilitas dalam melaksanakan kegiatan nya sehari-hari.
Dengan didukung oleh teori-teori yang sesuai dengan bidang nya seperti
teori Technology Acceptance Model (TAM), Theory of Planned Behavior (TPB),
dan Innovation Diffusion Theory (IDT) ini semakin membuktikan bahwa perilaku
konsumen kelas sosial menengah ini yang berada di Jawa Timur memberikan minat
perilaku konsumen yang positif terhadap penggunaan dan pengadopsian m-
commerce dalam melakukan kegiatan bisnisnya sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam kegiatan pembelajaran pasti ada yang namanya tidak tahu, karena tujuan
belajar adalah proses dimana yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang awalnya
tidak mengerti menjadi mengerti. Oleh karena itu saran dari kelompok kami sebagai
penulis kepada yang akan menulis makalah penelitian lain mengenai “pengaruh kelas
sosial” untuk lebih mencari data yang lebih akurat dan cocok dengan kasus yang terjadi di
lapangan agar penyampaian isi pembahasan lebih tersusun secara sistematis.