Anda di halaman 1dari 127

PENDAHULUAN

Ilmu Perbandingan Politik


adalah salah satu cabang
studi politik (study of
politics) dan ilmu politik
(political science).

Studi perbandingan politik


acapkali membingungkan,
karena banyak istilah yg
digunakan serta longgar dan
diartikan berbeda-beda.
contohnya
istilah “perbandingan Sedangkan studi perbandingan
pemerintahan”(comparative politik (comparative politics)
goverment), mengacu ke studi mempelajari kegiatan-kegiatan
tentang berbagai negara bangsa di politik dalam cakupan lebih luas,
Eropa, dan fokus studi ini adalah termasuk mengenai pemerintahan
tentang lembaga-lembaga beserta dan berbagai lembaganya dan juga
segenap fungsinya di negara- aneka organisasi yang tidak secara
negara itu, dengan penekanan langsung berhubungan dengan
pada lembaga eksekutif, legislatif pemerintahan (antara lain adalah
dan yudikatif, serta berbagai suku bangsa, masyarakat, asosiasi-
organisasi lain yang terkait seperti asosiasi, dan berbagai
partai politik dan pressure group. perserikatan).
Ilmu politik dan ilmu perbandingan politik
berkaitan dalam hal teori dan metode.

Metode, adalah suatu Metodologi, mencakup


prosedur atau proses berbagai metode,
yang menggunakan prosedur, konsep2
Teori, adalah
teknik-teknik dan kerja, aturan, yang
serangkaian
perangkat tertentu digunakan utk menguji
generalisasi yang
dalam mengkaji teori dan menjadi
tersusun secara
sesuatu guna pedoman kajian srta
sistematik.
menelaah, menguji kerangka arahan
dan mengevaluasi dalam mencari solusi
teori. berbagai persoalan.
Istilah perbandingan politik juga diartikan
sebagai upaya untuk membandingkan segala
bentuk kegiatan politik, baik itu yang
berkaitan dengan pemerintahan maupun
yang tidak berhubungan dengan
pemerintahan.

Oleh sebab itu, para spasialis perbandingan


politik cenderung mengartikan
perbandingan politik sebagai studi tentang
segala sesuatu yang berbau politik.
Pengertian perbandingan politik yang lebih
longgar lagi akan mengaburkan kriteria
penentuan hal-hal apa saja yang layak
menjadi objek kajiannya.
Lijphart mengemukakan bahwa
metode komparatif (Comparative
Method) atau perbandingan lebih
ditekankan kepada suatu metode
penemuan hubungan empiris
antara berbagai variabel, dan
metode ini bukan merupakan
metode pengukuran.

Karena metode komparatif bukan


merupakan metode pengukuran,
maka metode komparatif
melibatkan analisis kualitatif,
bukan kuantitatif .
Kita dapat menggali hubungan ilmu
politik dan perbandingan politik dengan
bidang-bidang lain
Karya lain yang turut
seperti yang dilakukan mempengaruhi antara lain
Perbandingan politik juga
oleh Ronald H. Chilcote, karya A.R. Radcliffe-Brown
banyak bersumber dari
yang melihat bahwa teori dan Bronislaw Malinowski
pemikiran para tokoh di
maupun metodenya dibidang Antropologi;
awal abad 20 seperti
banyak bersumber dari Gaetano Mosca, Vilfredo
Woodrow Wilson, James
pemikiran para filsuf Pareto, Mark Weber dan
Bryce dan Carl Friedrich,
politik “klasik” seperti Emile Durkheim dibidang
yang telaahannya
Aristoteles dan Plato, sosiologi dan sosiologi
mengarah ke studi formal
Machiavelli dan politik; serta John M.
tentang pemerintahan
Montesquieu, serta Hegel, Keynes, Karl Marx dan V.I.
dan negara.
Mark dan Mill. Lenin dibidang ekonomi
politik.
Terjadinya PD II, telah
meningkatkan minat para
akademisi di AS untuk
mempelajari sistem-sistem politik
negara-negara lain, khususnya di
Eropa dan Asia.

Pudarnya pamor kerajaan-


kerajaan besar setelah perang
dan gemuruh perjuangan
kemerdekaan didunia ketiga
mendorong akademisi untuk
mengalihkan perhatian dari
sistem-sistem politik mapan ke
negara-negara baru tersebut.
Konsekuaensinya terhadap studi
perbandingan politik sangatlah besar.

Menurut Braibanti (1968), disaat itulah terjadi


lonjakan riset tentang negara-negara baru,
ditopang oleh perkembangan teknologi riset dan
melimpahnya dana penelitian yang antara lain
disediakan pemerintah yang menginginkan
masukan-masukan dari kalangan akademis
untuk menyusun aneka program luar negeri,
termasuk program bantuan untuk negara
berkembang.
Teori-teori Sistem

Kepustakaan teori-teori sistem


dalam perbandingan politik mulai
mencuat diawal tahun 50-an.

Ada 3 penulis yang dapat


dikemukakan sebagai wakil
perintis dan pengembang teori-
teori sistem ini.
Pertama, David Easton.

bukunya berjudul The Political


System dan sejumlah tulisannya
yang lain menandai lahirnya
konsep sistem politik (political
system) bersamaan dengan
konsep-konsep input dan
output, tuntutan (demands)
dan dukungan (support) serta
umpan balik;
Kedua, Gabriel Almond
yang banyak dipengaruhi antropolog fungsionaris
A.R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski,
serta sosiolog Max Weber dan Talcott Parsons.
Awalnya Almond menawarkan suatu klasifikasi
sederhana tentang sistem-sistem politik, yang
mencakup pula sistem-sistem politik di luar dunia
Barat, dan negara-negara yang baru merdeka.
Ia kemudian bergabung dengan para spesialis
perbandingan politik dengan merumuskan kategori-
kategori struktur dan fungsi, dan mengkaitkannya
dengan semua sistem politik yang ada di dunia.
Selanjutnya Almond mengaitkan pula konsepsinya
tentang sistem dengan budaya dan pembangunan;
Ketiga, Karl Deutsch

karyanya, Nerves of Government,


banyak bersumber dari teori
sibernika yang dirumuskan
Norbert Wiener ketika berusaha
mengembangkan model politik
sistemik (systemic model of
politics).
Teori-teori Budaya Pendekatan kebudayaan
dalam perbandingan politik
marak selama 1960-an
bertolak dari karya-karya
tradisional tentang budaya
dalam antropologi, studi-studi
tentang sosialisasi dan
kelompok-kelompok kecil
dalam sosiologi, serta studi-
studi tentang kepribadian
dalam psikologi.
• Konsep budaya politik dikaitkan ke
konsep negara, atau budaya-budaya
nasional.
• Dalam hal ini budaya politik dilihat
sebagai penjelmaan kembali konsep
lama karakter nasional.

• Budaya politik juga berkaitan dengan


sistem.
• Budaya politik terdiri dari serangkaian
keyakinan, simbol-simbol, dan nilai-nilai
yang melatarbelakangi situasi dimana
suatu peristiwa politik terjadi.
Jenis budaya politik Jenis-jenis budaya politik
merupakan ciri dari ini merefleksikan
sistem politik yang orientasi psikologis dan Tokohnya adalah Gabriel
bersangkutan, misalnya subjektif dari orang-orang Almond dan Sydney
saja budaya politik yang menjadi warga suatu Verba dalam buku mereka
parokial, budaya politik negara/masyarakat “Civic Culture”.
subjek dan budaya politik terhadap sistem nasional
partisipan. mereka.
Teori-teori Pembangunan

Pendekatan penting ketiga dalam


kepustakaan perbandingan politik
adalah teori-teori pembangunan
(developmental theories). Perhatian
terhadap pembangunan didorong
Almond memandang penting untuk
oleh kemunculan negara-negara baru mengaitkan gagasan-gagasannya
di dunia ketiga. tentang hakikat sistem politik dan
tentang budaya politik pembangunan
(political culture to development).
Hasilnya adalah suatu
Dalam buku tersebut
artikel dalam Jurnal
Almond secara lebih
World Politics tahun 1965
terarah berusaha
dan sebuah buku yang
membangun sebuah
ditulisnya bersama G.
model yang terdiri dari
Bingham Powell, yakni
serangkaian konsep dan
Comparative Politics: A
tahapan-tahapan khas
Developmental
proses pembangunan.
Approach.
Kepustakaan perbandingan
politik tentang pembangunan
sebenarnya dapat dipilah
sekurang-kurangnya menjadi
lima kategori.
Kategori Pertama

dengan Almond dkk (AFK.Organski,


Walt Rostow) sebagai tokohnya,
mencoba memanfaatkan konsep-
konsep tradisional seperti demokrasi
dan demokrasi politik, serta
mengolah dan menampilkannya
kembali dalam sosok yang lebih
canggih, dan terkadang abstrak;
Kategori kedua

berfokus pada konsepsi pembangunan bangsa


(nation building). Studi-studinya mencoba
memadukan konsepsi lama seperti
nasionalisme dengan penafsiran baru tentang
makna pembangunan itu sendiri. Nationalism
and Social Communication (Karl Deutsch),
From Empire to Nation (Kalman Silvert),
merupakan contoh-contoh yang menerapkan
konsep nasionalisme dan pembangunan dalam
kajian kawasan Afrika dan Amerika Latin;
Kategori ketiga

berfokus pada modernisasi. Contoh-


contoh tulisan yang menonjol adalah
Modernization and the Structure of
Societies (Marion J. Levy) yang
merupakan suatu upaya ambisius untuk
menerapkan fungsionalisme struktural
terhadap teori modernisasi, serta The
Politics of Modernization (David Apter),
sebuah upaya provokatif untuk
membangun sebuah model;
Kategori keempat

mencakup studi-studi
tentang perubahan.
Contohnya tulisan yang
penting adalah Political
Order in Changing
Societies (Samuel P.
Huntington);
Kategori kelima

meliputi studi-studi kritis yang seperti telah disinggung


diatas kemudian memunculkan teori-teori pembangunan
etnosentris.
Studi-studi ini ini berfokus pada keterbelakangan di negara-
negara miskin, yang dilihat sebagai korban pembangunan
dan industrialisasi kapitalistik di negara-negara maju.
Contoh tulisan yang menonjol Capitalism and
Underdevelopment in Latin America (Andre Gunder Frank)
dan How Europe Underdeveloped Afrika (Walter Rodney).
Para teoritisi ini menegaskan segala bentuk keterpurukan di
negara miskin bersumber dari ketergantungannya kepada
negara-negara kaya.
Teori-teori Kelas
Selain itu, kegagalan
Munculnya para
Sekitar pertengahan lembaga-lembaga
pemimpin kharismatik
1960-an, Komite politik standar seperti
seperti Fidel Castro
Perbandingan Politik parlemen dalam
(Cuba), Kwame
(Committee on menciptakan stabilitas
Nkrumah (Ghana),
Comparative Politics) politik di berbagai
Soekarno (Indonesia)
memutuskan untuk negara di Asia, Afrika
melipatgandakan
memberi perhatian dan Amerika Latin,
perlunya mempelajari
kepada studi-studi kian menekankan
sosok pemimpin
tentang elite. pentingnya studi
politik di dunia ketiga.
tentang elite.
Kepustakaan atau literatur perbandingan
politik cukup banyak dan bermacam-
macam.

Namun sebuah survai mengenai literatur


perbandingan politik biasanya bermula
dengan Aristoteles dan lain-lain yang
mengklasifikasikan tipe-tipe atau bentuk
negara kemudian menarik generalisasi
kehidupan politik.

Hingga abad 19, tipologi yang menonjol


mengklasifikasi politik menjadi monarkhi,
aristokrasi dan demokrasi.
1. Menanggalkan pencarian teori dan kembali
Norman Furniss ke pendekatan negara per negara;

(1974) memberikan 2. berfokus pada topik atau institusi dan studi


upaya untuk pemerintahan-pemerintahan lintas batas
nasional;
mensintesis
3. menerapkan sebuah pendekatan lintas
literatur umum nasional makro menggunakan informasi
deskriptif seluruh negara;
perbandingan
politik, dengan cara: 4. berfokus pada konsep-konsep berjangkauan
menengah dengan perhatian pada apa yang
relevan dengan politik;

5. menekankan trend-trend sejarah lintas


nasional dan kekuatan-kekuatan yang
membentuk kehidupan politik.
IDEOLOGI DAN ISU-ISU
PERBANDINGAN POLITIK
Ade Priangani
PENDAHULUAN

Salah satu kelemahan Disiplin ini dinilai


yang sering terdengar terlalu konservatif
atau ditulis adalah sehingga dijauhi oleh
berlanjutnya kelesuan para aktivis yang
pada ilmu terlibat dalam
perbandingan politik. perubahan politik.

Kebobrokan sistem
Selain itu kelemahan politik AS, keterlibatan
ini erat kaitannya dosen dan sarjana ilmu
dengan sistem politik politik dalam
AS, karena disitulah perumusan kebijakan,
letak dan hubungan riset
etnosentrismenya. universitas dengan
instansi pemerintah.
Kenyataan dan
miskonsepsi
kebijakan itulah
terungkap pula yang akan dibahas
bahwa selama disini.
1960an universitas-
universitas dan
yayasan-yayasan
swasta penyandang
Setelah peran dana banyak
penting kompleks memanfaatkan riset
industri militer perbandingan politik
terungkap pada akhir yang sebelumnya
1950an dipercaya bebas nilai
dan netral.
MITOS DAN REALITAS POLITIK
Kita perlu membedakan mitos dan kenyataan dalam studi politik.

• Para pengamat politik yang mengkritik pemerintah


seringkali terjebak dalam klise dan generalisasi
lemah, yang ujung-ujungnya menjadikan isu
rasisme sebagai senjata pamungkas.
• Agar tidak terjebak disana dibutuhkan bukti
pendukung dan pandangan yang komprehensif dari
seluruh masyarakat.
• Bahkan banyak penafsiran pada tulisan kotemporer
politik tertentu yang tidak lepas dari asumsi-asumsi
tertentu yang dibentuk sebelumnya.
MITOS DAN REALITAS POLITIK

• Murray Edelman (1967:121) misalnya melihat adanya


“asosiasi magis dalam pengungkapan perilaku politik yang
mewarnai persepsi dan nilai-nilai sehingga tidak
memungkinkan pihak yang bersangkutan untuk melihat
kemungkinan lain.
• Mitos dan kenyataan sama-sama mempengaruhi
pemahaman. Banyak contoh negara yang menekankan
ideologi tradisional yang mungkin sudah tidak relevan
dengan mayarakat modern dan tidak terbiasa dengan
masyarakat harmonis dan penciptaan sebuah konsensus.
• Mitos lainnya yaitu pada politik international era perang
ingin, dimana adanya dua kutub, kapitalis dan komunis
yang berseberangan dimana Negara dunia ketiga tidak
mendapat tempat.
Penafsiran kepolitikan nasional dan
internasional selalui diwarnai oleh cita-
cita/ide/gagasan atau ideologi selalu
melekat pada setiap orang termasuk yang
menyatakan bahwa “ideology sudah mati”
seperti Daniel Bell.
Istilah ideologi muncul di era paska pencerahan,
dimana bagi mereka ideologi merupakan suatu cara
untuk menemukan kebenaran dan mengenyahkan
ilusi.
Pengertian lain disampaikan oleh Karl marx dalam German
ideologi bahwa istilah idelogi dengan kesadaran keliru atau
serangkaian ilusi politik oleh sebuah kelas sosial tertentu
dimana perjuangan kelas lah yang akan memunculkan
kesadaran sejati dan akan menghilangkan takhayul dan
mitologi.

Sedangkan menurut Mannheim (1936:204) yaitu gagasan


yang sengaja diajukan untuk menyembunyikan sesuatu dalam
tatanaan sosial, dimasa lalu, sekarang maupun akan datang
merupakan ideologi, yang kenyataan tidak akan terwujud
dalam tatanan sosial yang bersangkutan.
Makna ideologi perspektif lmu Sosial Kontemporer

• adanya penggunaan makna ideologi secara peyoratif untuk


merujuk pada kredo rezim totaliter sehingga muncul anggapan
ideologi tidak akan ada lagi dalam masyarakat demokratis.
• Padahal kenyataannya dalam sebuah Negara yan termakmur
sekalipun masih mengacu pada kepentingan kelmpok tertentu
dengan kontrol halus dan ditopang dengan aneka keyakinan agar
diterima masyarakat luas.
• Contoh ideology dalam versi Marx sangat berakar kuat di dalam
masyarakat AS yang seharusnya sudah memahami kesadaran
palsu yang ada pada mereka namun juga tak sanggup berbuat
apa-apa.
• Sejak lama ideologi selalu hadir dalam proses
industrialisasi dan berbagai konsekuensi ekonomi dan
sosialnya, ideologi komunis dan kapitalis misalnya
lahir dalam sebuah proses perubahan ekonomi dan
situasi politik yang serba cepat, dimana kaum
kapitalis memuja pasar bebas dan komunis memuja
masyarakat tanpa kelas sehingga ideologi biasanya
dikaitkan dengan sebuah cita-cita luhur dengan
bahasa yang serba muluk.
• Ada pendapat yang menyatakan bahwa kemajuan
teknologi dapat menstabilkan kondisi sehingga
konsensus demokratis pun merebak sehingga
ideology hanya bertahan di Negara dunia ketiga
karena disana ideology, selain bersifat parochial juga
diciptakan oleh penguasa untuk meraih kekuasaan
atau menumbuhkan ekonomi.
• Selain itu juga alasan lainnya adalah bahwa institusi
demokratis sangat lemah sehingga penguasaan ada
dalam tatanan elit totaliter.
Joseph La Palombara

• Joseph La Palombara mengecam para penulis yang


tidak memahami ideologi sebagai seperangkat
nilai, keyakinan, harapan, atau kelompok yang
hanya memahami ideology ala marx (konflik)
ataupun yang menyatakan ideologi sudah mati.
• Ideologi menjadi penting untuk dipelajari di masa
sekarang karena penerapan ilmu pengetahuan dan
penyelesaian masalah kemanusiaan selalu
dikaitkan dengan konflik ideologi.
• Walaupun ada perkembangan dari Negara
kesejahteraan pertanyaan-pertanyaan lama masih
menjadi perhatian utama dalam studi-studi politik
kontemporer.
• Sejalan dengan itu, berkembang pula imu politik
sebagai sains, idenya bertumpu pada proses
industrialisasi dan teknikalisasi dengan berciri pada
birokrasi, spesialisasi dan pembagian kerja.
• Hal ini berpengaruh pada kegiatan pendidikan, yang
oleh kaum kiri baru memaknai pengetahuan sebagai
komoditi dengan konsekuensi yaitu alienasi.
• transfrmasi ilmu politik menjadi sebuah sains
tampaknya bertolak dari keterpukauan terhadap
kejayaan ilmu-ilu eksakta, ilmu politik berubah
“netral” dan meniru perilaku ilmuwan eksakta dalam
merumuskan unit-unit pengukuran yang serba pasti.
• Tinjauan kritis dari Thomas Kuhn (1970) yang disebut
paradigma atau gagasan pengaturan dasar tentang
karakter fundamental dari kenyataan bahwa
bagaimanapun ilmuwan social tidak dapat
mengabaikan struktur keyakinan yang tidak dapat
diukur secara pasti.
• Dalam upaya mencari paradima ilmiah, ilmuwan politik
acapkali menepiskan substansi yang penting dan dan
hanya terfokus pada kegiatan rutin dengan teknik dan
metodologi yang cenderung memanipulasi, contohnya
pada asumsi terhadap masyarakat AS yang asal-asalan
terutama tentang studi demokrasi AS.
• Hal inilah yang mendasari bertahannya ideologi dalam
ilmu politik di AS.
Begitu juga studi tentang pasar
bebas diaman mekanisme pasar
dianggap hal terbaik bagi para
pekerja maupun pemilik modal
Karena kecenderungan bias nilai
untuk memberikan keuntungan bagi
seperti inilah yang menganggap
semua pihak, mereka melupakan
kelembagaan politik adalah baik
bahwa kenyataannya pasar dikuasai
serta tindakan AS dengan negara lain
segelintir perusahaan yang serakah
yang dianggap serba mulia.
dan pengawasan pemerintah agar
tersedianya barang yang bagus dan
terjangkau bagi kesejahteraan
dianggap sebagai gangguan.
• Dinyatakan juga bahwa kebebasan individual
yang paling mendasar adalah hak untuk
mendapatkan kekayaan pribadi.
• Sehingga AS berkepentingan menghalangi
penetrasi kekuatan asing sperti komunisme dan
AS juga menyebarkan tradisinya ini kepada
Negara-negara di dunia terutama Negara
terkebelakang.
• Kenyataan inilah yang menghadapkan mahasiswa
pada mistik ideologis dalam melingkupi semua
hubungan politik yang secara bersamaan juga
menyadarkan kaum akademisi akan jubah
mitologis yang dikenakan oleh ideology AS.
Pertama marvin Surkin (1969:573)
bpendapat bahwa ilmu social pada
umumnya dan ilmu politik pada
khususnya cenderung melayani
kepentingan institusi-institusi
dominan di AS.

Thesis kematian idelogi dan


pengetahuan serta teknologi bebas
nilai adalah kanyol, karena hal
tersebut dikembangkan untuk
melayani kepentingan negara AS dan
elit korporat di dalam dan diluar
negeri.
James Petras (1965) secara
spesifik merujuk ke aliran
pemikiran yang mengutamakan
stabilitas dan pemeliharaan
kepentingan status quo demi
terjaganya keseimbangan dan
equilibrium.

Diaman equilibrium dengan


hal-hal yang dibatasi
merupakan ekspresi dari
kepentingna elit yang berarti
kepentingan pihak lain akan
dipinggirkan.
Aliran ideologis lain mengakui adanya
kepentingan yang tak terlayani dan konflik di
dalam interaksi mayarakat, namun
menganggap politik pada hakikatnya adalah
keseimbangan berbagai kekuatan dalam
pembuatan kekuatan.
Disamping itu ada pula aliran yang
mengutamakan peranan infara struktur berupa
partai politik yang dianggap memungkinkan
system politik bertanggung jawab terhadap
masyarakat.
Semua aliran ideologis ini sama-sama
mementingkan stabilitas dan pemeliharaan
status quo; equilibrium dan keseimbangan;
konsesus dan pluralism; serta otonomi dan
partisipasi.
Freiberg memaparkan
Gitlin (1965) mengunakan
pemikirannya mengenai
istilah “pluralisme local”
produksi pengetahuan
dalam ilmu politk yang
ideologis bahwa ilmu-ilmu
diartikan sebagai kekuasaan
social bukanlah ilmu yang
yang terbagi ke berbagai
sesungguhnya melainkan
kelompok dan institusi
sekedar pembakuan dari
sehingga tidak ada pihak
proses ideologis tertentu,
yang lebih dominan dari
dan disitu letak esensi dan
yang lainnya.
maknanya.

Ia berpendapat kajian yang


berkembang terlalu statis
Aptheker merangkum
karena terus-menerus
kecenderungan ideologis di
bersifat elitis dan
AS sejak 45, ia mencatat
konservatif, dan daalm
adanya kekaguman semu
waktu yang bersamaan
terhadap obyektifitas dan
melecehkan marxisme
empirisme murni dan
sebagai pemikiran kosong
berlebihan.
yang tidak ada gunanya
(Aptheker 199:26-27)
ILMU DAN PROFESI POLITIK

• Noam Chomsky (1969) pernah mengaitkan


kegagalan para ilmuwan social mengkritisi
kebijakan dan tindakan pemerintah dengan
nilai-nilai demokrasi tradisional.
• Dalam kenyataannnya mereka tidak kritis,
melepas independensi berpikir, mengabaikan
pengajaran dan mencemarkan kesarjanaan
mereka untuk memperoleh uang dan
kekuasaan melalui profesionalisasi ilmu
mereka.
• Inilah sesungguhnya ideologi utama dalam
ilmu politik.
Setelah pertemuan di Ia mendapati bahwa ternyata
universitas California, sedikit sekali anggota tetap
Barkeley, dan kemunculan organisasi yang menghadiri
organisasi profesi tandingan acara-acara pertemuan
yaitu Caucus for a New tahunan dan prosedur
Political Science, Alan Wolfe nominasi pengurus ternyata
(1969), pemimpin kaukus juga mengingkari prinsip-prinsip
berusaha membenahi politik yang sehat dan hanya
struktur, prosedur dan klik-klik ditentukan oleh segelintir
dalam organsasi. tokoh.

Banyak praktek dalam asosiasi


Ia menyimpulkan bahwa ilmu politik yang
dalam pola lama, seseorang dipertahankan atas nama
tidak mungkin menjadi profesionalisme, padahal
ilmuwan politik yang diakui tujuannya adalah melayani
jika ia tidak menjadi anggota kepentingan kalangan mapan
asosiasi (wolfe 1969:357). yang hanya kebetulan lebih
dahulu menekuni ilmu politik.
• Pergumulan dan perlawanan sperti ini tidak
hanya monopoli asosiasi ilmu politik,
asosiasi sosilogis juga mengalaminya,
kemunculan Sociology Liberation
Movement dan Union of Radical Sociologist.
• Dengan tokoh-tokohnya Alvin Gouldner
(1970) yang melihat sosiologi sebagai
peneliti pasar untuk Negara kesejahteraan
dan ia mengakui bahwa obyektifitas
akademik mendorong para sosiolog untuk
menyesuaikan diri.
• Gouldner menunjukkan bahwa akar sejarah
sosiologi dapat ditemukan pada reaksi
kaum borjuis terhdap pencerahan dan
revolusi prancis.
• Selain itu generasi muda ekonom yang radikal menentang
para ekonom ortodoks yang yang mereka anggap dalam
upaya mempertahankan kapitalisme telah mendorong
Negara-negara termaju ke dalam inflasi, pengangguran dan
pertumbuha yang idak merata (Lifschultz 1974).
• Mereka cenderung menerapkan pemikiran marx dalam
menyerang pandangan orthodok dan kritikan dikhususkan
pada karakteristik dominan kapitalisme di dunia
kontemporer, secara spesifik kaum ekonom radikal
berpendapat bahwa pembangunan Negara-negara
kapitalisme maju bertumpu pada penaklukan dan eksploitasi
tehadap Negara-negar miskin.
• Perdagangan, investasi dan bantuan luar negeri pada
dasarnya merupakan instrument untuk menciptakan
hubungan timpang itu, sehingga Negara maju kaya terus
maju dan Negara miskin terus terbelakang. Hal ini juga
terjadi di banyak disimplin ilmu lainnya seperti antrpologi,
• Marvin Harris (1968) yang mencoba melacak
kemunculan teori antropologi ketika masih
menjadi bagian ilmu sejarah.
• Sejak tahun 1967 sebuah kaukus radikal
mendorong para antropolog untuk lebih
memperhatikan masalah kemanusiaan
ketimbang berkutat dengan dokumentasi
tradisi masyarakat primitive.
• Mereka juga menentang prosedur manipulasi
di American Anthropological Association dan
menentang keikutsertaan anthrpolog dalam
riset-riset intelejen anti pemberontakan.
Dalam ilmu sejarah para sejarwan
kiri mempersoalkan naskah jurnal
resmi American Historical Review
yang mereka nilai apolitik.

Mereka juga mengkritisi terbatasnya


peran sejarawan dalam pemecahan
masalah sekarang. Dalam kalangan
ahli bahasa, Noam Chomsky tokoh
linguis radikal menciptakan revolusi
dalam ilmu linguistic dengan
mengaitkan ilmu bahsa dengan
politik.
• Perhatian para ilmuwan seperti Chomsky terhadap
perang di Indochina dan menguatnya pengaruh-
pengaruh perusahaan multinasional terhadap berbagai
masalah dunia menimbulkan guncangan dalam
komunitas ilmiah. Kritik relevansi disiplin keilmuan
professional ini meluas ke berbagai asosiasi spesialis
kajian wilayah. Ini berpengaruh menjadi mogoknya
ilmuwan kulit hitam dan latin dari AS dan Afrika sampai
dilakukannya penyeimbangan rasial dalam pada
kmposisi keanggotaan dewan direktur. Latin American
Studies Association juga diguncang oleh para anggta
radikalnya yang menyatakan adanya eksploitasi AS
terhadap Amerika latin.
KESARJANAAN, ETIKA DAN
KEMAPANAN
• Ditengah situasi dimana universitas bergantung kepada
masyarakat bagi pemenuhan segala kebutuhannya,
pengetahuan menjadi sebuah komoditi. Dan
mahasiswa menggunakan pengetahuan sebagai alat
bukan sekedar wahana dialog antara dirinya dengan
dunia luar. Universitas ternyata berkembang menjadi
sebuah industry birokratis yang orientasinya adalah
spesialisasi dan pembagian kerja. Ketika karya komersil
manjadi nomer satu dan kaya akademik
dinomorduakan mereka tidak lagi mempersoalkan hasil
final karyanya (dampak dan etisnya), dan perjuangan
intelektual menjadi komponen dari kompleks industri
dan militer modern.
• Hubungan antara universitas dan masyarakat juga berubah akibat
faktor khusus, kekalahan AS di Indochina, skandal Watergate dan
maraknya kegiatan mata-mata terhadap warga AS sendiri,
memunculkan pertanyaan tentang organisasi dan maksud
keberadaan masyarakat, ditambah ditemukannya bahwa direktur
eksekutif dan bendahara dari asosiasi politik professional
merupakan agen aktif CIA. Reaksi atas ini dibentuklah komite
khusus untuk mengawasi standar pofesional termasuk
tanggungjawab dan pelaksanaan kegiatan profesional. Dalam
laporannya ternyata para ilmuwan ini mengabaikan unsur etika dan
komite pada umumnya mendapati bahwa ilmuwan politik
merupakan “pengejar harta” dan peneliti makmur yang berusaha
menyeimbangkan kepentingan universitas dan pemrintah yang
mengontrak mereka.
• Besarnya masalah etis dapat dipahami denan
menyimak berbagai kasus kolusi ilmuwan
pemerintah dan ilmuwan-perusahaan yang
terbongkar selama 1970an berikut ini .
ILMU SOSIAL DAN PEMERINTAH
• Perhatian para ilmuwan politik tertuju pada kebijakan
(policy) dan riset mreka berpotensi dan kenyataannya
memang sering mempengaruhi perumusan atas suatu
kebijakan. Oleh sebab itu, penerimaan dana bantuan
pemerintah bagi kegiatan riset tersebut mengandung
implikasi-implikasi etis. Sensor dan campur tangan
penyedia sponsor acapkali sulit ditolak. Padahal pihak
intelejen sangat berkepentingn menyeleksi data atau
informasi yang akan di publikasikan. Contoh yang
paling gamblang atas upaya pihak intelejen untuk
mengontrol riswet adalah yang disebut denan pryek
Camelot.
• Proyek camelot pada tahun 1963 oleh Army Research Office
awalnya dilancarkan karena prihatin dengan maraknya
pemberontakan diseluruh dunia dan ingin menemukan cara
menghadapinya. Amerika latin menjadi kawasan penelitian terpadu
tapi kemudian terbongkar di chile pada tahun 1965 dan akhirnya
mendapat kecaman dari berbagai reaksi yang juga akhirnya
merusak kredibilitas para ilmuwan AS di seluruh amerika latin.
Kecaman terhadap proyek ini membangkitkan protes terhadap
semua riset yang disponsori oleh dephan. Sebagian sponsor
dilakukan atas dasar kontrak-kontrak federal dengan berbagai
universitas. Sebagian lagi dilaksanakan leh pihak militer bersama
lembaga penelitian yangmemang dibentuk atas sponsor miltier.
setelah munculnya keluhan dari para ilmuwan social di Jepang dan
Swedia terungkap pula bahwa pentagon juga mensponsori berbagai
riset diberbagai universitas mancanegara.
• Keterbatasan sumberdaya menjadikan
universitas tergantung pada bantuan
pemerintah federal bagi penyediaan dana-
dana penelitian dan sebagai imbalannya
universitas mwenawarkan sumberdaya
intelektual teknis.
• Pengungkapan proyek-proyek itu mendorong
para mahasiswa dan kalangan akademik anti
perang untuk menentang semua bentuk
kerjasama antara universitas da ndephan. Taktik
perlawanan mereka berupa tidak hanya sekedar
ceramah tapi juga melakukan pemgokan, karena
hal tersebut kerjasama pun diubah menjadi
penelitian ilmu dasar yang tidak terlalu
menyangkut kepentingan Pentagon, dampaknya
biaya yang disediakan sangat kecil sehingga
memaksa universitas-iuniversitas untuk tetap
menerima kontrak rahasia.
• Hubungan CIA dengan universitas ini tidak
berhenti disana tetap juga ternyata banyak
administrator universitas yang memata-matai
mahasiswa tertentu atau ikut dalam kegiatan
intelejen tertentu di luarnegeri. Salah satu
bentuknya adalah kerjasama universitas
Michigan dan militer Bolivia dalam
penggunaan fotografi infra merah yang
berhasil menewaskan pejuang revolusi Kuba,
Che Guevara.
• Namun hal yang paling mengejutkan bagi dunia
akademik adalah terungkapnya fakta bahwa CIA
meyubsidi National Student Association sebesar $4 juta
dari tahun 1952-1967 dan merekrut tiga perempat dari
pimpinan teras NSA dari tahun 1956-1967 sebagai agen
CIA. Jutaan dolar juga di telah disalurkan keberbagai
organisasi kepemudaan diluar dari yang telah diberikan
ke kalangan akademik, riset, jurnalistik, serikat buruh
bahkan dunia hukum baik diluar maupun didalam AS.
Terakhir CIA berusaha menyusup secara langsung
keberbagai organisasi budaya dan memberikan banyak
subsidi rahasia keberbagai penerbit untuk menerbitkan
buku guna mendukung tindakan-tindakan AS.
• Namun subsidi itu tidak dapat menyentuh Phillip
Agee, mantan agen yang menggambarkan secara
gamblang petualangannya di Ekuador, Meksiko
dan Uruguay dalam bukunya yang berjudul Inside
the Company dan beberapa mantan agen lainnya
yang juga menerbitkan buku seperti; Victor
Machetti dan John Marks dengan The CIA and the
Cult Intelligence, Decent Interval karya Frank
Snapp dan In search of Enemies oleh John
Stockwell.
• Jelas bahwa penyusupan CIA ke dalam dunia
akdemik dan kebudayaan sangat
mempengaruhi perkembangan ilmu politik.
Demikian pula dengan kegiatan-kegiatan FBI.
Rekrutmen yang mereka lakukan telah
melemahkan kredibilitas karya-karya
perbandingan politik, bahkan menggoyahkan
integritasnya sebagai sebuah disiplin ilmu.
ILMU SOSIAL DAN PERUSAHAAN
TRANSNASIONAL
• Selama penghujung tahun 1960-an kaum
radikal juga mengarahkan perhatian mereka
terhadap perusahaan-perusahaan besar.
Keputusan-keputusan universitas ini dibuat
oleh para direktur yang sebenarnya melayani
kepentingan dunia bisnis, perbankan, birokrasi
dan militer. Lembaga public seperti university
of California dikendalikan oleh keluarga-
keluarga kaya dan diabadikan dengan berbagai
cara.
• Lebih jauh dikemukakan pula bahwa keterkaitan antar universitas
dan dunia bisnis cocok dengan karakter kapitalis, khususnya
kapitalisme AS di dalam dan di luar negeri. Riset riset yang
disponsori yayasan yang diadakan di luar negeri tentu saja sering
dipertanyakan oleh Negara-negara dimana penelitian itu diadakan
apalagi jika yayasan-yayasan itu terkait dengan perusahaan yang
sedang beroperasi disana. Sebagai konsekuensinya motif, tujuan
dan pelaksanaan riset yang dilaksanakan para analis perbandingan
politik pun dicurigai. Masalahnya mejadi serius apalagi ada dugaan
suap dan korupsi yang dilakukan oleh perusahaan transnasional
kepada pejabat setempat.
• Terakhir pembentukan dan kegiatan-kegiatan Trilateral
Commissions membuktikan kebenaran sinyalemen tentang adanya
hubungan khusus antara perusahan transnasional, pemerintah dan
dunia akademik.
PENDEKATAN PERBANDINGAN
POLITIK
Ade Priangani
Dalam studi
Perbandingan Politik
terdapat tiga
pendekatan yang
dapat dilakukan, dan
telah sering digunakan
dalam telaah
komparatif. Adapun
ketiga pendekatan
tersebut adalah:
Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional secara historis saling
menghubungkan fakta dan nilai dalam studi politik
perbandingan.

Pendekatan ini memfokuskan analisis pada


struktur negara, pemilihan umum, dan partai-
partai politik.

Ia cenderung menggambarkan institusi-institusi


politik tanpa mencoba memperbandingkannya
Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional Pendekatan ini


secara historis saling memfokuskan analisis
menghubungkan fakta pada struktur negara,
dan nilai dalam studi pemilihan umum, dan
politik perbandingan. partai-partai politik.

Ia cenderung Tidak mengidentifikasi


menggambarkan tipe-tipenya, misalnya
institusi-institusi politik institusi parlementer
tanpa mencoba terhadap institusi
memperbandingkannya presidensial.
Pendekatan Tradisional
Studi-studi tradisional
biasanya membatasi
pengujian mereka pada
institusi-institusi Eropa
Barat, khususnya apa
yang disebut demokrasi-
demokrasi perwakilan
Inggris Raya, Perancis,
Jerman, dan Swiss.
Pendekatan Behavioralisme

Pendekatan perilaku yang merupakan sebuah


reaksi terhadap spekulasi teori yang
memberikan uraian penjelasan, kesimpulan, dan
penilaian berdasarkan norma-norma atau
aturan-aturan dan standar-standar kekuasaan
maupun etnosentrisme, formalisme, dan
deskripsi barat yang menjadi karakteristik
pendekatan tradisional kontemporer.
Kecenderungan riset
behavioral dalam politik telah
menuju pada pembentukan
model-model yang konsisten
secara logika di mana
‘kebenaran’ diturunkan secara
deduktif.

Dalam upaya untuk


membedakan antara
penelaahan mode-mode
behavioral dan tradisional,
telah diidentifikasi adanya
doktrin utama ‘kredo
behavioral’, yaitu :
1 Keteraturan atau keseragaman perilaku politik;
2 Verifikasi atau pengujian validitas generalisasi atau
teori tersebut;
3 Teknik-teknik pencarian atau interpretasi data,
4 Kuantifikasi dan pengukuran dalam rekaman data;
5 Nilai-nilai yang membedakan antara dalil-dalil yang
berhubungan dengan evaluasi etis dan yang berkaitan
dengan penjelasan empiris;
6 Sistematisasi riset, ilmu murni, atau pencarian
pemahaman dan penjelasan perilaku sebelum
menggunakan pengetahuan sebagai solusi
permasalahan sosial;
7 Integrasi riset politik dengan riset-riset ilmu sosial
lainnya.
Pasca Behavioralisme
kredo paska behavioral terdiri dari sejumlah doktrin:

Pertama, substansi mendahului teknik sehingga permasalahan sosial yang mendesak menjadi lebih
penting daripada peralatan investisigasi.

Kedua, behavioralisme bersifat konservatif dan terbatas pada abstraksi, bukannya kenyataan saat-saat
krisis.

Ketiga, ilmu tidak dapat bersikap netral ketika dilakukan evaluasi, fakta tidak dapat dipisahkan dari
nilai dan alasan-alasan nilai harus dikaitkan dengan pengetahuan.

Keempat, kaum intelektual harus mengemban tanggung jawab masyarakat mereka, mempertahankan
nilai-nilai kemanusiaan dalam peradaban dan tidak semata-mata menjadi sekelompok teknisi yang
terisolisasi dan terlindung dari isu-isu dan permasalahan yang melingkupi pekerjaan mereka.

Kelima, para intelektual harus menerapkan pengetahuan dan terlibat dalam pembentukan ulang
masayarakat, dan keenam, para intelektual harus memasuki kancah perjuangan mutakhir dan
berpartisipasi dalam politisasi institusi-institusi profesi dan akademik.
Pendekatan Pendekatan Pendekatan Pasca-
Tradisional Behavioral behavioral
Saling mengaitkan fakta dan nilai Memisahkan fakta dan nilai Fakta dan nilai diikat pada
tindakan dan relevansi

Perspektif dan normatif Nonperspektif, Objektif dan Bersifat humanistik dan


empiris berorientasi masalah, normatif

Kualitatif Kuantitatif Kualitatif dan Kuantitatif

Berkaitan dengan ketidakteraturan Berkaitan dengan keseragaman dan Berkaitan dengan keteraturan dan
dan keteraturan keteraturan ketidakteraturan

Konfiguratif dan non komparatif, Komparatif, berfokus pada Komparatif, berfokus pada
berfokus pada negara-negara beberapa negara beberapa negara
individual
Etnosentris, secara khusus berfokus Etnosentris, secara khusus Secara khusus berorientasi pada
pada demokrasi-demokrasi Eropa berkaitan dengan model Anglo- dunia ketiga
Barat Amerika
Deskriptif, sempit dan statis Abstrak, berideologi konservatif Teoritis, radikal dan berorientasi
dan statis hasil

Berfokus pada struktur-struktur Berfokus pada struktur-struktur Berfokus pada hubungan dan
formal (institusi dan pemerintah) dan fungsi-fungsi (kelompok) konflik kelas serta kelompok
formal dan informal
Dalam memandang bentuk alami
dari suatu paradigma, Tomas
Kuhn mengakui adanya kesulitan
dalam menemukan aturan-aturan
yang membimbing tradisi-tradisi
ilmiah.

Berbagai kosep, hukum dan teori ilmu


ditemukan dari pengalaman terdahulu
dan hal-hal tersebut menjadi basis
pembelajaran ilmiah serta membentuk
dan mengkondisikan orientasi
seseorang.
Paradigma yang diterima
seseorang bagaimana Paradigma meneguhkan
pun juga membimbing batas-batas
riset melalui yangmungkin dan batas-
permodelan langsung batas penelaahan yang
dan aturan-aturan dapat diterima.
abstrak.

Sebuah paradigma yang


berhasil selanjutnya
memungkinkan
Meskipun demikian,
masyarakat ilmiah
paradigma harus
memelihara kriteria
dibarengi dan adanya
pemilihan masalah yang
wawasan yang luas.
akan digunakan untuk
menemukan berbagai
solusi.
Literatur tentang politik menjadi cukup membingungkan karena
adanya beragam paradigma. Hal ini dijelaskan oleh tokoh Kuhn
memiliki beberapa fase yaitu:

Pertama adalah adanya fase


praparadigmatik yaitu fase
dimana tidak satupun
pendekatan teoritis tunggal Kedua, Fase paradigmatik
atau aliran yang yaitu fase dimana masyarakat
mendominasi masyarakat ilmiah patuh terhadap satu
ilmiahsejak awal, meskipun paradigma yang dominan.
sejumlah pendekatan atu
aliran semacam ini bersaing
satu sama lain.

Keiga, Fase krisis Yaitu


paradigma dominan akan
mengalami tantangan serta Keempat, Fase revolusi ilmiah
revisi, paradigma-paradigma yang teradi ketika masyarakat
baru akan bermunculan dan ilmiah bergeser kepada
paradigma lama akan diubah paradigma-paradigma yang
kembali, dan membangkitkan signifikan berbeda.
perdebatan dan persaingan
antara beragam perspektif.
Dua Gaya Pemikiran Yang Menjadi
Landasan Analisis Perbandingan
Politik
1.Historisisme

Historisisme, tumbuh dari perdebatan akademik Jerman diakhir abad ke 19.


Pemikiran ini dianut oleh tokoh politik seperti Hegel dan Marx. Historisisme
berurusan dengan sejarah.

Tokoh Karl Mannheim menmandang historisisme sebagai suatu kekuatan


intelektual yang melambangkan wawasan-wawasan dunia dan merasuk
kedalam pikiran sehari-hari.

Selain itu, Tokoh Eugene Miler memandang historisisme sebagai wawasan


bahwa tugas utama ilmuan sosial adalah menemukan hukum-hukum
dimana keseluruhan masyaraat berkembang dengannya dan berdasarkan
hukum-hukum perkembangan historis tersebut membuat prediksi masa
depan.
2. Positivisme
Positivisme, Bertindak sebagai reaksi terhadap
Historisisme.

David Hume merupakan pelopor terkemuka positivisme yang


tumbuh dari empirisisme inggris klasik dan tampaknya menjadi
basis positivisme didalam ilmu politik kontemporer.

Sebagiannya lagi dipengaruhi oleh Henri Saint-Simon yang


menekankan pengetahuan ilmiah dan teknologi. Serta Aguste
Comte memperluas beberapa prinsip Positivisme , walaupun
telah dipadukan dalam tradisi kelompok historisisme.

Para pemikir-pemikir ini dan pemikir yang lain memberikan


beberapa prinsip positivisme yang sekarang ini menekankan
ilmu empiris dengan konse, ukum dan teori yang
mencerminkan peristiwa-peristiwa dalam dunia nyata.
Perbandingan Paradigma-Paradigma
Dominan Dalam Perbandingan Politik
Karakteristik Paradigma Ortodoks Paradigma Radikal
Pendorong Ahistoris Mikro atau Makro, Holistik, Makro, Terpersatukan dan Inter
Terkompeten dan Batas-batas Disipliner
Disipliner
Unit Analisis Sistem, Dalam Keseimbangan dan Negara dan Dalam Konflik
Stabil
Struktur Kelmpok-kelompok, Interaksi dan Kelas-kelas, Pergulatan antara kaum borjuis
Budaya Sipil dan proletar
Kewenangan Desentralisasi orde dengan Sentralisasi orde dengan cakupan
kewenangan yang secara sempit kewenangan luas dan umum
didasarkan dalam unit-unit khusus
Penguasa Tersebar, Terbadi diantara banyak Terkonsentralisasi dan disatukan posisi
Pusat dan persaingan pluralis dominan kekuasaan dan pengambilan
dalam pengambilan keputusan keputusan
Perkembangan Evolusioner, Unilinier,
Materialistik dan Progresif Revolusioner, Multilinier dan Humanistik
dalam perhatiannya atas kebutuhan semua
orang
Manusia memandang sebuah perbandingan
menjadi sebuah sifat yang sudah ada
dan dimiliki setiap manusia namun, seiring
berjalannya waktu manusia menyadari bahwa
perbandingan tidak hanya digunakan untuk
membandingkan suatu fenomena yang terjadi
di kehidupan sehari-hari namun mulai
merambah pada perbandingan sistem negara.

Perbandingan politik digunakan untuk


membandingkan apapun yang
berkaitan dengan pemerintahan
maupun tidak.
Gabriel A Almond

• Salah sorang ahli teori perbandingan politik adalah


Gabriel A Almond, Almond awalnya menggunakan teori
Easton yang fokus kepada politik mikro, kemudian Almond
memodifikasinya agar lebih fokus kepada politik makro.
• Sistem politik memainkan peran penting dalam potensi
dari suatu negara dan diartikan bahwa ada interaksi antar
aktor-aktor yang ada.
• Sistem politik mempunyai struktur yang tersusun dari
beberapa kategori seperti: kelompok kepentingan, partai
politik, badan peradilan, dewan eksekutif dan legislatif,
yudikatif.
• Topik-topik yang dicakup mulai dari mengapa dan
bagaimana caranya membandingkan sistem politik sampai
dengan negara, pemerintah dan kebijakan publik.
teori perbandingan politik

• Dalam teori perbandingan politik terdapat


budaya politik dan sosialisasi politik, bagi
Almond sosialisasi politik mendorong orang
untuk berpartisipasi dalam budaya politik
masyarakat,
• sosialisasi terjadi di dalam keluarga, sekolah,
pekerjaan, kelompok keagamaan,
perkumpulan sukarelawan, partai politik, dan
bahkan institusi-institusi pemerintah.
• Budaya politik sendiri masuk sebagai cara
pandang warga negara tentang sistem
politiknya dan setiap bagiannya.
Istilah budaya politik mulai dikenal Para pengkritiknya menyebutkan,
terutama sejak aliran perilaku penggabungan dua konsep budaya
(behavioralism). dan politik saja sudah mengandung
Namun istilah ini mengandung kebingungan apalagi jika dijadikan
kontroversial karena tidak jelas konsep menjelaskan fenomena
konsepnya. politik.

budaya politik

Namun demikian dalam literatur


politik khususnya pendekatan Dengan kata lain menjelaskan
perilaku, istilah ini kerapkali dengan pendekatan budaya politik
digunakan untuk menjelaskan fakta adalah upaya menembus secara lebih
yang hanya dilakukan dengan dalam perilaku politik seseorang atau
pendekatan kelembagaan atau sebuah kelompok.
pendekatan sistemik.
Budaya politik, merupakan bagian dari
kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri
yang lebih khas. Istilah budaya politik
meliputi masalah legitimasi, pengaturan
kekuasaan, proses pembuatan kebijakan
pemerintah, kegiatan partai-partai
politik, perilaku aparat negara, serta
gejolak masyarakat terhadap kekuasaan
yang memerintah.

Kegiatan politik juga memasuki dunia


keagamaan, kegiatan ekonomi dan
sosial, kehidupan pribadi dan sosial
secara luas. Dengan demikian, budaya
politik langsung mempengaruhi
kehidupan politik dan menentukan
keputusan nasional yang menyangkut
pola pengalokasian sumber-sumber
masyarakat.
Pengertian Budaya Politik
Menurut Para Ahli
Dan sementara pengertian
E. B. Taylor budaya adalah politik itu sendiri menurut
kompleks yang mencakup Rod Hague adalah kegiatan
pengetahuan, kepercayaan, yang menyangkut cara
kesenian, moral, hukum, bagaimana kelompok-
adat-istiadat dan lain kelompok mencapai
E. B. Taylor keputusan-keputusan yang
kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan bersifat kolektif dan
yang didapatkan oleh mengikat melalui usaha
manusia sebagai anggota untuk mendamaikan
masyarakat. perbedaan-perbedaan di
antara anggota-
anggotanya.
Pengertian Budaya Politik Menurut Para Ahli

• Sidney Verba
Budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik,
simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang menegaskan
suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.
• Alan R. Ball
Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap,
kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang
berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.
• Austin Ranney
Budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan
tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara
bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap
objek-objek politik.
Seperti dikatakan oleh Gabriel A. Almond dan G.
Komponen-Komponen
Budaya Politik
Bingham Powell, Jr., bahwa budaya politik
merupakan dimensi psikologis dalam suatu sistem
politik.
Maksud dari pernyataan ini menurut Ranney,
adalah karena budaya politik menjadi satu
lingkungan psikologis, bagi terselenggaranya
konflik-konflik politik (dinamika politik) dan
terjadinya proses pembuatan kebijakan politik.
Menurut Ranney, terdapat dua komponen utama
dari budaya politik, yaitu orientasi kognitif
(cognitive orientations) dan orientasi afektif
(affective oreintatations).
Sebagai suatu lingkungan psikologis, maka
komponen-komponen berisikan unsur-unsur psikis
dalam diri masyarakat yang terkategori menjadi
beberapa unsur.
Sementara itu, Almond dan Verba dengan
lebih komprehensif mengacu pada apa yang
dirumuskan Parsons dan Shils tentang
klasifikasi tipe-tipe orientasi, bahwa budaya
politik mengandung tiga komponen obyek
politik sebagai berikut:
Orientasi evaluatif,
Orientasi kognitif,
yaitu keputusan dan
yaitu berupa Orientasi afektif,
pendapat tentang
pengetahuan tentang yaitu perasaan
obyek-obyek politik
dan kepercayaan terhadap sistem
yang secara tipikal
pada politik, peranan politik, peranannya,
melibatkan standar
dan segala para aktor dan
nilai dan kriteria
kewajibannya serta penampilannya.
dengan informasi dan
input dan outputnya.
perasaan
Tipe-Tipe Budaya Politik
1. Berdasarkan sikap yang ditunjukan
2. Berdasarkan Orientasi Politiknya
1. Berdasarkan sikap yang ditunjukan

Pada negara yang memiliki


sistem ekonomi dan teknologi
yang kompleks, menuntut
kerja sama yang luas untuk Jiwa kerja sama dapat diukur dari
memperpadukan modal dan sikap orang terhadap orang lain.
keterampilan. Pada kondisi ini budaya politik
memiliki kecenderungan sikap
”militan” atau sifat ”tolerasi”.
a. Budaya b.Budaya
Politik Militan Politik Toleransi
Budaya politik dimana
perbedaan tidak dipandang
Budaya politik dimana
sebagai usaha mencari
pemikiran berpusat pada
alternatif yang terbaik, tetapi
masalah atau ide yang harus
dipandang sebagai usaha
dinilai, berusaha mencari
jahat dan menantang. Bila
konsensus yang wajar yang
terjadi kriris, maka yang
mana selalu membuka pintu
dicari adalah kambing
untuk bekerja sama. Sikap
hitamnya, bukan disebabkan
netral atau kritis terhadap
oleh peraturan yang salah,
ide orang, tetapi bukan
dan masalah yang
curiga terhadap orang.
mempribadi selalu sensitif
dan membakar emosi.
Jika pernyataan umum dari pimpinan
masyarakat bernada sangat militan,
maka hal itu dapat menciptakan
ketegangan dan menumbuhkan
konflik.Kesemuanya itu menutup
jalan bagi pertumbuhan kerja sama.

Pernyataan dengan jiwa toleransi


hampir selalu mengundang kerja
sama. Berdasarkan sikap terhadap
tradisi dan perubahan.
Budaya politik terbagi atas :

• a. Budaya Politik Yang Memiliki Sikap Mental Absolut


Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki
nilai-nilai dan kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak
dapat diubah lagi.
• Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan
kebaikan.
• Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras
dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau
yang berlainan (bertentangan).
• Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang
bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara
kemurnian tradisi.
• Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan
keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak
memungkinkan pertumbuhan unsur baru.
• b.Budaya Politik Yang Memiliki Sikap Mental Akomodatif
Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia
menerima apa saja yang dianggap berharga.
• Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan
bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini.
2. Berdasarkan Orientasi Politiknya
Dari realitas
budaya politik yang
berkembang di
dalam masyarakat,
Gabriel
Almond mengklasif
ikasikan budaya
politik sebagai
berikut :
budaya politik - Gabriel Almond

• a. Budaya Politik Parokial


Kondisi masyarakat dalam budaya politik partisipan mengerti bahwa mereka
berstatus warga negara dan memberikan perhatian terhadap sistem politik. Mereka
memiliki kebanggaan terhadap sistem politik dan memiliki kemauan untuk
mendiskusikan hal tersebut. Mereka memiliki keyakinan bahwa mereka dapat
mempengaruhi pengambilan kebijakan publik dalam beberapa tingkatan dan memiliki
kemauan untuk mengorganisasikan diri dalam kelompok-kelompok protes bila
terdapat praktik-praktik pemerintahan yang tidak fair.
• b.Budaya Politik Subyek
Budaya Politik subyek lebih rendah satu derajat dari budaya politikpartisipan.
Masyarakat dalam tipe budaya ini tetap memiliki pemahaman yang sama sebagai
warga negara dan memiliki perhatian terhadap sistem politik, tetapi keterlibatan
mereka dalam cara yang lebih pasif. Mereka tetap mengikuti berita-berita politik,
tetapi tidak bangga terhadap sistem politik negaranya dan perasaan komitmen
emosionalnya kecil terhadap negara. Mereka akan merasa tidak nyaman bila
membicarakan masalah-masalah politik.
• c. Budaya Politik Parokial
Budaya Politik parokial merupakan tipe budaya politik yang paling rendah, yang
didalamnya masyarakat bahkan tidak merasakan bahwa mereka adalah warga negara
dari suatu negara, mereka lebih mengidentifikasikan dirinya pada perasaan lokalitas.
Tidak terdapat kebanggaan terhadap sistem politik tersebut. Mereka tidak memiliki
perhatian terhadap apa yang terjadi dalam sistem politik, pengetahuannya sedikit
tentang sistem politik, dan jarang membicarakan masalah-masalah politik.
Almond dan Verba

• Namun dalam kenyataan tidak ada satupun


negara yang memiliki budaya politik murni
partisipan, pariokal atau subyek.
• Melainkan terdapat variasi campuran di
antara ketiga tipe-tipe tersebut, ketiganya
menurut Almond dan Verba tervariasi ke
dalam tiga bentuk budaya politik, yaitu :
• a. Budaya politik subyek-parokial.
b.Budaya politik subyek-partisipan.
c. Budaya politik parokial-partisipan.
Membandingkan
Sistem Politik:
Mengapa dan
Bagaimana
Membuat perbandingan berarti
mengobservasi perbedaan dan
persamaan antar objek(umumnya
negara), kenginan untuk menguasai
sesuatu dari objek, dan ada rasa
kekhawatiran terhadap kelangsungan
dari apa yang diperbandingkan.

Umumnya dalam membandingkan terutama


pada lingkup ilmu pengetahuan politik
menggunakan inferensi (membandingkan negara
menggunakan fakta yang diketahui untuk
mempelajari fakta yang tidak diketahui dengan
mengumpulkan bukti).
Berikut tujuan Perbandingan Politik:
Alasan untuk Perbandingan

Menjelaskan fenomena politik, peristiwa di


negara yang ingin diteliti, biasanya negara
peneliti dengan negara lain atau negara B
dengan negara C, kemudian dibandingkan
agar dapat dideskripsikan.
Deskripsi
Kontekstual/Hipotesis
Menjelaskan Point penting Sedangkan bahan
mengenai sistem deskripsi adalah mentahnya adalah
politik negara- apa yang studi deskripsi
negara yang diperdebatkan murni yang
dibandingkan serta dikemas dalam nantinya menjadi
kondisi negara- gambaran yang penjelasan yang
negara lain. baik. lebih khusus.
Klasifikasi Konseptual
Mengelompokan negara, sistem politik,
peristiwa-peristiwa berdasarkan karakteristik
umum agar lebih sederhana untuk
dikaji/memberikan peneliti data empiris baik
kualitatif maupun kuantitatif secara efektif.
Syaratnya harus memiliki kategori yang akan
dikelompokan.
Contoh: tipologi sistem pemerintahan
Demokrasi atau Authoritarianisme.
Dalam klasifikasi ini sedikit dibahas pemikiran
deduktif Aristoteles dengan dasar normatif dalam
bukunya Politics kemudian diakomodasi ke
realitas mengenai sistem pemerintahan dibagi
menjadi 6 bagian bentuk menurut:
1. Jumlah pemimpin/ orang yang mengatur yang
memiliki andil besar dalam
pembuatankeputusan.
2. Tipe rezim pemerintahan(baik dan buruk).
3. Konsep tentang keadilan/representatif.
Jumlah Sistem Sistem pemerintahan
pemimpin pemerintahan buruk
baik (kepentingan
(mengatur kepent kelompok tertentu/ya
ingan bersama) ng berpengaruh)

Dipimpin satu Monarkhi Tirani


orang
Dipimpin Aristokrasi Oligarki
beberapa orang

Dipimpin banyak Politea Demokrasi


orang
Pengajuan Hipotesis
• Menguji hubungan tiap variabel dari deskripsi
dan pengklasifikasian lalu dipaparkan hubungan
tiap variabel berupa hasil pemikiran komparatif
dari negara-negara yang dibandingkan hingga
menjadi teori yang menyeluruh(generalisasi).
• Contoh: untuk menggambarkan hubungan antara
hak kewarganegaraan dan gerakan nasional,
dilakukan perbandingan kasus authoritarianisme
di Brazil, Chile, Mexico dan Spanyol.
Prediksi
• Membuat pernyataan tentang hasil perbandingan politik dari
negara-negara yang diteliti menggunakan teori
kemungkinan/probability (sebab akibat) dan memprediksi
kemungkinan-kemungkinan di negara lain. Contoh: negara
yang pemilunya bersistem proporsional cenderung
multipartai.
• Contoh prediksi yang kuat:
• -Konflik berikutnya banyak disebabkan perselisihan dari
bertemunya dua budaya yang berbeda yakni western dan
islam dibuktikan oleh penyerangan gedung WTC di New York.
• - Menurut Vanhanen tingkat demokrasi negara-negara di
dunia diukur berdasardistribusi sumber-sumber kekuatan
[jumlah populasi, kualitas penduduk,politik(sistem pemilu,
partai-partai dan komponennya), ekonomi, dan militer]
Persamaan dan perbedaan ilmu politik
dengan ilmu alam
Persamaan
• Tujuan keduanya secara garis besar sama yakni
deskripsi, klasifikasi, pengujian hipotesis dan
prediksi untuk membangun teori yang lebih
umum(generalisasi) dari bukti yang diambil.-

• Ilmu politik dan ilmu alam sama-sama membuat
inferensi di dunia empiris yang diamati untuk
memastikan deskripsi atau hipotesis
Perbedaan
• Peranan eksperimen. Ilmu politik kebanyakan tidak
menggunakan eksperimen untuk mengumpulkan bukti.
Misalnya: menerapkan sistem pemilihan berbeda di
negara yang sama untuk mengamati hasil
perbedaannya.-

• Ilmuan politik dalam membandingkan negara melihat
situasi negara untuk mengetahui hubungan antar
variabel. Misalnya perbandingan politik mencoba
menunjukkan bahwa tipe sistem kepartaian
mempengaruhi tipe pemilihan.
Hukum dari hasil eksperimen dan verifikasi. Dalam ilmu
politik jarang menggunakan hukum untuk mendukung
teori politik. Hanya tiga hukum yang terkenal dalam di
ilmu politik yaitu :
a. Hukum Besi Oligarki, digunakan ketika meneliti
organisasi gerakan sosial yang telah lama berdiri
cenderung memiliki struktur birokratik yang formal
danberdaya saing tinggi,
b. Hukum Duverger, menyatakan sistem pemilihan
distrik umumnya bersistem kepartaian dwi partai,
c. Hukum Perdamaian Demokratik,menyatakan bahwa
demokrasi tidak bertentangan dengan apapun
sehingga konflik dalam negara hanya kemungkinan
kecil terjadi tergantung bagaimana mendefinisikan
demokrasi itu sendiri.
KESIMPULAN

• Perbandingan politik mencari kejelasan dan


pemahaman tentang fenomena politik.
• Perbandingan politik merupakan ilmu sosial non
eksperimental yang berusaha menciptakan
kesimpulan menurut bukti yang ada.
• Kalaupun menggunakan eksperimen,
perbandingan politik mempertahankan hal-hal
tertentu agar tidak berubah saat meneliti dan
mengamati perbedaan.
• Ilmu politik tidak mengabaikan kekuatan ilmu
alam karena tetap menggunakan proses
inferensi yang sama.
Istilah yang digunakan ilmu politik
dalam metode perbandingan
TEORI
Teori, ialah serangkaian generalisasi yang tersusun secara
sistematik yang bersifatlogis dan saling berkaitan mengenai
sesuatu yang menjadi objek penelitian.
• Teori normatif (spesifik mengenai apa yang seharusnya ada
dalam masyarakat),
• teori empiris (membentuk hubungan sebab dalam
menjelaskan fenomena),
• teorideduktif (kesimpulan dengan alasan atas dasar
pemikiran) contoh: memilih secararasional pilihan alternatif
yang mengutamakan kepentingan pribadi,
• teori induktif (kesimpulan melalui observasi fakta-fakta)
contoh: ketidaksamarataan pendapatanmenimbulkan
pemberontakan.
METODE DAN METODOLOGI

• Metode yaitu cara untuk menguji hipotesis.


• Metodologi adalah mencakup
berbagaimetode yang digunakan untuk
menguji teori.
a. Metode kualitatif
b. Metode kuantitatif
Epistimologi (bagaimana
Ontologi (apa yang cara mempelajari dunia
dipelajari atau politik, bagaimana
diketahui, apa yang aturan
dibandingkan, apa untuk mengetahui
yangmenghasilkan dunia politik, dan
politik). bagaimana cara
membandingkan).

Unit analisis (objek


Kasus (negara-negara tempat mengumpulkan
yang masuk dalam data) contoh: sistem
analisis perbandingan). pemilihan,gerakan
sosial dll.
VARIABEL

Variabel (unit penentu yang bervariasi dan


berubah) contoh: pendapatan, parpol dll.
a. Dependen (hasil politik yang ingin
dijelaskan(x))
b. Independen (menjelaskan variabel
dependen(y))

Observasi (nilai variabel tiap unit) contoh: nilai


pendapatan menggunakan angka.
Level analisis ilmu politik
a. Level Mikro atau individual (menjelaskan
aktivitas politik individu), contoh:The
Rational Peasent (gerakan revolusioner fokus
pada individu petani).
b. Level Makro atau sistem secara
keseluruhan (meneliti kelompok,
interaksiantar negara, proses ekonomi dll),
contoh: Agrarian Revolution(revolusi
dibeberapa negara).
Metode kuantitatif (memberikan
gambaran numerik terhadap apa
yang diteliti)

Metode
kualitatif (mengidentifikasi
masalah lebih dalam dan lebih
fokus padaobjek sehingga
mendapat gambaran lebih
akurat).
Metode Perbandingan Politik
• Metode perbandingan ditentukan oleh level
abstraksi(tinggi, rendah, sedang) dan ruang
lingkup negara yang dipelajari(satu(single N),
sedikit(small N), beberapa atau
banyak negara(large N)).
• Membandingkan beberapa atau banyak negara
>>menggunakan abstraksi level tinggi, metode
kuantitatif dan kuantitatif, variabel umum,
pembentukan teori lebih kuat, daya
penerapannya lebih global, mampu mengetahui
negara yang menyimpang(deviant)misalnya
negara Brazil tidak melakukan revolusi sosial
untuk distribusi pendapatanyang buruk.
Kesulitan dengan metode kualitatif:
a. membutuhkan banyak informasi.
b. menarik kesimpulan lebih mendalam dari
metode kuantitatif.
c. pengumpulan data memerlukan waktu lama.

Kesulitan dengan metode kuantitatif:


a. membutuhkan ketrampilan berhitung.
b. membutuhkan pemahaman matematika.
c. mengerti pengoprasian dengan komputer.
Membandingkan sedikit negara
menggunakan abstraksi level menengah, terdiri dari
penjelasan utama(x) dihubungkan dengan hasil
yang harus dijelaskan(y).
a. Desain sistem sama(MSSD), contoh tipe petani
di beberapa negara yang cenderung mendukung
gerilya.
b. Desain sistem berbeda(MDSD), contoh:
penggabungan dan penguatan demokrasi di
daerah terpisah Amerika Selatan, Eropa Selatan,
dan Eropa Timur.
Membandingkan Negara Tunggal
secara implisit dapat disebut komparatif jika menggunakan
hubungan antar konsep yang dapat diterapkan di negara mana
saja asalkan representatif, melemahkan teori-teori (mampu
bersaing dengan teori-teori dominan dalam perbandingan
politik yang diperoleh dari membandingkan beberapa atau
banyak negara), dan menyediakan klasifikasi baru misalnya
authoritarianisme baru yang membentuk negara birokratik-
authoritarian(otoriter yang ditopang olehbirokrasi).
a. Metode jarang terjadi (teori yang diaplikasikan di sebuah
negara hasilnya tidak mungkin terjadi dan langsung
dikonfirmasikan meskipun tidak diamati).
b. Cenderung terjadi (teori yang diaplikasikan di sebuah
negara hasilnyakemungkinana akan terjadi tapi jika tidak
diamati maka teorinya lemah).

Anda mungkin juga menyukai