LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam
Oleh Kelompok 4:
Ipon Ari Ramdani (1600634)
Shanti Nur Fajriyati (1601111)
Dita Wulan Karisma (1601291)
Kenny Prarizki Putri (1602206)
Atikah Mumtazah (1606785)
Etika politik adalah suatu perbincangan yang menuntut agar kekuasaan dilaksanakan
sesuai dengan hukum yang berlaku. Dimana moral kepemimpinan Islam maupun
kepemimpinan di luar Islam sangat ditentukan oleh penguasa. Oleh karena itu, sangat
diperlukan adanya sebuah pemerintahan yang adil dan didasari oleh nilai etika, maka
haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sehingga tercipta suatu kedamaian.
Tidak hanya itu, problematika berpolitik di Indonesia juga diantaranya mengenai
sistem politik di Indonesia, menentukan pemimpin dalam rangka Pemilihan Umum
(Pemilu) dan juga ulama yang ikut andil dalam politik. Setiap problematika politik
tersebut masing-masing mempunyai landasan dan teori yang mendukung. Penelitian
ini bertujuan untuk mengedukasi mengenai etika politik dalam penadangan islam
Sehingga peneliti mengumpulkan informasi dari beberapa narasumber dari ormas-
ormas islam diantaranya MUI Jawa Barat, NU Jawa Barat, Muhammadiyah, dan
Persis Pusat. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui pandangan mengenai
problematika berpolitik di Indonesia yang terjadi pada saat ini.
i
LEMBAR PENGESAHAN
ETIKA POLITIK DAN POLITIK BERETIKA DALAM PANDANGAN ISLAM
(WAWANCARA DENGAN PENGURUS MUI DAN ORMAS ISLAM DI JAWA
BARAT: MUHAMMADIYAH, NU DAN PERSIS)
Ketua Kelompok 4
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tentang Etika Politik dan
Politik Beretika dalam Pandangan Islam. Shalawat serta salam selalu tercurah
limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah mengentaskan kehidupan
manusia dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Terutama kepada dosen pembimbing
Seminar Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat bagi penulis dan telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan baik
dalam isi dan bahasa penulisannya. Sehingga saran dan kritik yang bersifat
membangun, sangat membantu penulis demi kesempurnaan laporan ini.
Kelompok 4
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimanan pandangan Islam tentang problematika berpolitik di
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pandangan Islam tentang etika berpolitik.
2. Mengetahui pandangan Islam tentang problematika berpolitik di
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis adalah untuk mengetahui etika politik yang seharusnya
dalam sudut pandang islam.
2. Bagi pembaca adalah untuk menambah pemahaman dan memberikan
landasan agar masyarakat melek dan peka terhadap politik yang
seharusny
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Etika
Etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani “ethos” yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan (1988), disebut (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral, (2) kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut
oleh golongan atau masyarakat.
Menurut Hasan Sadily etika adalah ilmu tentang kesusilaan, yang
menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat, apa yang
baik dan apa yang buruk. (Sadily, 1997, hal.973)
Menurut Frans Magnis Susena etika adalah ilmu refleksi dan kritis. Etika
bukan suatu tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika
adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran, jadi etika dan moral tidak berada di
tingkat yang sama. (Suseno, 2001, hal.96)
B. Pengertian Politik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, politik memiliki arti
(pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang
sistem pemerintahan, dasar pemerintahan): segala urusan dan tindakan
(kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau
terhadap negara lain.
1
Kata politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukan sifat
pribadiatau perbuatan. Secara leksikal kata sifat tersebut berarti acting or
judging wisely, welljudget. Kata ini diambil dari kata latin politicus. Politicus
yang berarti raliting tocitizen. Politik juga berasal dari kata polis yaitu negara
kota di Yunani. Dengan demikian, secara etimologi atau secara harfiah
berbicara tentang politik adalah berbicara tentang negara. (Salim, 2002,
hal.34)
Ada dua pendekatan yang dipakai oleh Deliar Noer dalam
mendefinisikan politik, yaitu Pertama, pendekatan yang menekan pada nilai
dan Kedua, pendekatan yang menekan pada perilaku. Pendekatan tersebut
mencakup pula nilai-nilai yang selaras dengan etika dalam menetapkan baik
buruknya sebuah sistem pemerintahan seperti yang digunakan oleh pakar
politik, selain menggunakan faktor-faktor sejarah. Pengertian Politik menurut
Deliar Noer adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan
kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah
atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat. (Noer, 1983,
hal.94)
Para tokoh memiliki sudut pandang yang beragam mengenai pengertian
dari politik. Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai politik menurut
para ahli. Menurut Andrew Heywood (dalam Budiarjo, 2007, hal.16), politik
adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang
mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik
dan kerjasama.
2
sebagai subjek etika. Dapat disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan
masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap meletakkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika
politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai
makhluk beradab dan berbudaya.
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa, maupun
negara bisa berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral.
Misalnya suatu negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter.
Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seseorang yang baik
secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta
masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika politik harus senantiasa
mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia
(Suseno, 2001 17).
Inti permasalahan etika politik adalah masalah Legitimasi etis
kekuasaan yang dapat di rumuskan dalam pertanyaan: atas hak moral apa
seseorang atau sekelompok orang memegang dan mempergunakan kekuasaan
yang mereka miliki? Betapapun besarnya kekuasaan, selalu dituntut
pertanggung jawaban. Karena itu, etika politik menuntut agar kekuasaan
dilaksanakan sesuai dengan hukum yang berlaku (Legalitas), disahkan secara
demokratis (Legitimasi Demokratis) dan tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip dasar moral (Legitimasi Moral). Ketiga tuntutan itu dapat disebut
legitimasi normatif atau etis (Suseno, 2001, hal 20). Selanjutnya dijelaskan
kriteria-kriteria legitimasi yaitu legitimasi sosiologis, legalitas, dan legitimasi
etis sebagai berikut :Legitimasi Sosiologis, Paham sosiologis tentang
legitimasi. Mempertanyakan motivasi motivasi apakah yang nyata-nyata
membuat masyarakat mau menerima kekuasaan atau wewenag seseorang,
sekelompok orang atau penguasa.
3
D. Problematika Politik
Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat islam kepada usaha untuk
mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan
pemerintahan. Di antara hak umat Islam adalah mengawasi roda pemerintahan
sedetail mungkin dan aktif bermusyawarah berkenaan sesuatu yang dipandang
baik. Sementara itu, kewajiban pemerintah adalah bermusyawarah dengan
rakyat, menghargai aspirasinya, dan mengambil masukan-masukan yang baik.
Allah SWT telah memerintahkan kepada pemerintah agar melakukan hal itu
‚Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.‛ (Ali Imran: 159).
Bahkan, Allah memuji kaum muslimin yang mau bermusyawarah sebagai
muslimin yang baik ‚sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di
antara mereka‛ (Asy-Syura: 38).
Masalah ini juga ditegaskan oleh Sunah Rasulullah SAW dan Khaulafur
Rasyidin. Ketika muncul suatu masalah, mereka mengumpulkan para ahli dari
kaum muslimin, bermusyawarah, dan mengambil pendapat yang benar dari
mereka. Lebih dari itu, para khalifah mengajak dan menganjurkan kaum
muslimin untuk (berpegang) pada pendapat yang benar. Abu Bakar Ash-
Shiddiq berkata, ‚Jika kalian melihat aku di atas kebenaran, maka dukunglah
(untuk melaksanakannya), dan jika kalian melihatku dalam kebatilan, maka
betulkan dan luruskanlah. Umar bin Khatthab berkata‚ “Siapa saja yang
melihatku menyimpang, maka luruskanlah.”
Sebagai negara demokrasi Pancasila dan bukan negara berasaskan syariat
islam, tentu Indonesia dalam menjalankan pemerintahan dan urusan-urusan
yang berkaitan dengan kekuasaan sering dihadapkan dengan masalah.
Kurangnya edukasi politik yang sesuai dengan syariat islam merupakan salah
satu penyebab sering terjadinya masalah dalam dunia politik di Indonesia.
4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dimana
penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan diaksanakan
oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial, termasuk juga ilmu
pendidikan. Sejumlah alasan juga dikemukakan yang intinya bahwa penelitian
kualitatif memperkaya hasil penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif
dilaksanakan untuk membangun pengetahuan melalui pemahaman dan
penemuan.
5
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan yaitu wawancara. Wawancara yang
dilakukan bertujuan memperoleh makna yang rasional, karena itu observasi
perlu dikuatkan dengan wawancara. Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan sumber data, dan
dilakukan secara tak berstruktur, dimana respondenmen dapatkan kebebasan
dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan,dan perasaan secara
natural. Dalam proses wawancara ini didokumentasikan dalam bentuk catatan
tertulis dan Audio Visual,hal ini dilakukan untuk meningkatkan kebernilaian
dari data yang diperoleh.
C. Sumber Data
a) Nama : MUI Provinsi Jawa Barat
Nara Sumber : Drs H. Ayat Dimyati M.Ag
Jabatan : Wakil Ketua Komisu Fatwa MUI Jawa Barat
Alamat : Jl. RE. Martadinata no.105 Bandung
No Telepon : (022)727286413
6
d) Nama : Persis Pusat
Nara Sumber : Wawa Suryana Hidayat
Jabatan : Wakil Sekertaris Dewan Hisbah
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2 Bandung
No Telepon : 022-4220702/ 022-422070
7
3. Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai
jenis, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.
4. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus
mengerti dantanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan
dengan menyusun polapola pengarahan dan sebab akibat. (Mathew &
Huberman, 1992, hal.15)
F. Langkah-Langkah Penelitian
Ada beberapa pendapat dalam memperinci tahapan kegiatan kualitatif,
seperti yang dikemukakan oleh John W. Creswell dalam bukunya Research
Design; Qualitative and Quantitative Approaches (1994), menyebutkan bahwa
tahapan atau prosedur dalam pendekatan kualitatif meliputi langkah-langkah
sebagai berikut;
1. The Assumptions Of Qualitative Designs
2. The Type of Design
3. The Researcher’s Role
4. The Data Collection Procedures
5. Data Recording Procedures
6. Data Analysis Procedures
7. Verification Steps
8. The Qualitative Narrative
8
4. Instrumentasi
5. Pengumpulan Data
6. Analisis Data
7. Matriks dan Pengujian Kesimpulan
Dari beberapa pendapat tersebut, maka saya coba untuk membahas tahap-
tahapan penelitian kualitatif itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
9
yang dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya ketertutupan lapangan atas
kehadiran kita sebagai peneliti.
4. Menjajagi dan menilai keadaan
Setelah kelengkapan administrasi diperoleh sebagai bekal legalisasi
kegiatan kita, maka hal yang sangat perlu dilakukan adalah proses
penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah
yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan menetukan
apakah lapangan merasa terganggu sehingga banyak data yang tidak
dapat digali/tersembunyikan/disembunyikan, atau sebaliknya bahwa
lapangan menerima kita sebagai bagian dari anggota mereka sehingga data
apapun dapat digali karena mereka tidak merasa terganggu.
Memilih dan memanfaatkan informan ketika kita menjajagi dan
mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting lainnya yang perlu kita
lakukan yaitu menentukan patner kerja sebagai “mata kedua” kita yang
dapat memberikan informasi banyak tentang keadaan lapangan. Informan
yang dipilih harus benar-benar orang yang independen dari orang lain dan
kita, juga independen secara kepentingan penelitian atau kepentingan
karier.
5. Menyiapkan instrumen penelitian
6. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai
pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan
untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Peneliti
sebagai intrumen utama dalam penelitian kualitatif, meliputi ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala
stimulus dan lingkungan yang bermakna atau tidak dalam suatu
penelitian;
b) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri dengan aspek keadaan
yang dapat mengumpulkan data yang beragam sekaligus;
10
c) Tiap situasi adalah keseluruhan, tidak ada instrumen berupa test atau
angket yang dapat mengungkap keseluruhan secara utuh;
d) Suatu interaksi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat
difahami oleh pengetahuan semata-mata;
e) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh;
f) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan dari
data yang diperoleh;
g) Dengan manusia sebagai instrumen respon yang aneh akan
mendapat perhatian yang seksama. (Sanafiah Faisal:1990)
11
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Etika berpolitik dalam pandangan Islam
a) Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Barat
Politik dalam Islam adalah mengurus atau mengatur berbagai hal yang
berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sebagai usaha untuk
memperbaiki kehidupan dunia dan agama dalam satu negara. Landasan
politik dalam Islam dari Al-Quran dan Al-Hadist. Politik telah dimulai
dari sejak zaman dahulu dan telah dicontohkan oleh para Nabi dan
Rasulullah SAW. Menurut MUI syarat pemimpin yaitu :
1. Beriman, bertakwa, jujur, adil dan terpercaya.
2. Memiliki keunggulan dalam ilmu pengetahuan dan ilmu agamanya.
3. Bisa menangani urusan pemerintahan, perang, dan bias menegakkan
hokum pidana.
12
berpolitik karena tidak mungkin tidak ada pemimpin dalam umat. Jika
tidak ada, akan dibawa kemana nantinya arah kehidupan umat.
c) Muhammadiyah Provinsi Jawa Barat
Prinsip politik adalah memegang kekuasaan, dan islam mengajarkan
tentang politik (kekuasaan), dapat dilihat ketika ada seseorang berjalan
diantara 2 orang maka harus diangkat salah seorangnya menjadi
pemimpin. Karena kekuasaan itu sangat menentukan arah perjalanan suatu
kaum atau masyarakat. Secara tersirat pesan untuk berpolitik ada di Al-
Quran di surat al-imran dan Al-Baqarah. Berpolitik sudah dilakukan sejak
jaman Rasulullah, yaitu pada saat Rasulullah mengajak orang Mekkah tapi
gagal akhirnya pindah ke Madinah dan menjadi pemimpin formal disana,
tidak hanya menjadi rasul tapi menjadi seorang kepal negara juga. Dan
sepeninggal Rasulullah kepemimpinan tetap dilanjutkan. Oleh karena itu
politik harus terus dilanjutkan oleh umat Islam sampai kapan pun, karena
politik itu harus menjadi bagian dari pekerjaan umat Islam, berupa dakwah
yang disampaikan, yang salah satunya ada di medan politik. Untuk syarat
menjadi seorang pemimpin yaitu adil, jujur, diterima oleh rakyat yang
terpenting tidak dzalim terhadap rakyat. Karena doa yang diijabah adalah
doa imam yang adil dan doa orang yang terdzalimi.
13
tersebut diawali dari pindahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah dan
ketika sampai di Madinah Nabi Muhammad SAW langsung membangun
masjid. Masjid tersebut dijadikan sebagai markas kaum muslimin yang
berkaitan dengan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah, muamalah dan
inayah. Disitulah, orang luar memisahkan islam dengan masyarakat,
padahal mesjid dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Maka Nabi
Muhammad SAW pertama kali membangun masjid bukan rumah untuk
masyarakat madani. Dari sinilah islam tidak melepaskan dari politik dan
politik harus berdasar pada islam yang bertujuan untuk melahirkan
keadilan tetapi diawali dengan etika sopan santun. Sehingga sangat
disarankan umat muslim untuk berpartisipasi dalam politik agar apa yang
menjadi tujuan terciptanya keadilan dan menegakkan yang lemah dapat
tercapai. Disamping itu, dalam berpolitik kita harus beretika. Etika dalam
bahasa agama sederhananya adalah akhlak. Etika berkaitan dengan adab.
Adab dalam berpolitik artinya harus menjalani aturan- aturan Allah dan
Rasul-Nya. Etika dalam islam pasti diajarkan dengan tidak menjelekkan
orang lain, harus husnudzon, dan haruslah bersikap waspada. Selanjutnya
politik beradab artinya tidak boleh aturan yang sudah dibuat dilanggar..
Seorang politis yang bagus yaitu seseorang yang dapat menjalankan
program dan tidak mengingkari janjinya. Bukan hanya sekadar janji dan
melupakan janji tersebut.
14
b) Nadhatul Ulama Provinsi Jawa Barat
Karena demokrasi merupakan salah satu bentuk partisipasi rakyat secara
menyeluruh dalam kegiatan berpolitik di Indonesia maka tidak masalah
jika setiap calon pemimpin terlibat dalam partai politik karena memang
diharuskan seperti itu. Tentunya perlu diketahui bahwa agama dan politik
tidak dapat dipisahkan karena agama Islam mewajibkan berpolitik dan
politik mengatur kehidupan umat. Di Indonesia ini terdapat berbagai
ormas islam, meskipun berbeda-beda pandangan diperlukan kedewasaan
dalam meyakinkan demokrasi kepada umat namun harus tetap dalam
ukhuwah islam. Untuk permasalahan golput atau tidak menggunakan hak
pilih dalam sebuah pemilihan pemimpin itu hukumnya belum ada. Golput
diperbolehkan namun dalam kondisi tertentu misal untuk menyelmatkan
umat maka hukumnya wajib. Ulama memiliki peran penting dalam
melakukan edukasi politik yaitu sebagai perekat. Ulama diperbolehkan
untuk menyampaikan keberpihakan kepada salah satu calon pemimpin
namun harus dijaga dalam penyampaiannya agar tidak terjadi
perpecahan. Jika terjadi ketidaksesuaian kepemimpinan di Indonesia ini
terhadap syariat Islam maka hendaknya umat mereview dan mengkaji
ulang undang-undang yang ada. Tidak diperbolehkan melakukan
berbagai tindakan anarkisme contohnya demo.
c) Muhammadiyah Provinsi Jawa Barat
Cara pemilihan pemimpin Islam tidak mengajarkan satu warna saja.
Boleh demokrasi, turun temurun atau apapun yang penting harus ada
pemimpin, yang penting tidak ada yang dirugkan atas kesepakatan yang
diambil. Buktinya dari Rasulullah ke Abu Bakar As Sidiq itu dengan cara
pemilihan, lalu dari Abu Bakar As Sidiq ke umar bin Khattab ditunjuk,
Umar bin Khattab ke Utsman bin Affan itu dengan dibuat terlebih dahulu
formatur dan lain sebagainya. Jadi Islam tidak menentukan teknis cara
memilih pemimpin tapi pada prinsipnya bahwa setiap kelompok harus
ada pemimpin. Kelompok disini bisa diasumsikan negara atau bangsa.
15
Untuk kegiatan teknis lainnya pun sama seperti itu dibebaskan. seperti
halnya kampanye dan golput. Untuk kampanye ada pesan tersirat yang
mendalam dalam surat Al Hujurat. Dalam ayat 1 berisi pesan boleh
mendukung tapi tidak boleh berlebihan, ayat 6 berisi pesan ketika
mendapat informasi disaring terlebih dahulu, ayat 10 berisi pesan jangan
sampai karena berbeda partai atau pilihan maka ukhuwah terputus, dalam
ayat 12 berisi pesan jangan mengghibah atau mencari kejelekan orang
lain, ayat 13 berisi tentang kita harus mencari pemimpin yang akan
membawa kepada ketaqwaan kita. Dalam berpolitik pasti ada kebijakan
yang akan dibuat. Untuk menyikapi kebijakan yang menyimpang
muhammadiyyah akan melewati jalur resmi formal seperti surat
pernyataan atau teguran atau jalur formal tidak resmi seperti mendekati
kementeriannya di lobby agar kebijakannya dapat memberi kesejukan.
Bisa juga lewat orasi tapi tidak harus hanya saat dibutuhkan pada saat
situasi dan kondisi tertentu. Muhammadiyyah menempatkan diri dengan
netral terhadap partai manapun dan kepada warga membebaskan untuk
memilih pilihannya. Hal itu disampaikan biasanya lewat pengajian,
diskusi terbuka dan lain-lain. Karena hubungan muhammadiyah dengan
pemerintah adalah sebuah mitra. Dan jangan pernah memisahkan agama
dan politik karena keduaanya berjalan beriringan. Ada keterkaitan yang
erat diantara keduanya.
d) Persatuan Islam Pusat
Problematika politik diIndonesia banyak sekali, diantaranya yakni
mengharuskan setiap calon pemimpin terlibat dalam suatu partai.
Alasannya, Indonesia adalah negara demokrasi. Di dalam demokrasi ini
sebenarnya yang paling dikhawatirkan adalah lemahnya demokrasi, yang
terkadang benar dan salahnya itu tidak dapat diukur. Karena didasarkan
pada suara masyarakat terbanyak. Itulah lemahnya demokrasi, sehingga
kebenaran tersebut hanya diukur dengan banyaknya suara masyarakat
saja. Sistem ini yang menjadikan alasan, para politisi mengharuskan
16
terlibat dalam suatu partai karena itu suatu aturan yang harus dijalani.
Aturan yang dibuat oleh manusia sering kali mengarah kepada
kepentingan si pembuat. Hukum dibuat untuk kepentingan pembuat
hukum. Tetapi ketika Allah menetapkan hukum bukan untuk kepentingan
Allah melainkan untuk kepentingan manusia.
Banyak orang yang terbius dengan pernyataan bahwa agama dan politik
itu harus dipisahkan. Kenyataannya, politik dan islam tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dan saling menyatu. Alasannya karena tidak
mungkin adanya kekuasaan islam tanpa adanya politik. Politik ini
mengatur segala urusan masyarakat, seperti sekarang pada saat musim
Pemilihan Umum. Diperlukan sekali pandangan mengenai hal tersebut
dari ormas- ormas Islam yang ada di Indonesia. Menurut Persatuan Islam
(Persis) dalam rangka menjaga kesatuan dan persatuan di Indonesia pada
saat musim pemilihan umum yakni ormas-ormas islam biasanya menjaga
jarak dengan partai. Tidak ada yang dekat, walaupun persis merupakan
salah satu ormas yang membidani lahirnya PBB. Karena PBB itu
diupayakan lahir dari masumi. Tetapi orang- orang ormas islam tidak
boleh memanfaatkan organisasi untuk kepentingan politik. Istilahnya
mereka hanya sebagai simpatisan atau sebagai anggota itu diperbolehkan.
Organisasi hanya untuk mndorong saja. Intinya ormas islam bertujuan
untuk menjaga supaya tidak menjadi mesin politik. Seharusnya mesin
politik adalah partai dan jangan menjadi korban politik. Adanya peran
ulama dalam politik tidak lain sebagai figur dan teladan bagi tokoh
masyarakat yang memandangnya. Sikap seorang muslim dalam
menyikapi kemungkaran dalam suatu kebijakan yang diterapkan
pemimpin dijelaskan dalam HR. Muslim 49 yakni:
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu : saya mendengar
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:
17
سمعت رسول هللا صل هللا عليه وسلم يقول:ن أبي سعيد الخدري قال
فإن لم يستطع، فإن لم يستطع فبلسانه، فليغيره بيده،من رأى منكم منكرا
وذلك أضعف اإليمان،فبقلبه
B. Pembahasan
18
1. Etika berpolitik dalam pandangan Islam
Politik dalam Islam adalah sebuah kekuasaan untuk mengatur
kehidupan umat, yang bertujuan agar tercapainya suatu keadilan.
Landasan politik dalam Islam yakni Al-Quran dan Al-Hadist. Politik
dalam Islam telah dimulai sejak jaman Rasulullah SAW, pada saat kaum
Muhajirin hijrah ke Madinah dan berlanjut hingga saat ini. Setiap
muslimmemiliki peranan untuk menjadi pendakwah. Dalam berbagai
pekerjaanya dakwah tetap harus disampaikan. Salah satunya ada di medan
politik maka haruslah berpolitik.Syarat pemimpin yaitu :
a) Beriman, bertakwa, jujur, adil dan terpercaya.
b) Memiliki keuunggulan dalam ilmu pengetahuan dan ilmu agamanya.
c) Bisa menangani urusan pemerintahan, perang, dan bias menegakkan
hokum pidana.
d) Diterima masyarakat dan tidak bersikap dzalim
19
Belum ada hukum pasti golput namun dalam keadaan tertentu diwajibkan
untuk memilih contohnya dalam keaan untuk memperbaiki kehidupan
umat. Belakangan ini, ulama secara terbuka mengemukakan pilihannya
dihadapan umat. Sebenarnya ini diperblehkan karena termasuk dari hak
politik setiap warga negara. Namun, peran ulama yang sebenarnya adalah
sebagai penegak dan penengah dalam perbedaan pendapat berpolitik.
Dalam menyikapi kemungkaran yang terjadi di kehidupan politik
Indonesia, sepatutnya umat mereview atau mengkaji ulang undang-undang
yang berlaku. Tidak dengan cara anarkisme atau kekerasan, contohnya
demo. Dan tentunya tetap berlandaskan pada H.R. Muslim 49 yang
mengenai sikap seorang muslim dalam menyikapi suatu kemungkaran
dengan menggunakan kekuasaannya.
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya etika merupakan segala perbuatan baik yang menyangkut
tingkah laku manusia dengan didasari oleh akhlak manusia tersebut.
Sedangkan politik merupakan segala kegiatan mempengaruhi yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok untuk membuat, mempertahankan, atau
mencapai suatu tujuan hidup yang menyangkut kedudukan atau kekuasaan.
Dengan demikian, etika politik dapat diartikan sebagai segala tingkah laku
manusia dengan berbekal akhlak yang dimilikinya untuk berpolitik agar tidak
bertentangan dengan moral dan hukum yang berlaku.
Politik di Indonesia sendiri tidak terlepas dari permasalahan, hal yang
paling mendasar sehingga permasalahan ini muncul adalah kurangnya ruang
untuk bermusyawarah antara pemerintah dan masayarakat. Karena
bermusyawarah merupakan kunci pengambilan keputusan yang baik sesuai
dengan politik yang diajarkan oleh Islam yakni menjalankan syariat Allah
melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan.
Di sisi lain, edukasi politik merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pemerintah ataupun ulama dalam mengedukasi masyarakat
sehingga meminimalisir, bahkan menghapuskan problematika politik yang
ada di Indonesia.
Maka dari itu, sebagai muslim dan calon pendidik kita harus ikut andil
dalam berpolitik sebagai usaha memperbaiki kehidupan bermasyarakat.
Dengan berlaku cerdas dalam memilah informasi yang didapat dari berbagai
media, perbanyak membaca, dan berdiskusi dalam majelis ilmu agar
meningkatkan kualitas akhlak serta ilmu pengetahuan maka kita mampu
menciptakan kehidupan bernegara yang lebih baik.
21
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian ini, direkomendasikan kepada pembaca dan peneliti
agar lebih meningkatkan budaya literasi serta pemahamannya mengenai Islam
dan politik dari berbagai sumber. Selain itu, melakukan diskusi secara
bertahap dengan ormas Islam yang ada di Indonesia agar selalu mendapatkan
ilmu baru dalam rangka memperkaya wawasan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam. 2007. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Miles, Mathew B., and Huberman A. Michael, (1992), Analisis Data Kualitatif; Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru (Penerjamah Tjetjep Rohendi Rohidi)
Jakarta: UI- PRESS.
Ridwan.2017. Hubungan Islam dan Politik di Indonesia Perspektif Pikiran Hasan Al-
Banna. Jurnal Hukum Samudra Keadilan. 12(2):233-234.
Sadily, Hasan. 1997. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Salim, Abdul Muin. 2002. Konsep Kekuasaan Politik Dalam Alquran. Jakarta: PT.
Raja Grapindo
Suseno, Marganiz Franz. 2001. Etika Dasar: Masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
23
LAMPIRAN
A. Personalia Penelitian
Ketua
Nama Lengkap : Ipon Ari Ramdani
NIM : 1600634
TTL : Majalengka, 03 Januari 1998
Alamat : RT 02/ RW 06 Geger Kalong Girang Kota Bandung
No. HP : 081386245236
Anggota
1. Nama Lengkap : Shanti Nur Fajriyati
NIM : 1601111
TTL : Bandung, 01 Desember 1997
Alamat : Jl. Riung Jembar No. 23
No. HP : 085871810663
2. Nama Lengkap : Dita Wulan Kharisma
NIM : 1601291
TTL : Majalengka, 02 Agustus 1997
Alamat : Geger Arum
No. HP : 089516944138
3. Nama Lengkap : Kenny Prarizki Putri
NIM : 1602206
TTL : Bandung, 04 Juni 1998
Alamat : Jl. Jajaway Timur RT 07/ RW 18 Antapani Kidul
No. HP : 08996071642
4. Nama Lengkap : Atikah Mumtazah
NIM : 1606785
TTL : Pekalongan, 29 Mei 1998
Alamat : Jl. Otto Iskandardinata Pekalongan Timur
No. HP : 085866889370
24
B. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Wawancara dengan Muhammadiyah: Sabtu, 09 Maret 2019
Wawancara dengan NU: Sabtu, 09 Maret 2019
Wawancara dengan PERSIS: Sabtu, 09 Maret 2019
Wawancara dengan MUI : Senin 18 Maret 2019
C. Instrumen Penelitian
Pandangan Islam tentang etika berpolitik.
1. Seperti apa politik dalam Islam ?
2. Apa landasan politik dalam Islam ?
3. Kapan pertama kali umat muslim berpolitik ?
4. Mengapa kaum muslim harus berpolitik dan sejauh mana diperbolehkan
ikut berpolitik ?
5. Apakah ada ayat Al-Quran yang berkaitan dengan perintah seorang
muslim harus berpolitik ?
6. Bagaimana etika politik dalam perspektif Islam dan penerapannya di
Indonesia?
7. Syarat apa sajakah yang harus dipenuhi seorang pemimpin dalam ajaran
Islam?
8. Bagaimana memilih pemimpin menurut perspektif Islam?
9. Bagaimana etika kampanye dalam Islam?
25
3. Bagaimana cara ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia dalam
menjaga kesatuan dan persatuan di Indonesia pada saat musim
pemilihan umum ?
4. Bagaimana hukumnya golput ?
5. Bagaimana peran ulama dalam edukasi politik ?
6. Bagaimana pandangan Islam terhadap kampanye politik saat ini?
7. Apakah ulama diperbolehkan untuk mengajak masyarakat agar memilih
atau memihak kepada salah satu calon pemimpin ?
8. Bagaimana sikap seorang muslim dalam menyikapi kemungkaran
dalam suatu kebijakan yang diterapkan pemimpin ?
9. Jika kita dalam posisi sebagai pemimpin, dalam mengambil kebijakan
atau menjalankan sebuah pemerintahan agar sesuai syariat Islam
26
1