Anda di halaman 1dari 9

CIVIC EDUCATION DI JERMAN

SUHARMAN (2021A1C259),
NURUl MI'RAZ
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah
Mataram
suharman12pusu@gmail.com

Abstrak
Germany is a Federal Republic and adheres to a Parliamentary Democracy system of
government. The political power that Germany has long played in the international arena,
starting from the monarchical era in Europe during the reign of the Roman Empire until the birth
of modern Europe and the end of Napeleon's leadership, deserves recognition because it is able
to continue to maintain its existence in the international world. Based on the background
explained above, the author is interested in studying more deeply about the country of Germany,
especially in the fields of citizenship, economics, politics, social and education. The research
method used in writing this scientific work is literature review, and analyzing various journals
and articles on social media that can be trusted which are in accordance with the material
discussed in this article. Based on the results of the study, it can be concluded that civic
education in Germany provides high insight and a strong understanding of civic education and
cultural values which are still very strongly visible among its citizens. So how is it applied in the
development of citizenship education in Indonesia?

Keyword: jerman, civic, education, culture.

Pendahuluan
Jerman merupakan negara Republik Federal dan menganut sistem pemerintahan
Demokrasi Parlementer. Jerman dipimpin oleh 603 anggota Bundestag (Dewan Perwakilan
Rakyat), 69 anggota Bundestrat (Majelis Permusyawarah Rakyat) dan sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi dipimpin oleh seorang Kanselir (Presiden). Negara ini terdiri atas 16 negara
bagian sejak reunifikasi 3 Oktober 1990 dengan ibukota negaranya yaitu Berlin. Negara yang
memiliki luas wilayah 357.023 Km² dan 82,44 Juta jiwa sebagian besar penduduknya beragama
Khatolik 33%, Protestan 33%, Islam 3%, Yahudi 0,1 %. Dengan batas wilayahnya pada bagian
utara berbatasan dengan negara Denmark, bagian Timur berbatasan dengan negara Polandia dan
Ceko, Selatan berbatasan dengan Austria dan Swiss, dan terakhir bagian Baratnya berbatasan
dengan Perancis, Belgia, Belanda dan Luxemburg. Sebagai negara yang terletak di daerah Sub-
Tropis dan suhu mencapai 9°-33°C, negara ini memiliki latar belakang sejarah yang begitu
panjang dan cukup berpengaruh besar bagi peradaban dunia.

Setelah berakhirnya perang Perancis melawan Prusia 1871, negara Jerman modern
terbentuk. Kekuatan politik yang dimiliki Jerman telah lama bermain dalam percaturan
internasional dimulai dari era monarki di Eropa masa pemerintahan Kekaisaran Romawi hingga
lahirnya Eropa modern dan berakhirnya kepemimpinan Napeleon, patut diakui karena mampu
terus mempertahankan eksistensinya dalam dunia Internasional.

Jerman juga dikenal sebagai negara dengan sistem jaringan pengaman sosial yang baik
dan memiliki standar hidup yang sangat tinggi. Jerman dianggap sebagai negara yang sangat
menghidupkan dunia karena kemampuannnya mengunggulkan dirinya di segala bidang seperti
ekonomi, politik, sosial budaya, dll. Dengan kata lain, Jerman juga merupakan negara yang
cukup berpengaruh di dunia.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam seputar negara Jerman terutama dalam bidang Kewarganegaraan, ekonomi,
politik, sosial, dan Pendidikan. Naskah ini semoga berguna untuk menambah wawasan dan
informasi terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dapat
mengetahui apa saja yang menjadi perbedaan kewarganegaraan yang diterapkan Jerman dan
negara-negara di dunia.

Metode
Dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penilitian kualitatif dan
pengembangan yang dimana mengembangakn beberapa topic pembahasan yang sesuai dengan
materi. Selain metode pengembangan, dalam penilitian ini juga melakukan kajian pustaka untuk
memperoleh data yang real dan menganalisis berbagai jurnal dan artikel di media masa sesuai
dengan yang di teliti. Berdasarkan hasil penelitian, sehingga terdapat beberapa pembahasan
mengenai civic education di jerman.
Hasil Dan Pembahasan
Pendidikan Kewarganegaraan (Sachunterricht)

Negara Jerman memiliki kerangka dasar kurikulum dan beban belajar mata pelajaran
Social studies, dengan inti pengembangan kewarganegaraan yang demokratis yang dikaitkan
dengan history, geography and economics, untuk pendidikan dasar dan menengah ditandai
dengan prinsip Non-statutory atau tidak digariskan secara formal, yang diorganisasikan secara
integrated atau terpadu.

Untuk bahan kajian atau mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan digunakan istilah
Sachunterricht. Kedudukan dalam program pendidikan tidak wajib yang dikemas secara
terintegrasi dalam mata pelajaran lain, atau bersifat lintas kurikulum. Beban belajar per minggi
tidak diatur, atau diserahkan kepada masing-masing sekolah.

Tujuan Pendidikan civic di Jerman disesuaikan dengan Konstitusi (Grundgesetz), yang


mempelajari sebuah demokrasi, sebuah negara federal dikaji secara sosial dan konstitutional
dengan landasan yang dibuat oleh negara bagian yang bertanggung jawab, Tujuan pendidikan di
Jerman ditentukan oleh Negara bagian masing-masing.

a. Struktur dan Jenis Pendidikan


Struktur sistem pendidikan Jerman secara formal meliputi : pendidikan dasar (primary
education), pendidikan menengah (lower secondary education), dan pendidikan tinggi
Tergantung dari Negara bagian, wajib sekolah di Jerman berlaku Sembilan atau sepuluh
tahun, dengan normal anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Namun demikian,
sebagian anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan pra-sekolah (Kindergarten)
secara sukarela pada usia 3-5 tahun. Adapun sistem pendidikan Jerman dapat
divisualisasikan sebagai berikut: Pendidikan dasar (primary school) dengan lama pendidikan
umumnya 4 tahun (usia 6-9 tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan system 6
tahun, sementara beberapa Negara bagian yang lain melaksanakan pengajaran tambahan 2
tahun pada grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan berbagai jenis
pelajaran sebagai persiapan masuk ke programprogram sekolah menengah. Negara bagian
lain menyediakan bentuk yang lain pula dengan memberikan pelajaran-pelajaran khusus
pada grade 5 dan 6, dan siswa dapat dengan mudah pindah dari sekolah satu ke sekolah yang
lainnya sesuai dengan program yang diingini. Pada akhir grade 4 (atau grade 6 pada
beberapa tempat), siswa diarahkan ke program-program berbeda seperti yang tersedia di
sekolah menengah. Sekolah menengah (lower secondary education) di Jerman dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: Hauptschule/Restschule, Realschule/Mittelsvhule,
Gymnasium dan Gesamtschule.
Haupschule/Restschule merupakan jenis sekolah menengah yang memberikan pengajaran
yang diarahkan untuk memasuki pemagangan setelah siswa menerima sertifikat tamat
belajar. Program houptschule dikategorikan sebagai program yang paling ringan tuntutan
akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9. Realschule merupakan program sekolah
yang mempersiapkan siswa untuk memasuki karier sebagai pegawai atau buruh kelas
menengah. Program ini memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi daripada houpschule.
Semenjak tahun 1970-an, tamatan sekolah ini telah menjadi persyaratan untuk memasuki
program-program pemagangan. Sertifikat dari sekolah ini juga menjadi kunci untuk
memasuki berbagai jalur pendidikan yang lebih tinggi. Gymnasium, bertujuan untuk
mempersiapkan siswa ke pendidikan tinggi, walaupun tidak semua lulusannya melanjutkan
ke perguruan tinggi. Pada grade 5 sampai 10, isi kurikulum bervariasi sesuai dengan jenis
sekolah yang dimasuki. Mulai grade 11, siswa dapat memilih spesialisasi dalam susunan
yang agak rumit. Setelah berhasil menyelesaikan ujian pada grade 13 siswa berhak
memasuki perguruan tinggi.
Gesamtschule merupakan sekolah yang menekankan program secara komprehensif bagi
semua anak dalam suatu bidang, dan anak-anak akan memperoleh sertifikat yang berbeda
sesuai dengan bidang yang dipilihnya. Namun karena terjadi banyak kontroversi pada
program sekolah jenis ini, maka tidak semua daerah yang membuka sekolah ini (hanya
dibuka di daerah dibawah lander yang beraliran sosial demokrat). Selanjutnya, lembaga
pendidikan tinggi di Jerman terdiri dari dua jenis, yaitu: Pertama,
akademi/politeknik/Fachhoschulen yang ditempuh selama 12 tahun pendidikan lengkap);
Kedua, Universitas. Tidak ada persyaratan program tertentu untuk memasuki universitas,
dan tidak ada perbedaan yang jelas antara program sarjana dan program pascasarjana.
Sertifikat Pertama dapat diperoleh setelah 4 atau enam tahun pelajaran.
Selain pendidikan formal, di Jerman juga berkembang pendidikan non formal yang
berupa pendidikan vokasional, teknik, dan bisnis yang diwajibkan bagi anak-anak yang
tamat dengan ijasah pendidikan umum pada tingkat Hoptschule atau Realschule dan juga
yang tidak dapat ijasah setelah tamat belajar 9 tahun. Pendidikan ini merupakan prasyarat
untuk mendapatkan pekerjaan, dan pelaksanaannya dapat diikuti secara paruh waktu atau
purna waktu. Pendidikan non formal yang lain yaitu berupa pendidikan orang dewasa yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, sesuai dengan tuntuntan
zaman dan perubahan ekonomi, sosial, dan politik yang sangat cepat. Program pendidikan
orang dewasa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu umum, vokasional (termasuk teknik
dan keuangan) dan politik.
b. Manajemen pendidikan di Jerman
Sistem pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level SD sampai dengan
sekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa daerah) membuat berbagai ketentuan
konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan
seluruhnya melalui proses legislative. Pengaturan ini meliputi penetapan tujuan pendidikan,
struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam system daerah mereka masingmasing. Adapun
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan di dalam Negara bagian adalah
kementrian kabinet atau Kementrian Kebudayaan (Kultusministerium). Pada Negara-negara
bagian yang luas daerahnya, sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian
Negara bagian, tetapi melalui badan administrasi regional yang merupakan bagian dari
badan ekskutif. Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan
infra-struktur yang diperlukan dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf.

Perkembangan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan
negara, tujuan yang paling penting dari suatu pembangunan adalah pengurangan tingkat
kemiskinan, dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi
pula kesejahteraan masyarakat, p ertumbuhan ekonomi yang merupakan proses kenaikan output
per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari
berbagai aspek, baik dari sektor riil maupun sektor keuangan, baik dari produksi, konsumsi,
maupun investasi. Dimana masing-masing sektor ini memiliki peranan yang sama pentingnya
terhadap pertumbuhan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi juga harus diberengi pula dengan pembangunan ekonomi dimana
dengan pembangunan ekonomi berarti meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan
mengolah kekuatan ekonomi potensial. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah dapat diukur dengan produk domestik
regional bruto (PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum.
Jerman merupakan negara ekonomi terbesar di Eropa, keempat berdasarkan angka
nominal GDP di dunia, dan kelima berdasarkan GDP (Purchasing Power Parity). Angka GDP
nominal mengalami penurunan pada kuartal kedua dan ketiga tahun 2008, menyusul terjadinya
resesi ekonomi dunia, Jerman merupakan salah satu negara Eropa yang paling merasakan
dampak krisis ekonomi global yang berawal dari krisis subprime mortgage di AS pada musim
gugur 2008. Sebagai negara dengan sistem ekonomi terbuka dimana ekspor merupakan
penyumbang terbesar pendapatan nasional, perekonomian Jerman mengalami kelesuan sejak
tahun 2008.
Jerman adalah konsumen kelima terbesar di dunia dalam penggunaan energi, dan dua
pertiga dari energi yang dikonsumsi oleh Jerman berasal dari impor. Dalam sepuluh tahun
terakhir ketergantungan Jerman akan energi impor terus mengalami peningkatan, hingga
mencapai 62% dari total konsumsi energi nasional. Diperkirakan jumlah ini akan terus
meningkat sampai 70% pada masa yang akan datang. Sektor energi Jerman masih tergantung
pada minyak fosil dan gas alam. Dari total konsumsi energi Jerman pada tahun 2008, sekitar
35% bersumber dari minyak fosil, diikuti berturut-turut dengan gas alam (22%), batu bara (13%),
nuklir (12), batu bara coklat/lignite (11%), dan energi terbarukan (7,0%). Sepertiga impor energi
Jerman berasal dari Rusia, terutama impor gas alam. Ketergantungan Jerman kepada Rusia di
bidang energi menyebabkan Jerman senantiasa berupaya memelihara hubungan baik dengan
Rusia.
Industri Jerman ditopang oleh para pengusaha kecil dan menegah. Dalam upaya
memberdayakan perusahaan-perusahaan tersebut agar mampu mendapatkan pasar dunia dan
bersaing dengan perusahaan-persuahaan lain, Pemerintah Jerman memberikan dukungan dalam
bentuk pendirian Badan Kerjasama Himpunan Penelitian dan Industri sebagai wadah untuk
melakukan penelitian bersama. Para pengusaha tersebut mendapatkan bantuan pinjaman/kredit
melalui Badan Pemberi Kredit Jerman/Bank Pembangunan (KfW) untuk membiaya penelitian-
penelitian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jerman merupakan salah satu negara di eropa yang
memiliki ekonomi yang sangat stabil bagi warga negara dan negara sehingga jerman dapat
menjadi negara maju dengan perkembangan ekomoni yang stabil.

Budaya Kewarganegaraan
Setiap kebudayaan yang ada di masyarakat memiliki nilai-nilai yang luhur nilai budaya
adalah bentuk dari kebudayaan dan konsep hidup dalam pemikiran manusia yang menjadi
pedoman serta memberi arahan kepada kehidupan manusia. Menurut Kluckhohn C dikutif oleh
Koentjaraningrat terdapat lima dasar masalah dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan
nilai-nilai budaya, yaitu 1) Masalah hakikat dari hidup manusia, 2) Masalah hakikat dari karya
manusia, 3) masalah hakikat dari kedudukan manusia yang berhubungan dengan ruang waktu, 4)
Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, 5) Masalah hakikat dari
hubungan manusia dengan sesamanya, kelima masalah tersebut disebut sebagai orientasi nilai
budaya (value orientation).
Jerman merupakan salah satu negara maju di dunia Status tersebut tentunya tidak hanya
dibentuk oleh pemerintah tetapi juga oleh warga atau penduduk negara Jerman. Kerjasama antara
pemerintah dan warganya juga melahirkan pola budaya negara Jerman. Beberapa diantaranya
adalah usaha pemerintah Jerman memfasilitasi pendidikan setiap anak dengan tujuan
mempertahankan tingginya taraf hidup masyarakat, agar tetap berada dalam kehidupan yang
layak dan stabil.
Budaya Jerman dibentuk oleh para kaum intelektual Eropa, baik kaum religius maupun
kaum sekuler. Dulu, Jerman disebut sebagai Das Land der Dichter und 16 Denker ("negara para
penyair dan pemikir"), karena banyaknya penulis dan filsuf terkenal yang mempengaruhi
perkembangan budaya dan pemikiran Barat.
Banyak sekali institusi budaya di negara ini. Ada 240 teater yang disubsidi pemerintah,
ratusan simfoni orkestra, ribuan museum dan lebih dari 25.000 perpustakaan tersebar di negara
ini. Pengunjung dan penikmatnya pun juga banyak: lebih dari 91 juta pengunjung museum tiap
tahunnya, 20 juta pengunjung teater dan opera, dan 3,6 juta pengunjung orkestra simfoni. Sampai
tahun 2012, UNESCO mencatat 37 Situs Warisan Dunia dari Jerman.
Jerman juga telah memiliki kesetaraan gender tinggi mempromosikan gerakan hak
penyandang cacat, dan toleran secara sosial terhadap kaum homoseksual. Gay dan lesbian dapat
mengadopsi bayi, dan civil union telah diizinkan sejak tahun 2001. Jerman juga telah banyak
mengubah sikapnya terhadap para imigran, pemerintah dan penduduknya mulai berpendapat
bahwa imigrasi adalah sesuatu hal yang legal namun harus dikontrol dan mempunyai standar
kualifikasi tertentu.
Jerman secara keseluruhan terkenal juga sebagai negara yang bersih, Sistem pembuangan
sampah di negara Jerman sudah teratur. Di setiap rumah setidaknya ada empat tong sampah
untuk plastik, kertas, bio, dan sisa sampah yang tidak masuk ketiganya.

Kesimpulan
Di Jerman, program pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan nama “Sachunterricht”.
Ini adalah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dan menengah dan terintegrasi dengan
sejarah, geografi, dan ekonomi. Kurikulum pendidikan kewarganegaraan di Jerman didasarkan
pada kerangka demokrasi dan berfokus pada pengembangan kewarganegaraan demokratis .
Kurikulum pendidikan kewarganegaraan di Jerman tidak ditentukan secara formal oleh
pemerintah tetapi mengikuti prinsip pedoman non-undang-undang atau informal. Isi dan
pengorganisasian mata pelajaran ditentukan di tingkat negara bagian, dan setiap negara bagian
memiliki kebijakan dan pedoman pendidikannya sendiri. Pendekatan desentralisasi ini
memungkinkan adanya fleksibilitas dan adaptasi terhadap konteks lokal.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan di Jerman adalah untuk mempromosikan nilai-nilai


demokrasi, kewarganegaraan aktif, dan pemikiran kritis di kalangan siswa. Ini mencakup topik-
topik seperti hak asasi manusia, demokrasi, partisipasi politik, keadilan sosial, dan isu-isu global
. Metode pengajaran yang digunakan dalam pendidikan kewarganegaraan meliputi diskusi,
debat, permainan peran, dan pembelajaran berbasis proyek.

Secara keseluruhan, program pendidikan kewarganegaraan di Jerman bertujuan untuk


membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk
berpartisipasi aktif dalam masyarakat demokratis [3] . Hal ini menekankan pentingnya nilai-nilai
demokrasi, tanggung jawab sosial, dan penghormatan terhadap keberagaman.
Daftar Referensi
Agustiar Syah Nur, (2001), Perbandingan sistem pendidikan, Bandung : Lubuk Agung.
Alwasilah, (2008), An International Comparative Study of School Curriculum, Chaedar. Filsafat
Bahasa dan Pendidikan. Bandung:Rosda.
Bundesministerium für Bildung und Forschung, Berufsbildunggesetz, Stand 11.04.2005.
Coy, Jason P. (2011) A Brief History of Germany,New York:Fact on File Inc. Diakses tanggal
19 April 2021.
Collingwood, R.G.(1985) terjemahan Muhd.Yusof Ibrahim, Kuala Lumpur: Percetakan Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Fucht, Eckhardt. Why Teach World History in School: Curriculum Reform in German
Secondary Education.
http://worldhistoryconnected.press.illinois.edu/3.3/fuchs.html diakses 19 april 2021
Kadarisman, D. dan Sulaeman, A. (1993). Teknologi Pengolahan Ubi Kayu dan Ubi Jalar. IPB,
Bogor.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Laitenberger, Birgit; Bassier, Maria (2000), Wappen und Flaggen der Bundesrepublik
Deutschland und ihrer Länder (edisi ke-5th revised), Cologne, ISBN 3452242625.
Mardjono & Pranowo, D. (2000). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Pamator. Syah Nur, Agustiar.
(2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung.

Anda mungkin juga menyukai