1. Pengertian Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan
antara negara dan warga negara.Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu
negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan.Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai
landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan
kejayaan bangsa dan negara.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara
berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral
bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Penentuan kewarganegaraan berdasarkan dari sisi perkawinan yang mencakup asas kesatuan
hukum dan asas persamaan derajat. Untuk asas kesatuan hukum, yaitu paradigma suami istri
atau ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang mendambakan hidup sejahtera,sehat, dan
bersatu. Sedangkan dalam asas persamaan derajat ditentukan bahwa status perkawinan tidak
dapat merubah status kewarganegaraan masing-masing pihak.
Disamping asas umum, ada beberapa asas khusus yang menjadi dasar penyusunan Undang-
undang Kewarganegaraan Indonesia, yaitu :
1. Unsur-Unsur Kewarganegaraan
Meskipun tidak dapat memenuhi prinsip ius sanguinis ataupun ius soli, seseorang dapat
memperoleh kewarganegaraan dengan cara yang lain yaitu Pewarganegaraan atau Naturalisasi.
Dalam unsur ini syarat-syarat dan prosedur naturalisasi ini di berbagai negara sedikit banyak
dapat berlainan, hal tersebut menurut kondisi dan situasi negara masing-masing.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
1. 1. Agar para mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya
secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas.
2. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, patriotisme, cinta
tanah air dan rela berkorban bagi bangsa dan negara.
3. Menguasai pengetahuan dan memahami aneka ragam masalah dasar kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang akan diatasi dengan pemikiran berdasarkan
Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional secara kritis dan betanggung
jawab.
4. Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan
5. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi
Bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya).
b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.
c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
e. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
6. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
7. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
8. Masalah Yang Timbul Dalam Penentuan Kewarganegaraan
Masalah yang paling sering timbul dalam problem kewarganegaraan ini adalah:
1. Menjadi warga negara yang komit terhadap nilai-nilai Hak Asasi manusia dan demokrasi,
berpikir kritis terhadap permasalahannya.
2. Berpartisipasi dalam:
3. Upaya menghentikan budaya kekerasan dengan damai dan menghormati supremasi
hukum.
BAB II
Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara etimologis
identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan“nasional”. Kata identitas berasal dari kata
identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain. Nasional sendiri menunjukkan pada sifat khas kelompok
yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik
seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan. Jadi makna dari identitas nasional ialah suatu ungkapan
nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakan dari bangsa lain. Secara
umum, unsur-unsur yang terkandung dalam suatu identitas nasional ialah:.
Dengan demikian identitas nasional suatu bangsa adalah ciri khas yang dimiliki suatu bangsa
yang membedakannya dari bangsa lainnya. Namun demikian proses pembetukan Identitas
nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan terus
berkembang mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi pergeseran nilai dari identitas itu
sendiri apabila identitas itu tidak dapat dijaga dan dilestarikan, sehingga mengakibatkan identitas
global akan mempengaruhi nilai identitas nasional itu sendiri.
Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan kekhasan suatu bangsa.Unsur-unsur
identitas itu secara normatif, berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan letak geografis.
Pola Perilaku
Adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari, Misalnya : adat
istiadat, budaya, dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong
merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan budaya. Semangat
masyarakat tentang pola perilaku ini sudah mulai memudar, seiring dengan waktu budaya ramah
tamah khas Indonesia serta semangat gotong royong sudah beralih wajah menjadi acuh tak acuh
dan individualistis dan materialistis.
Lambang-Lambang
Adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi Negara. Hal ini diwujudkan dalam
bentuk lambang-lambang nasional. Semisal bendera, bahasa pemersatu dan lagu kebangsaan.
Alat-alat perlengkapan
Adalah Sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan
yang berupa bangunan, peralatan dan tekhnologi, misalnya : bangunan candi, Masjid, Gereja,
Peralatan manusia seperti pakaian Adat, dan teknologi Bercocok tanam : dan teknologi seperti
kapal laut, Pesawat terbang, dan lainnya
Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti : Budaya
Unggul, presentasi dalam bidang tertentu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami sebuah
Negara, tujuan bersama bangsa Indonesia telah tertuang dalam pembukaan UUD 45, Yakni
kecerdasan dan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia. Dan dalam usaha tersebut pemerintah
seharusnya lebih memperhatikan dunia pendidikan, peningkatan pendidikan akan mempengaruhi
kesejahteraan rakyat Indonesia secara tidak langsung.
1. Sejarah
Indonesia adalah Negara yang begitu kaya akan nilai sejarah, itu dapat dibuktikan dari berbagai
tulisan pakar tentang sejarah perjuangan dan usaha dalam merebut kemerdekaan. Sejarah juga
mencatat, sebelum menjadi sebuah identitas negara bangsa yang Modern, bangsa Indonesia
pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Semangat juang bangsa Indonesia dalam
mengusir penjajah menurut banyak kalangan telah menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa
Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk identitas nasional Indonesia.
2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu :
akal budi, peradaban dan pengetahuan. Akal Budi bangsa Indonesia, misalnya dapat dilihat pada
sikap ramah dan santun bangsa Indonesia . Sedangkan unsur Identitas peradabannya, salah
satunya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai kompromi nilai-nilai bersama
( shared values ) bangsa Indonesia yang majemuk, sebagai bangsa maritim, kehandalan bangsa
Indonesia dalam pembuatan kapal pinisi di masa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa
Indonesia yang tidak memiliki oleh bangsa lain di dunia.
3. Suku Bangsa
Kemajemukan merupakan Identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian , lebih dari sekedar
kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup
bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus terus dikembangkan dan
dibudayakan, kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari
300 kelompok suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang mendiami kepulauan
nusantara.
4. Agama
5. Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki
ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung berbagai
kelompok etnis yang mendiamikepulauan nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi
bangsa Indonesia.
1. Revitalisasi Pancasila
Revitalisasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti proses, cara dan perbuatan
yang menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya
revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital.Sedangkan kata vital
mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali.Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi
bisa berarti membangkitkan kembali vitalitas.
Jadi, revitalisasi secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting
dan perlu sekali.Revitalisasi Pancasila dapat diartikan sebagai usaha mengembalikan Pancasila
kepada subjeknya yaitu sebagai pedoman bagi para penyelenggara pemerintahan.Untuk
merevitalisasi, maka Pancasila perlu diajarkan dalam kaitannya dengan pembuatan atau evaluasi
atas kebijakan publik selain dibicarakan sebagai dasar negara.
Menurut Azra, paling tidak ada tiga faktor yang membuat Pancasila semakin sulit dan marjinal
dalam perkembangannya saat ini, yaitu :
1. Pancasila terlanjur tercemar karena kebijakan rezim Soeharto yang menjadikan Pancasila
sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo kekuasaannya.
2. Liberalisasi politik dengan penghapusan ketentuan yang ditetapkan Presiden BJ. Habibi
tentang Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi. Penghapusan ini memberikan
peluang bagi adopsi asas ideologi-ideologi lain, khususnya yang berbasiskan agama.
3. Desetralisasi damotonomisasi daerah yang sedikit banyak mendorong penguatan
sentiment kedaerahan.
4. Globalisasi Dan Ketahanan Nasional
5. Hakikat GlobalisasI
Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin bertambahnya
keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturisasi dan
perkembangan teknologi modern.
1. Globalisasi sebagai transformasi kondisi spasial temporal kehidupan. Hidup yang kita
alami mengandalkan ruang dan waktu
2. Globalisasi sebagai transformasi lingkup cara pandang. Pada hal ini globalisasi
menyangkut transformasi cara memandang, cara berfikir, cara merasa dan cara mendekati
persoala.
3. Globalisasi sebagai transformasi modus tindakan dan praktik. Inilah arti globalisasi yang
banyak ditampilkan secara publik oleh para pelaku bisnis dan didalam citra media.
4. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional adalah keadaan dinamik suatu bangsa dalam menghadapi dan mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang datang dari dalam negeri maupun dari
luar negeri.
Bidang politik
Bidang politik merupakan salah satu bentuk ketahanan nasional agar suatu negara bisa terjamin
keselamatannya dengan adanya ketahanan politik semua orang yang melakukan korupsi maka
dengan adanya politik maka korupsi akan bisa di atasi dengan politik itu sendiri.
Bidang ekonomi merupakan salah satu upaya ketahanan negara agar negara tersebut tidak
menimbulkan kerisis kebutuhan dalam suatu negara,serta memenuhi kebutuhan masyrakat
supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Ada beberapa macam menjaga ketahanan nasional dalam bidang ekonomi yaitu:
1. Menjaga kestabilan ekonomi makro dan ekonomi mikro dengan menstabilkan nilai tukar
rupiah dan suku bunga.
2. Menyediakan lembaga-lembaga ekonomi yang modern(perbankan, pasar modal).
3. Mengeksploitasi sumber daya alam secara proporsional.
Sosial budaya merupakan segala sesuatu yang harus di taati dalam suatu wilayah itu sendiri agar
budaya itu tidak punah dan adat istiadatnya selalu di lakukan setiap pada waktunya yang telah di
tentukan supaya negara itu bisa menjadi negara yang tidak lupa dengan budayanya sendiri.
Ada beberapa macam ketahanan nasional dalam bidang sosial budaya yaitu:
Dampak positifnya:
1. Dalam bidang politik Pemerintahan menjadi lebih terbuka dan demokratis. Hal ini akan
membentuk hubungan yang baik antara pemerintah dan rakyat sehingga pembangunan
negara lebih baik.
2. Dalam bidang ekonomi Terbukanya kesempatan kerja tingkat global dan pasar
internasional yang dapat meningkatkan devisa negara. Dengan demikian taraf hidup
bangsa dapat ditingkatkan.
3. Dalam bidang sosial budaya Pengaruh pola berpikir dan etos kerja yang tinggi, serta
perkembangan iptek yang dapat memajukan bangsa.
dampak negatif
1. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
karena banyaknya produk luar negeri (seperti McDonald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.)
membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa
Indonesia.
2. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai
bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh
masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
3. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin,
karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat
menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu
kehidupan nasional bangsa.
4. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku
sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan bangsa.
5. G. Cara-Cara Untuk Mengatasi Memudarnya Identitas Nasional
6. Harus memiliki pendidikan tentang kebangsaan untuk memberikan pemahaman yang
kuat mengenai identitas nasional.
7. Memiliki rasa nasionalisme sebisanya ditanamkan dalam tiap masyarakat sedini
mungkin. Nilai-nilai luhur dan budaya nasional diperkenalkan dengan baik dan meluas ke
seluruh lapisan masyarakat agar mereka semakin menjunjung tinggi dan bangga akan
identitas nasional.
8. Membangun kebudayaan nasional sebagai aset yang penting sebagai identitas nasional.
9. Menjaga integritas bangsa nasional dalam pembauran berbagai aspek sosial budaya ke
dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa, yang harus
dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai
tujuan bersama sebagai suatu bangsa.
10. H. Multikulturalisme: Antara Nasionalisme dan Globalisasi
Istilah multikulturalisme mulai digunakan orang sekitar tahun 1950-an di Kanada untuk
menggambarkan masyarakat Kanada di perkotaan yang multikultural dan
multilingual. Multi sendiri bermakna banyak, kultur ialah kebudayaan dan Isme ialah faham.
Secara umum arti dari multikulturalisme suatu pemahaman ataupun faham yang mampu
menyandingkan berbagai perbedaan baik etnis maupun tidak dalam upayanya hidup
berdampingan dengan damai.Jadi karakter masyarakat multicultural ialah tingginya toleransi
terhadap perbedaan itu sendiri.
Kaitan multikulturalisme dengan nasionalisme dan globalisasi ialah bahwa ia merupakan
jawaban bagi penyatuan kedua faham yang terlihat berbeda tersebut. Bagaimana semangat
nasionalisme terkadang menghanyutkan kita terhadap budaya dan segala sesuatu yan berasal dari
luar seperti faham-faham globalisasi, sekularisasi dan lainnya. Multicultural merupakan suatu
tawaran konkrit yang diajukan beberapa kaum intelektual termasuk diantaranya Azyumardi azra
dan Komaruddin Hidayat dalam upayanya membangun Indonesia.
Pertama: konsep multicultural ini difahami secara luas oleh masyarakat Indonesia serta ada
keinginan untuk mengadopsinya sampai pada taraf pedoman nasional.
Selain itu, ada 5 hal pnting juga yang dikemukakan para pakar mengenai hubungan
multiculturalisme dengan Pancasila sebaga suatu kesatuan. Yaitu:
Pada akhirnya, masyarakat multicultur nampaknya relevan dengan bagi penegasan kembali
sebuah identitas bangsa Indonesia yang inklusif dan toleran namun dengan tetap berpedoman
mengakar pada nila-nilai ke-Pancasila-an. Dengan demikian msyarakat tersebut mampu
membawa Indonesia pada taraf demokrasi yang madani dan kemajemukan masyarakat Indonesia
dapat menjadi modal bagi pengembangan masyarakat multikulturalisme ini
BAB III
Sejak berakhirnya orde baru di tahun 1998, demokrasi menjadi kata umum bagi siapa saja yang
hendak menyatakan pendapat.Berbeda dengan masa lalu, demokrasi sekarang sudah
menjadi milik semua orang dengan pemahaman yang berbeda.Seperti halnya agama, demokrasi
banyak digunakan dan diungkapkan dalam perbincangan sehari-hari tapi banyak juga
disalahpahami, padahal prinsip-prinsip moral agama dapat bertemu dengan nilai-nilai demokrasi.
Secara garis besar demokrasi adalah sebuah sistem sosial politik modern yang paling baik dari
sekian banyak sistem maupun ideologi yang ada dewasa ini.Menurut pakar hukum Moh. Mahfud
MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara yaitu:
1. Hampir semua Negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang
fundamental.
2. Demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan
masyarakat untuk mengelenggarakan Negara sebagai organisasi tertingginya.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Menurut Wikipedia Indonesia, demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan
suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebagai suatu system bermasyarakat
dan bernegara hakikat demokrasi adalah peranan peran utama rakyat dalam proses sosial dan
politik.sebagai pemerintahan di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal yaitu:
Jadi, demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintah suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.
1. Sejarah Demokrasi
Konsep demokrasi lahir dari tradisi pemikiran yunani tentang hubungan Negara dan hukum,
yang dipraktekkan antara abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M, demokrasi yang diterapkan pada
masa itu adalah demokrasi langsung(direct democracy) yaitu hak rakyat untuk membuat
keputusan politik dijalankan secara langsung ole seluruh warga Negara berdasarkan prosedur
mayoritas.
Demokrasi yunani kuno ini, hanya kalangan tertentu(warga Negara resmi) yang dapat
menjalankannya, tetapi masyarakat berstatus budak,pedagang asing, perempuan dan anak-anak
tidak bisa menikmati demokrasi ini. Demokrasi yunani kuno berakhir pada abad pertenghan yang
ditandai dengan berubahnya masyarakat yunani menjadi masyarakat feodal dimana kehidupan
politik ditandai oleh perebutan kekuasaan dikalangan para bangsawan.
Demokrasi tumbuh kembali di eropa menjelang akhir abad pertengahan, ditandai oleh lahirnya:
1. Magma Charta (piagam besar). Magma Charta adalah suatu piagam yang memuat
perjanjian antara kaum bangsawan dan raja Jonh inggris. Ada dua hal yang sangat
mendasar pada piagam ini yaitu adanya pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi
manusia lebih penting dari pada kedaulatan raja.
2. Adanya gerakan pencerahan(renaissance) dan reformasi. Renaissance adalah gerakan
yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya yunani kuno.
Menurut sejarawan Philip K. Hitti, gerakan pencerahan dibarat merupakan buah dari kontak
eropa dengan dunia islam yang ketika itu sedang berada pada puncak kejayaan peradaban dan
ilmu pengetahuan. Pemuliaan ilmuwan muslim terhadap kemampuan akal ternyata telah
berpengaruh pada bangkitnya kembali tuntutan demokrasi dimasyarakat barat, seperti Ibnu Sina,
Ibnu Khaldun, Al-Razi, dll. Dengan kata lain, rasionalitas islam mempunyai sumbangsih yang
tidak sedikit terhadap kemunculan kembali tradisi demokrasi di yunani.
Gerakan reformasi adalah gerakan revolusi agama di eropa pada abad ke-16, yang bertujuan
untuk menjadi gerakan kritis terhadap kebekuan doktrin gereja yang bertumpu pada rasionalitas
yang berdasarkan pada hukum alam dan kontrak social.
1. Salah satu asas dalam prinsip hokum alam adalah pandangan bahwa dunia ini dikuasai
oleh hukum yang timbul dari alam yang mengandung prinsip-prinsip keadilan yang
universal. Unsure universalisme hokum ala mini akhirnya mempengaruhi kehidupan
politik di eropa yang awalnya berdasarkan kepatuhan absolut dari rakyat kepada raja,
tetapi berubah menjadi politik yang didasarkan pada perjanjian (social contract) yang
mengikat kedua belah pihak.
2. Kontrak social (social contract)
3. Lahirnya istilah kontrak sosialantara yang berkuasa dan yang dikuasai tidak lepas dari
dua fisluf eropa, Jonh Locke (inggris) dan Montesquieu (prancis). Menurut Locke (1632-
1704), hak-hak politik rakyat mencukup hak atas hidup, kebebasan dan hak memiliki
(live, liberal, and property). Menurut Monterquieu (1689-1744), system pokok yang
dapat menjamin hak-hak politik tersebut adalah melalui prinsip trias politica, yaitu suatu
system pemisahankekuasaan dalam Negara menjadi tiga bentuk kekuasaan yaitu :
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
1. Teori-Teori Demokrasi
Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di
Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara langsung, dalam artian rakyat
berkumpul pada suatu tempat tertentu dalam rangka membahas berbagai permasalahan
kenegaraan. Prinsip dasar demokrasi klasik adalah penduduk harus menikmati persamaan politik
agar mereka bebas mengatur atau memimpin dan dipimpin secara bergiliran.
Prinsip kebajikan bersama menuntut setiap warga negara untuk mengabdikan diri sepenuhnya
untuk negara, menempatkan kepentingan republik dan kepentingan bersama diatas kepentingan
diri dan keluarga.
Teori kontrak sosial berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran Zaman Pencerahan
(Enlightenment) yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan humanisme, yang
menempatkan manusia sebagai pusat gerak dunia. Pemikiran bahwa manusia adalah sumber
kewenangan secara jelas menunjukkan kepercayaan terhadap manusia untuk mengelola dan
mengatasi kehidupan politik dan bernegara.
Dalam perspektif kesejarahan, Zaman Pencerahan ini adalah koreksi atau reaksi atas zaman
sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan.Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di
Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.Seperti telah disinggung di atas, teori kontrak sosial
yang berkembang pada Zaman Pencerahan ternyata secara samar-samar telah diisyaratkan oleh
pemikir-pemikir zaman-zaman sebelumnya seperti Kongfucu dan Aquinas.Yang jelas adalah
bahwa pada Zaman Pencerahan ini unsur-unsur pemikiran liberal kemanusiaan dijadikan dasar
utama alur pemikiran.
Walaupun pada prinsipnya manusia itu sama, tetapi alam, fisik dan moral menciptakan
ketidaksamaan. Muncul hak-hak istimewa yang dimiliki oleh beberapa orang tertentu karena
mereka ini lebih kaya, lebih dihormati, lebih berkuasa, dan sebagainya. Organisasi sosial dipakai
oleh yang punya hak-hak istimewa tersebut untuk menambah power dan menekan yang lain.
Pada gilirannya, kecenderungan itu menjurus ke kekuasaan tunggal.
Trias politica atau teori mengenai pemisahan kekuasaan, di latar belakangi pemikiran bahwa
kekuasaan-kekuasaan pada sebuah pemerintahan yang berdaulat tidak dapat diserahkan kepada
orang yang sama dan harus dipisahkan menjadi dua atau lebih kesatuan kuat yang bebas untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan demikian diharapkan
hak-hak asasi warga negara dapat lebih terjamin.
Dalam bukunya yang berjudul L’esprit des Louis Montesquieu membagi kekuatan negara
menjadi tiga kekuasaan agar kekuasaan dalam negara tidak terpusat pada tangan seorang raja
penguasa tunggal, yaitu sebagai berikut.
– Sidang BPUPKI dalam rangka menyusun dasar Negara dan UUD 1945, melalui musyawarah
dengan prinsip demokrasi.
– Sidang PPKI yang memutuskan UUD serta memilih presiden dan wakilnya.
maka, dalam aturan peralihan pasal IV ditegaskan “sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk
menurut UUD, segala kekuasaanya dijalankan oleh presiden dengan bantuan komite nasional”.
Dilihat dari dasar Negara dan UUD 1945 tersebut Negara Indonesia antara tahun 1945-1949
adalah Negara demokrasi, walaupun pelaksanaanya belum sesuai dengan prinsip-prinsip yang
diharapkan dalam UUD 1945. Hal ini terlihat kekuasaan presiden terlalu luas.
10
– KNIP diberi wewenang menjalankan fungsi legislative (didasarkan maklumat wakil presiden
no X tanggal 5 november).
– Rakyat diberi kebebasan untuk mendirikan partai politik (dasar maklumat pemerintah tanggal
3 november 1945)
– Maklumat presiden tanggal 14 november 1945 tentang perubahan sistem perubahan presidensil
menjadi parlementer.
Pelaksanaan demokrasi liberal di Indonesia terjadi antara kurun waktu 27 desember 1949 sampai
dengan 5 juli 1959. Pada tahun1950 bentuk Negara mengalami perubahan yaitu dari serikat
menjadi Negara kesatuan RI. UUD yang berlaku adalah UUDS 1950. Pelaksanaan UUD RIS
sampai UUDS cenderung kearah kebebasan yang tak terbatas, maka dapat dikatakan bahwa
sistem demokrasi liberal yaitu sistem demokrasi yang mengagungkan kebebasan individu secara
mutlak. Karena adanya kebebasan yang mutlak tersebut menyebabkan tidak adanya kesetabilan
pemerintah sehingga kurun waktu 1950-1959 tidak kurang 6 kali ganti cabinet. Terpaksa
presiden pada tanggal 5 juli 1959 mengeluarkan dekrit presiden yang isinya;
1. Bubarkan konstituante
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku UUDS 1950
1. Pelaksanaan demokrasi terpimpin pada kurun waktu 5 juli 1959- 11 maret 1966
Menurut Ir. Soekarno demokrasi terpimpin adalah “demokrasi yang terpimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaraatan atau perwakilan”. Konsep demokrasi terpimpin
sebenarnya baik karena didasarkan pada pancasila. Demokrasi terpimpin sebenarnya untuk
mengoreksi praktik demokrasi liberal yang terlalu mengutamakan kebebasan individu ternyata
tidak cocok dengan kepribadian Indonesia. Akan tetapi pelaksanaan demokrasi terpimpin
ternyata menyimpang dari Pancasila maupun UUD 1945 hal ini karena yang ditonjolkan bukan
11
nilai-nilai demokrasi tetapi terpimpinnya, terlihat setiap pengambilan keputusan bila tidak dapat
ditempuh mufakat maka keputusan diserahkan pada presiden.
1. Demokrasi pancasila pada masa orde baru (11 maret 1966 – 21 mei 1998)
Dengan terjadinya penyimpangan yang menonjol terhadap pancasila dan UUd 1945
menyebabkan terjadinya kekacauan dari seluruh lapisan masyarakat, bangsa dan Negara yang
meliputi segala aspek kehidupan bahkan hampir saja menghancurkan Negara proklamasi atau
NKRI. Hal ini yang mendorong munculnya TRITURA yang akhirnya melandasi lahirnya orde
baru yang tertekat melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan
semangat itu seluruh kegiatan penyelenggaraan Negara diupayakan dengan ketentuan yang
bersumber pada pancasila dan UUD 1945 (disebut demokrasi pancasila).
Pada masa ini terjadi perubahan yang mendasar, partai politik mengalami penyederhanan
sehingga peran partai politik dalam Negara dpat dimaksimalkan. Bagi kepentingan rakyat,
pemilu dapat diselenggarakan secara periodik tiap 5 tahun, pembangunan berencana dapat
berjalan dengan lancar yang desebut PELITA, kestabilan pemerintah terjamin bahkan
pertumbuhan ekonomi pun sangat menggembirakan. Kelemahan yang terjadi pada masa orde
baru adalah dalam menafsirkan dan menerapkan UUD 1945.
Demokrasi pancasila pada masa orde baru memilki cirri-ciri sebagai berikut;
12
4. Pada masa orde baru stabilitas politik dan keamanan terjamin sebab memang pemerintah
cenderung menerapkan pendekatan keamanan.
5. Munculnya praktek-praktek KKN (korupsi, Kolusi, dan nepotisme) dalam tubuh
pemerintahan.
Reformasi merupakan istilah periode pemerintahan paska orde baru yang dartikan sebagai suatu
gerakan untuk menata kembali kehidupan pemerintahan berdasarkan sandi-sandi kehidupan yang
dicita-citakan demi terwujudnya masyarakat madani, yaitu tata kehidupan masyarkat sipil yang
tentram, damai, aman, dan demokratis serta terjaminnya HAM.
Selama masa yang singkat itu bangsa Indonesia berhasil menetapkan berbagai peraturan
perundang-undangan yang penting bagi pengembangan demokrasi. Perkembangan yang pesat
dalam sendi-sendi demokrasi antara lain;
b.Adanya jaminan tata cara penyampaian pendapat dimuka umum (kebebasan mimbar) yang
diatur dalam UU. Seperti aksi unjuk rasa, pawai, mogok kerja dan sebagainya.
d.Terselenggaranya pemilu yang transparan untuk memilih anggota legislatif, presiden dan wakil
presiden langsung oleh rakyat.
Tegaknya demokrasi sebagai sebuah tatanan kehidupan kenegaraan, pemerintah, ekonomi, sosial
dan politik sangat bergantung kepada keberadaan dan peranan yang dijalankan oleh unsur-unsur
penting penopang tegaknya demokrasi antara lain :
Negara hukum adalah Negara yang memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui
pelembagaan, peradilan yang bebas dan tidak memikat serta penjaminan hak asasi manusia.
Indonesia adalah Negara hukum, istilah Negara hukum di Indonesia dapat ditemukan
13
dalam penjelasan UUD 1945 yang berbunyi “ Indonesia adalah Negara yang berdasar atas
hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat).
Secara garis besar Negara hukum adalah sebuah Negara dengan gabungan kedua konsep
rechtsstaat dan the rule of law.
b.Adanya pemisah dan pembagian kekuasaan pada lembaga Negara untuk menjamin
perlindungan HAM
Masyarakat madani yaitu sebuah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka,egaliter,bebas dari
dominasi dan tekanan Negara. Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan
dalam membangun demokrasi.Posisi penting masyarakat madani dalam pembangunan demokrasi
adalah adanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh Negara atau pemerintah.
Masyarakat madani masyarakat adanya keterlibatan warga Negara (civic engagemen) melalui
asosiasi-asosiasi social.Masyarakat madani (civil society) bukan meruoakan syarat penting atau
prakondisi bagi demokrasi semata, tatanan nilai yang ada pada masyarakat madani.Hal ini baik
secara internal dalam hubungan horizontal antara sesama warga maupun secara eksternal
hubungan vertical antara Negara dengan warga Negara.
14
Menurut Robert A. Daul terdapat tujuh prinsip yang harus ada dalam system demokrasi yaitu:
6 Kebebasan berserikat
Tiga aspek dapat dijadikan landasa untuk mengekur sejauh mana demokrasi itu berjalan dalam
suatu Negara. Aspek tersebut yaitu:
1. Pemilihan umum
15
3. Kontrol rakyat
Suatu relasi kuasa yang berjalan secara simetris, memili sambungan yang jelas dan adanya
mekanisme yang memungkinkan kontrol dan keseimbangan (check and balance) terhadap
kekuasaan yang di jalankan eksekutif dan legislatif.
Partai politk memiliki peran yang sangat strategis terhadap proses demokratisasi yaitu selain
sebagai struktur kelembagaan politik yang anggotanya bertujuan mendapatkan kekuasaan dan
kedudukan politik, mereka juga sebagai sebuah wadah bagi penampungan
16
aspirasi rakyat. Peran tersebut merupakan implementasi nilai-nilai demokrasi yaitu peran serta
masyarakat dalam melakukan control terhadap penyelenggaraan Negara melalui partai politik.
2. Sistem dwi partai, yaitu ada dua partai untuk menyatukan aspirasi rakyat.
3. Sistem banyak (multi) partai, yaitu: terdapat lebih dari dua partai untuk menyampaikan
aspirasi rakyat.
Pemilu dilaksanakan secara teratur serta kompetisi yang terbuka dan sederaiat diantara partai-
partai politik. Demokrasi menghendaki agar pemilihan wakil rakyat dan pemimpin pemerintahan
menjamin adanya peluang yang sama bagi setiap partai dan kandidat pemimpin untuk meraih
kemenangan berdasarkan pilihan bebas rakyat yang berdaulat.
17
1. Sistem disrik
Contoh: 2 atau 3 kecamatan merupakan satu distrik, partai x mencalonkan A untuk bersaing
pada distrik tersebut, partai y mencalonkan B dan partai z mencalonkan C.
1. Sistem proporsional
System proporsional merupakan pemilu yang secara tidak langsung memilih calon yang di
dukungnya karena para calon ditentukan berdasarkan nomor urut calon dari masing-masing
parpol atau organisasi politik (orsospol).
1. Islam Dan Demokrasi
Menurut Ahmad S. Mousali, ketika spirit englightenment dengan doktrin hokum alam (natural
law) nya telah menginspirasikan lahirnya konsep-konsep barat tentang demokrasi, pluralism, dan
HAM, akibat pengaruh yangsama kalangan ulama muslim menjadikan doktrin-doktri tersebut
dibawah sinaran otoritas teks yang berasal dari al-qur’an dan sunah Muhammad saw.
Secara garis besar islam dan demokrasi dikelompokkan menjadi 3 kelompok pemikiran yaitu:
18
Terdapat beberapa argument teoritis yang bias menjelaskan lambannya pertumbuhan dan
perkembangan demkrasi di dunia islam yaitu:
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
2. 2. Di Lingkungan Masyarakat
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
– Tidak terasa benar atau menang sendiri dalam berbicara dengan warga lain.
19
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
– Menerima teman-teman yang berbeda latar belakang budaya, ras dan agama
– Kesediaan para pemimpin untuk senantiasa mendengar dan menghargai pendapat warganya
Bab III
Penutup
1. Kesimpulan
Kewarganegaraan merupakan anggota dari suatu Negara yang tinggal di wilayagah mereka
sendiri. Sebagai warga Negara yang baik kita harus memenuhi atribut kewarganegaraan yang
mencakup perasaan akan identitas, pemilihan hak-hak tertentu, pemenuhan kewajiban-kewajiban
yang sesuai, tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah publik, penerimaan terhadap
nilai-nilai social dasar.
Memiliki kewarganegaraan berarti seseorang itu memiliki identitas atau status dalam lingkup
nasional.Memiliki kewargnegaraan berarti didapatkannya sejumlah hak dan kewajiban yang
berlaku timbal balik dengan negara.Ia berhak dan berkewajiban atas negara, sebaliknya negara
memilki hak dan kewajiban atas orang tersebut.
Terkait dengan hak dan kewajiban ini, maka seseorang menjadikan ia turut terlibat atau
berpartisipasi dalam kehidupan negaranya. Kewarganegaraan seseorang juga menjadikan orang
tersebut berpartisipasi dengan warga negara lainnya sehingga tumbuh penerimaan atas nilai-nilai
sosial bersama yang ada di negara tersebut.
1. Saran
Dalam makalah ini telah menjelaskan beberapa hal mengenai warga negara baik itu pengertian
warga negara sendiri atau hal-hal lain yang berkenaan dengan warga negara. Karena sebagai
warga negara kita harus mengetahui apa saja yang berhubungan dengannya, terutama hak dan
kewajiban warga negara agar kita tidak hanya menuntuk hak tetapi juga melakukan kewajiban
kita sebagai warga negara. Untuk itu,sebagai warga negara haruslah kita mempelajari apa saja
yang berkenaan dengannya.
10
11
Daftar Pustaka:
http://elsagustianristiani.blogspot.co.id/2012/08/pengertian-kewarganegaraan-dan.html
http://devalove.wordpress.com/2010/02/08/latar-belakangmaksud-dan-tujuan-pendidikan-
kewarnegaraan/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/latar-belakang-pendidikan-kewarganegaraan/
http://maureenlicious.wordpress.com/tag/landasan-hukum-pendidikan-kewarganegaraan/
http://gracellya.wordpress.com/2012/03/12/latar-belakang-maksud-dan-tujuan-pendidikan-
kewarganegaraan-2/
http://oloparulian.blogspot.com/2013/02/tujuan-dan-fungsi-pendidikan.html
https://wninomor1.wordpress.com
http://softilmu.blogspot.co.id/2013/12/warga-negara-dan-kewarganegaraan.html
Herdiawanto, Heri dan Jumanta Hamdayama. (2010). Cerdas,Kritis, dan Aktif Berwarganegara.
Jakarta:Erlangga
12
Pertanyaan.
Jawab:
1. Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama penjajahan,
dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan mengisi
kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda sesuai dengan
zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap bangsa Indonesia
berdasarkan kesamaan nilai-nilai kejuangan bangsa yang dilandasi jiwa,tekad dan
semangat kebangsaan. Semangat perjuangan bangsa yang tidak mengenal menyerah
harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik Indonesia.
2. Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika perjalanan
kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang ditandai dengan
pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi, Komunikasi dan
Transportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang seolah-olah menjadi kampung
sedunia tanpa mengenal batas negara.
3. Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi
globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran
bernegara,sikap dan perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa dalamrangka bela negara demi utuh dan tegaknya NKRI. Serta menjaga tali
persaudaraan satu sama lainya, agar terjadi kehidupan yang berkeluarga sera saling
membantu satu sama lainya.
2. Apa yang dimaksud dengan konstitusi dan berikan contohnya!
Jawab:
Konstitusi adalah hukum dasar tertulis atau UUD dan hukum dasar tidak tertulis atau konfensi
(konstitusi). Contohnya: UUD 1945, pancasila
13
3. bagaimana cara membentuk kepribadian masyarakat dan cinta kepada tanah air!
Jawab:
Harus ada rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas
yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari perilaku
membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan
melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan.
Individu yang memiliki rasa cinta pada tanah airnya akan berusaha dengan segala daya upaya
yang dimilikinya untuk melindungi, menjaga kedaulatan, kehormatan dan segala apa yang
dimiliki oleh negaranya. Rasa cinta tanah air inilah yang mendorong perilaku individu untuk
membangun negaranya dengan penuh dedikasi.Oleh karena itu, rasa cinta tanah air perlu
ditumbuhkembangkan dalam jiwa setiap individu yang menjadi warga dari sebuah negara atau
bangsa agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.
Jawab:
Cara berfikir kritis adalah cara berfikir yg beralasan, yg bisa diterima oleh orang disekitar kita.
Contohnya: bermusyawarah
Jawab:
1. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi
Bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya).
b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.
c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
14
d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Jawab:
Jawab:
https://ismuramadhan.wordpress.com/2017/06/17/konsep-dasar-kewarganegaraan/
Pengertian Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara
negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang
mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun
menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala ikhwal
yang berhubungan dengan negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum anatara orang-orang
dengan negara.
- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosionak,
seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.
- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika
hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status kewarganegaraan,
yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
http://elsagustianristiani.blogspot.co.id/2012/08/pengertian-kewarganegaraan-dan.html
Kewarganegaraan
Keikutsertaan seseorang menjadi satu anggota dalam sebuah kendali lingkup politik tertentu,
dalam hal ini negara merupakan definisi dari kewarganegaraan. Dan di dalam UU No.62 Tahun
1958 tentang kewarganegaraan dijabarkan, bahwa kewarganegaraan ialah segala bentuk
hubungan seseorang dengan suatu negara yang yang dengannya menimbulkan adannya sebuah
hak dan kewajiban terhadap negara tersebut berkaitan dengan status kewarganegaraan yang
dimiliki. (Baca juga: Hubungan Negara dengan Warga Negara)
Kewarganegaraan dalam hak hukum (Yuridis), memiliki pengertian sebagai tanda adanya sebuah
hubungan atau ikatan secara yuridis antara seorang warga negara dengan negara terkait status
seseorang tersebut sebagi warga negara. Yang dengan adanya hubungan tersebut memiliki maka
seorang warga negara memiliki kewajiban untuk tunduk dan patuh terhadap hukum, undang-
undang maupun peraturan yang berlaku di negara tersebut terkait status seseorang tersebut
sebagai warga negara. Dengan adanya sebuah kartu tanda penduduk, surat pernyataan atau bukti
kewarganegaraan seseorang, merupakan tanda dari ikatan hukum tersebut. (Baca juga: Hak dan
Kewajiban Warga Negara Indonesia)
Hak secara sosiologis, kewarganegaraan memiliki definisi berbeda dengan ikatan atau hubungan
secara hukum. Ikatan tersebut memiliki makna lebih mendalam dalam pengertian ikatan secara
sosial, yang didapat karena timbulnya satu ikatan atau hubungan darah, setanah air, senasib
sepenanggungan dan juga ikatan budaya dan sejarah yang sama. Dalam arti kata memiliki ikatan
secara lahir dan batin dalam hubungannya sebagai warga negara. (Baca juga: Fungsi
Kebudayaan bagi Masyarakat dan Contohnya)
Dengan kata lain dalam artian kewarganegaraan secara sosiologis seseorang tersebut dapat
disebut sebagai warga negara karena melihat dari tingkah laku, penghayatan hidup serta ikatan
emosional seseorang tersebut pada negara. Akan tetapi menurut hukum seseorang tersebut tidak
memiliki bukti secara sah menurut hukum yang berlaku sebagai seorang warga negara. (baca
juga: Membangun karakter bangsa)
Kewarganegaraan dalam arti secara materiil, merujuk pada akibat yang ditimbulkan karena status
kewarganegaraan seseorang tersebut dalam hal hukum yang dengannya timbul hak maupun
kewajiban dalam konteks bagian dari suatu negara tersebut. Dengan seseorang memiliki status
kewarganegaraan, bersamaan dengan hal tersebut maka timbul sebuah ikatan hukum yang
mewajibkannya patuh serta tunduk dalam hukum di negara terkait, dan seseorang tersebut tidak
memiliki keterikatan maupun berada dibawah kuasa atau kendali negara lain secara yuridis.
Dengan begitu negara menjamin warga negara dibawah kekuasaan hukumnya. (baca juga Hak
dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945 – Cara Menanamkan Kesadaran Hukum Pada
Warga Masyarakat)
Kewarganegaraan
Keikutsertaan seseorang menjadi satu anggota dalam sebuah kendali lingkup politik tertentu,
dalam hal ini negara merupakan definisi dari kewarganegaraan. Dan di dalam UU No.62 Tahun
1958 tentang kewarganegaraan dijabarkan, bahwa kewarganegaraan ialah segala bentuk
hubungan seseorang dengan suatu negara yang yang dengannya menimbulkan adannya sebuah
hak dan kewajiban terhadap negara tersebut berkaitan dengan status kewarganegaraan yang
dimiliki. (Baca juga: Hubungan Negara dengan Warga Negara)
Kewarganegaraan dalam hak hukum (Yuridis), memiliki pengertian sebagai tanda adanya sebuah
hubungan atau ikatan secara yuridis antara seorang warga negara dengan negara terkait status
seseorang tersebut sebagi warga negara. Yang dengan adanya hubungan tersebut memiliki maka
seorang warga negara memiliki kewajiban untuk tunduk dan patuh terhadap hukum, undang-
undang maupun peraturan yang berlaku di negara tersebut terkait status seseorang tersebut
sebagai warga negara. Dengan adanya sebuah kartu tanda penduduk, surat pernyataan atau bukti
kewarganegaraan seseorang, merupakan tanda dari ikatan hukum tersebut. (Baca juga: Hak dan
Kewajiban Warga Negara Indonesia)
Hak secara sosiologis, kewarganegaraan memiliki definisi berbeda dengan ikatan atau hubungan
secara hukum. Ikatan tersebut memiliki makna lebih mendalam dalam pengertian ikatan secara
sosial, yang didapat karena timbulnya satu ikatan atau hubungan darah, setanah air, senasib
sepenanggungan dan juga ikatan budaya dan sejarah yang sama. Dalam arti kata memiliki ikatan
secara lahir dan batin dalam hubungannya sebagai warga negara. (Baca juga: Fungsi
Kebudayaan bagi Masyarakat dan Contohnya)
Dengan kata lain dalam artian kewarganegaraan secara sosiologis seseorang tersebut dapat
disebut sebagai warga negara karena melihat dari tingkah laku, penghayatan hidup serta ikatan
emosional seseorang tersebut pada negara. Akan tetapi menurut hukum seseorang tersebut tidak
memiliki bukti secara sah menurut hukum yang berlaku sebagai seorang warga negara. (baca
juga: Membangun karakter bangsa)
Kewarganegaraan dalam arti secara formal, secara teori hukum merujuk pada tempat
kewarganegaraan. Segala hal mengenai kewarganegaraan maupun warga negara berada pada
konteks hukum publik, sebab segala ketentuan-ketentuan mengenai hal tersebut bersifat
publik(umum). ( baca juga: 8 Peran Lembaga Pengendalian Sosial di Masyarakat)
Kewarganegaraan dalam arti secara materiil, merujuk pada akibat yang ditimbulkan karena status
kewarganegaraan seseorang tersebut dalam hal hukum yang dengannya timbul hak maupun
kewajiban dalam konteks bagian dari suatu negara tersebut. Dengan seseorang memiliki status
kewarganegaraan, bersamaan dengan hal tersebut maka timbul sebuah ikatan hukum yang
mewajibkannya patuh serta tunduk dalam hukum di negara terkait, dan seseorang tersebut tidak
memiliki keterikatan maupun berada dibawah kuasa atau kendali negara lain secara yuridis.
Dengan begitu negara menjamin warga negara dibawah kekuasaan hukumnya. (baca juga Hak
dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945 – Cara Menanamkan Kesadaran Hukum Pada
Warga Masyarakat)
https://guruppkn.com/pengertian-kewarganegaraan