Anda di halaman 1dari 7

Kesadaran kolektif, mungkin dalam jargon fosei disebut ukhuwah.

Pertama kita harus


mempunyai kesadaran individual sebab dalam agama setiap orang berrtanggung jawab atas
perbuatannya sendiri. Perlunya perluasan kesadaran dari individu ke ummat agar tidak
terpecah belah. Kesadaran itu tidak bisa diusahakan dalam bentuk (form, wujud luar) misal
warna bendera dll. Setidaknya bisa diusahakan dengan harus adanya kesatuan dalam isi
(substance, wujud dalam) sehingga dari jamaah apapun yang diatas angin tetap menyuarakan
ekonomi islam yang sama yaitu yang pro-rakyat dari semua golongan, terutama rakyat
miskin, dengan subtansi maka landasannya lebih kuat. Kenapa itu penting karena dalam
faktanya banyak orang mengaku islam tetapi ekonomi ia menyuarakan kapitalis.
Kesadaran sejarah, adanya kelajutan dari kesadaran individual ke kesadaran kolektif
ke kesadaran sejarah. Sementara mayoritas masih berfikir tentang kesadaran individu tidak
dikaitkan dengan gambaran masa depan (eskatologi) umat. Masih berfikir saya jadi apa ?
tidak mengaitkan dengan sejarah umat jadi apa ?. Kuntowijoyo memberikan contoh
kesadaran kolektif tentang sistem ekonomi islam tidak secara merata menjadi kesadaran
sejarah jika umat belum mengadakan langkah historis ke arah penerapan ekonomi islam,
harus ada keberanian eksperimen sejarah dengan bentuk ijtihad kolektif. Perlunya melawan
status quo kemapaman ekonomi kapitalis jika mau ekonomi islam menjadi sintesis (baca
artikel: Dialektika Ekonomi Islam: Sebuah Tesis, Anti Tesis atau
Sistesis ?)http://elhaqpos.blogspot.com/2014/11/fosei-kesadaran-sejarah-dankolektif.html#ixzz4Og3yL8Yw
Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia dan tidak ada pada ciptaan
Tuhan yang lain. Kesadara yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia
dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya. Refleksi merupakan
bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam
situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang
merupakan refleksi tetang realitas dan manusia. Manusia dalam melahirkan cinta untuk
semua merupakan jawaban untuk eksistensi manusia yang membutuhkan rasa dan sayang
dari yang lain. Begitupula, tetang kesadaran merupakan sangat berkaitan dengan manusia
bahkan yang membedakan manusia dengan binatang. Kesadaran merupakan unsur dalam
manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap
realitas. Manusia dengan dikaruniahi akal budi merpakan mahluk hidup yang sadar dengan
drinya. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa
silam, dan kemungkinan masa depannya. Manusia memiliki kesadaran akan dirinya sebagai
entitas yang terpisah serta memiliki kesadaran akan jangka hidup yang pendek, akan fakta ia
dilahirkan diluar kemauannya dan akan mati diluar keinginannya. Kesadaran manusia ia akan
mati mendahului orang-orang yang disayanginya, atau sebaliknya bahwa yang ia cintai akan
mendahuluimya , kesadran akan kesendirian, keterpisahan, akan kelelamahan dalam
menghadapi kekuatan alam dan masyarakat. Semuanya kenyataan itu membuat keterpisahan

manusia, eksistensi tak bersatunya sebgai penjara yang tak terperikan. Manusia akan menjadi
gila bila tak dapat melepaskan diri dari penjara tersebut. (Erich From, The Art of Love)
Kesadaran menurut Sartre berifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia.
Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio (adabegitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran berhadapan oleh Sartre
disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan
adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya
sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk
pada manusia atau kesadaran. Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu
dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya sendiri memungkinkan
manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda
dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia
dengan dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan.
Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not
what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki
kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari pada
menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan kesadaran
menindak, dan manusi sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu eksistensi itu
mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk
mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru
setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam
Kata-Kata)
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan
suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara
kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi
(pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara epistemology
dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di
dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh
yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak
terdeferensiasikan. Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan
sekelompok sensasi yang secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh otak dari suatu
organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta dan memahami

realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas
pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian
komponen dari persep tidak langsung diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan
penemuan ilmiah, penemuan konseptual.
Pengetahuan manusia adalah tentang konsep eksistensi berkaitan dengan sesuatu yang
ada, hal, atribut (sifat) atapun tindakan. Karena merupakan konsep maka manusia tidak dapat
memahami secara eksplisit hingga ia mencapai tingkatan koseptual. Namun hal itu implisit
daolam setiap persep (mempersepsi sesuatu berarti mempersepsi sesuatu itu ada) dan manusia
memahaminya secara implicit pada tingkapan perceptual, yakni memahami unsure pokok
dari konsep yang ada, data yang kemudian diintegrasikan oleh konsep tersebut.
Pengetahuan yang implisit ini yang kemudian kesadarannya berkembang lebih lanjut,
kemudian menjadi sensasi atas sesuatu bukan sensasi bukan sesauatu (nothing). Sensasi
nothing tidak mengatakan bahwa manusia yang ada, melaikan hanyalah itu yang ada. Konsep
yang ada (implicit) mengalami tiga tahap perkembangan dalam pemikiran manusia. Tahapan
itu terdiri dari; pertama, kesadaran anak terhadap objek merupakan tahap sesuatu yang
mewakili konsep entitas implicit. Kedua, merupakan tahapan yang erat kaitannya dengan
kesadaran tahapan khusus dank has dapat dikenali ,anamun dibedakan dengan hal yang
standar pada bidang perseptual yang mewakili konsep identitas (implisit). Ketiga,
pemahaman hubungan dianatara berbagai entitas ini dengan memahami persamaan dan
perbedaan entitas mereka. Hal ini memerlukan transformasi konsep entits (implisit) menjadi
konsep unit (implisit). Itu merupakan kunci memasuki konseptual kesadaran manusia.
Kemampuan untuk memandang entitas sebagai unit merupakan metode untuk mengerti yang
khas bagi manusia, yang tidak dapat diikuti oleh mahluk hidup yang lain. (Ayn Rand,
Pengantar Epistemologi Objektif)
Proses Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menyadari, kemampuan untuk mempersepsi
sesuatu yang ada. Pada tingkat kesadaran manusia mengalami proses sensasi dan untuk
mengintegrasikan sensasi menjadi kehendak. Kesadaran dapat dicapai dan dipertahanakan
dengan kegiatan (action) yang terus menerus. Secara langsung atapun tidak setiap fonem
kesadaran diderevasikan kesadaran manusia akan dunia luar. Ekstropeksi merupakan suatu
proses kesadaran yang diarahkan ke luarproses untuk memahami yang ada di dunia luar.
Sedangkan intropeksi merupakan proses kesadaran yang diarahkan ke dalam-proses untuk

memahami kegiatan psikologi sendiri dengan meperhatiakan yang ada di dunia luar, seperti
kegiatan berfikir, merasa, dan mengenang. Kesadaran merupakan kesadaran terhadap sesuatu,
kesadaran timbul dikarenakan interaksi terhadap dunia luar, maka kegiatan sadar dapat
dialami.
Dua sifat fundamental yang yang tercakup dalam dalam setiap keadaan, aspek atau
fungsi kesaarn manusia meliputi; isi dan kegiatan (content and action)-isi kesadaran, dan
kegiatan kesadaran yang memperhatikan isi. Pada tingkat kesadaran perceptual dari semnua
konsep berkaitan dengan kesadaran. Pada tingkatan ini anak-anak hanya semata-mata
mengalami dan melakukan berbagai proses psikologis; perkembangn konseptualnya yang
utuh mengharuskan untuk belajar mengonseptualisasikannya (setelah ia mencapai tahap
tertentu dalam perkembangan konseptual ekstropekltifnya). Untuk membentuk konsep
keasadran, orang harus mengisolasi kegiatan dari isi keadaan sadar tertentu, melalui proses
abstraksi. Manusia dapat mengabstraksikan berbagai entitas dan dapat mengabstraksikan
kegitan sadar atas isinya, mengamati perbedaan diantara jenis kegiatan.
Misalkan pada tingkat dewasa, ketika seorang lelaki mengamati wanita berjalan, maka
kegitan kesadarannya persepsi, ketika dia melihat wanita itu cantik, maka kesadarannya
evaluasi; ketika ia mengalami keadaan batin yang menyenangkan, menggembirakan,
mengagumkan maka keadaan kesadarannya emosi, ketika ia berhenti untuk menikmatinya
dan mengambil kesimpulan, dari fakta mengenai watak, usi dan kedudukan social maka
kegiatan kesadarannya berfikir, ketika ia mengingatkan kejadian itu maka kegiatan
kesadarannya mengenang. Ketika ia memperhitungkan penampilan wanita tersebut akan lebih
baik jika rambutnya pirang dan tidak coklat, dan bajunya berwarna biru bukan merh maka
tingkat keadaan kegiatan kesadarannya imajinatif. Begitulah pola proses manusia belajar
untuk membentuk kesadaran. (Ayn Rand, Pengantar Epistemologi Objektif)
Dalam kenyataan, kesadaran bukanlah hanya tiruan dari apa yang nyata dengan
demikian pula dengan apa yang nyata bukan hanya konstruksi kesadaran yang berubah-ubah.
Ia hanyalah jalan setapak merupakan kesatuan yang dialektis, dimana kita menemukan
solidaritas antara subjektivitas dan objektivitas, sehingga kita dapat keluar dari kesalahan
subjektivis atapun kesalahan mekanistis. Kita harus memperhitungkan peran kesadaran
atapun peran mahlk sadar dalam transformasi social. Bagaimana seseorang menerangkan
misalnya dalam istilah subjektivis, posisi manusia sebagai individu generasi atau kelas social
yang dikonfrotasikan dengan situasi sejarah tertentu dimana mereka menjadikan kesadaran

atau kehendak mereka independent? Dan sebaliknya bagaimana menerangkan masalah yang
sama dengan sudut pandang mekanis? Kesadaran secara arbiter menciptakan realitas suatu
generasi kelas social, engan menolak situasi yang ada tempat mereka hidup, dapat
mentrasnformasikan dengan suatu gerakan sederhana yang relevan. Jika kesadran merupakan
cerminan yang sederhana dari realitas maka cermina tersebuat bersifat abadi, dan kenytaaan
akan menjadi subjek penentu dalam dirinya. (Denis Collins, Paulo Freire)
Manusia sebagai mahluk yang multi dimensional memiliki hubaungan dengan
berbagai system yang ada baik dialam atapun dengan sesama manusia. Hubungan manusia
dengan alam sebagai sarana untuk melakukan perubahan yang lebih baik dan menjadikan
alam memberikan manfaat pada manusia tanpa merugikan kepada yang lain. Alam
merupakan sarana untuk mempermudah manusia dalam menjalanakan kehidupan. Tetapi,
yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam tidak boleh terbatas dan
secukupnya saja. Manusia juga memiliki dimensi sebagai mahluk social yang
berkomuniskasid an bersosialisasi dengan yang lain. Interaksi manusia dengan yanglain dan
bagaimana cara merubah ala mini agar memberikan manfaat bagi manusia, maka
meimbulkan sebuah kesadaran. Kesadaran tumbuh dalam diri manusia dikarenakan hubungan
manusia dengan alam atapun dengan sesamanya. Berkut ini merupakan gamabaran kesadaran
manusia berhadapan dengan realitas. Kesadaran tersebut dapat dipetakan menjadi emapat
jenis kesadaran yang dimiliki oleh manusia; kesadaran magis, kesadaran naf, kesadaran kritis
dan kesadaran profetis.

Kesadaran Kolektif
Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut; seluruh kepercayaan
dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu
sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya dengan kesadaran
kolektif atau kesadaran umum. Dengan demikian, dia tidak sama dengan kesadaran
partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadaran-kesadaran partikular.
Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini. Pertama, kesadaran kolektif terdapat
dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut keseluruhan kepercayaan dan
sentimen bersama. Kedua, Durkheim memahami kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas

dari dan mampu menciptakan fakta sosial yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar
cerminan dari basis material sebagaimana yang dikemukakan Marx. Ketiga, kesadaran
kolektif baru bisa terwujud melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan
bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Durkheim
menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa masyarakat primitif memiliki kesadaran
kolektif yang kuat, yaitu pengertian, norma, dan kepercayaan bersama , lebih dari masyarakat
modern.

Kesadaran kolektif.
Durkheim mencoba mewujudkan perhatiannya pada moralitas dengan berbagai macam
cara dan konsep. Usaha awalnya untuk menaangani persoalan ini adalah dengan
mengembangkan ide tentang kesadaran kolektif. Durkheim mendefinisikan kesadaran
kolektif sebagai berikut: seluruh kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam
sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri,
kita boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum. Dengan demikian,
dia tidak sama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadarankesadaran partikular.
Dari hal itu jelas bahwa Durkheim berpendapat kesadaran kolektif terdapat dalam
kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut keseluruhan kepercayaan dan sentimen
bersama. Hal yang lain bahwa kesadaran kolektif sebagai sesuatu yang terlepas dari dan
mampu menciptakan fakta sosial. Hal terakhir dari pendapatnya bahwa kesadaran kolektif
baru bisa terwujud melalui kesadaran-kesadaran indivisual.
Duekheim menggunakan konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap untuk
menyatakan bahwa masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang kuat yaitu
pengertian, norma, dan kepercayaan bersama lebih daripada masyarakat modern.

Kesadaran kolektif

Memang hal yang biasa diwacanakan tetapi menjadi hal yang sangat luar biasa ketika
mampu menjadi makanan harian masyarakat dan pemerintah. Sederhana saja tetapi
membutuhkan komitmen yang tulus dari semua elemen atau stakeholders termasuk

masyarakat. Suatu hal yang sangat sederhana itu akan menjadi sebuah kebanggaan jika
sebagian besar masyarakat memiliki niat yang sama untuk bertindak nyata demi keluar dari
ancaman/serangan banjir tiap tahunnya, apalagi bukanlah sebuah aksi yang cukup trend atau
modern saat ini jika menganggap persoalan banjir adalah sebagai tanggung jawab pihak
tertentu (pemerintah) dan sebagai akibat dari tingkah laku orang-orang tertentu saja.
Pandangan seperti ini tidak akan mengubah keadaan sehingga semestinya dibuang dan
diperbaharui dengan pola pikir baru.
Kesadaran kolektif menjadi embrio awal yang perlu diperjuangkan oleh semua
elemen masyarakat. Pemerintah dan pihak terkait serta masyarakat luas harus berperan aktif
melakukan tindakan nyata untuk mewujudkan suatu tatanan yang lebih baik dari sebelumnya.
Masyarakat pun semestinya tidak boleh menunggu imbauan untuk bertindak sadar diri, mulai
dari menjaga lingkungan , dll, perlu diprioritaskan untuk dilakukan yang nantinya berujung
pada masyarakat dan wilayah yang bebas dari tekanan banjir.
Perlu diingat juga, negara telah mengucurkan dana yang tidak sedikit dalam
mengatasi masalah banjir terutama di DKI Jakarta. Namun demikian, pemerintah tetap
bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab terhadap persoalan bencana banjir ini.
Peran pemerintah (pemerintah daerah) memang harus mendominasi, tetapi bukan sepenuhnya
pemerintah yang bertanggung jawab.
Sebagaimana yang saya singgung sebelumnya, untuk mewujudkan kesadaran kolektif
terutama untuk melakukan tindakan nyata mulai dari hal yang sederhana untuk mencegah
banjir, peran masyarakat sama pentingnya dengan peran pemerintah (pemerintah daerah).
Dua elemen yang sangat penting ini menjadi fondasi utama terbentuknya kesadaran bersama.
Terwujudnya kesadaran bersama tidak terlepas dari dorongan berbagai pihak. Lalu, usulan
berikutnya untuk ke depan dilakukan, pembangunan fisik selama ini yang diagungkan
(seperti pembangunan kanal/gorong-gorong, dll,) harus beriringan atau seimbang dengan
pembangunan kualitas berpikir masyarakat atau membangun sumber daya manusia, sehingga
kesadaran kolektif itu terwujud.

Anda mungkin juga menyukai