KAJIAN PUSTAKA
A. Absurditas
seseorang. Paradigma absurd dalam pengertiannya yang baik bisa terlahir atau
atas diri dengan menggunakan pengalaman yang telah terekam dengan seksama
1. Mengintuisi (Intuiting)
2. Menganalisa (Analyzing)
bagaimana esensinya.
3. Menggambarkan (Describing)
Tulis deskripsi Anda; bimbing pembaca Anda melalui intuisi dan analisis
Anda.
Pada dataran yang lebih tinggi lagi, tataran “arupadhatu” Tanpa Bentuk,
6
7
candi paling atas, maka masa lalu, masa kini, dan mas datang, akhirnya lebur
dalam satu konsep Eksistensi yang sepenuhnya abstrak. Waktu dan Ruang
menampilkan diri sebagai ”Sang Nir-Usia”, terutama pada tataran semantik yang
Berbicara menganai rasio, sejurus dengan itu, Paul Cobley dan Liza Jansz
dalam buku Media dan Kebudayaan (1998) mengatakan bahwa ”rasio bukan
bentuk masyarakat suatu keniscayaan yang abadi dari alam untuk memperantarai
pertukaran material antara manusia dan alam, dngan kata lain kehidupan
keseimbangan dalam tiga hal: Pertama, dan mungkin yang paling mencolok
bekerja di bawah mekanisme kontrol yang secara internal mampu melakukan self
inhibition) dimana hal ini tidak akan dijumpai pada kondisi yang seimbang
Id, Ego dan Superego. Lebih spesifiknya adalah friksi dari ketiga hal tersebut,
yang telah muncul ke permukaan gunung es. Artinya, ketika seseorang telah
dataran yang lebih tinggi. Melampaui ‘kedirian’ yang selama ini dibawa oleh diri
(Self). Sebuah awal menuju dunia yang sebenarnya ada namun tak tersentuh. Ia
akan melewati “Aku” dan serentetan “Kediaman” yang sekian lama terlupakan.
melainkan dengan membuat sebuah simulasi ruang dan waktu yang khas.
“hyper reality”, yang akan membawanya ke sebuah tempat yang lebih tinggi.
Dalam hal ini, ketika seseorang telah masuk dalam dunia ‘di atas realitas’ maka ia
tidak boleh berhenti atau ia akan mengalami kejatuhan dan bahkan kehilangan diri
Aku dilahirkan dari rasa catatan-catatan yang hidup. Aku adalah yang
catatan. Aku hidup dalam berbagai ukuran. Dalam ukuran kesatu, aku hidup
reseptif seperti tumbuhan atau bayi. Dalam ukuran kedua aku hidup afektif seperti
hewan atau anak-anak. Dalam ukuran ketiga aku hidup individual seperti remaja
mentransenden yang sering disebut sebagai transendental self, atau oleh Junk
disebut pula sebagai un-discovered self. Dengan demikian rasa aku pun
berkembang dari aku yang hanya bisa bergerak acak menjadi aku yang bergerak
aku tanpa ciri. Egoisme serta egosentris dalam perkembangan aku ini mengalami
perubahan fungsi dan struktur, bermanfaat untuk menunjang tumbuhnya aku tanpa
ciri. Namun demikian egosentrisme bisa tetap saja hidup laten sebagai atavisme
(penjelmaan binatang anonim). Pemilihan antara aku subjek dengan aku objek
tentang rasa. Aku merasa subjek karena ia selalu melakukan hubungan dengan
manusia sering disebut (aku) sebagai antropina, maksudnya itu merupakan aku
yang memiliki ciri-ciri jasmani dan rohani. Yang mau dikatakan di sini bahwa aku
rohani]). Dengan kata lain, manusia yang lahir secara fisiologik prematur, artinya
Aku (manusia) sebagai eksistensi adalah aku yang dilihat manusia sejauh
dilihat sebagai yang berada di dunia bersama dengan manusia lain. Bagaimana
sendirian, tetapi berada bersama dengan aku-aku yang lain. Inilah ”mitwelt” atau
Menurut Descartes, manusia adalah aku atau substansi yang berpikir. Ciri ini
disebut ciri ontologis yaitu kemampuan manusia untuk mengambil jarak dari alam
dan diri sendiri sehingga mampu menyadari diri sendiri (substansi). Ini
konsekuensi logis dari ”Cogito ergo Sum” (saya berpikir maka saya ada). Disini
titik beratnya pada segi berpikir, rohani dan kesadaran dari si aku (manusia).
Dalam ranah psikologisnya manusia dikenal memiliki dua alam, yakni alam
sadar (conscious mind) dan alam bawah sadar (unconscious mind). Alam sadar
adalah apa yang Anda sadari pada saat-saat tertentu, penginderaan langsung,
ingatan, pemikiran, fantasi, dan perasaan yang Anda miliki. Terkait dengan alam
sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra-sadar, yaitu apa
yang kita sebut saat ini dengan ”kenangan yang tersedia” (available memory),
yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dipanggil ke alam sadar. Sedang bagian
terbesarnya adalah alam bawah sadar (unconscious mind). Bagian ini mencakup
segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam sadar, termasuk segala sesuatu
yang memang asalnya alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta
segala sesuatu yang masuk ke sana karena kita tidak mampu menjangkaunya,
manusia, sehingga ada sebagian manusia yang sengaja berdiam dalam absurditas
untuk mencapai suatu hal, yang kulminasi akhir yang diharapakan adalah
kenyamanan hidup yang jauh dari kekacauan dinamika zaman dengan segala
persoalannya.
Teori Freud yang paling masyur tentang hal ini adalah tentang Id, Ego dan
Superego.
1. Id
Ketika manusia lahir, sistem sarafnya hanya sedikit lebih baik dari
2. Ego
3. Superego
Ketika ego berusaha membuat Id (atau organisme) tetap senang, di sisi lain
dia juga mengalami hambatan yang ada di dunia nyata. Catatan tentang
segala objek dunia yang menghalangi dan mendukungnya inilah yang yang
a. Nurani (conscience)
b. Ego ideal
Ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan
kepada anak-anak.
individual self’ serta akhirnya ’trancedental self’, yang menjadi pengawas dari
eksistensi manusia secara keutuhan. Keterpilahan antara aku yang diteliti dengan
aku yang meneliti sering menggoda kita untuk mengakui adanya satu aku, yakni
aku subyek, padahal dalam relasi hubungan aku subjek dan aku objek inilah
kesadaran akan aku tumbuh. Sehingga hubungan fungsional aku subjek dan aku
objek ini justru merupakan peluang bagi dinamika perkembangan manusia dari
eksistesi dalam dunia sekitarnya maupun eksistensi diriny sendiri dalam satu suku
(Peursen, 1998).
yang lebih teologis, dalam hubungan yang langsung individu dengan Tuhan
(Bryan Turner, 2008). Menurut George H Mead, Self (Diri) bagi Mead,
perkembangan akal budi itu sendiri. Dalam arti ini, Self sebagaimana juga Mind
bukanlah suatu objek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai beberapa
bahwa segala sesuatu itu ada, sejauh itu ada, bersifat tunggal, benar, baik dan
Benar: Dapat diraih oleh akal budi, ada nilai bagi akal budi untuk
dikejar.
Bila ingatan merupakan tabularasa atau kertas putih yang ditulisi oleh kenangan
pahit maupun kenangan bahagia , maka ia merupakan salah satu sumber sejarah
seseorang yang menghubungkan masa lalu dan masa depan sebagai prospek saat
perjalanan hidup dalam waktu dan ruang yang dihayati sesadar-sadarnya, (Mudji
mengulas tentang sebuah proses ultim yang tidak dapat ditempuh oleh kesadaran
manapun. Karena ruang adalah sebuah syarat mutlak yang harus ada untuk
menyeluruh.
Ruang dalam dimensi absurd bukan lagi ”space” yang memiliki volume
matematis, ia telah lepas dari kaidah fisika. Lebur dengan begitu senyap.
Kontruksinya ruang dalam absurditas jika ditilik dari ranah kontekstual justru
energi satu ke energi yang lain. Ruang adalah keselarasan yang tercipta dari friksi
ketiadaan bentuk yang sesungguhnya ada. Ruang dalam absurditas inilah yang
tidak dapat ditembus, karena ia harus dijalani. Tidak ada penghindaraan yang
menyatakan:
Suprim bersifat Absilut dan tetap absolut; Ia tak berhingga. Keabsolutan-Nya ini
maupun pembagian; Ia, dengan demikian adalah yang sejak semula diri-Nya
dan tidak memiliki batas akhir dalam hal apapun; Ia adalah potensialitas atau
segala sesuatu ini, tidak ada pencipta maupun yang dicipta, tidak Maya ataupun
Samsara.
pemenuhan yang sesuai bagi Yang Absolut; membicarakan Yang Absolut berarti
juga membicarakan Yang Tak Berhingga, yang satu tidak mungkin ada tanpa
yang lain. Secara simbolis kita dapat menggambarkan hubungan antara kedua
ruang, Yang Absolut adalah titik, sedang Yang tak Berhingga adalah perluasan;
dalam dimensi waktu, Yang Absolut adalah saat, sedang Yang Tak Berhingga
adalah durasi; dalam tataran materi, Yang Basolut adalah ether –substansi
primordial, dasar yang ada dimana-mana.- dan Yang Tak Berhingga adalah
tataran bentuk, Yang Absolut adalah sphere –bentuk yang simpel dan primordial-
dimana dari aspek yang kedualah – Yang Tak Berhingga – , yang merupakan
bentuk lain dari kemungkinan dari segala sesuatu, munculnya pancaran Universal,
sebuah dimensi yang bergerak, sepanjang rentetan kejadian, dari masa lalu
dan selanjutnya surut menjadi masa lalu. Karenanya semua peristiwa secara
serentak dapat dianggap sebagai masa lalu, masa kini dan masa depan (Broad,
1933).
Jika menjadi nihilisme itu dibenarkan, dalam batas sistem hegemoni yang
tak bisa dipertahankan lagi, tindakan cemoohan dan kekerasan yang radikal ini,
maka saya adalah seorang teroris dan nihilis dalam teori sebagaimana orang lain
Menurut Meyrowitz situasi sosial tidak terikat dengan lokasi fisik, dan
sebagai akibatnya kategori sosial dan wujud normatif serta tempat interaksi kita
menjadi kabur (James Lull, 1998). Sebagaimana dikatakan Deleuze dan Guattari,
”..kami tidak puas lagi dengan gagasan imanensi sebagai imanen terhadap
transenden kami ingin memikirkan transendensi di dalam imanen, dan hanya dari
imanensi (plan of imanence), yaitu kesatuan utuh dari berbagai mesin konkrit
maupun abstrak,- manusia, objek, alam, skema, aransemen, citra- yang secara
menjelaskan fenomena cyber space (Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto, 2005).
Pak Ageng masih sugeng beliau tentu akan menatapku tajam-tajam dan
bertanya ”Faham?”
(Jogya, 2002)
Albert Camus dalam bukunya yang berjudul Mite Sisifus dengan begitu
Semua kehidupan yang dijalani dalam suasana absurd yang kikir tidak
akan mampu bertahan tanpa suatu pikiran yang dalam dan tetap, yang
menghidupinya dengan kekuatannya. Bahkan itu pun hanya dapat berupa
suatu rasa kesetiaan yang aneh. Kita telah melihat orang-orang yang dengan
sadar melakukan tugas di dalam berbagai perang yang paling konyol tanpa
merasakan suatu pertentangan batin. Itu karena masalahnya adalah tidak
menghindar terhadap apapun. Dengan demikian terdapat kebahagiaan
metafisik untuk menanggung absurditas dunia. Penaklukan atau permainan,
cinta tak terhitung pemberontakan absurd, semua itu adalah penghormatan
yang diberikan manusia kepada martabatnya dalam suatu pertempuran
dimana ia sudah kalah sebelum mulai.
Masalahnya hanyalah tetap setia kepada aturan pertempuran.
Pemikiran ini tentunya cukup untuk memberi kekuatan kepada suatu jiwa,
karena telah dan masih terus menjadi penopang banyak peradapan. Kita
tidak menyangkal perang. Kita harus hidup dalam perang atau mati karena
perang. Demikian pula yang absurd: kita harus bernafas dengan yang
absurd, mengenali hikmah-hikmahnya dan menemukan wadaknya. Dalam
hal itu, kebagiaan absurd yang terutama adalah penciptaan. “Seni, dan seni
saja”, kata Nietzche, “kita memiliki seni agar tidak mati dalam menerima
kebenaran”.
Pada saat yang sama jangkauannya hanyalah penciptaan yang
berkelanjutan dan tak ternilai yang setiap hari dalam hidupnya dijalani olah
saran lagi dan berhenti untuk merenungkan dan melukis pemandangan yang
namun perasaan tetap tinggal, dan bersamanya terdapat panggilan yang tak
henti-hentinya dari suatu dunia yang tidak dapat ditimba habis dengan
bergelora dari tema-tema yang sudah digubah oleh dunia: tubuh, gambar
atau warna-warna, bilangan atau kenestapaan. Jadi tidaklah tanpa arti untuk
berhenti menemukan tema-tema utama esei dalam alam sang pencipta yang
luar biasa indahya dan kekanak-kanakan. Kita keliru jika melihat seni
dianggap sebagai tempat berlindung terhadap yang absurd. Karya seni itu
saja. Karya seni tidak menawarkan jalan keluar untuk penyakit pikiran.
Sebaliknya, adalah suatu tanda atas penyakit itu yang memantulkannya pada
seluruh pikiran manusia. Tetapi untuk pertama kalinya karya seni membuat
lain, bukan agar lenyap, melainkan untuk menunjukkan dengan jari yang
tepat jalan buntu yang harus dijalani oleh semua orang. Dalam kerangka
yang dilepaskan dari penciptanya tidak hanya kuno, tetapi juga keliru.
Berbeda dengan seniman, dikatakan bahwa tidak ada seorang filsuf pun
yang menciptakan beberapa sistem. Tetapi hal itu benar sejauh tidak seorang
seniman pun mengungkapkan lebih dari satu hal dalam berbagai wajah.
hanya benar karena diduga demikian saja. Sebab, karya seni juga merupakan
suatu bentukan dan setiap orang tahu betapa para pencipta besar dapat
yang paling penting. Lebih-lebih lagi tiada yang suatupun yang sia-sia
yang yakin akan kesatuan antara tujuan pikiran. Hal itu perlu dikatakan,
pada waktu yang sama pikiran tersebut tidak boleh sama sekali muncul
berdasarkan absurditas. Karya seni lahir dari penolakan akal budi untuk
Pikiran jernihlah yang menimbulkan karya seni itu, tetapi dalam tindakan itu
godaan untuk menambahkan secara berlebihan satu arti yang lebih dalam
th, hal)
memberikan bukti tak langsung tentang drama itu. Karya absurd menuntut
seorang seniman yang sadar akan batas-batas ini, dan suatu seni yang di
mana yang konkret tidak mengungkapkan lebih dari dirinya sendiri. Ia tidak
Mancipta atau tidak mencipta tidak mengubah apapun. Pencipta absurd tidak
tentu saja di sini pengertian hidup adalah baik mengalami maupun berpikir.
suatu permulaan. Karya seni adalah hasil suatu filsafat yang tidak sering
yang absurd tidak dipatuhi, jika karya seni tidak menggambarkan penceraian