Anda di halaman 1dari 20

TERAPI ANALITIK JUNG

I. PENGANTAR
Apa yang disebut “psikologi analitik” oleh Jung sebagian berakar pada
psikoanalisis Freudian. Akan tetapi Jung mengembangkan teori dan praktik
psikodinamik yang sangat berbeda dengan Freud. Jung dan Freud sangat
berbeda dalam pandangannya tentang ketidaksadaran. Freud lebih
menekankan represi seksual, sedangkan Jung menganggap bahwa di tingkat
terdalamnya, ketidaksadaran terdiri atas arketipe, atau kemungkinan-
kemungkinan aprehensi (ketakutan atau kecemasan samar-samar terhadap
suatu peristiwa yang mungkin bisa terjadi di masa depan) dan representasi
psikologis yang dibawa sejak lahir, yang mungkin kemudian diekspresikan
dalam bentuk berbagai mitos dan simbol universal.

II. BIOGRAFI
Carl Gustav Jung lahir di Kesswil, sebuah desa kecil di tepi Danau
Constance di timur-laut Swiss pada Bulan Juli tahun 1875. Ayah Jung adalah
seorang pendeta Gereja Reformasi Swiss dan ibunya adalah putrid dari sebuah
keluarga Basel yang cukup berada.Jung adalah seorang anak yang introver,
sensitif, suka menyendiri, dan kesepian. Orangtuanya, Paul dan Emilie,
memiliki perkawinan yang penuh masalah.
Pada tahun 1879, kelaurga Jung pindah ke Klein Hungen, dekat Basel.
Jung pernah mengalami periode fainting spells (sering pingsan sebentar) yang
berkaitan dengan sekolah. Ia juga melihat dirinya sebagai dua orang yang
berbeda: anak sekolah yang kurang cerdas yang bekerja lebih keras dan lebih
sopan dibanding banyak anak laki-laki lain dan seorang laki-laki tua yang
tidak memercayai manusia, tetapi dekat dengan alam, mimpi, dan apapun
yang dilakukan Tuhan melalui dirinya.
Jung menjadi dosen di bidang psikiatri di University of Zurich dan
dokter senior di klinik psikiatri (1905). Mengembangkan ide tentang
ketidaksadaran kolektif selama periode konfrontasinya dengan
ketidaksadarannya sendiri.
Setelah putus hubungan dengan Freud, Jung mengalami krisis paruh-
baya berat yang berlangsung antara tahun 1913-1918, yang membawanya ke
tubir kegilaan. Ia mengembangkan ide tentang ketidaksadaran kolektif selama
periode konfrontasinya dengan ketidaksadarannya sendiri.

III. TEORI
a. Konsep-Konsep Dasar
Jung menggunakan istilah psyche untuk menyebut pikiran/jiwa,
dan membedakan tiga tingkat psikis kesadaran. Psikologinya adalah
psikologi dinamis yang memberikan perhatian pada distribusi energy
psikis diantara berbagai tingkat psikis yang berbeda. Jung juga
menyodorkan tipologi berbagai tipe kepribadian.

b. Struktur Psike
 Kesadaran
Kesadaran adalah hal yang dapat dirasakan oleh ego
(pusatkesadaran, namun bukan inti dari kesadaran). Kesadaran
adalah sebuah fenomena intermittent (sebentar-sebentar) ketika
seseorang memasuki ketidaksadaran setiap kali mereka pergi
tidur. Pikiran sadar itu sempit karena pikiran itu setiap saat
hanya dapat menahan beberapa konten simultan. Kesadaran
bersifat sementara.
Ego member seseorang perasaan identitas dan
kontinuitas, dan ego juga mempunyai tugas-tugas ekesternal
maupun internal. Tugas eksternalnya adalah menyediakan
sistem hubungan antara kesadaran dan fakta-fakta serta data
yang berasal dari lingkungan, empat fungsi yang digunakan
ego untuk melaksanakan fungsi ini adalah sensasi, pikiran,
perasaan, dan intuisi. Tugas internal ego adalah menyediakan
sistem hubungan antara konten kesadaran dan proses
ketidaksadaran.

 Ketidaksadaran pribadi
Ketidaksadaran pribadi mutlak bersifat pribadi, dan
dimasukkan ke dalam dua kategori utama.
1. Ada materi yang kehilangan intensitasnya karena
dilupakan atau direpresi.
2. Ada materi yang tidak pernah memiliki intensitas yang
cukup untuk mencapai kesadaran, tetapi entah
bagaimana telah memasuki psike (contoh: beberapa
kesan-peginderaan (sense-impression).

Kompleks (complex) adalah salah satu fitur penting


ketidaksadaran pribadi. Kompleks adalah akumulasi
asosisasi, kadang-kadang bersifat traumatic, sehingga
mempunyai konten emosional yang kuat.

Salah satu contoh kompleks adalah kompleks ibu. Jung


menganggap bahwa “ibu selalu memainkan peran aktif
dalam asal muasal gangguan”. Efek tipikal kompleks ibu
pada anak laki-laki adalah homoseksualitas, Don /juanisme,
dan kadang-kadang impotensi. Contoh lain dari kompleks,
termasuk kompleks yang berkaitan dnegan inferioritas,
seks, kecantikan, estetik, dan uang.

 Ketidaksadaran kolektif
Ketidaksadaran kolektif ada di tingkat ketidaksadaran
yang terdalam terdapat gudang historis kolektif dan universal
yang isinya menjadi bagian dari umat manusia secara umum.
Jika konten ketidaksadaran pribadi berutang eksistensi pada
pada pengalaman pribadi, maka ketidaksadaran kolektif
berutang eksistensi pada keturunan (sudah mengakar dari masa
lalu seluruh spesies).
Arketipe (archetype) adalah kemungkinan-
kemungkinan atau pola-pola untuk representasi yang dibawa
sejak lahir. Arketipe merupakan bayangan-bayangan leluhur
atau arkaik (arche) yang datang dari ketidaksadaran kolektif.
Jike ketidaksadaran pribadi sebagian besar terdiri dari
kompleks-kompleks, konten ketidaksadaran kolektif pada
dasarnya terdiri atas arketipe-arketipe. Arketipe menyediakan
pola-pola instingtif untuk aktivitas mental.
Arketipe-arketipe yang penting dalam menentukan
perkembangan kepribadian termasuk persona, anima dana
nimus, shadow, dan self.
1. Persona
Persona adalah sisi kepribadian yang
ditunjukkan orang kepada dunia. Di itngkat pertama,
persona adalah istema daptasi seseorang atau cara
seseorang menghadapi dunia. Di tingkat yang lain,
persona bukan sekedar topeng seseorang, tetapi topeng
psike kolektif, “topeng yang mempura-purakan
individualitas, yang membuat orang lain dan dirinya
percaya bahwa dirinya adalah seorang individu, orang
hanya sekedar emmainkan peran yang dijadikan sarana
oleh psike kolektif untuk berbicara.”

2. Anima dan animus


Anima adalah personifiaksi sifat feminim dalam
ketidaksadaran seorang laki-lai, dan animus adalah
personifikasi sifat maskulin dalam ketidaksadaran
seorang perempuan. Anima terdiri atas perasaan-
perasaan yang mendistorsi dan memengaruhi
pemahaman laki-laki, sedangkan animus terdiri atas
pendapat-pendapat spontan, tidak direnungkan
sebelumnya, yang memberikan pengaruh kuat pada
kehidupan emosional perempuan. (Jika anima
menghasilkan moods (suasana perasaan), maka animus
menghasilkan opinions (opini/pendapat), dan jika
suasana perasaan seorang laki-laki timbul dari altar
belakang yang kabur, maka opini perempuan didasari
oleh asumsi sebelumnya yang sama-sama tidak
disadari).

3. Shadow
Shadow merupakan arketipe dari kegelapan dan
represi yang menampilkan kualitas-kualitas yang tidak
kita akui keberadaannya, serta berusaha disembunyikan
dari diri sendiri dan orang lain. Sebagian besar shadow
terdiri atas berbagai cirri sifat inferior kepribadian yang
tidak ingin diakui individu. Meskipun Jung
menekankan aspek-aspek yang lebi hgelap dari
shadow, ia mengakui bahwa shadow juga
memperlihatkan beberapa kualitas baik, seperti insting-
insting normal, reaksi-reaksi yang teapt, insight yang
realistis, dan impuls-impuls kreatif. Shadow bersifat
kompensatorik bagi kesadaran dan efeknya bisa positif
maupun negatif.

4. Self
Self adalah arketipe sentral, arketipe ketertiban.
Self yang mengekspresikan kesatuan kepribadian
sebagai sebuah keseluruhan meliputi komponen-
komponen sadar maupun tidak sadar. Symbol utama
kestuan arketipe self adalah mandala. Kata mandala
(lingkaran) adalah bentuk lingkaran yang sering kali
mengandung quaternity (kelompok empat).

Simbol adalah imaji/gambaran yang dijadikan cara


untuk mengekspresikan arketipe. Symbol adalah sebuah cara
intuitif untuk mengetahui seuatu yang tidak dapat diketahui
sepenuhnya.

c. Dinamika Psike
 Energi psikis
Energi psikis (libido), adalah semua insting, termausk
lapar, seks, dan agresi. Energy psikis juga disediakan dari
sumber-sumber internal maupun lingkungan eksternal melalui
indra dan perasaan seseorang.

 Oposisi
Semua energi berjalan dari oposisi, psike memiliki
sebuah polaritas abtin yang merupakan prasyarat esensial untuk
kehidupannya. Ketegangan dan konflik yang timbul dari
benturan dari Sesutu yang saling berlawanan merupakan hal
yang sentral bagi dinamika kepribadian Jungian.

 Kompensasi
Fungsi kompensasi adalah menyeimbangkan atau
menyesuaikan energi (kesadaran dan ketidaksadaran) yang
didistribusikan ke seluruh bagian psike. Sebagian besar
kompensasi adalah sebuah proses tidak-sadar yang melibatkan
regulasi-diri apparatus psikis.

 Terobosan konten ketidaksadaran


Energi semua konten ketidaksadaran, begitu diaktivasi,
biasanya tidak cukup untuk mendorong konen mereka ke
dalam kesadaran. Penururnan energi dalam pikiran sadar yan
memungkinkan materi tidak sadar untuk menerobos masuk ke
dalam kesadaran bisa terjadi dengan dua cara.
1. Ada malfungsi pikiran sadar, seperti kesembronoan,
tugas-tugas yang diabaikan, pembangkangan yang
disengaja, dan lain-lain.
2. Adanya “aktivasi spontan” konten tidak sadar, yang
kemudian bereaksi terhadap kesaran. Contohnya seperti
seseorang yang mengidap gangguan kecemasan dan
psikotik, bisa secara tiba-tiba kehilangan kesadarannya.

 Fungsi transenden
Fungsi transenden adalah proses dan sekaligus metode
dalam ketidaksadaran untuk mengompensasi kekurangan-
kekurangan dalam pikiran sadar untuk membuat kemajuan kea
rah merealisasikan pembeberan potential for wholeness
original individu (potensi individu secara menyeluruh).

d. Tipe-Tipe Psikologis
 Sikap: introversi dan ekstraversi
a) Introversi
Introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang
memiliki orientasi subjektif. Memiliki pemahaman yang
baik terhadap dunia dalam diri, dengan semua bias,
fantasi, mimpi, dan persepsi yan bersidat individu.
Menerima dunia luar dengan sangat selektif menurut
pandangan subjektif mereka. Introversi ditandai oleh
interes seseorang pada dunia internalnya.
b) Ekstraversi
Ekstraversi adalah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke
arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan
memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif.
Mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding
oleh kondisi diri sendiri.cenderung berfokus untuk sikap
objektif dan menekan sisi subjektifnya. Ekstraversi
ditandai oleh interes pada dunia luar.

 Fungsi: pikiran, perasaan, sensasi, dan intuisi


a) Pikiran
Individu dikendalikan oleh pikiran reflektif, sehingga
tindakan-tindakan penting yang terjadi, atau
dimaksudkan untuk terjadi, itu berasal dari motif-motif
yang dipertimbangkan secara intelektual.
b) Perasaan
Individu dikendalikan oleh nilai-nilai yang diletakkan
pada berbagai hal yang timbul dari perasaan. Jung
menganggap perasaan sebagai fungsi evaluatif.
Individu yang berpikir dan merasakan adalah tipe-tipe
rasional, karena mereka ditandai oleh pengutamaan
penalaran dan fungsi-fungsi penilaian.
c) Sensasi
Individu dikendalikan oleh kesadaran mereka tentang
fakta-fakta eksternal yang tersedia melalui fungsi indra:
melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan membau.
d) Intuisi
Individu dikendalikan oleh firasat dan insights. Intuisi
adalah proses yang didominasi ketidaksadaran.

 Memadukan sikap dan fungsi untuk membentuk tipe


psikologis
a) Tipe Pikiran-Ekstrover
Tipe ini menjadika segala kegiatan tergantung pada
fungsi intelektual yang berorientasi pada data objektif
dalam bentuk fakta eksternal atau ide yang diterima
secara umum. Contoh: ilmuwan Charles Darwin.
b) Tipe Pikiran-Introver
Tipe ini menjadikan segala kegiatan tergantung pada
fungsi intelektual yang berorientasi pada data subjektif.
Contoh: filsuf Immanuel Kant.
c) Tipe Perasaan-Ekstraver
Tipe in inyaris secara eksklusif terdiri atas perempuan
yang dipandu oleh perasaan yang tampaknya disesuaikan
sedemikian rupa agara selaras dengan situasi objektif dan
nilai-nilai umu. Contoh: memilih laki-laki untuk dicintai.
d) Tipe Perasaan- Introver
Tipe ini didominasi oleh perasaan subjektif dan motif
mereka yang sesungguhnya tetap tersembunyi. Contoh:
Perempuan yang terlihat seperti air yang tenang, namun
dibawahnya mengalir deras.
e) Tipe Sensasi-Ekstraver
Tipe ini dipandu oleh intensitas pengaruh objektif dan
mencakup mereka yang secara umum sensual, serta
sensasinya sangat dikembangkan secara estetik.
f) Tipe Sensasi-Introver
Tipe ini dipandu oleh intensitas sensasi subjektif.
Tidak ada hubungan yang proporsional antara objek dan
sensasi selain hubungan yang tidak dapat diprediksi dan
acak (arbitrary).
g) Tipe Intuisi-Ekstraver
Untuk tipe ini, intuisi sebagai fungsi persepsi tidak
sadar seluruhnya, namun diarahkan pada onjek-objek
eksternal. Tipe ini menggunakan intuisi untuk memahami
rentang kemungkinan terluas dalam situasi-situasi
objektif.
h) Tipe Intuisi-Introver
Tipe ini menghasilkan pemimpi, peramal, dan
seniman. Intensifikasi intuisi bisa membuat tipe ini tidak
bersentuhan dengan relaitas nyata dan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dengan oranglain.

IV. AKUISISI (PROSES PENDEWASAAN)


a. Tahapan Kehidupan
 Masa kanak-kanak (bayi lahir – masa pubertas)
Jung mengibaratkan anak-anak, selama dua atau tiga
tahun pertama kehidupan ketika mereka tidak sadar akan
dirinya, berada dalam tahap hewani. Kemudian, sedikit demi
sedikit ego berkembang sebagai pusat pengorganisasi untuk
proses-proses psikis anak dan hanya ketika anak mulai
mengatakan “aku”, ada kontinuitas kesadaran yang dapat
dipersepsi.
Jung melihat bahwa asal-muasal neurosis masa kanak-
kanak terutama adalah gejala-gejala kondisi mental
orangtuanya.
 Masa muda (masa puber – 35-40 tahun)
Selama masa muda, tuntutan hidup mengakhiri masa
kanak-kanak, misalnya transisi ke perkawinan dan karir.
Orang-orang muda mungkin mengalami berbagai kesulitan
psikis batiniah yang berkaitan dengan insting sekssual atau
perasaan rendah diri. Prestasi, kemanfaatan, dan mencapai
kemantapan adalah ara untuk keluar dari masalah selama
periode masa muda.

 Usia paruh baya (35-40 tahun – usia lanjut usia)


Jung menggunakan analogi matahari yang naik hingga
ke puncak di paruh pertama hari dan kemudian turun dan
berada dalam proses menerangi dirinya. Seeprti matahari,
dalam kehidupan manusia terdapat perubahan pasti yang mau
tidak ma terjadi dalam psike kea rah kontraksi dengan
kemungkinan menerangi diri. Sementara itu, tugas untuk paruh
pertama kehidupan menyangkut perkembangan individu dan
penggalian di dunia luar, tugas-tugas paruh kedua kehidupan
adalah memberikan perhatian pada memahami dan
mengembangkan diri secara lebih penuh.
Usia paruh baya adalah waktu untuk kontemplasi,
realisasi-diri, dan belajar untuk hidup lebih selaras dengan
berbagai imaji dan symbol primordial.
 Masa lanjut usia
ghyJung menganggap masa kanak-kanak dana masa
lanjut usia meskipun berbeda, namun memiliki persamaan,
yaitu: tenggelam dalam kejadian-kejadian psikis tidak sadar.
Pikiran dan ego anak timbul dari ketidaksadaran. Orang lanjut
usia sekali lagi tenggelam ke dalam ketidaksadaran dan secara
progresif hilang di dalamnya. Jung melihat masa kanak-kanak
dan amsa lanjut usia sebagai tahap-tahap kehidupan tanpa
masalah-masalah sadar dan, oleh sebab itu, mereka tidak
menjadi fokus utama Jung.

b. Progresi dan Regresi


Progresi adalah kemajuan proses adaptasi psikis sehari-hari,
pemenuhan terhadap tuntutan kondisi lingkungan yang terus menerus
(adaptasi kepada dunia luar).
Regresi adalah gerakan mundur energi psikis ketika sebuah
situasi yang membuat frustrasi membendung energi libido (adaptasi ke
dalam diri).

c. Individuasi
Individuasi adalah proses menjadi seseorang atau seseorang
secara utuh. Orang yang mencapai realisasi diri, mampu menempatkan
dirinya di dunia eksternal dan internalnya.

V. TERAPI
a. Tujuan Terapi
Tujuan utama terapi untuk orang muda adalah adaptasi normal
untuk mengatasi neurosis yang berhubungan dengan penyusutan
kembali ke tugas-tugas kehidupan konkret, dan difokuskan pada
mencapai tujuan-tujuan tertentu, mengatasi kompleks-kompleks dan
memperkuat kesadaran dan fungsi ego (mendidik kemauan sadar).
Untuk orang yang berada di paruh kedua kehidupan, tujuan
terapi adalah untuk memahami batin (inner being)-nya dan makna
kehidupannya.
Bagi individu-individu yang teradaptasi dengan baik (well-
adapted) secara sosial, yang bagi mereka normalisasi tidak memiliki
arti apapun, tujuan utama terapinya adalah realisasi diri yang
melibatkan pemahamn yang lebih mendalam tentang psike mereka dan
memasukkan lebih banyak materi tidak sadar sebagai sebuah
keseimbangan baru antara kesadaran dan ketidaksadaran yang akan
tercipta.

b. Proses Terapi
Jung membuat empat tahap dalam psikoterpai analitik,
confession, elucidation, education, dan transformation. Adaptasi
normal biasanya hanya akan dicapai dengan melalui tiga tahap yang
pertama. Tahap keempat – transformasi – memenuhi kebutuhan lebih
lanjut yang berada diluar cakupan tahap-tahap lainnya, tetapi bukan
kebenaran finalnya. Proses terapi bervariasi tergantung faktor-faktor,
seperti tahap kehidupan klien, karakteristik peribadian klien, dan sifat
masalahnya.
1. Confession (Pengakuan)
Tahap dimana klien emngungkapkan berbagai rahsaia
dan menemukan emosi-emosi yang terhambat.

2. Elucidation (Penjelasan)
Tahap ini adalah tahap dimana terapis menjelaskan dan
menjernihkan konten yang dibangkitkan oleh transferensi
(contoh: menganalisis mimpi-mimpi klien).

3. Education (Pendidikan)
Edukasi membantu klien mendapatkan kebiasaan baru
dan adaptif untuk menggantikan kebiasaan merusak-diri (self-
defeating) terkait neurosisnya.
4. Transformation (Trnasformasi)
Dalam hubungan pribadi diantara klien dan terapis ada
faktor-faktor yang tidak dapat diukur yang mewujudkan
sebuah transformasi yang mutual, dengan kepribadian yang
lebih kuat dan lebih stabil yang menentukan isu finalnya.
Terapis harus menjadi pendidik diri (self educator) yang baik
pula agar kepribadiannya tidak bereaksi secara negatif
terhadap klien.

c. Relasi Terapeutik
Terapi berbeda di setiap kasus dengan setiap klien yang
membutuhkan pemahaman individual. Hubungan didalam dan diantara
terapis dan klien terjaid di tingkat sadar dan tidak sadar. Oleh karena
penanganan adalah sebuah proses dialektikal yang terapisnya
berpartisipasi sama banyaknya dengan klien, maka kepribadian terapis
dank lien mungkin lebih penting bagis hasil terapi disbanding apa
yang dikatakan atau dilakukan terapis. Terapis seharusnya tidak
bersembunyi dibalik pandangan profesionalnya, tetapi cukup
manusiawi untuk membiarkan dirinya terpengaruh oleh klien.
Persis seperti pasien yang memproyeksikan materi tidak sadar
kepada terapis, hal yang sebaliknya bisa terjadi, yang akan merugikan
hasil terapeutik. Hal ini sebagai salah satu ontoh kontaminasi tidak
sadar, transferensi dapat membangkitkan countertransference.
Relasi dalam terapi analitik berbeda-beda menurut tahap
terapinya, misalnya, relasi yang terbangun selama tahap pengakuan
dapat menjadi dasar bagi pengembangan relasi transferensi. Relasi
terapeutik tidak hanya berlangsung melalui tatap muka. Tetapi juga
dalam mimpi dan khayalan terapis maupun klien.
VI. INTERVENSI TERAPEUTIK
a. Analisis Transferensi
b. Imajinasi Aktif
c. Analisis Mimpi
Mimpi adalah ucapan/pernyataan dari ketidaksadaran dan
merupakan pintu ke rahasia terdalam psike. Mimpi juga bisa
menunjukan solusi untuk berbagai isu/masalah dan gambaran tentang
masa depan. Jung menganggap mimpi berisi makna utuh dan tidak
memiliki pandangan palsu. Symbol-simbol mimpi adalah ekspresi
konten yang belum dikenali secara sadar atau diformulasikan secara
sadar.
Jung membedakan berbagai macam mimpi:
 Mimpi Awal
Mimpi awal adalh mimpi yang terjadi pada awal
analisis dan mungkin berkaitan dengan sikap klien terhadap
terapis.
 Mimpi-mimpi Kecil
Mimpi kecil adalah mimpi yang berhubungan dengan
hal yang relatif tidak penting.
 Mimpi-mimpi Besar
Mimpi-mimpi besar bersifat numinous (suci, kudus),
istilah favorit Jung untuk pengalaman yang tidak
terekspresikan, misterius menakutkan, dan sangat misterius.
 Mimpi Tunggal
 Serangkaian Mimpi

a) Tugas analisis mimpi


1. Menentukan konteksnya. Disini Jung menggunakan sebuah
teknik yang disebut amplifikasi (amplification). Amplifikasi
melibatkan elaborasi dan klasifikasi imaji-imaji mimpi
melalui asosiasi terarah. Daripada mendorong asosiasi bebas,
terapis harus mendorong asosiasi-asosiasi klien yang sedekat
mungkin dengan imaji-imaji mimpinya.
2. Interpretasi. Oleh karena ide dan tema dasarnya bisa dikenali
dengan jauh lebih mudah dalam rangkaian mimpi maupun
mimpi tunggal, klien perlu membuat catatan yang teliti
tentang mimpi-mimpi dan interpretasi yang dibuat.
3. Asimilasi. Asimilasi membutuhkan persetujuan klien atas
interpretasi terapis. Jung menilai konten tidak sadar dan
berusaha mewujudkan perubahan di dalam dan melalui
ketidaksadaran pula. Asimilasi berarti, “penetrasi mutual dari
kesadaran dan ketidaksadaran, dan bukan – seperti yang
lazim dipikirkan dan dipraktikan – evaluasi, interpretasi, dan
deformasi sepihak konten ketidak sadaran oleh pikiran
sadar.”

VII. MATERI KASUS


Indikasi sikap Jung terhadap case material (materi kasus) dapat dilihat
dari kutipan, “Analisis setiap individu itu sendiri hany menunjukkan salah
satu bagian dari salah satu aspek proses yang lebih dalam, dan karena itu,
hanya kebingungan semata yang dapat dihasilkan dari riwayat-riwayat kasus
komparatif” (Jung, 1966: 161). Materi kasus mengilustrasikan terapi analitik
berasal dari sumber-sumber primer maupun sekunder. Dalam autobiografi-nya
Memories, Dreams, Reflection, Jung (1961) memberikan materi kasus,
termasuk banyak mimpi, dari eksplorasi dan konfrontasinya dengan
ketidaksadaran.

VIII. PERKEMBANGAN LEBIH LANJUT


a. Di Bidang Penanganan
Samuels (1985) membagi perkembangan psikologi analitik
menjadi 3 mazhab: Klasik, Perkembangan, dan Arketipe.mazhab
klasik itu pada dasarnya paling mendekati teori dan praktik orisinal
Jung. Mazhab perkembangan memasukkan cara berpikir dan cara kerja
psikoanalitik. Mazhab arketipe memfokuskan pada pengembangan
berbagai symbol dan imaji dalam psike.
Jung lebih fleksibel dibanding Freud tentang efek (+) maupun
(-) countertransference.
Fordham (1957) menyatakan ada 2 macam
countertransference: syntonic dan illusory. Syntonic
countertransference terjadi jika analis mungkin begitu seirama dengan
dunia batin klien, sehingga merasa tau berperilaku dengan cara bahwa
si analis menyadari ada aspek-aspek dunia batin klien yang di
proyeksikan pada dirinya. Illusory countertransference terjadi jika
pihak analis menggantikan atau mengganggu hubungannya dnegan
pasien.

b. Cara Kerja yang Berbeda


 Terapi kelompok
Kelompok beranggotakan 6-10 orang anggota.
Pertemuannya cenderung mingguan dan berlangsung sekitar 90
menit. Douglas (2005) melihat terapi kelompok sangat cocok
untuk penyandang introvert menurut psikologi Jungian. Dalam
terapi kelompok, para anggota cenderung memproyeksikan
shadow-nya kepada kelompok dan kelompok mau tidak mau
mengam bil bagian-bagian kepribadian yang ditutupi oleh
seorang individu.

 Terapi perkawinan dan keluarga


Analis Jungian sering mengadministrasikan tes tipologi
kepada pasangan atau para anggota keluarga dan perbedaa-
perbedaan yang seringkali dapat ditangani dengan lebih mudah
jika mereka diinterpretasi sebagai pertentangan tipologi-
tipologi. Orang sering memilih partner yang tipologinya
berlawanan dengan dirinya.

 Terapi tubuh/gerakan
Dalam imajinasi aktif, melalui gerakan tubuh dan tari,
Jung percaya bahwa tubuh menyimpan, mengalami, dan
mengomunikasikan banyak, atau mungkin lebih banyak
pengalaman emosional daripada kata-kata.

 Terapi seni
Terapi seni adalah sebuah cara sadar untuk
mengekspresikan elemen-elemen ketidaksadaran. Jung merasa
bahwa menggambar sebuah gambaran dari mimpi atau dari
imajinasi aktif sangat berharga bagi orang yang tidak
bersinggungan dengan perasaan dan yang berusaha mengatasi
pengalaman-pengalamannya melalui logika semata.
 Terapi kotak pasir
Dora Kalff mengembangkan ide Jung dengan mengisi
sebuah kotak persegi berukuran kira-kira 30 x 20 x 3 inci
dengan pasir untuk menjadi dunia miniature yang dapat
dibentuk dengan menata ratusan patung-patung kecil yang
disediakan oleh analis.

 Analisis anak
Analis bukan hanya menangani si anak, tetapi bilaman
perlu mengintervensi untuk memperbaiki situasi keluarga dan
kehidupan anak itu. Analis anal lebih banyak menggunakan
beragam metode sentuhan dan nonverbal. Anak-anak didorong
unutk mengekspresikan mimpi, ketakutan, dan khayalan
mereka melalui terapi kotak pasir, seni dan kerajinan, tanah
liat, memainkan alat music, dan gerakan tubuh.

c. Perkumpulan dan Jurnal


Pada tahun 1922, sebuah klub Jung didirikan di London.
Kemudian pada tahun 1946, Society of Analytical Psychology (SAP)
didirikan di Inggris. Dan pada tahun 2004, International Association of
Analytical Psychology, meiliki lebih dari 2500 anggota analis
bersertifikat di 28 negara. Di dunia Barat, minat pada psikologi
Jungian masih kuat. Banyak jurnal-jurnal profesional yang diterbitkan,
dantaranya : British Journal of American Psychology; San Fransisco
Jung Institute Library Journal, Psychological Perspectives dari Los
Angeles Intitute, dll.

Anda mungkin juga menyukai