Anda di halaman 1dari 11

Psikobuana ISSN 2085-4242

2009, Vol. 1, No. 1, 39–48

Koefisien Reliabilitas Pada Pengukuran Kepribadian


yang Bersifat Multidimensi

Wahyu Widhiarso
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada

Psychological instruments which usually measure the underlying latent


abilities or personality traits are called multidimensional measurements.
The assumption of these measurements is that there are two or more
common factors that create interrelationship among the measured
variables. Factor analysis is the method which proves the interrelationship
of two or more factors. Researchers usually ignore the interrelationship
found in these multidimensional measurements as they apply reliability
formula, which is one-dimensional (i.e., Alpha Coefficient), to find out the
reliability coefficient for multidimensional instruments used to measure
personality traits. This article is aimed to answer the question if Alpha
Coefficient is the right coefficient for one-dimensional measurement and
if the Alpha Coefficient will underestimate or overestimate the reliability
coefficient of the measurement. Some other reliability coefficients for
multidimensional measurements are outlined.

Keywords: multidimensional measurement, factor loading, reliability


formula

Pengembangan instrumen pengukuran oleh beberapa hal, antara lain, sebagai berikut:
dalam bidang psikologi banyak mengasumsikan 1. Karakteristik konstruk psikologi. Hasil
penggunaan pengukuran yang bersifat perbandingan pengujian ketepatan model pada
unidimensi,yang secara konseptual Skala Harga Diri dari Coopersmith, misalnya,
dirumuskan bahwa ada satu jenis faktor abilitas, cenderung memiliki sifat yang multidimensi
kepribadian, sifat, maupun sikap yang diukur dibanding dengan unidimensi. Hasil penelitian
oleh satu instrumen pengukuran. Namun, ini sesuai dengan yang dikatakan oleh beberapa
banyak penelitian menunjukkan bahwa asumsi ahli pengukuran psikologi, bahwa skala
unidimensi tersebut sulit dipenuhi dengan psikologi cenderung mengarah pada model
ditemukannya beberapa faktor baru yang turut multidimensi (Drolet & Morisson, 2001;
diukur dalam satu instrumen. Dengan perkataan Spector, Brannick, & Chen, 1997)
lain, instrumen psikologis yang sering dipakai 2. Adanya pelibatan aspek-aspek dalam
oleh peneliti cenderung bersifat multidimensi. penyusunan alat ukur. Penyusunan instrumen
Tingginya kecenderungan instrumen psikologis seringkali diawali dari penurunan
pengukuran bersifat multidimensi disebabkan butir-butir dari beberapa aspek teoritis,

39
40 WIDHIARSO

misalnya penyusunan skala efikasi diri yang (kepribadian) sangat rentan terhadap
diturunkan dari aspek atletik, akademik, dan kemajemukan atribut yang diukur
kehidupan sosial (Kamata, Turhan, & (multidimensi). Penelitian-penelitian telah
Darandari, 2003). Aspek-aspek ini berpotensi menujukkan bahwa hasil analisis faktor
akan membangun dimensi ukur yang berbeda terhadap pengukuran psikologi menghasilkan
sehingga pengukuran menjadi bersifat faktor yang majemuk, misalnya: (a) Hwang,
multidimensi. Chun, Kurasaki, Mak, dan Takeuchi (2000)
3. Jumlah butir di dalam instrumen. Drolet menemukan enam dimensi dalam pengukuran
dan Morisson (2001) menunjukkan bahwa dukungan sosial, (b) Albo, Núñez, Navarro, dan
multidimensionalitas skala psikologi Grijalvo (2007) membandingkan model dimensi
dipengaruhi antara lain oleh jumlah butir. harga diri dan menemukan bahwa model empat
Jumlah butir yang terlalu banyak dapat dimensi lebih tepat menggambarkan harga diri
menambah potensi penambahan varian sesatan dibanding dengan satu dimensi, serta (c) dengan
dalam butir sehingga memunculkan dimensi membandingkan indeks ketepatan model antara
baru dari dimensi yang ditetapkan semula. model efikasi diri satu faktor dan tiga faktor,
Jumlah butir dan bentuk skala mempengaruhi Brouwers dan Tomic (2001) menemukan bahwa
sikap responden terhadap butir yang kemudian model tiga dimensi memiliki indeks ketepatan
mempengaruhi tanggapan mereka terhadap alat model yang lebih tinggi dibanding dengan satu
ukur. dimensi; artinya, efikasi diri merupakan
4. Teknik penulisan butir. Spector et al. konstruk psikologi yang bersifat multidimensi.
(1997) menemukan bahwa teknik penulisan Dengan memahami kecenderungan
butir yang memiliki arah yang terbalik antara pengukuran psikologi lebih pada model
arah positif (favorable) dan negatif pengukuran multidimensi dibanding model
(unfavorable) dapat membentuk dimensi ukur unidimensi, maka diharapkan proses identifikasi
baru, padahal, dalam pengambilan data, banyak properti psikometris pengukuran psikologi
skala psikologi menggunakan teknik penulisan sudah melibatkan teknik analisis yang
butir yang berbeda arah. menggunakan model multidimensi.
5. Satuan pengukuran yang berbeda.
Pengukuran dalam bidang psikologi cenderung Koefisien Alpha dan Dimensionalitas
memiliki satuan ukur yang berbeda antara butir Pengukuran
satu dengan butir lainnya dalam sebuah
instrumen ukur. Hal ini didukung dengan antara Banyak ditemukan bahwa peneliti secara
butir satu dengan butir lainnya memiliki sepihak (arbitrary) menggunakan koefisien
kapabilitas yang berbeda sebagai indikator alpha dalam mengestimasi reliabilitas hasil
konstruk ukur. Kondisi ini akan menyebabkan pengukuran yang dilakukannya, padahal
hasil pengukuran cenderung akan bersifat koefisien alpha menghendaki adanya beberapa
multidimensi. asumsi, misalnya bahwa antara satu butir
Dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan butir lainnya dalam satu instrumen
dalam bidang psikologi, baik mengukur diharapkan memiliki unit pengukuran dan
konstruk abilitas maupun non-abilitas kecermatan yang sama dalam menjelaskan skor
murni. Hal ini berimplikasi pada fungsinya
RELIABILITAS PENGUKURAN MULTIDIMENSI 41

sebagai estimator reliabilitas lebih tepat majemuk dengan jumlah butir yang sedikit (k <
dikenakan pada pengukuran unidimensi 15), koefisien alpha menghasilkan koefisien
dibanding dengan multidimensi. reliabilitas yang rendah. Sebaliknya, pada data
Oleh karena menekankan pada homogenitas dengan jumlah butir yang banyak (k > 15),
varian butir, koefisien alpha kurang peka koefisien alpha menghasilkan koefisien
terhadap dimensionalitas data sehingga reliabilitas yang tinggi. Kesimpulan yang dapat
meskipun dikenakan pada pengukuran yang diambil dari simulasi di atas menunjukkan
multidimensi, koefisien alpha dapat bahwa koefisien alpha kurang peka terhadap
menghasilkan nilai reliabilitas yang tinggi. dimensionalitas data ketika jumlah butir lebih
Sebagai bukti keterbatasan koefisien alpha dari 15 butir. Hal ini terlihat dari nilai
dalam mengenali dimensionalitas, penulis reliabilitas yang cukup tinggi (> 0,7) pada
menyusun data simulasi yang dibedakan berbagai jumlah dimensi.
berdasarkan jumlah butir dan dimensi yang ada Rekomendasi yang dapat diberikan dari
di dalamnya. Hasil estimasi koefisien alpha hasil simulasi tersebut adalah agar para peneliti
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. lebih dahulu mengidentifikasi dimensionalitas
Hasil estimasi koefisien alpha pada data data sebelum menggunakan koefisien alpha,
menunjukkan bahwa pada data yang memiliki misalnya, dengan melakukan analisis faktor.
dimensi tunggal (unidimensi), koefisien alpha Apabila dari hasil analisis faktor ditemukan
menghasilkan koefisien reliabilitas yang tinggi struktur data adalah unidimensi, maka koefisien
pada semua jumlah butir. Estimasi koefisien alpha dapat diaplikasikan. Namun, apabila data
alpha pada kasus ini bergerak antara = 0,836 memiliki struktur multidimensi, maka peneliti
dan = 0,961. Pada kasus data berdimensi dapat mengaplikasikan koefisien alpha pada

1.0 1 dimensi
2 dimensi
0.9 3 dimensi
4 dimensi
5 dimensi
0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0.0
5 butir 10 butir 15 butir 20 butir 25 butir

Gambar 1. Perbandingan estimasi koefisien alpha pada jumlah butir dan jumlah dimensi berbeda.
42 WIDHIARSO

masing-masing dimensi, atau menggunakan melibatkan komponen-komponen tes. Koefisien


koefisien reliabilitas untuk pengukuran alpha terstratifikasi ini tepat dikenakan pada
multidimensi yang akan dibahas pada sub di kasus skor komposit multidimensi, misalnya tes
bawah ini. baterai yang bersifat multidimensi. Formula
untuk mendapatkan besarnya reliabilitas alpha
Koefisien Reliabilitas Pengukuran berstrata ( s) adalah sebagai berikut:
Multidimensi k
2
i (1 i )
Dalam mengestimasi reliabilitas, peneliti
s =1 i =1
dalam bidang psikologi banyak menggunakan 2
x
koefisien alpha yang sudah sangat populer.
Banyak diantara peneliti tersebut tidak Keterangan
2
memahami bahwa koefisien alpha memiliki i = varian butir pada komponen ke-i

beberapa kriteria tertentu agar hasil estimasinya i = reliabilitas komponen ke-i


2
memiliki ketepatan yang akurat, misalnya x = adalah varian skor total tes
terpenuhinya asumsi kesetaraan skor murni
Berikut adalah contoh penghitungan
yang diungkap (tau-equivalent) dan
koefisien alpha berstrata. Misalnya, seorang
unidimensionalitas data. Jika koefisien alpha
peneliti sedang mengukur konsep diri yang
diaplikasikan pada pengukuran yang
terdiri dari tiga dimensi, misalnya dimensi
multidimensi, maka akan didapatkan hasil yang
ketahanan, kompetensi dan akademik. Setelah
underestimate. Oleh karena itu, bagi peneliti
melalui pengambilan data, didapatkan statistik
yang hendak mengidentifikasi reliabilitas
deskriptif yang dipaparkan pada Tabel 1.
pengukuran yang bersifat multidimensi,
dianjurkan untuk menggunakan koefisien
reliabilitas yang dapat mengakomodasi model Tabel 1
multidimensi tersebut. Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Konsep
Diri
Artikel ini akan memaparkan beberapa
Reliabilitas Tiap
koefisien reliabilitas yang dapat diaplikasikan
Dimensi Varian Dimensi
pada model pengukuran multidimensi serta Ketahanan 3 0,80
membandingkan ketepatan estimasi masing- Kompetensi 3 0,80
masing koefisien tersebut. Akademik 2 0,70
Skor Total 6
Koefisien Reliabilitas Alpha Berstrata
Berdasarkan informasi pada Tabel 1, jika
Koefisien alpha terstratifikasi (alpha kita menggunakan koefisien alpha untuk
stratified) ini diperkenalkan oleh Cronbach, mengestimasi reliabilitas pengukuran di atas
Schoneman, dan McKie (1965) yang berguna maka kita akan mendapatkan hasil estimasi
untuk mengestimasi reliabilitas instrumen yang yang terlalu rendah (underestimate), sebagai
terdiri dari beberapa subtes. Sama seperti berikut:
koefisien alpha, koefisien alpha berstrata adalah
pengukuran internal konsistensi dengan
RELIABILITAS PENGUKURAN MULTIDIMENSI 43

2 (3 + 3 + 2) mengenai reliabilitas masing-masing dimensi,


= *1 = 0,50
3 6 pembobotan masing-masing dimensi, varian
tiap dimensi dan korelasi antar skor dimensi.
Koefisien reliabilitas akan menghasilkan
Sebagai contoh, sebuah Skala Atribusi Masalah
hasil estimasi yang lebih memuaskan jika
terdiri dari dua dimensi, yaitu atribusi penyebab
menggunakan koefisien alpha berstrata, sebagai
masalah dan atribusi pemecahan masalah.
berikut:
Informasi mengenai reliabilitas tiap dimensi dan
3(1 0.8) + 3(1 0,8) + 2(1 0.7) korelasi antar dimensi dapat dilihat pada Tabel
s =1 = 0,70 2.
6

Tabel 2
Koefisien Reliabilitas Komposit Mosier Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Atribusi
terhadap Masalah
Pada 1943, Mosier mengembangkan sebuah Korelasi
Relia- Antar
koefisien reliabilitas yang dapat dikenakan pada
Dimensi bilitas Varian Bobot Dimensi
pengukuran yang struktur multidimensi Penyebab
0,85 25 2
(Mosier, 1943). Pengukuran yang memiliki masalah
0,4
struktur multidimensi didapatkan dari instrumen Pemecahan
0,75 36 3
masalah
yang memiliki komponen tes yang independen
dengan komponen lainnya. Misalnya, tes bakat
atau tes potensi akademik yang terdiri dari Berdasarkan informasi tersebut maka
beberapa sub tes. Koefisien ini dinamai besarnya reliabilitas komposit dapat diketahui,
reliabilitas skor komposit (reliability of sebagai berikut:
composite score) yang mampu mengakomodasi
perbedaan pembobotan pada tiap sub tes. [(22.25) + (32.36)] [(22.5.0,85) + (32.6.0, 75)
rxx ' =
Formula untuk mendapatkan besarnya [(2 2.25) + (32.36)] + [2.(2.3.5.6.0, 4)]
reliabilitas skor komposit (rxx’) ini sebagai rxx ' = 0,8310
berikut:
Karakteristik dari koefisien ini, antara lain:
( w 2j s 2j ) ( w 2j s 2j r jj ' )
rxx ' = 1 (a) reliabilitas ini dapat bernilai 1,00 apabila
( w 2j s 2j ) + 2( w j wk s j s k r jk ) semua reliabilitas komponen juga bernilai 1,00,
(b) semakin besar korelasi antar dimensi, maka
Keterangan
nilai reliabilitas yang dihasilkan semakin besar,
w 2j = bobot dimensi ke-j
dan (c) nilai reliabilitas ini cenderung lebih
r jj ' = reliabilitas dimensi ke-j
besar daripada rerata reliabilitas tiap komponen,
r jk = korelasi antar dimensi ke-i dan ke-j kecuali pada kondisi komponen memiliki
s 2j = varian dimensi ke-j reliabilitas, varian dan bobot yang sama, serta
korelasi antar komponennya adalah nol.
Untuk menghitung reliabilitas skor
Kondisi yang terakhir ini akan menghasilkan
komposit dari Mosier diperlukan informasi
44 WIDHIARSO

reliabilitas yang merupakan rerata dari (12.0,85) + (12.0, 75) + (2.1.1.0,90)


rxx ' =
reliabilitas tiap komponen. 12 + 12 + (2.1.1.0,90)
1, 6 + 1,8 3, 4
rxx ' = = = 0,895
Koefisien Reliabilitas Komposit Wang 2 + 1,8 3,8

Wang (1998) menyusun sebuah koefisien


Tabel 3
reliabilitas yang dapat dipakai untuk Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Skala
pengukuran yang bersifat multidimensi serta Nilai Kerja
mampu mengakomodasi pembobotan masing- Korelasi
masing dimensi tersebut. Dengan menggunakan Antar
teori skor murni klasik,yang menyatakan Dimensi Reliabilitas Bobot Dimensi
Pengembangan
bahwa reliabilitas adalah proporsi varian skor 0,85 1
diri
murni dengan varian skor tampak, maka 0,90
Transendensi
0,75 1
didapatkan formula reliabilitas berikut ini: diri

n n n
wi2 rii ' + wi w j rij Formula koefisien reliabilitas komposit ini
i =1 i =1 j =1
rxx ' = n n n
memiliki beberapa karakteristik, antara lain: (a)
wi2 + wi w j rij nilai reliabilitas terendah yang dapat dicapai
i =1 i =1 j =1
oleh dari koefisien reliabilitas komposit adalah
Keterangan nilai reliabilitas dimensi yang terendah, (b) jika
w j = bobot dimensi ke-j antara satu dimensi dengan dimensi lainnya
rii ' = reliabilitas dimensi ke-j memiliki korelasi yang tinggi, maka nilai
reliabilitas komposit dapat lebih tinggi daripada
rij = korelasi antar dimensi ke-i dan ke-j
reliabilitas masing-masing dimensi, serta (c)
Untuk menghitung reliabilitas komposit dari jika reliabilitas masing-masing dimensi adalah
Wang (1998) ini diperlukan informasi mengenai sama, maka reliabilitas komposit dapat
reliabilitas masing-masing dimensi, mencapai nilai maksimal apabila pembobotan
pembobotan masing-masing dimensi, dan tiap dimensi adalah setara.
korelasi antar skor dimensi. Sebagai contoh,
Koefisien Reliabilitas Komposit Raykov
sebuah Skala Nilai Kerja terdiri dari dua
dimensi, yaitu pengembangan diri (self- Raykov dan Shrout (2002) yang menyusun
enhancement) dan transendensi diri (self- koefisien reliabilitas komposit ini mengatakan
transcendence). Informasi mengenai reliabilitas bahwa reliabilitas komposit adalah varian skor
tiap dimensi dan korelasi antar dimensi dapat murni dalam kaitannya dengan varian tes.
dilihat pada Tabel 3. Formula untuk mendapatkan besarnya
Berdasarkan informasi dari Tabel 3 maka reliabilitas skor komposit (rxx’) ini adalah
besarnya reliabilitas komposit dapat diketahui, sebagai berikut:
sebagai berikut:
RELIABILITAS PENGUKURAN MULTIDIMENSI 45

p k pembagian varian konstruk ukur dan varian


var ( ij i)
i =1 j =1
konstruk komposit.
rxx ' = p k p
var ( ij i + E1 )
i =1 j =1 i =1 X1

X2 FAKTOR1
Keterangan X3

ij = factor loading tidak terstandarisasi


KOMPOSIT KONSTRAK
UKUR
X1
indikator Yi pada faktor i
X2 FAKTOR2

i = konstruk laten ke-i. X3

Ei = eror pengukuran pada indikator Yi


Gambar 2. Model penghitungan koefisien
Koefisien reliabilitas komposit pada reliabilitas komposit.
dasarnya adalah pembagian antara varian
konstruk ukur yang terdiri dari j-faktor dengan
Koefisien Reliabilitas Komposit McDonald
varian konstruk laten fungsi linier dari tiap
indikator. Hal ini merupakan penjabaran dari
McDonald (1981) mengembangkan sebuah
teori skor murni klasik, yaitu reliabilitas yang
koefisien reliabilitas yang kemudian diberi
didefinisikan dari pembagian antara varian skor
nama koefisien reliabilitas konstruk yang juga
murni dan varian skor tampak = 2
/ 2
.
xx T X
dinamakan dengan koefisien omega ( ).
Oleh karena beroperasi pada tataran konstruk Koefisien reliabilitas ini berbasis pada analisis
yang bersifat laten, maka diperlukan analisis faktor konfirmatori yang merupakan bagian dari
faktor untuk mendapatkan besarnya reliabilitas. menu pemodelan SEM. Reliabilitas konstruk ini
Sampai saat ini belum ada program menjelaskan besarnya proporsi indikator dalam
komputer yang dapat secara langsung menjelaskan konstruk ukur. Formula untuk
mengeluarkan hasil komputasi reliabilitas mendapatkan besarnya koefisien reliabilitas
komposit (Caroline, 2004). Untuk konstruk tersebut adalah sebagai berikut:
menghitungnya, diperlukan pengoperasian
sintaks yang cukup rumit pada program i 2

berbasis Persamaan Model Struktural (SEM) i


i =1
antara lain EQS dan LISREL (lihat Raykov & = 2
i i

Shrout, 2002). Model pengukuran yang dipakai i + 1 2


i
i =1 i =1
untuk mengkomputasi koefisien reliabilitas
komposit dapat dilihat pada Gambar 2. Keterangan
Gambar tersebut menunjukkan sebuah i = factor loading terstandarisasi
instrumen pengukuran yang bersifat indikator ke-i
multidimensi yang terdiri dari dua faktor yang
masing-masing terdiri dari tiga butir. Kedua Formula tersebut mengingatkan kita pada
faktor tersebut memprediksi besarnya skor estimasi reliabilitas skor murni klasik, yang
murni komposit, dan di sisi lain, masing-masing merupakan pembagian antara varian skor murni
prediktor memprediksi besarnya skor komposit. oleh jumlah antara varian skor murni dan eror
Reliabilitas komposit didapatkan dari
46 WIDHIARSO

[ xx ' = 2
x /( 2
x + 2
e ) ]. Diperlukan informasi nilai reliabilitas konstruk yang setara dengan
mengenai factor loading terstandarisasi melalui koefisien alpha. Di sisi lain, jika diterapkan
analisis faktor konfirmatori untuk mendapatkan pada model pengukuran congeneric, yang
besarnya koefisien ini. Sebagai contoh, sebuah mengasumsikan bahwa tiap indikator memiliki
skala yang mengukur Pengalaman Orang Tua ketepatan ukur yang bervariasi, maka akan
Tunggal terdiri dari dua dimensi, yaitu didapatkan nilai reliabilitas konstruk yang lebih
pengalaman dengan keluarga dan pengalaman tinggi dibanding dengan koefisien alfa
kerja yang masing-masing terdiri dari tiga buah (Yurdugül, 2006).
butir. Setelah dianalisis dengan menggunakan
analisis faktor konfirmatori melalui LISREL Koefisien Reliabilitas Konstruk Berbobot
atau AMOS, didapatkan informasi factor
loading tiap indikator yang dapat dilihat pada Koefisien reliabilitas konstruk ini
Tabel 4. diperkenalkan oleh Hancock dan Mueller
(2000), yang menunjukkan seberapa jauh
indikator instrumen mampu merefleksikan
Tabel 4 konstruk yang hendak diukur. Koefisien ini
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
merupakan modifikasi dari koefisien reliabilitas
Pengalaman Orang Tua Tunggal
konstruk McDonald yang tidak mampu
Dimensi Butir i 1 i2
mengakomodasi bobot yang berbeda antar
1 0,5 0,75
Dimensi A 2 0,5 0,64 dimensi. Hasil modifikasi tersebut adalah
3 0,6 0,64 formula baru yang dinamakan dengan koefisien
1 0,8 0,36 reliabilitas konstruk berbobot, sebagai berikut:
Dimensi B 2 0,8 0,36
3 0,7 0,51 p
li2
Total 4,00 3,26 2
i =1 (1 l i )
w = p
l i2
1+
Berdasarkan informasi tersebut maka i =1 (1 l i )
2

besarnya reliabilitas komposit dapat diketahui,


sebagai berikut: Keterangan
l i = koefisien dimensi ke-i terstandar
42
= = 0,8307 Untuk mendapatkan besarnya koefisien
4 2 + 3,26
reliabilitas ini peneliti cukup mencari besarnya
Koefisien ini banyak dipakai oleh peneliti factor loading kuadrat tiap komponen yang
yang menggunakan analisis berbasis SEM, baik mudah didapatkan dari analisis faktor
yang menggunakan model pengukuran konfirmatori. Analisis ini dapat dilakukan
unidimensi, atau pun multidimensi (Segars, dengan menggunakan program komputasi SEM,
1997). Penerapan pada model pengukuran misalnya LISREL atau AMOS. Misalnya,
paralel maupun tau equivalent,yang sebuah instrumen pengukuran terdiri dari dua
mengasumsikan bahwa tiap indikator memiliki dimensi, yang masing-masing terdiri dari tiga
ketepatan ukur yang setara, akan didapatkan butir (Tabel 5). Setelah dianalisis melalui
RELIABILITAS PENGUKURAN MULTIDIMENSI 47

program analisis faktor konfirmatori didapatkan dikenakan.


besarnya korelasi kuadrat. Koefisien reliabilitas untuk pengukuran
multidimensi yang dipaparkan pada artikel ini
dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan
Tabel 5
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran informasi yang dibutuhkan untuk menghitung
Dimensi Butir l i2 li2 /(1 li2) reliabilitas tersebut. Jenis pertama adalah
1 0,38 0,612903 reliabilitas yang diawali dengan analisis faktor
Dimensi A 2 0,53 1,12766 konfirmatori dengan menggunakan pendekatan
3 0,59 1,439024 Model Persamaan Struktural (SEM), seperti
1 0,47 0,886792 Koefisien Reliabilitas Konstruk McDonald dan
Dimensi B 2 0,39 0,639344 Koefisien Reliabilitas Komposit Raykov. Jenis
3 0,66 1,941176
kedua adalah koefisien yang tidak memerlukan
Total 6,6469
prosedur analisis faktor, seperti Koefisien
Reliabilitas Alpha Cronbach Berstrata atau
Berdasarkan informasi tersebut maka Koefisien Reliabilitas Skor Komposit Mosier.
besarnya reliabilitas konstruk berbobot dapat Jenis reliabilitas yang akan dipakai bergantung
diketahui, sebagai berikut: pada pendekatan yang dipakai oleh peneliti.
Peneliti yang menggunakan pendekatan SEM
6,6469
w = = 0,8692 dapat memilih koefisien berbasis SEM,
1 + 6,6469
sedangkan peneliti yang menggunakan
Koefisien reliabilitas konstruk berbobot ini pendekatan konvensional dapat memilih
dapat diartikan sebagai korelasi kuadrat antara koefisien reliabilitas yang tidak berbasis SEM.
dimensi dengan skor komposit linier optimal
(optimum linear composite), sehingga beberapa Bibliografi
ahli menamakannya dengan reliabilitas
Albo, J. M., Núñez, J. L., Navarro, J. G., &
maksimal (maximal reliability).
Grijalvo, F. (2007) The Rosenberg self-
esteem scale: Translation and validation in
Kesimpulan dan Saran university students. The Spanish Journal of
Sebelum melakukan analisis untuk Psychology, 10(2), 458-467.
mengestimasi reliabilitas pengukuran yang Brouwers, A., & Tomic, W. (2001). The
dilakukan, peneliti diharapkan melakukan factorial validity of scores on the teacher
analisis faktor untuk mengidentifikasi berapa interpersonal self-efficacy scale.
jumlah dimensi yang dihasilkan. Jika hasil Educational and Psychological
identifikasi menunjukkan pengukuran lebih Measurement, 61, 433.
bersifat multidimensi, maka koefisien Cronbach, L. J., Schoneman, P., & McKie, D.
reliabilitas multidimensi dapat dikenakan. (1965). Alpha coefficient for stratified-
Namun, jika menghasilkan pengukuran yang parallel tests. Educational & Psychological
bersifat unidimensi, koefisien reliabilitas yang Measurement, 25, 291-312.
telah dikenal, seperti Alpha Cronbach, Drolet, A. L., & Morrison, D. G. (2001). Do we
Spearman-Brown, atau KR-20, dapat really need multiple-item measures in
48 WIDHIARSO

service research? Journal of Service produce artifactual factors. Journal of


Research, 3, 196–204. Management, 23(5), 659-668.
Hancock, G. R., & Mueller, R. O. (2000). Wang, T. (1998). Weights that maximize
Rethinking construct reliability within latent reliability under a congeneric model.
variable systems. Dalam Cudek, R., duToit, Applied Psychological Measurement, 22(2),
S.H.C., & Sörbom, D. (Eds.). Structural 179-187.
equation modeling: Present and future. Yurdugül, H. (2006). The comparison of
Chicago: Scientific Software International. reliability coefficients in parallel, tau-
Hwang, W. C., Chun, C., Kurasaki, K., Mak, equivalent, and congeneric measurements.
W., & Takeuchi, D.T. (2000). Factor Journal of Faculty of Educational Sciences,
validity of scores on a social support and Ankara University, 39(1), 15-37.
conflict measure among Chinese
Americans. Educational and Psychological
Measurement, 60(5).
Kamata, A., Turhan, A., & Darandari, E. (2003,
April). Estimating Reliability for
Multidimensional Composite Scale Scores.
Paper yang dipresentasikan pada the annual
meeting of American Educational Research
Association, Chicago.
McDonald, R. P. (1981). The dimensionality of
tests and items. British Journal of
Mathematical and Statistical Psychology,
34, 100–117.
Mosier, C. I. (1943). On the reliability of a
weighted composite. Psychometrika, 8, 161-
168.
Raykov, T., & Shrout, P. E. (2002). Reliability
of scales with general structure: Point and
interval estimation using a structural
equation modeling approach. Structural
Equation Modeling, 9(2), 195–212.
Segars, A. H. (1997). Assessing the
unidimensionality of measurement: A
paradigm and illustration within the context
of information systems research. Omega,
25(1), 107-121.
Spector, P., Brannick, P., & Chen, P. (1997).
When two factors don't reflect two
constructs: How item characteristics can

Anda mungkin juga menyukai