Wahyu Widhiarso
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
Pengembangan instrumen pengukuran oleh beberapa hal, antara lain, sebagai berikut:
dalam bidang psikologi banyak mengasumsikan 1. Karakteristik konstruk psikologi. Hasil
penggunaan pengukuran yang bersifat perbandingan pengujian ketepatan model pada
unidimensi,yang secara konseptual Skala Harga Diri dari Coopersmith, misalnya,
dirumuskan bahwa ada satu jenis faktor abilitas, cenderung memiliki sifat yang multidimensi
kepribadian, sifat, maupun sikap yang diukur dibanding dengan unidimensi. Hasil penelitian
oleh satu instrumen pengukuran. Namun, ini sesuai dengan yang dikatakan oleh beberapa
banyak penelitian menunjukkan bahwa asumsi ahli pengukuran psikologi, bahwa skala
unidimensi tersebut sulit dipenuhi dengan psikologi cenderung mengarah pada model
ditemukannya beberapa faktor baru yang turut multidimensi (Drolet & Morisson, 2001;
diukur dalam satu instrumen. Dengan perkataan Spector, Brannick, & Chen, 1997)
lain, instrumen psikologis yang sering dipakai 2. Adanya pelibatan aspek-aspek dalam
oleh peneliti cenderung bersifat multidimensi. penyusunan alat ukur. Penyusunan instrumen
Tingginya kecenderungan instrumen psikologis seringkali diawali dari penurunan
pengukuran bersifat multidimensi disebabkan butir-butir dari beberapa aspek teoritis,
39
40 WIDHIARSO
misalnya penyusunan skala efikasi diri yang (kepribadian) sangat rentan terhadap
diturunkan dari aspek atletik, akademik, dan kemajemukan atribut yang diukur
kehidupan sosial (Kamata, Turhan, & (multidimensi). Penelitian-penelitian telah
Darandari, 2003). Aspek-aspek ini berpotensi menujukkan bahwa hasil analisis faktor
akan membangun dimensi ukur yang berbeda terhadap pengukuran psikologi menghasilkan
sehingga pengukuran menjadi bersifat faktor yang majemuk, misalnya: (a) Hwang,
multidimensi. Chun, Kurasaki, Mak, dan Takeuchi (2000)
3. Jumlah butir di dalam instrumen. Drolet menemukan enam dimensi dalam pengukuran
dan Morisson (2001) menunjukkan bahwa dukungan sosial, (b) Albo, Núñez, Navarro, dan
multidimensionalitas skala psikologi Grijalvo (2007) membandingkan model dimensi
dipengaruhi antara lain oleh jumlah butir. harga diri dan menemukan bahwa model empat
Jumlah butir yang terlalu banyak dapat dimensi lebih tepat menggambarkan harga diri
menambah potensi penambahan varian sesatan dibanding dengan satu dimensi, serta (c) dengan
dalam butir sehingga memunculkan dimensi membandingkan indeks ketepatan model antara
baru dari dimensi yang ditetapkan semula. model efikasi diri satu faktor dan tiga faktor,
Jumlah butir dan bentuk skala mempengaruhi Brouwers dan Tomic (2001) menemukan bahwa
sikap responden terhadap butir yang kemudian model tiga dimensi memiliki indeks ketepatan
mempengaruhi tanggapan mereka terhadap alat model yang lebih tinggi dibanding dengan satu
ukur. dimensi; artinya, efikasi diri merupakan
4. Teknik penulisan butir. Spector et al. konstruk psikologi yang bersifat multidimensi.
(1997) menemukan bahwa teknik penulisan Dengan memahami kecenderungan
butir yang memiliki arah yang terbalik antara pengukuran psikologi lebih pada model
arah positif (favorable) dan negatif pengukuran multidimensi dibanding model
(unfavorable) dapat membentuk dimensi ukur unidimensi, maka diharapkan proses identifikasi
baru, padahal, dalam pengambilan data, banyak properti psikometris pengukuran psikologi
skala psikologi menggunakan teknik penulisan sudah melibatkan teknik analisis yang
butir yang berbeda arah. menggunakan model multidimensi.
5. Satuan pengukuran yang berbeda.
Pengukuran dalam bidang psikologi cenderung Koefisien Alpha dan Dimensionalitas
memiliki satuan ukur yang berbeda antara butir Pengukuran
satu dengan butir lainnya dalam sebuah
instrumen ukur. Hal ini didukung dengan antara Banyak ditemukan bahwa peneliti secara
butir satu dengan butir lainnya memiliki sepihak (arbitrary) menggunakan koefisien
kapabilitas yang berbeda sebagai indikator alpha dalam mengestimasi reliabilitas hasil
konstruk ukur. Kondisi ini akan menyebabkan pengukuran yang dilakukannya, padahal
hasil pengukuran cenderung akan bersifat koefisien alpha menghendaki adanya beberapa
multidimensi. asumsi, misalnya bahwa antara satu butir
Dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan butir lainnya dalam satu instrumen
dalam bidang psikologi, baik mengukur diharapkan memiliki unit pengukuran dan
konstruk abilitas maupun non-abilitas kecermatan yang sama dalam menjelaskan skor
murni. Hal ini berimplikasi pada fungsinya
RELIABILITAS PENGUKURAN MULTIDIMENSI 41
sebagai estimator reliabilitas lebih tepat majemuk dengan jumlah butir yang sedikit (k <
dikenakan pada pengukuran unidimensi 15), koefisien alpha menghasilkan koefisien
dibanding dengan multidimensi. reliabilitas yang rendah. Sebaliknya, pada data
Oleh karena menekankan pada homogenitas dengan jumlah butir yang banyak (k > 15),
varian butir, koefisien alpha kurang peka koefisien alpha menghasilkan koefisien
terhadap dimensionalitas data sehingga reliabilitas yang tinggi. Kesimpulan yang dapat
meskipun dikenakan pada pengukuran yang diambil dari simulasi di atas menunjukkan
multidimensi, koefisien alpha dapat bahwa koefisien alpha kurang peka terhadap
menghasilkan nilai reliabilitas yang tinggi. dimensionalitas data ketika jumlah butir lebih
Sebagai bukti keterbatasan koefisien alpha dari 15 butir. Hal ini terlihat dari nilai
dalam mengenali dimensionalitas, penulis reliabilitas yang cukup tinggi (> 0,7) pada
menyusun data simulasi yang dibedakan berbagai jumlah dimensi.
berdasarkan jumlah butir dan dimensi yang ada Rekomendasi yang dapat diberikan dari
di dalamnya. Hasil estimasi koefisien alpha hasil simulasi tersebut adalah agar para peneliti
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. lebih dahulu mengidentifikasi dimensionalitas
Hasil estimasi koefisien alpha pada data data sebelum menggunakan koefisien alpha,
menunjukkan bahwa pada data yang memiliki misalnya, dengan melakukan analisis faktor.
dimensi tunggal (unidimensi), koefisien alpha Apabila dari hasil analisis faktor ditemukan
menghasilkan koefisien reliabilitas yang tinggi struktur data adalah unidimensi, maka koefisien
pada semua jumlah butir. Estimasi koefisien alpha dapat diaplikasikan. Namun, apabila data
alpha pada kasus ini bergerak antara = 0,836 memiliki struktur multidimensi, maka peneliti
dan = 0,961. Pada kasus data berdimensi dapat mengaplikasikan koefisien alpha pada
1.0 1 dimensi
2 dimensi
0.9 3 dimensi
4 dimensi
5 dimensi
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
5 butir 10 butir 15 butir 20 butir 25 butir
Gambar 1. Perbandingan estimasi koefisien alpha pada jumlah butir dan jumlah dimensi berbeda.
42 WIDHIARSO
Tabel 2
Koefisien Reliabilitas Komposit Mosier Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Atribusi
terhadap Masalah
Pada 1943, Mosier mengembangkan sebuah Korelasi
Relia- Antar
koefisien reliabilitas yang dapat dikenakan pada
Dimensi bilitas Varian Bobot Dimensi
pengukuran yang struktur multidimensi Penyebab
0,85 25 2
(Mosier, 1943). Pengukuran yang memiliki masalah
0,4
struktur multidimensi didapatkan dari instrumen Pemecahan
0,75 36 3
masalah
yang memiliki komponen tes yang independen
dengan komponen lainnya. Misalnya, tes bakat
atau tes potensi akademik yang terdiri dari Berdasarkan informasi tersebut maka
beberapa sub tes. Koefisien ini dinamai besarnya reliabilitas komposit dapat diketahui,
reliabilitas skor komposit (reliability of sebagai berikut:
composite score) yang mampu mengakomodasi
perbedaan pembobotan pada tiap sub tes. [(22.25) + (32.36)] [(22.5.0,85) + (32.6.0, 75)
rxx ' =
Formula untuk mendapatkan besarnya [(2 2.25) + (32.36)] + [2.(2.3.5.6.0, 4)]
reliabilitas skor komposit (rxx’) ini sebagai rxx ' = 0,8310
berikut:
Karakteristik dari koefisien ini, antara lain:
( w 2j s 2j ) ( w 2j s 2j r jj ' )
rxx ' = 1 (a) reliabilitas ini dapat bernilai 1,00 apabila
( w 2j s 2j ) + 2( w j wk s j s k r jk ) semua reliabilitas komponen juga bernilai 1,00,
(b) semakin besar korelasi antar dimensi, maka
Keterangan
nilai reliabilitas yang dihasilkan semakin besar,
w 2j = bobot dimensi ke-j
dan (c) nilai reliabilitas ini cenderung lebih
r jj ' = reliabilitas dimensi ke-j
besar daripada rerata reliabilitas tiap komponen,
r jk = korelasi antar dimensi ke-i dan ke-j kecuali pada kondisi komponen memiliki
s 2j = varian dimensi ke-j reliabilitas, varian dan bobot yang sama, serta
korelasi antar komponennya adalah nol.
Untuk menghitung reliabilitas skor
Kondisi yang terakhir ini akan menghasilkan
komposit dari Mosier diperlukan informasi
44 WIDHIARSO
n n n
wi2 rii ' + wi w j rij Formula koefisien reliabilitas komposit ini
i =1 i =1 j =1
rxx ' = n n n
memiliki beberapa karakteristik, antara lain: (a)
wi2 + wi w j rij nilai reliabilitas terendah yang dapat dicapai
i =1 i =1 j =1
oleh dari koefisien reliabilitas komposit adalah
Keterangan nilai reliabilitas dimensi yang terendah, (b) jika
w j = bobot dimensi ke-j antara satu dimensi dengan dimensi lainnya
rii ' = reliabilitas dimensi ke-j memiliki korelasi yang tinggi, maka nilai
reliabilitas komposit dapat lebih tinggi daripada
rij = korelasi antar dimensi ke-i dan ke-j
reliabilitas masing-masing dimensi, serta (c)
Untuk menghitung reliabilitas komposit dari jika reliabilitas masing-masing dimensi adalah
Wang (1998) ini diperlukan informasi mengenai sama, maka reliabilitas komposit dapat
reliabilitas masing-masing dimensi, mencapai nilai maksimal apabila pembobotan
pembobotan masing-masing dimensi, dan tiap dimensi adalah setara.
korelasi antar skor dimensi. Sebagai contoh,
Koefisien Reliabilitas Komposit Raykov
sebuah Skala Nilai Kerja terdiri dari dua
dimensi, yaitu pengembangan diri (self- Raykov dan Shrout (2002) yang menyusun
enhancement) dan transendensi diri (self- koefisien reliabilitas komposit ini mengatakan
transcendence). Informasi mengenai reliabilitas bahwa reliabilitas komposit adalah varian skor
tiap dimensi dan korelasi antar dimensi dapat murni dalam kaitannya dengan varian tes.
dilihat pada Tabel 3. Formula untuk mendapatkan besarnya
Berdasarkan informasi dari Tabel 3 maka reliabilitas skor komposit (rxx’) ini adalah
besarnya reliabilitas komposit dapat diketahui, sebagai berikut:
sebagai berikut:
RELIABILITAS PENGUKURAN MULTIDIMENSI 45
X2 FAKTOR1
Keterangan X3
[ xx ' = 2
x /( 2
x + 2
e ) ]. Diperlukan informasi nilai reliabilitas konstruk yang setara dengan
mengenai factor loading terstandarisasi melalui koefisien alpha. Di sisi lain, jika diterapkan
analisis faktor konfirmatori untuk mendapatkan pada model pengukuran congeneric, yang
besarnya koefisien ini. Sebagai contoh, sebuah mengasumsikan bahwa tiap indikator memiliki
skala yang mengukur Pengalaman Orang Tua ketepatan ukur yang bervariasi, maka akan
Tunggal terdiri dari dua dimensi, yaitu didapatkan nilai reliabilitas konstruk yang lebih
pengalaman dengan keluarga dan pengalaman tinggi dibanding dengan koefisien alfa
kerja yang masing-masing terdiri dari tiga buah (Yurdugül, 2006).
butir. Setelah dianalisis dengan menggunakan
analisis faktor konfirmatori melalui LISREL Koefisien Reliabilitas Konstruk Berbobot
atau AMOS, didapatkan informasi factor
loading tiap indikator yang dapat dilihat pada Koefisien reliabilitas konstruk ini
Tabel 4. diperkenalkan oleh Hancock dan Mueller
(2000), yang menunjukkan seberapa jauh
indikator instrumen mampu merefleksikan
Tabel 4 konstruk yang hendak diukur. Koefisien ini
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
merupakan modifikasi dari koefisien reliabilitas
Pengalaman Orang Tua Tunggal
konstruk McDonald yang tidak mampu
Dimensi Butir i 1 i2
mengakomodasi bobot yang berbeda antar
1 0,5 0,75
Dimensi A 2 0,5 0,64 dimensi. Hasil modifikasi tersebut adalah
3 0,6 0,64 formula baru yang dinamakan dengan koefisien
1 0,8 0,36 reliabilitas konstruk berbobot, sebagai berikut:
Dimensi B 2 0,8 0,36
3 0,7 0,51 p
li2
Total 4,00 3,26 2
i =1 (1 l i )
w = p
l i2
1+
Berdasarkan informasi tersebut maka i =1 (1 l i )
2