Anda di halaman 1dari 46

PSIKOLOGI KONSELING

PSIKOANALISIS FREUD DAN


TERAPI ANALITIK JUNG

Disusun oleh:

Brigitta Pradnya P. (11515405)

Qonita Khairunnisa N. (15515475)

Kelas 2PA88

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

JULI 2017
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................... 1

PSIKOANALISIS FREUD..................................................................................... 2

I. Biografi........................................................................................... 2
II. Teori................................................................................................ 3
III. Akuisisi (Proses Pendewasaan)....................................................... 8
IV. Terapi.............................................................................................. 16
V. Materi Kasus................................................................................... 23
VI. Perkembangan Lebih Lanjut........................................................... 23

TERAPI ANALITIK JUNG................................................................................... 25

I. Pengantar......................................................................................... 25
II. Biografi........................................................................................... 25
III. Teori................................................................................................ 26
IV. Akuisisi (Proses Pendewasaan)....................................................... 35
V. Terapi.............................................................................................. 37
VI. Intervensi Terapeutik...................................................................... 40
VII. Materi Kasus................................................................................... 42
VIII. Perkembangan Lebih Lanjut........................................................... 42

1
PSIKOANALISIS FREUD

I. BIOGRAFI

Sigmund Freud lahir di kota kecil Freiberg yang sekarang bernama


Republik Cekoslowakia. Ia merupakan putra sulung istri kedua ayahnya
dari 7 bersaudara .Ayahnya adalah Jacob Freud, seorang pedagang wol
yang memindahkan keluarganya ke Wina saat Freud berumur empat
tahun. Pada 1873 Freud masuk University of Vienna untuk belajar
kedokteran karena memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai sifat
manusia, bukan untuk mempraktikkan kedokteran. Pada 1876, ia memulai
riset pertamanya tentang struktur kelenjar kelamin belut. Selama periode
ini, Freud memfokuskan pekerjaan yang berkaitan dengan histologi sel-sel
saraf.

Pada 1885, bermodalkan penghargaan travelling fellowship, Freud


pergi ke Paris untuk belajar di rumah sakit khusus penyakit-penyakir
syaraf yang dipimpin oleh Charcot, mempelajari teknik hipnotis untuk
menangani histeria.Pada awal 1880-an. Freud menjalin hubungan
persahabatan dengan Josef Breuer yang mengajarkannya katarsis yaitu
proses menghilangkan gejala histeria dengan cara “mengekspresikannya”,
sehingga pada 1895, Freud dan Breuer menulis sebuah makalah tentang
metode katarsis.Dan pada 1890-an baru terjadi peralihan dari katarsis ke
psikoanalisis.

Freud mulai mengembangkan ide-idenya tentang dasar-dasar


seksual neurosis, walaupun meninggalkan hipnotisme, tetapi masih
mempertahankan praktik yang mengharuskan pasiennya berbaring di sofa
sementara ia duduk di belakang pasien.Selama tahun 1897-1899, Freud

2
menulis hasil karya utamanya yaitu The Interpretation of Dreams, yang
menganalisis mimpinya.Kemudian disusul dengan hasil karya utama yang
lainnya yaitu Three Contributions to the Theory of Sex, yang menelusuri
perkembangan seksualitas sejak awal masa kanak-kanak.Pada tahun 1939,
Freud meninggal dunia di London akibat penyakit kanker rahang.

II. TEORI
a. Konsep Dasar

Walaupun banyak konsep dasar Freud ditemukan dalam The


Interpretation of Dreams (1900/1976), setelah itu ia masih terus
menerus mengembangkan dan menyempurnakan ide-idenya. Secara
umum karya Freud adalah sebagai berikut :

b. Prinsip Kesenangan

Prinsip kesenangan (pleasure principle) pada awalnya


dipresentasikan sebagai prinsip ketidaksenangan (unpleasure
principle) yang berati meningkatkan kuantitas rangsangan yang
menyenangkan untuk mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan.
Freud mengualifikasikan bahwa meskipun ada kecenderungan yang
kuat ke arah prinsip kesenangan, ada juga kekuatan-kekuatan lain
sebagai lawannya, yang pada akhirnya tidak selalu mengarah kepada
kesenangan.

c. Insting

Merupakan representasi psikologis (pikiran) dari


tuntutanbiologis atau tuntutan somatik, untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis.Freud mengasumsikan ada dua kelompok insting dasar,

3
yakni disebutnya sebagai istilah Eros dan insting destruktif.Eros
mencakup insting-insting pelestarian-diri, pelestarian spesies, cinta-
ego, dan cinta-objek.Energi Eros disebut libido.Sedangkan insting
destruktif merupakan insting merusak yang salah satunya adalah
dorongan berprilaku agresif.Sepanjang hidup, kedua insting dasar bisa
bekerja bersama-sama.Sebagai contoh, tindakan seksual yang
merupakan tindakan agresi atau saling menentang.

d. Kesadaran dan Ketidaksadaran

Freud membedakan antara kesadaran dan ketidaksadaran, yang


dari keduanya memilki tiga tingkatan, yaitu :

 Ketidaksadaran (The Unconscious) adalah materi yang tidak


dapat diterima kesadaran melalui represi. Objek psikoanalisis
adalah bantuan yang membuat sebagian materi in dapat diakses
oleh kesadaran, meskipun selama prosesnya terdapat penolakan
yang mungkin terbangkitkan akibat banyak hal yang ditekan.
 Prasadar (The Preconscious) terdiri atas semua hal yang dapat
dengan mudah ditukar dari keadaan tidak sadar menjadi ke
keadaan sadar. Jadi bersifat laten karena materinya akan dengan
mudah diakses.
 Kesadaran (Consciousness) mempunyai fungsi seperti organ
indra untuk memersepsikan kualitas-kualitas fisik. Berbeda
dengan kedua jenis ketidaksadaran, kesadaran tidak memiliki
ingatan dan keadaan kesadaran biasanya sangat sementara.

4
e. Struktur Peranti Mental

Freud menempatkan struktur peranti mental menjadi tiga


sistem atau agencies : id, ego, superego. Kesejahteraan psikologis
tergantung pada apakah ketiga sistem ini saling berhubungan secara
efektif.

 Id
Id diisi dengan energi dari insting-insting untuk selalu
berusaha mewujudkan terpuaskannya kebutuhan-kebutuhan
yang bekerja berdasarkan prinsip kepuasan.
 Ego
Ego bertindak sebagai perantara antara id dan dunia luar
yang idealnya merepresentasikan alasan dan akal sehat
(common sense).ego berusaha membawa prinsip relaitas
untuk memengaruhi id sebagai pengganti untuk prinsip
kesenangan.Ego itu mengendalikan gerakan yang disengaja
(sukarela), tetapi menginterupsi pikiran diantara pemenuhan
kebutuhan dan mengambil tindakan atas pemenuhan itu.
 Superego
Superego merupakan hasil interaksi dari lingkungan
sekitarnya, yang salah satunya adalah pengaruh
orangtuanya.Fungsi superego yang terlibat dalam observasi-
diri, adalah memuasakan tuntutan id melalui pengaruh moral
terhadap ego. Salah satu karakteristik superego adalah ego-
ideal, yang didasarkan pada kekaguman sang anak pada
orangtuanya sehingga ingin ditirunya.

5
f. Kecemasan

Freud mendefinisikan kecemasan sebagai sebuah keadaan


ketidaksenangan tertentu yang disertai dengan lecutan motorik.Sumber
kecemasan terjadi diluar kemauan ketika situasi berbahaya
muncul.Sumber kecemasan lainnya dihasilkan oleh ego ketika suatu
bahaya muncul yang berupa ancaman dan ego merasa lemah. Terdapat
tiga macam kecemasan, yaitu :

 Kecemasan realistis tentang bahaya dunia eksternal;


 Kecemasan moral tentang konflik dengan superego;
 Kecemasan neurotik tentang konflik dengan kekuatan impuls-
impuls yang bersifat insting id.

Jadi, kecemasan adalah reaksi terhadap bahaya aktual atau


sinyal yang melibatkan persepsi akan adanya bahaya yang akan
terjadi.

g. Energi Fisik, Kateksis, dan Antikateksis

Konsep energi fisik atau mental dan ditribusi antara id, ego,
dan superego merupakan hal sentral bagi psikoanalisis.Id adalah
sumber energi fisik berbasis somatik, yang diisi dengan energi yang
didapatkannya dari insting.Salah satu contoh energi fisik yang bersifat
insting adalah rangsangan seksual.Ketika ego dan superego terbentuk,
mereka juga menjadi terisi dengan energi.

Kata kateksis (cathexix—“pencurahan energi perasaan”)


menggambarkan ide tentang energi fisik yang didapatkan dari agen
mental dan proses mental, yang agak mirip dengan muatan listrik.

6
Kateksis merupakan muatan energi yang bersifat insting yang
berusaha menembakkan dan melepaskan, sementara itu, antikateksis
justru menjadi muatan energi yang memblokir dan menghambat
peembakan dan pelepasan tersebut.

Id hanya mempunyai proses primer berbagai kateksis yang


bersifat insting untuk mencari pelepasan. Akan tetapi, ego dan
superego memiliki kekuatan mendorong antikateksis yang
mengekang.Sepanjang hidup, ego adalah jalan yang dilalui untuk
mentransfer kateksis yang bersifat libido ke objek dan jalan untuk
menarik kateksis yang bersifat libido itu lagi.Dua karakteristik yang
bersifat libido adalah mobilitas (mudah untuk melalui dari satu objek
ke objek lainnya) dan yang sebaliknya, yakni fiksasi atau terikat pada
objek tertentu.

h. Biseksualitas

Freud mengamati fakta anatomis bahwa dalam setiap tubuh


laki-laki atau perempuan terdapat jejak alat lawan jenisnya yang
terbentuk secara normal, sehingga memungkinkan sudah ada
kecenderungan biseksualitas. Cara lain untuk mengatakan hal ini
adalah hanya ada satu libido dan libido itu tidak dapat ditetapkan
dengan salah satu jenis kelamin. Dengan mempelajari rangsangan-
rangsangan seksual tertutup, penelitian psikoanalitik menemukan
bahwa semua orang mampu melakukan pemilihan objek homoseksual
yang terjadi dalam ketidaksadaran.Homoseksualitas dengan derajat
tertentu adalah bawaan lahir pada setiap orang, namun hasil akhir dari
pemilihan tersebut terbentuk dari pengalaman hidup dan larangan
untuk menuju ke arah tersebut.

7
III. AKUISISI (PROSES PENDEWASAAN)
a. Amnesia Seksualitas Masa Kanak-Kanak

Freud menggunakan istilah “amnesia infantil” untuk


menyebutkan fenomena yang diselubungkan pada pengalaman
seksual awal.Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa awal
kehidupan seksualnya terjadi sejak masa kanak-kanaknya.
Pengalaman infantil pada masa kanak-kanak dapat meninggalkan
jejak yang dalam pada kehidupan psikis individu, yang merupakan
penentu-penentu yang cukup berarti bagi perkembangannya di masa
depan karena masa kanak-kanak adalah masa ketika individu paling
mudah dipengaruhi.

b. Perkembangan Seksual

Terjadi dalam dua tahap.Tahap pertama atau tahap pragenital


adalah perkembangan seksual yang mencapai klimaks menjelang
akhir masa balita.Setelah itu ada periode “tidur” atau periode
latensi.Tahap kedua atau tahap genital dimulai dengan kemunculan
kembali impuls seksual pada saat menstruasi atau pubertas.

 Tahap pragenital (sejak lahir sampai kira-kira umur enam


tahun)

Tahap pra-genital itu terdiri atas tiga fase organisasi


seksual yang terpisah, yaitu :

a) Fase oral (18 bulan pertama)

Organ pertama yang menjadi daerah erogen adalah


mulut, tingkah laku bayi mengisap bukan hanya karena
kebutuhannya untuk mengambil makanan, namun dapat

8
dianggap untuk mencari kenikmatan dan kesenangan organ
seksual yang tidak ada kaitannya dengan makanan.

b) Fase anal (18 bulan sampai tiga tahun)

Organ kedua yang menjadi daerah erogen adalah anus,


dan perkembangan seksual normal pindah dari fase oral ke
fase anal-sadistik.

c) Fase falik (bangkitnya berahi) (sekitar 3 sampai 5 atau 6


tahun)

Organ ketiga yang menjadi daerah erogen adalah


kelamin. Periode perkembangan seksual yang terjadi pada
organ seksual laki-laki (falus) dan klitoris perempuan itu
menjadi penting dan dikenal dengan fase falik (bangkitnya
berahi), yang dimulai dari usia tiga tahun. Fase Oedipus
adalah bagian fase falik untuk kedua jenis kelamin yang
akan diterangkan sebgai berikut:

Oedipus Complex

Untuk anak laki-laki

Pada usia dini, anak laki-laki mengembangkan objek


pencurahan energi emosi kepada ibunya dan
mengidentifikasikan diri sebagai ayahnya. Selama fase
bangkitnya berahi jantan, objek pencurahan energi emosi
terhadap ibunya semakin sensitif dan ingin sekali
menyingkirkan ayahnya dan menggantikan posisi ayah di
samping ibunya.Ancaman kastrasi (“penynatan”)
menyababkan anak laki-laki mengabaikan dan menekan

9
keinginan inses ini. Resolusi Oedipus Complex anak laki-
laki menyebabkan tersingkirnya kateksis-objek terhadap
ibunya, yang bisa mengakibatkan identifikasi diri ayahnya,
dan juga terjadi konsolidasi maskulinitas dalam karakternya.
Situasi Oedipus sering kali lebih kompleks karena
kecendrungan biseksual anak. Jadi, alih-alih afeksi terhadap
ibunya dan ambivalensi terhadap ayahnya, ia mungkin
memiliki campuran afeksi dan ambivalensi terhadap
masing-masing orangtuanya. Freud mengamati bahwa “pada
kedua jenis kelamin relatif dari kecenderungan seksual
maskulin atau feminim itu ditentukan oleh situasi Oedipus
yang teridentifikasi kepada ayahnya atau kepada ibunya”
(1923/1962: 23).Mungkin lebih akurat untuk
mempertimbangkan hasilnya sebagai identifikasi
predominan daripada identifikasi ekslusif dengan salah satu
orangtua. Freud lebih jauh menegaskan bahwa khususnya
pada penderita neurotik, sebaiknya diasumsikan sebagai
Oedipus Complex biseksual.

Untuk anak perempuan

Seperti halnya anak laki-laki, ibunya adalh objek pertama


cintanya. Selama fase bangkitnya berahi, klitoris adalah
daerah erogen predominannya. Freud beranggapan bahwa
selama perkembangan anak perempuan ke femininitas ia
seharusnya mengubah daerah erogen predominannya (ke
vagina) dan juga jenis objek cintanya. Kelekatan yang kuat
anak perempuan dengan ibunya berakhir katika anak

10
perempuan itu, ketika menemukan inferriotitas kitorisnya
dan adanya fakta bahwa ia tidak memiliki penis,
menganggap ibunyalah yang harus bertanggung jawab.
Penis envy atau keinginan memliki penis adalah ciri sifat
feminin yang sangat penting. Keinginan untuk memiliki
penis-baby dari ayahnya menggantikan keinginan untuk
memiliki penis, dan inilah tahap anak perempuan telah
memasuki situasi Oedipus-nya, yang mengidamkan
ayahnya dan ingin menyingkirkan ibunya.sekali lagi
situasinya dapat diperkompleks oleh kecenderungan
biseksualnya. Anak lelaki tetap berada dalam situasi
Oedipus-nya untuk bats waktu yang tidak tentu dan lambat
mengatasinnya dan sering kali tidak tuntas. Sementara itu,
anak perempuan terdorong untuk mengulangi oedipus
complex-nya melalui kekuatan akan kastrasi (pengebirian),
anak perempuan tidak memiliki motivasi semacam itu.
Seiring berjalannya waktu, Oedipus Complexperempuannya
melemah, sebagai akibat kekecewaan yang mau tidak mau
pasti terjadi yang diterima dari ayahnya.

 Tahap latensi (sulit mengubah kebiasaan) (sekitar 6 sampai


12 tahun)

Latensi itu bisa total atau parsial dan, selama periode ini,
berbagai kekangan seksual berkembang. Salah satu mekanisme
yang digunakan untuk mengalihkan energi seksual disebut
sublimation (sublimasi) atau displacement (pemindahan) libido
ke pencarian tujuan dan budaya baru.Dalam perkembangannya,

11
libido memunculkan antikateksis atau reaksi-reaksi yang
bertentangan seperti jijik, malu, dan sok moralis.

 Tahap genital (umur 12 tahun dan seterusnya)

Tahap genital, yang dimulai pada saat menstruasi atau


pubertas, melibatkan subordinasi semua sumber perasaan seksual
pada keunggulan daerah genital. Pencurahan energi libido
sebelumnya mungkin masig dipertahankan, yang dimasukkan
dalam aktivitas atau tindakan pendahuluan atu tindakan
penunjang seksual, ditekan atau dialihkan dengan cara tertentu.
Oleh karena perkembangan seksual sebelumnya yang cukup
memadai, individu sekarang siap terlibat hubungan genital
heteroseksual.

c. Identifikasi

Identifikasi adalah sebuah konsep yang penting untuk


memahami perkembangan ego dan superego. Identifikasi dapat dilihat
dengan tiga cara:

1. Sebagai bentuk asli pertalian emosional dengan suatu objek:


2. Sebagai pengganti sikap regresif yang bertalian dengan objek
libido dengan cara introyeksi (pemasukan sikap atau gagasan ke
dalam diri secara tidak sadar) objek dengan ego, sehingga ego
memiliki karakteristik objek itu (misalnya, seorang pasien
perempuan yang menirukan batuk ayahnya); dan
3. Sebagai perasaan yang ditimbulkan oleh persepsi kualitas yang
sam dengan orang lain yang tidak dicurahi perasaan secara libido.

Perkembangan superego dapat dialihat dalam kaitannya dengan


identifikasi pada parental agency, yang dengan cara itu remaja yang

12
ingin menjadi seperti orangtuanya, mencetak egonya dengan gaya
orang yang diambil sebagai modelnya.

d. Mekanisme Pertahanan

Selama tahun-tahun pertama dari pertumbuhan anak, egonya


relatif lemah, kecemasan dapat timbul karena kehilangan objek atau
kehilangan cinta, yang bisa menetap sampai fase-fase
selanjutnya.Untuk mengatsi sumber-sumber kecemasan, ego
menggunakan berbagai mekanisme pertahanan. Mekanisme
pertahanan adalah gaya kekanak-kanakan yang bekerja secara tidak
sadar dan dapat menghalangi perilaku realistis. Pada kenyataannya,
banyak individu tidak menggunakan semua mekanisme pertahanan
yang memungkinkan bisa dipakai, tetapi memilih sebagian, yang
sudah terikat perasaan di dalam egonya.

Mekanisme Pertahanan Utama Ego

 Repression (represi)adalahmenekan impuls ke bawah sadar.


 Reaction-formation (pembentukan reaksi) adalah mengganti
impuls dengan kebalikannya.
 Projection (proyeksi) adalah memproyeksikan impulsnya pada
orang lain (seolah-olah orang lain yang memiliki impuls
tersebut).
 Fixation (fiksasi) adalah berhenti di satu fase tertentu karena
fase berikutnya menimbulkan kecemasan.
 Regression (regresi) adalah mundur ke cara di masa lalu.

e. Perkembangan Normal

13
Perkembangan kepribadian normal dapat dilihat dalam
kaitannya dengan tiga uraian yang saling berkaitan:

1. Perkembangan libido seksualitas individu, yang dimulai dengan


bercampurnya kecenderungan kebiasaan kekanak-kanakan
dengan seksualitas genital dalam fase-fase yang bersifat
tumpang-tindih, yang diinterupsi oleh periode latensi;
2. Perkembangan ego (pada saat mendapatkan kemampuan untuk
menjembatani antara tuntutan yang bersifat insting dengan
realitas dunia eksternal) dan perkembangan superego (yang
didasrkan pada identifikasi pada pengaruh-pengaruh orangtua);
3. Ditetapkannya mekanisme pertahanan yang disukai ego untuk
mengalihkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh
kekuatan berlanjut dari impuls-impuls libido id.

Jadi, perembangan yang normal ternyata melalui tahap-tahap


pergantian kematangan seksual tanpa fiksasi dan regresi yang penting,
pengembangan ego untuk menghadapi dunia eksternal secara efektif,
pengembangan superego berdasakan identifikasi-identifikasi yang
konstruktif tanpa penghukuman yang bersifat moral, dan
pengembangan mekanisme-mekanisme pertahanan yang menyedot
habis sebagian energi id tanpa pembatasan serius terhadap fungsi ego.
Perkembangan normal adalah sebuah proses dinamis yang melibatkan
distribusi dan redistribusi terus-menerus energi fisik di antara ketiga
sistem perantimental yakni id, ego, dan superego.

f. Perkembangan dan Aktivitas Neurosis

Freud melihat bahwa faktor biologis, filogenetik, dan


psikologis masing-masing memiliki konstribusi pada neurosis.

14
Faktor biologis adalah binatang-manusia yang lahir dalam
keadaan relatif belum selesai dan oleh sebab itu harus menjalani
periode ketidakberdayaan dan dependensi yang panjang.

Faktor filogenetik disimpulkan dari interupsi periode latensi


(tersembunyi) dalam perkembangan seksual manusia, sementara itu
kematangan seksual binatang-binatang lainnya berlangsung tanpa
interupsi.

Faktor psikologis melibatkan tiga elemen yang secara bersama-


sama menciptakan konflik neurotik patogenik:

1. Menggagalkan impuls-impuls seksual atau pembendungan


insting seksual oleh ego. Represi sanagt mungkin terjadi di
masa bayi dan masa kanak-kanak awal, ketika belum
berkembang dan lemah dalam kaitannya dengan kekuatan
impuls-impuls seksual.
2. Transformasi impuls-impuls seksual yang digagalkan menjadi
gejala-gejala neurotik.impuls-impuls seksual yang digagalkan
dan frustasi mungkin tidak hilang, namun ditransformasikan
menjadi gejala-gejala neurotik.
3. Represi yang sebelumnya digunakan kurang memadai.
Sementara itu, represi barangkali efektif selama masa kanak-
kanak awal dan pada periode latensi, namun pada akhirnya bisa
menjadi kurang memadai dengan bangkitnya insting-insting
seksual pada saat menstruasi dan pubertas.

15
IV. TERAPI
a. Tujuan terapi
Tujuan psikonalisis rangkap tiga, yaitu:
1. Id yang tidak terlalu terkonstruksi –pembebasan impuls;
2. Ego yang lebih kuat—penguatan fungsi berbasis-realitas,
termasuk memperluas persepsi-persepsinya sehingga sesuai
dengan lebih banyak id; dan
3. Superego yang lebih manusiawi –pengubahan konten superego
sehingga ia mewakili standar moral yang lebih manusiwi dan
tidak bersifat menghukum

Salah satu definisi neurotik adalah seseorang yang tidak bisa


merasakan kesenangan dan efisiensi. Agar bisa merasakan
kesenagan,penderita neurotik membutuhkan kemampuanuntuk
menyebarkan libido mereka ke objek-objek riil dan tidak
mentransformasikannnya menjadi gejala-gejala.

Freud menganggap penanganan psikoanalitik efektif untuk


sejumlah penyakit syaraf,seperti histeria, kecemasan, dan neurosis
obsesional. Oleh karena aliansi antara analis dan ego klien bersifat
mutualistis, maka ego klien perlu mempertahankan koherensi dengan
orientasi realitas pada tingkat minimum.

b. Proses terapi
Freud melihat praktik psikoanalisis memiliki tiga bagianutama:
1. Menyokong ego klien yang melemah untuk berpartisipasi dalam
pekerjaan intelektual, yaitu interpretasi, untuk mengisi kesenjangan
sumber-sumber mentalnya dan mentransfer otoritas superegonya
kepada analis;

16
2. Menstimulasi ego klien untuk berjuang melawan setiap tuntutan id
dan mengalahkan resistensi yang timbul dalam kaitannya dengan
tuntutan-tuntutan id itu; dan
3. Memulihkan ego klien “dengan mendeteksi materi dan impuls-
impuls yang telah memaksnya masuk ke ketidaksadaran”
(freud,1949: 77). Materi tersebut dilacak baik ke asal muasalnya
dan dikritik.

Psikoanalisis adalah sebuah proses reedukasi (pendidikan ulang) ego.


Represi dilembagakan jika ego klien lemah.Akan tetapi, sekarang ego
klien tidak hanya telah tumbuh lebih kuat, tetapi juga memiliki sekutu
dalam analisis.Metode-metode yang digunakan analis untuk membantu
ego yang melemah untuk mengangkat represi mereka, mendapatkan
insight, dan membuat jeputusan-keputusan yang realistis didiskusikan di
bawah ini.

Terapi psikoanalitik klasik sering kali melibatkan paling sedikit empat


sesi per minggu di mana setiap seksi berlangsung paling sedikit 45
menit.Perjalanan terapi psikoanalitik bisa memakan waktu beberapa tahun.
Freud beranggapan bahwa kesuksesan psikoanalisis bergantung pada
hubungan kuantitatif antara banyaknya energi yang dapat dimobilisasi
analis pada diri klien demi keuntungan klien dibandingkan dengan
banyaknya energi kekuatan-kekuatan yang bekerja melawan mereka.

c. Relasi Terapeutis

Pada masing-masing ruangan itu ada sebuah bangku panjang


tanpa sandaran, tetapi salah satu ujungnya dinaikan sehingga kepala klien
dapat diletakkan dengan nyaman di sana. Bantal-bantal diletakkan di
punggung bangku panjang menempel ke dinding.Selembar permadani
timur-tengah menggantung didinding tepat di atas bangku panjang yang

17
ditutupi dengan selembar permadani yang tebal.Tub chair Freud yang
menghadap ke dalam ruang diletakkan menempel ke dinding di belakang
bagian bangku panjang yang ditinggikan. Sifat dan peletakan perabot
dalam psikoanalisis menunjukan bahwa ini akan menjadi sebuah
hubungan yang jauh dari interaksi sosial normal: sebagai contoh, klien
tidak dapat melihat terapis yang, pada gilirannya, tidak dapat melihat
wajah klien secara langsung.

Duduk di belakang bangku panjang dan oleh sebab itu mengambil


jarak secara fisik, analis mendorong klien untuk menagatakan apa pun
yang terlintas di benaknya tanpa sensor. Salah satu fitur utama relasi
terapeutik adalah pengembangan transferensi, yang nanti akan
didiskusikan. Selain posisi klien dan terapis, sejumlah fitur lain hubunga
terapi –klien dimaksudkan untuk mendorong klien mengungkapkan
rahasia-rahasia intim dalam pikiran mereka. Terapis tetap anonim dalam
kaitannya dengan kehidupan dan pandangan pribadinya. Analis menjaga
agar hubungannya dengan klien tetap formal.pada saat yang sam, ia
terlibat intens dalam membantu klien mendapatkan insight, penuh kasih
sayang,tetapi menjauhkan diri secara emosional.

Aspek-aspek praktis kontrak terapeutik diatur dengan


ketat.Misalnya, klien diharapkan menaati jadwal pertemuan dan ongkos
yang telah ditetapkan.Bahkan, Freud pun mempunyai masalah dengan
utang, salah satunya berkontribusi pada slip of tongue (selip lidah) dan
mungkin mengungkapkan pemenuhan keinginan yang tidak disadari.Freud
(1901/1960) berulang kali keliru menyebut Mrs. James, yang tidak mau
membayar ongkos penanganannya, sebagai Mrs. Smith, yang selalu
membayar ongkos terapinya dengan taat.

18
d. Intervensi Terapeutik
1) Asosiasi Bebas

Aturan fundamental bagi klien adalah asosiasi bebas.Klien


harus mengatakan kepada analisnya semua hal yang terjadi pada
dirinya, bahkan jika hal itu tidak menyenangkan atau tampak tidak
ada artinya.Sejauh mungkin klien didorong untuk tidak mengkritik
dirinya dan menyampaikan segala pikiran, perasaan, ide, kenangan,
dan asosiasi mereka secara bebas.Tujuannya adalah untuk membantu
mengangkat represi dengan membuat materi yang tidak disadari
menjadi semakin disadari.

2) Resistensi

Asosiasi bebas tidak benar-benar bebas dalam arti bahwa klien


berasosiasi dalm konteks situasi analitik.Pada tingkat paling
sederhana, resistensi melibatkan secara sengaja untuk tidak menaati
aturan fundamental. Freud mendeskripsikan semua kekuatan berupa
resistensi klien dan menemukan lima macam resistensi, yaitu:

 Resistensi represi yang dideskripsikan diatas;


 Resistensi tranferensi yang disebutkan berikut ini;
 Resistensi untuk melepaskan keuntungan yang didapat dari
keadaan sakitnya;
 Resistensi id, yang mungkin menolak perubahan pada cara
pemuasannya dan merasa perlu untuk “menelaah” medium
pemuasan baru;
 Resistensi, yang berasal dari superego, rasa bersalah atau
kebutuhan akan hukuman yang tidak disadari yang menolak semua
kesuksesan melalui analisis. Klien merasa dirinya harus tetap sakit

19
karena mereka tidak pantas untuk membaik. Resistensi ini
merupakan yang paling kuat dan paling ditakutkan oleh analis.

Kekuatan yang membantu analis untuk mengatasi resistensi-


resistensi klien adalah keinginan untuk sembuh dari klien, minat
klien pada saat proses analitik, dan relasi positif klien dengan
analisnya.

e. Tranferensi (Pemindahan Perasaan dan Sikap)

Tranferensi merepresentasikan perkembangan neurosis asli


menjadi neurosis tranferensi dalam hubungannya dengan analis.Hal
tersebut dikarenakan Freud menganggap penting hubungannya dengan
klien, sehingga seringkali menemukan klien memersepsi analis sebagai
reinkarnasi figur penting dari masa kanak-kanaknya dan memindahkan
figur itu kepada analis. Tranferensi setidaknya memiliki tiga keuntungan,
diantaranya :

 Jika dimulai dengan sikap positif akan banyak membantu analis,


karena klien berusaha menyenangkan analis. Ego yang lemah dapat
menjadi lebih kuat.
 Jika klien menempatkan analis pada posisi ibu atau ayahnya, hal itu
akan memberinya akses kekuasaan yang dimiliki superego atas
egonya, sehingga dapat memperbaiki kesalahan orangtua dalam
“mendidik” klien pada masa lalu.
 Dalam tranferensi klien mereproduksi, dan bukan sekedar
mengingat, bagian-bagian penting dalam sejarah hidupnya.

Jika penerapannya tidak dilakukan secara bervariasi, tranferensi


bisa berubah menjadi negatif dan terjadilah permusuhan, sehingga
berbelok menjadi resistensi.Penanganan tranferensi harus berulang kali

20
ditunjukkan kepada klien dalam bentuk perasaan mereka pada masa kecil.
Dalm hal ini, analis harus berhati-hati agar proses tranferensi tidak
menjadi di luar kontrol.

1) Interpretasi

Interpretasi dapat difokuskan pada apa yang telah terjadi


kepada klien dan telah dilupakannya dan mengenai apa yang sekarang
terjadi pada klien, yang tidak dipahaminya. Interpretasi adalah sarana
yang digunakan untuk mentransformasikan materi yang direpresi dan
tidak disadari menjadi materi pra-sadar dan kemudian disadari.Materi
untuk interpretasi diperoleh dari sejumlah sumber seperti asosiasi
bebas, selip lidah, mimpi klien, dan hubungan tranferensi klien
dengan analis.Oleh karena itu, klien perlu didekatkan pada kondisi
insight sebelum analis membuat interpretasi.

2) Tafsir Mimpi

Menafsirkan mimpi merupakan representasi salah satu bagian


penting dari pekerjaan analis.Mimpi ini menginformasikan kepada
Freud bahwa “mimpi dapat diselipkan ke dalam rantai psikis yang
harus dilacak mundur dalam ingatan dari sebuah ide patologis”
(Freud, 1900/1976: 175).Selama tidur, ego mengurangi represinya
dan oleh sebab itu materi tidak-sadar menjadi materi-sadar dalam
bentuk mimpi.Freud melihat mimpi sebagai pemenuhan tersamar dari
keinginan-keinginan yang direpresi.

21
Contoh Tafsir Mimpi

Konteksnya

Freud telah memberikan penanganan psikoanalitik kepada Irma,


teman baik Freud dan keluarganya.Penanganannya sebagian berhasil
dalam arti bahwa Irma sudah sembuh dari kecemasan histerianya,
namun tanpa kehilangan seluruh gejala somatiknya. Pada suatu hari
freud menerima kunjungan seorang kolega yuniornya yang bernama
Otto, yang tinggal bersama Irma dan keluarganya disebuah rumah
peristirahatan di pedesaan. Otto menjawab pertanyaan Freud tentang
Irma sebagai berikut : “Dia sudah lebih baik, tetapi belum terlalu
baik”. Freud terusik dengan kata-kata Otto, dan mendeteksi celaan
didalmnay. Malam itu ia menulis riwayat kasus Irma dan berpikir
untuk memberikannya kepada Mr. M, teman mereka berdua.

Mimpinya

Malam atau pagi berikutnya, Freud bermimpi, yang dicatatnya


sesegera mungkin setelah ia bangun. Mimpi itu melibatkan Irma,
Otto, dan Mr. M, dan seorang teman yang disebut Leopold.Tanpa
memperincinya terlalu jauh, dalam mimpi itu Otto terimplikasi dalam
menginfeksi Irma dengan memberinya suntikan dengan jarum suntik
yang mungkin tidak bersih.

Tafsir mimpinya

Kesimpulan tafsir Freud terhadap mimpinya adalah bukan ia yang


bertanggung jawab atas presistensi kesakitan Irma saat ini, tetapi
Otto. Freud menyimpulkan mimpinya: “Jadi isinya adalah
pemenuhan keinginan dan motifnya adalah sebuah keinginan”
(1900/1976: 196).

22
V. MATERI KASUS
a. Dora adalah seorang perempuan berusia 18 tahun. Analisis Freud
mengungkapkan bahwa gejala-gejala histerianya adalah manifestasi dari
impuls-impuls seksualyang direpresi, termasuk cinta homoseksualnya
kepada istri pengagum lamanya (Freud,1905/1963);
b. Little Hans, lima thaun, takut pada seekor kuda, kalau-kalau
menggitnyasaat ia pergi ke jalan. Freud membantu ayah Hans yang dokter
dan tidak menangani Hans secara langsung. Analisisnya adalah
mendemonstrasikan bahwa ketakutan Hans mengekspresikan dinamika
fase falik, termasuk Oedipus complex dan kecemasan akut (Freud,
1909/1955);
c. Schreber adalah hakim pengadilan namding yang menulis tentang
penyakitnya yang didiagnosis paranoia. Berdasarkan tulisan Schreber,
analisi Freud menunjukkan bagaimana delusi paranoid Schreber berkaitan
dengan seksualitas latennya (Freud, 1911/1958);
d. Wolf Man, dalam usia 20-an terkena gonorrhoea, yang pada gilirannya
memicu kecemasan akan dikebiri. Analisis Freud menetapkan hubungan
antara kecemasan pengebirian dalam mimpi masa kanak-kanak yang
menakutkan sebagaimana ketakutannya terhadap serigala setelah melihat
riil atau membayangkan hubungan seksual orangtuanya (Freud,
1918/1955).

VI. PERKEMBANGAN LEBIH LANJUT


a. Psikoanalisis Kontemporer

Istilah Freudian Kontemporer diadopsi sekitar 20 tahun yang lalu


untuk merefleksikan berbagai perkembangan dalam psikoanalisis setelah
kematian Freud. Akan tetapi, masih ada sebagian psikoanalis yang
berpraktik dengan gaya Freudian yang lebih tradisional.

23
Hal yang sangat penting dalam praktik psikoanalisis Freudian
Kontemporer adalah interpretasi trnasferensi.Meskipun ada variasi tertentu
dlam penekanan, Freudian Kontemporer cenderung menganggap hasil
terapi berkaitan dengan reevaluasi yang sukses terhadap pola-pola
hubungan yang menjadi bisa diakses melalui analisis dan interpretasi
fenomena transferensi.

b. Freud sebagai Stimulus yang Lain

Psikoanalisis, yang didasarkan pada model Freudian, terus


berkembang dan berevolusi. Salah satu stimulus untuk perubahan adalah
masalah karena seiring berjalannya waktu masalah cenderung
berubah.Misalnya, gejala histeria dan konversi sekarang tidak begitu
sering, namun ada peningkatan pada penderitaan klien akibat gangguan
karakter masokhistik dan neurosis narsistik (Arlow, 2005).

Beberapa analis juga telah mengembangkan berbagai bentuk terapi


psikoanalitik. Alasan-alasan untuk psikoanalisis jangka pendek yang
diharapkan lebih hemat biaya; fakta bahwa pemerintah, asuransi kesehatan,
dan kebanyakan individu secara pribadi tidak mampu membayar terapi
jangka panjang; dan untuk memenuhi tekanan kebutuhan menangani lebih
banyak orang.Terapi psikoanalitik kelompok juga ada, namun tidak
mengikuti pendekatan Freud secara ketat (strict), tetapi merefleksikan
integrasi berbagai cabang pemikiran psikoanalitik.

24
TERAPI ANALITIK JUNG

I. PENGANTAR
Apa yang disebut “psikologi analitik” oleh Jung sebagian berakar pada
psikoanalisis Freudian. Akan tetapi Jung mengembangkan teori dan praktik
psikodinamik yang sangat berbeda dengan Freud. Jung dan Freud sangat
berbeda dalam pandangannya tentang ketidaksadaran. Freud lebih
menekankan represi seksual, sedangkan Jung menganggap bahwa di tingkat
terdalamnya, ketidaksadaran terdiri atas arketipe, atau kemungkinan-
kemungkinan aprehensi (ketakutan atau kecemasan samar-samar terhadap
suatu peristiwa yang mungkin bisa terjadi di masa depan) dan representasi
psikologis yang dibawa sejak lahir, yang mungkin kemudian diekspresikan
dalam bentuk berbagai mitos dan simbol universal.

II. BIOGRAFI
Carl Gustav Jung lahir di Kesswil, sebuah desa kecil di tepi Danau
Constance di timur-laut Swiss pada Bulan Juli tahun 1875. Ayah Jung adalah
seorang pendeta Gereja Reformasi Swiss dan ibunya adalah putrid dari sebuah
keluarga Basel yang cukup berada.Jung adalah seorang anak yang introver,
sensitif, suka menyendiri, dan kesepian. Orangtuanya, Paul dan Emilie,
memiliki perkawinan yang penuh masalah.
Pada tahun 1879, kelaurga Jung pindah ke Klein Hungen, dekat Basel.
Jung pernah mengalami periode fainting spells (sering pingsan sebentar) yang
berkaitan dengan sekolah. Ia juga melihat dirinya sebagai dua orang yang
berbeda: anak sekolah yang kurang cerdas yang bekerja lebih keras dan lebih
sopan dibanding banyak anak laki-laki lain dan seorang laki-laki tua yang

25
tidak memercayai manusia, tetapi dekat dengan alam, mimpi, dan apapun
yang dilakukan Tuhan melalui dirinya.
Jung menjadi dosen di bidang psikiatri di University of Zurich dan
dokter senior di klinik psikiatri (1905). Mengembangkan ide tentang
ketidaksadaran kolektif selama periode konfrontasinya dengan
ketidaksadarannya sendiri.
Setelah putus hubungan dengan Freud, Jung mengalami krisis paruh-
baya berat yang berlangsung antara tahun 1913-1918, yang membawanya ke
tubir kegilaan. Ia mengembangkan ide tentang ketidaksadaran kolektif selama
periode konfrontasinya dengan ketidaksadarannya sendiri.

III. TEORI
a. Konsep-Konsep Dasar
Jung menggunakan istilah psyche untuk menyebut pikiran/jiwa,
dan membedakan tiga tingkat psikis kesadaran. Psikologinya adalah
psikologi dinamis yang memberikan perhatian pada distribusi energy
psikis diantara berbagai tingkat psikis yang berbeda. Jung juga
menyodorkan tipologi berbagai tipe kepribadian.

b. Struktur Psike
 Kesadaran
Kesadaran adalah hal yang dapat dirasakan oleh ego
(pusatkesadaran, namun bukan inti dari kesadaran). Kesadaran
adalah sebuah fenomena intermittent (sebentar-sebentar) ketika
seseorang memasuki ketidaksadaran setiap kali mereka pergi
tidur. Pikiran sadar itu sempit karena pikiran itu setiap saat
hanya dapat menahan beberapa konten simultan. Kesadaran
bersifat sementara.

26
Ego member seseorang perasaan identitas dan
kontinuitas, dan ego juga mempunyai tugas-tugas ekesternal
maupun internal. Tugas eksternalnya adalah menyediakan
sistem hubungan antara kesadaran dan fakta-fakta serta data
yang berasal dari lingkungan, empat fungsi yang digunakan
ego untuk melaksanakan fungsi ini adalah sensasi, pikiran,
perasaan, dan intuisi. Tugas internal ego adalah menyediakan
sistem hubungan antara konten kesadaran dan proses
ketidaksadaran.

 Ketidaksadaran pribadi
Ketidaksadaran pribadi mutlak bersifat pribadi, dan
dimasukkan ke dalam dua kategori utama.
1. Ada materi yang kehilangan intensitasnya karena
dilupakan atau direpresi.
2. Ada materi yang tidak pernah memiliki intensitas yang
cukup untuk mencapai kesadaran, tetapi entah
bagaimana telah memasuki psike (contoh: beberapa
kesan-peginderaan (sense-impression).

Kompleks (complex) adalah salah satu fitur penting


ketidaksadaran pribadi. Kompleks adalah akumulasi
asosisasi, kadang-kadang bersifat traumatic, sehingga
mempunyai konten emosional yang kuat.

Salah satu contoh kompleks adalah kompleks ibu. Jung


menganggap bahwa “ibu selalu memainkan peran aktif
dalam asal muasal gangguan”. Efek tipikal kompleks ibu
pada anak laki-laki adalah homoseksualitas, Don /juanisme,

27
dan kadang-kadang impotensi. Contoh lain dari kompleks,
termasuk kompleks yang berkaitan dnegan inferioritas,
seks, kecantikan, estetik, dan uang.

 Ketidaksadaran kolektif
Ketidaksadaran kolektif ada di tingkat ketidaksadaran
yang terdalam terdapat gudang historis kolektif dan universal
yang isinya menjadi bagian dari umat manusia secara umum.
Jika konten ketidaksadaran pribadi berutang eksistensi pada
pada pengalaman pribadi, maka ketidaksadaran kolektif
berutang eksistensi pada keturunan (sudah mengakar dari masa
lalu seluruh spesies).
Arketipe (archetype) adalah kemungkinan-
kemungkinan atau pola-pola untuk representasi yang dibawa
sejak lahir. Arketipe merupakan bayangan-bayangan leluhur
atau arkaik (arche) yang datang dari ketidaksadaran kolektif.
Jike ketidaksadaran pribadi sebagian besar terdiri dari
kompleks-kompleks, konten ketidaksadaran kolektif pada
dasarnya terdiri atas arketipe-arketipe. Arketipe menyediakan
pola-pola instingtif untuk aktivitas mental.
Arketipe-arketipe yang penting dalam menentukan
perkembangan kepribadian termasuk persona, anima dana
nimus, shadow, dan self.
1. Persona
Persona adalah sisi kepribadian yang
ditunjukkan orang kepada dunia. Di itngkat pertama,
persona adalah istema daptasi seseorang atau cara
seseorang menghadapi dunia. Di tingkat yang lain,
persona bukan sekedar topeng seseorang, tetapi topeng

28
psike kolektif, “topeng yang mempura-purakan
individualitas, yang membuat orang lain dan dirinya
percaya bahwa dirinya adalah seorang individu, orang
hanya sekedar emmainkan peran yang dijadikan sarana
oleh psike kolektif untuk berbicara.”

2. Anima dan animus


Anima adalah personifiaksi sifat feminim dalam
ketidaksadaran seorang laki-lai, dan animus adalah
personifikasi sifat maskulin dalam ketidaksadaran
seorang perempuan. Anima terdiri atas perasaan-
perasaan yang mendistorsi dan memengaruhi
pemahaman laki-laki, sedangkan animus terdiri atas
pendapat-pendapat spontan, tidak direnungkan
sebelumnya, yang memberikan pengaruh kuat pada
kehidupan emosional perempuan. (Jika anima
menghasilkan moods (suasana perasaan), maka animus
menghasilkan opinions (opini/pendapat), dan jika
suasana perasaan seorang laki-laki timbul dari altar
belakang yang kabur, maka opini perempuan didasari
oleh asumsi sebelumnya yang sama-sama tidak
disadari).

3. Shadow
Shadow merupakan arketipe dari kegelapan dan
represi yang menampilkan kualitas-kualitas yang tidak
kita akui keberadaannya, serta berusaha disembunyikan
dari diri sendiri dan orang lain. Sebagian besar shadow
terdiri atas berbagai cirri sifat inferior kepribadian yang

29
tidak ingin diakui individu. Meskipun Jung
menekankan aspek-aspek yang lebi hgelap dari
shadow, ia mengakui bahwa shadow juga
memperlihatkan beberapa kualitas baik, seperti insting-
insting normal, reaksi-reaksi yang teapt, insight yang
realistis, dan impuls-impuls kreatif. Shadow bersifat
kompensatorik bagi kesadaran dan efeknya bisa positif
maupun negatif.

4. Self
Self adalah arketipe sentral, arketipe ketertiban.
Self yang mengekspresikan kesatuan kepribadian
sebagai sebuah keseluruhan meliputi komponen-
komponen sadar maupun tidak sadar. Symbol utama
kestuan arketipe self adalah mandala. Kata mandala
(lingkaran) adalah bentuk lingkaran yang sering kali
mengandung quaternity (kelompok empat).

Simbol adalah imaji/gambaran yang dijadikan cara


untuk mengekspresikan arketipe. Symbol adalah sebuah cara
intuitif untuk mengetahui seuatu yang tidak dapat diketahui
sepenuhnya.

c. Dinamika Psike
 Energi psikis
Energi psikis (libido), adalah semua insting, termausk
lapar, seks, dan agresi. Energy psikis juga disediakan dari

30
sumber-sumber internal maupun lingkungan eksternal melalui
indra dan perasaan seseorang.

 Oposisi
Semua energi berjalan dari oposisi, psike memiliki
sebuah polaritas abtin yang merupakan prasyarat esensial untuk
kehidupannya. Ketegangan dan konflik yang timbul dari
benturan dari Sesutu yang saling berlawanan merupakan hal
yang sentral bagi dinamika kepribadian Jungian.

 Kompensasi
Fungsi kompensasi adalah menyeimbangkan atau
menyesuaikan energi (kesadaran dan ketidaksadaran) yang
didistribusikan ke seluruh bagian psike. Sebagian besar
kompensasi adalah sebuah proses tidak-sadar yang melibatkan
regulasi-diri apparatus psikis.

 Terobosan konten ketidaksadaran


Energi semua konten ketidaksadaran, begitu diaktivasi,
biasanya tidak cukup untuk mendorong konen mereka ke
dalam kesadaran. Penururnan energi dalam pikiran sadar yan
memungkinkan materi tidak sadar untuk menerobos masuk ke
dalam kesadaran bisa terjadi dengan dua cara.
1. Ada malfungsi pikiran sadar, seperti kesembronoan,
tugas-tugas yang diabaikan, pembangkangan yang
disengaja, dan lain-lain.

31
2. Adanya “aktivasi spontan” konten tidak sadar, yang
kemudian bereaksi terhadap kesaran. Contohnya seperti
seseorang yang mengidap gangguan kecemasan dan
psikotik, bisa secara tiba-tiba kehilangan kesadarannya.

 Fungsi transenden
Fungsi transenden adalah proses dan sekaligus metode
dalam ketidaksadaran untuk mengompensasi kekurangan-
kekurangan dalam pikiran sadar untuk membuat kemajuan kea
rah merealisasikan pembeberan potential for wholeness
original individu (potensi individu secara menyeluruh).

d. Tipe-Tipe Psikologis
 Sikap: introversi dan ekstraversi
a) Introversi
Introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang
memiliki orientasi subjektif. Memiliki pemahaman yang
baik terhadap dunia dalam diri, dengan semua bias,
fantasi, mimpi, dan persepsi yan bersidat individu.
Menerima dunia luar dengan sangat selektif menurut
pandangan subjektif mereka. Introversi ditandai oleh
interes seseorang pada dunia internalnya.
b) Ekstraversi
Ekstraversi adalah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke
arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan
memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif.
Mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding

32
oleh kondisi diri sendiri.cenderung berfokus untuk sikap
objektif dan menekan sisi subjektifnya. Ekstraversi
ditandai oleh interes pada dunia luar.

 Fungsi: pikiran, perasaan, sensasi, dan intuisi


a) Pikiran
Individu dikendalikan oleh pikiran reflektif, sehingga
tindakan-tindakan penting yang terjadi, atau
dimaksudkan untuk terjadi, itu berasal dari motif-motif
yang dipertimbangkan secara intelektual.
b) Perasaan
Individu dikendalikan oleh nilai-nilai yang diletakkan
pada berbagai hal yang timbul dari perasaan. Jung
menganggap perasaan sebagai fungsi evaluatif.
Individu yang berpikir dan merasakan adalah tipe-tipe
rasional, karena mereka ditandai oleh pengutamaan
penalaran dan fungsi-fungsi penilaian.
c) Sensasi
Individu dikendalikan oleh kesadaran mereka tentang
fakta-fakta eksternal yang tersedia melalui fungsi indra:
melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan membau.
d) Intuisi
Individu dikendalikan oleh firasat dan insights. Intuisi
adalah proses yang didominasi ketidaksadaran.

33
 Memadukan sikap dan fungsi untuk membentuk tipe
psikologis
a) Tipe Pikiran-Ekstrover
Tipe ini menjadika segala kegiatan tergantung pada
fungsi intelektual yang berorientasi pada data objektif
dalam bentuk fakta eksternal atau ide yang diterima
secara umum. Contoh: ilmuwan Charles Darwin.
b) Tipe Pikiran-Introver
Tipe ini menjadikan segala kegiatan tergantung pada
fungsi intelektual yang berorientasi pada data subjektif.
Contoh: filsuf Immanuel Kant.
c) Tipe Perasaan-Ekstraver
Tipe in inyaris secara eksklusif terdiri atas perempuan
yang dipandu oleh perasaan yang tampaknya disesuaikan
sedemikian rupa agara selaras dengan situasi objektif dan
nilai-nilai umu. Contoh: memilih laki-laki untuk dicintai.
d) Tipe Perasaan- Introver
Tipe ini didominasi oleh perasaan subjektif dan motif
mereka yang sesungguhnya tetap tersembunyi. Contoh:
Perempuan yang terlihat seperti air yang tenang, namun
dibawahnya mengalir deras.
e) Tipe Sensasi-Ekstraver
Tipe ini dipandu oleh intensitas pengaruh objektif dan
mencakup mereka yang secara umum sensual, serta
sensasinya sangat dikembangkan secara estetik.
f) Tipe Sensasi-Introver
Tipe ini dipandu oleh intensitas sensasi subjektif.
Tidak ada hubungan yang proporsional antara objek dan

34
sensasi selain hubungan yang tidak dapat diprediksi dan
acak (arbitrary).
g) Tipe Intuisi-Ekstraver
Untuk tipe ini, intuisi sebagai fungsi persepsi tidak
sadar seluruhnya, namun diarahkan pada onjek-objek
eksternal. Tipe ini menggunakan intuisi untuk memahami
rentang kemungkinan terluas dalam situasi-situasi
objektif.
h) Tipe Intuisi-Introver
Tipe ini menghasilkan pemimpi, peramal, dan
seniman. Intensifikasi intuisi bisa membuat tipe ini tidak
bersentuhan dengan relaitas nyata dan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dengan oranglain.

IV. AKUISISI (PROSES PENDEWASAAN)


a. Tahapan Kehidupan
 Masa kanak-kanak (bayi lahir – masa pubertas)
Jung mengibaratkan anak-anak, selama dua atau tiga
tahun pertama kehidupan ketika mereka tidak sadar akan
dirinya, berada dalam tahap hewani. Kemudian, sedikit demi
sedikit ego berkembang sebagai pusat pengorganisasi untuk
proses-proses psikis anak dan hanya ketika anak mulai
mengatakan “aku”, ada kontinuitas kesadaran yang dapat
dipersepsi.
Jung melihat bahwa asal-muasal neurosis masa kanak-
kanak terutama adalah gejala-gejala kondisi mental
orangtuanya.

35
 Masa muda (masa puber – 35-40 tahun)
Selama masa muda, tuntutan hidup mengakhiri masa
kanak-kanak, misalnya transisi ke perkawinan dan karir.
Orang-orang muda mungkin mengalami berbagai kesulitan
psikis batiniah yang berkaitan dengan insting sekssual atau
perasaan rendah diri. Prestasi, kemanfaatan, dan mencapai
kemantapan adalah ara untuk keluar dari masalah selama
periode masa muda.

 Usia paruh baya (35-40 tahun – usia lanjut usia)


Jung menggunakan analogi matahari yang naik hingga
ke puncak di paruh pertama hari dan kemudian turun dan
berada dalam proses menerangi dirinya. Seeprti matahari,
dalam kehidupan manusia terdapat perubahan pasti yang mau
tidak ma terjadi dalam psike kea rah kontraksi dengan
kemungkinan menerangi diri. Sementara itu, tugas untuk paruh
pertama kehidupan menyangkut perkembangan individu dan
penggalian di dunia luar, tugas-tugas paruh kedua kehidupan
adalah memberikan perhatian pada memahami dan
mengembangkan diri secara lebih penuh.
Usia paruh baya adalah waktu untuk kontemplasi,
realisasi-diri, dan belajar untuk hidup lebih selaras dengan
berbagai imaji dan symbol primordial.
 Masa lanjut usia
ghyJung menganggap masa kanak-kanak dana masa
lanjut usia meskipun berbeda, namun memiliki persamaan,
yaitu: tenggelam dalam kejadian-kejadian psikis tidak sadar.
Pikiran dan ego anak timbul dari ketidaksadaran. Orang lanjut

36
usia sekali lagi tenggelam ke dalam ketidaksadaran dan secara
progresif hilang di dalamnya. Jung melihat masa kanak-kanak
dan amsa lanjut usia sebagai tahap-tahap kehidupan tanpa
masalah-masalah sadar dan, oleh sebab itu, mereka tidak
menjadi fokus utama Jung.

b. Progresi dan Regresi


Progresi adalah kemajuan proses adaptasi psikis sehari-hari,
pemenuhan terhadap tuntutan kondisi lingkungan yang terus menerus
(adaptasi kepada dunia luar).
Regresi adalah gerakan mundur energi psikis ketika sebuah
situasi yang membuat frustrasi membendung energi libido (adaptasi ke
dalam diri).

c. Individuasi
Individuasi adalah proses menjadi seseorang atau seseorang
secara utuh. Orang yang mencapai realisasi diri, mampu menempatkan
dirinya di dunia eksternal dan internalnya.

V. TERAPI
a. Tujuan Terapi
Tujuan utama terapi untuk orang muda adalah adaptasi normal
untuk mengatasi neurosis yang berhubungan dengan penyusutan
kembali ke tugas-tugas kehidupan konkret, dan difokuskan pada
mencapai tujuan-tujuan tertentu, mengatasi kompleks-kompleks dan
memperkuat kesadaran dan fungsi ego (mendidik kemauan sadar).

37
Untuk orang yang berada di paruh kedua kehidupan, tujuan
terapi adalah untuk memahami batin (inner being)-nya dan makna
kehidupannya.
Bagi individu-individu yang teradaptasi dengan baik (well-
adapted) secara sosial, yang bagi mereka normalisasi tidak memiliki
arti apapun, tujuan utama terapinya adalah realisasi diri yang
melibatkan pemahamn yang lebih mendalam tentang psike mereka dan
memasukkan lebih banyak materi tidak sadar sebagai sebuah
keseimbangan baru antara kesadaran dan ketidaksadaran yang akan
tercipta.

b. Proses Terapi
Jung membuat empat tahap dalam psikoterpai analitik,
confession, elucidation, education, dan transformation. Adaptasi
normal biasanya hanya akan dicapai dengan melalui tiga tahap yang
pertama. Tahap keempat – transformasi – memenuhi kebutuhan lebih
lanjut yang berada diluar cakupan tahap-tahap lainnya, tetapi bukan
kebenaran finalnya. Proses terapi bervariasi tergantung faktor-faktor,
seperti tahap kehidupan klien, karakteristik peribadian klien, dan sifat
masalahnya.
1. Confession (Pengakuan)
Tahap dimana klien emngungkapkan berbagai rahsaia
dan menemukan emosi-emosi yang terhambat.

2. Elucidation (Penjelasan)
Tahap ini adalah tahap dimana terapis menjelaskan dan
menjernihkan konten yang dibangkitkan oleh transferensi
(contoh: menganalisis mimpi-mimpi klien).

38
3. Education (Pendidikan)
Edukasi membantu klien mendapatkan kebiasaan baru
dan adaptif untuk menggantikan kebiasaan merusak-diri (self-
defeating) terkait neurosisnya.

4. Transformation (Trnasformasi)
Dalam hubungan pribadi diantara klien dan terapis ada
faktor-faktor yang tidak dapat diukur yang mewujudkan
sebuah transformasi yang mutual, dengan kepribadian yang
lebih kuat dan lebih stabil yang menentukan isu finalnya.
Terapis harus menjadi pendidik diri (self educator) yang baik
pula agar kepribadiannya tidak bereaksi secara negatif
terhadap klien.

c. Relasi Terapeutik
Terapi berbeda di setiap kasus dengan setiap klien yang
membutuhkan pemahaman individual. Hubungan didalam dan diantara
terapis dan klien terjaid di tingkat sadar dan tidak sadar. Oleh karena
penanganan adalah sebuah proses dialektikal yang terapisnya
berpartisipasi sama banyaknya dengan klien, maka kepribadian terapis
dank lien mungkin lebih penting bagis hasil terapi disbanding apa
yang dikatakan atau dilakukan terapis. Terapis seharusnya tidak
bersembunyi dibalik pandangan profesionalnya, tetapi cukup
manusiawi untuk membiarkan dirinya terpengaruh oleh klien.
Persis seperti pasien yang memproyeksikan materi tidak sadar
kepada terapis, hal yang sebaliknya bisa terjadi, yang akan merugikan
hasil terapeutik. Hal ini sebagai salah satu ontoh kontaminasi tidak
sadar, transferensi dapat membangkitkan countertransference.

39
Relasi dalam terapi analitik berbeda-beda menurut tahap
terapinya, misalnya, relasi yang terbangun selama tahap pengakuan
dapat menjadi dasar bagi pengembangan relasi transferensi. Relasi
terapeutik tidak hanya berlangsung melalui tatap muka. Tetapi juga
dalam mimpi dan khayalan terapis maupun klien.

VI. INTERVENSI TERAPEUTIK


a. Analisis Transferensi
b. Imajinasi Aktif
c. Analisis Mimpi
Mimpi adalah ucapan/pernyataan dari ketidaksadaran dan
merupakan pintu ke rahasia terdalam psike. Mimpi juga bisa
menunjukan solusi untuk berbagai isu/masalah dan gambaran tentang
masa depan. Jung menganggap mimpi berisi makna utuh dan tidak
memiliki pandangan palsu. Symbol-simbol mimpi adalah ekspresi
konten yang belum dikenali secara sadar atau diformulasikan secara
sadar.
Jung membedakan berbagai macam mimpi:
 Mimpi Awal
Mimpi awal adalh mimpi yang terjadi pada awal
analisis dan mungkin berkaitan dengan sikap klien terhadap
terapis.
 Mimpi-mimpi Kecil
Mimpi kecil adalah mimpi yang berhubungan dengan
hal yang relatif tidak penting.
 Mimpi-mimpi Besar

40
Mimpi-mimpi besar bersifat numinous (suci, kudus),
istilah favorit Jung untuk pengalaman yang tidak
terekspresikan, misterius menakutkan, dan sangat misterius.
 Mimpi Tunggal
 Serangkaian Mimpi

a) Tugas analisis mimpi


1. Menentukan konteksnya. Disini Jung menggunakan sebuah
teknik yang disebut amplifikasi (amplification). Amplifikasi
melibatkan elaborasi dan klasifikasi imaji-imaji mimpi
melalui asosiasi terarah. Daripada mendorong asosiasi bebas,
terapis harus mendorong asosiasi-asosiasi klien yang sedekat
mungkin dengan imaji-imaji mimpinya.
2. Interpretasi. Oleh karena ide dan tema dasarnya bisa dikenali
dengan jauh lebih mudah dalam rangkaian mimpi maupun
mimpi tunggal, klien perlu membuat catatan yang teliti
tentang mimpi-mimpi dan interpretasi yang dibuat.
3. Asimilasi. Asimilasi membutuhkan persetujuan klien atas
interpretasi terapis. Jung menilai konten tidak sadar dan
berusaha mewujudkan perubahan di dalam dan melalui
ketidaksadaran pula. Asimilasi berarti, “penetrasi mutual dari
kesadaran dan ketidaksadaran, dan bukan – seperti yang
lazim dipikirkan dan dipraktikan – evaluasi, interpretasi, dan
deformasi sepihak konten ketidak sadaran oleh pikiran
sadar.”

41
VII. MATERI KASUS
Indikasi sikap Jung terhadap case material (materi kasus) dapat dilihat
dari kutipan, “Analisis setiap individu itu sendiri hany menunjukkan salah
satu bagian dari salah satu aspek proses yang lebih dalam, dan karena itu,
hanya kebingungan semata yang dapat dihasilkan dari riwayat-riwayat kasus
komparatif” (Jung, 1966: 161). Materi kasus mengilustrasikan terapi analitik
berasal dari sumber-sumber primer maupun sekunder. Dalam autobiografi-nya
Memories, Dreams, Reflection, Jung (1961) memberikan materi kasus,
termasuk banyak mimpi, dari eksplorasi dan konfrontasinya dengan
ketidaksadaran.

VIII. PERKEMBANGAN LEBIH LANJUT


a. Di Bidang Penanganan
Samuels (1985) membagi perkembangan psikologi analitik
menjadi 3 mazhab: Klasik, Perkembangan, dan Arketipe.mazhab
klasik itu pada dasarnya paling mendekati teori dan praktik orisinal
Jung. Mazhab perkembangan memasukkan cara berpikir dan cara kerja
psikoanalitik. Mazhab arketipe memfokuskan pada pengembangan
berbagai symbol dan imaji dalam psike.
Jung lebih fleksibel dibanding Freud tentang efek (+) maupun
(-) countertransference.
Fordham (1957) menyatakan ada 2 macam
countertransference: syntonic dan illusory. Syntonic
countertransference terjadi jika analis mungkin begitu seirama dengan
dunia batin klien, sehingga merasa tau berperilaku dengan cara bahwa
si analis menyadari ada aspek-aspek dunia batin klien yang di
proyeksikan pada dirinya. Illusory countertransference terjadi jika

42
pihak analis menggantikan atau mengganggu hubungannya dnegan
pasien.

b. Cara Kerja yang Berbeda


 Terapi kelompok
Kelompok beranggotakan 6-10 orang anggota.
Pertemuannya cenderung mingguan dan berlangsung sekitar 90
menit. Douglas (2005) melihat terapi kelompok sangat cocok
untuk penyandang introvert menurut psikologi Jungian. Dalam
terapi kelompok, para anggota cenderung memproyeksikan
shadow-nya kepada kelompok dan kelompok mau tidak mau
mengam bil bagian-bagian kepribadian yang ditutupi oleh
seorang individu.

 Terapi perkawinan dan keluarga


Analis Jungian sering mengadministrasikan tes tipologi
kepada pasangan atau para anggota keluarga dan perbedaa-
perbedaan yang seringkali dapat ditangani dengan lebih mudah
jika mereka diinterpretasi sebagai pertentangan tipologi-
tipologi. Orang sering memilih partner yang tipologinya
berlawanan dengan dirinya.

 Terapi tubuh/gerakan
Dalam imajinasi aktif, melalui gerakan tubuh dan tari,
Jung percaya bahwa tubuh menyimpan, mengalami, dan
mengomunikasikan banyak, atau mungkin lebih banyak
pengalaman emosional daripada kata-kata.

43
 Terapi seni
Terapi seni adalah sebuah cara sadar untuk
mengekspresikan elemen-elemen ketidaksadaran. Jung merasa
bahwa menggambar sebuah gambaran dari mimpi atau dari
imajinasi aktif sangat berharga bagi orang yang tidak
bersinggungan dengan perasaan dan yang berusaha mengatasi
pengalaman-pengalamannya melalui logika semata.

 Terapi kotak pasir


Dora Kalff mengembangkan ide Jung dengan mengisi
sebuah kotak persegi berukuran kira-kira 30 x 20 x 3 inci
dengan pasir untuk menjadi dunia miniature yang dapat
dibentuk dengan menata ratusan patung-patung kecil yang
disediakan oleh analis.

 Analisis anak
Analis bukan hanya menangani si anak, tetapi bilaman
perlu mengintervensi untuk memperbaiki situasi keluarga dan
kehidupan anak itu. Analis anal lebih banyak menggunakan
beragam metode sentuhan dan nonverbal. Anak-anak didorong
unutk mengekspresikan mimpi, ketakutan, dan khayalan
mereka melalui terapi kotak pasir, seni dan kerajinan, tanah
liat, memainkan alat music, dan gerakan tubuh.

c. Perkumpulan dan Jurnal


Pada tahun 1922, sebuah klub Jung didirikan di London.
Kemudian pada tahun 1946, Society of Analytical Psychology (SAP)
didirikan di Inggris. Dan pada tahun 2004, International Association of

44
Analytical Psychology, meiliki lebih dari 2500 anggota analis
bersertifikat di 28 negara. Di dunia Barat, minat pada psikologi
Jungian masih kuat. Banyak jurnal-jurnal profesional yang diterbitkan,
dantaranya : British Journal of American Psychology; San Fransisco
Jung Institute Library Journal, Psychological Perspectives dari Los
Angeles Intitute, dll.

45

Anda mungkin juga menyukai